Disusun Oleh :
A. STEP 1
Kata-kata sulit :
1. Uji Turniquet (Vera)
Jawaban : untuk mengecek apakah mengalami DHF atau tidak
(Loman). Untuk menegakkan diagnosa DHF pada seseorang (Vera).
B. STEP 2
Pertanyaan Panjang
1. Mengapa pada pasien DHF cenderung mengalami perdarahan?
(Loman)
2. Apa diagnosa keperawatan yang utama dari kasus? (Veridiana)
3. Apa tindakan keperawatan yang utama dalam menangani kasus DHF?
(Veridiana)
4. Penanganan pertama pada pasien dengan DHF? (Loman)
5. Apakah orang yang hidup di lingkungan bersih juga dapat terkena
penyakit DHF? (Veridiana)
6. Sebagai perawat apa yang harus kita lakukan, agar pasien dengan DHF
tidak mengalami penyakit DHF untuk yang kedua kalinya? (Martha)
7. Apakah ada pengobatan secara non farmakologi untuk pasien dengan
DHF? (Veridiana)
8. Apakah yang membedakan demam DHF dengan demam yang lain?
(Loman)
9. Mengapa pasien dengan DHF harus melakukan uji turniquet? (Martha)
10. Bagaimana cara perawat mencegah terjadinya DHF pada orang yang
belum sama sekali terkena DHF? (Veridiana)
C. STEP 3
Jawaban :
1. Karena trombosit rendah (Martha)
Karena bocornya plasma darah yg disebabkan oleh virus dengue yg
menyerang pembuluh darah (Veridiana)
2. Hipertemi (Loman)
Resiko perdarahan (Martha)
3. Penanganan pertama pada pasien dengan DHF (Loman) : menurunkan
suhu tubuh, memberikan cairan elektrolit (Loman)
Menurunkan suhu tubuh, memberikan cairan elektrolit (Veridiana)
4. Penanganan pertama pada pasien dengan DHF (Loman) : menurunkan
suhu tubuh, memberikan cairan elektrolit (Loman)
Menurunkan suhu tubuh, memberikan cairan elektrolit (Veridiana)
5. Bisa berisiko karena nyamuk DHF hidup di air yang bersih dan
tergenang, lalu nyamuk akan berkembang biak. Pengurasan air dan
penggunaan abate (Veridiana)
6. Edukasi menjaga kebersihan lingkungan 3M, menjaga pola makan dan
olahraga (Loman)
7. Dengan minum air putih, kompres hangat (Loman)
8. Demam DHF demam yg mucul tiba-tiba sekitar 40 oC muncul secara
berkala (Veridiana)
9. Merupakan satu pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh
perawat utk membantu menegakkan diagnosa penyakit DHF
(Veridiana)
10. Edukasi menjaga kebersihan lingkungan 3M, menjaga pola makan dan
olahraga (Loman)
Mapping LO
DHF (DENGUE
HAEMORRHAGIC FEVER)
1. Pengkajian
1. Definisi
2. Diagnosa
2. Epidemiologi
Keperawatan
3. Anatomi
3. Rencana
Fisiologi
Keperawatan
4. Klasifikasi
4. Discharge
5. Etiologi
Planning
6. Patofisiologi
7. Tanda dan
Gejala
8. Pemeriksaan
Diagnostik
9. Penatalaksanaan
Medis
10. Komplikasi
11. Prognosis
12. Pencegahan
3. Anatomi Fisiologi
Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang
berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah sistem
sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan
dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh.
Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-
sisa metabolisme dari selsel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang
merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem
sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
a. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.
4. Klasifikasi
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Nurarif &
Hardi, 2015) yaitu :
Tabel Klasifikasi Penyakit Infeksi Virus Dengue
5. Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh
nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies
utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru
demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini
berkembang menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di
Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk
demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam
berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4,
keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak.
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang
tinggal di daerah epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).
6. Patofisiologi
Fenomena patologis menurut (Herdman, 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma,
peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit
berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang
dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang
terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga
nilai hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan
untuk memantau hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya.
Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika
tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani
dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya
terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna
menambah semua komponenkomponen di dalam darah yang telah
hilang.
Pathway :
7. Tanda dan Gejala
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu
berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi
jarang menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam
tinggi (40 °C / 104 °F) disertai dengan 2 dari gejala berikut : sakit
kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual,
muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya
berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah
gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan
karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan,
pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan
terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan
penurunan suhu (di bawah 38 °C / 100 °F) dan meliputi : sakit parah
perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan,
kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap
kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan untuk
menghindari komplikasi dan risiko kematian.
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif,
trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
atau tempat lain.
c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi
cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi
disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan
darah tidak Terukur.
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue yang
mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang
terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi
perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan
patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat
menyebabkan perdarahan.
Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan,
pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari.
a. Gejala awal termasuk :
1) Nafsu makan menurun
2) Demam
3) Sakit kepala
4) Nyeri sendi atau otot
5) Perasaan sakit umum
6) Muntah
b. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh :
1) Bercak darah di bawah kulit
2) Bintik-bintik kecil darah di kulit
3) Ruam Generalized
4) Memburuknya gejala awal
c. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan :
1) Dingin, lengan dan kaki berkeringat
2) Berkeringat
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), Pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pada penderita
yang disangka menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin,
hematocrit, dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari pertama perawatan.
Selanjutnya setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan selama
perjalanan penyakit. Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet.
a. Uji tourniquet
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan
cara mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah
menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu
penyebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah
dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam
jaringan sekitarnya sehingga Nampak sebagai bercak kecil pada
permukaan kulit.
Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering
berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu
maka test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu
positif. Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi
lebih jauh distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan
Rumpel-Leede) positif juga.
b. Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-
macam cara yaitu dengan cara sahli dan sianmethemoglobin.
Dalam laboratorium cara sianmethemoglobin (foto elektrik)
banyak dipakai karena dilihat dari hasilnya lebih akurat disbanding
sahli, dan lebih cepat. Nilai normal untuk pria 13-15 gr/dl dan
wanita 12-14 gr.dl.
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau
sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti
peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi
paling awal yang dapat ditemukan pada penderita demam berdarah
atau yang biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)
atau DHF.
c. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah
dan disebut dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya
nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai
normal untuk pria 40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%. penetapan
hematocrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-
rata kurang lebih 2%. Hasil itu kadang-kadang sangat penting
untuk menentukan keadaan klinis yang menjurus kepada tindakan
darurat.
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses
perjalanan penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan
bahwa peningkatan nilai hematocrit merupakan manifestasi
hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma. Akibat
kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan
sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan,
umumnya nilai hematocrit tidak meningkat bahkan menurun. Telah
ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada penderita
DHF mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1) Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF,
pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu
dirawat.
2) Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit
berkala ikut menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan
cairan intravena.
3) Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu
atau tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat
yang tepat untuk menghentikan cairan intravena dan
menentukan saat yang tepat untuk memberikan darah.
d. Trombosit
Trombosir sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar
dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung
melekat pada permukaan asing (bukan endotel utuh) dan
menggumpal-gumpal. Jumlah trombosit dalam keadaan normal
sangat dipengaruhi oleh cara menghitungnya, sering dipastikan
nilai normal itu antara 150.000 – 400.000/µl darah. Karena
sukarnya dihitung, penelitian semukuantitatif tentang jumlah
trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya sebagai
pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit
dengan menggunakan electronic particle counter mempunyai
keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium (Sofiyatun,
2008).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi
laboratorium, baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi
antibodidengue spesifik. untuk virus isolasi atau deteksi DENV
RNA dalam serum spesimen oleh serotipe tertentu, real-time
terbalik transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase
akut spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari
onset gejala. Jika virus tidak dapat diisolasi atau dideteksi dari
sampel ini, spesimen serum fase sembuh diperlukan setidaknya 6
hari setelah timbulnya gejala untuk membuat diagnosis serologi
dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM antibodi-
capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA)
(Centers for Disease Control and Prevention, 2009).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya
dengan pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus,
terdeteksinya antigen virus atau RNA di dalam serum atau
jaringan, atau terdeteksinya antibody yang spesifik pada serum
pasien. Pada fase akut sample darah diambil sesegera mungkin
setelah serangan atau dugaan penyakit demam berdarah dan pada
fase sembuh idealnya sample diambil 2-3 minggu kemudian.
Karena terkadang sulit untuk mendapatkan sampel pada fase
sembuh, bagaimanapun, sampel darah kedua harus selalu diambil
dari pasien yang dirawat pada saat akan keluar dari rumah sakit.
e. Diagnosis serologis
Lima tes serologi dasar telah secara rutin digunakan untuk
diagnosis infeksi dengue; hemaglutinasi-inhibisi (HI), complement
fixation (CF), uji netralisasi (NT), imunoglobulin M (IgM)
enzyme-linked immunosorbent assay capture (MAC-ELISA), dan
imunoglobulin G langsung ELISA. Terlepas dari uji yang
digunakan, diagnosis serologi tegas tergantung signifikan (empat
kali lipat atau lebih) kenaikan titer antibodi spesifik antara sampel
serum fase akut dan fase sembuh. Antigen baterai untuk sebagian
besar tes serologi harus mencakup semua serotipe dengue empat
virus, flavivirus lain (seperti virus demam kuning, virus ensefalitis
Jepang, atau St Louis ensefalitis virus), nonflavivirus (seperti virus
Chikungunya atau timur kuda virus ensefalitis ), dan idealnya,
kontrol jaringan antigen yang tidak terinfeksi.
Dari tes di atas, HI paling sering digunakan; karena sensitif, mudah
untuk dilakukan, hanya membutuhkan peralatan minim, dan sangat
tepat jika dilakukan dengan benar. Karena antibodi HI bertahan
untuk waktu yang lama (hingga 48 tahun dan mungkin lebih lama),
tes ini ideal untuk studi seroepidemiologic.
Tes CF tidak sering digunakan untuk pemeriksaan diagnostic
serologis secara rutin. Karena lebih sulit untuk dilakukan,
dibutuhkan tenaga yang sangat terlatih, dan karena itu tidak
digunakan di sebagian besar laboratorium dengue.
NT adalah tes serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Protokol yang paling umum digunakan di laboratorium
dengue adalah serum pengenceran pengurangan plak NT. Secara
umum, titer antibodi penetral-naik pada waktu yang sama atau
sedikit lebih lambat dari titer antibodi HI dan ELISA tetapi lebih
cepat daripada titer antibodi CF dan bertahan selama setidaknya 48
tahun.
MAC ELISA adalah tes serologis yang sangat sering digunakan
untuk mendiagnosis dengue yang terjadi pada beberapa tahun yang
lalu. Karena mudah dan cepat. Anti dengue IgM berkembang
menjadi sedikit lebih cepat daripada antibody IgG. Kespesifikan
dari MAC-ELISA sama dengan HI.
f. PCR
Reverse transcriptase PCR (RT-PCR) telah dikembangkan untuk
sejumlah virus RNA dalam beberapa tahun terakhir dan memiliki
potensi untuk merevolusi diagnosis laboratorium; untuk demam
berdarah, RTPCR menyediakan diagnosis-serotipe spesifik yang
cepat. Metode ini cepat, sensitif, sederhana, dan direproduksi jika
dikontrol dengan baik dan dapat digunakan untuk mendeteksi RNA
virus dalam sampel manusia klinis, jaringan otopsi, atau nyamuk.
Meskipun RT-PCR memiliki sensitivitas yang mirip dengan sistem
isolasi virus yang menggunakan C6 / 36 kultur sel, penanganan
yang buruk, penyimpanan yang buruk, dan adanya antibodi
biasanya tidak mempengaruhi hasil PCR seperti yang mereka
lakukan isolasi virus. Sejumlah metode yang melibatkan primer
dari lokasi yang berbeda dalam genom dan pendekatan yang
berbeda untuk mendeteksi produk RT-PCR telah dikembangkan
selama beberapa tahun terakhir.
Harus ditekankan, bagaimanapun RT-PCR tidak boleh digunakan
sebagai pengganti isolasi virus. Ketersediaan virus isolat penting
untuk karakteristik perbedaan strain virus, karena informasi ini
sangat penting untuk pengawasan dan patogenesis studi virus.
Sayangnya, banyak laboratorium sekarang melakukan tes RT-PCR
tanpa kontrol yang tepat kualitas, yaitu, isolasi virus atau pengujian
serologis. Sejak RT-PCR sangat sensitif terhadap kontaminasi
amplikon, tanpa kontrol yang tepat hasil positif palsu dapat terjadi.
Perbaikan dalam teknologi ini, bagaimanapun, harus membuatnya
lebih berguna di masa depan.
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and
Prevention, 2009), yaitu :
a. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan
banyak istirahat.
b. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol
suhu mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam
kejang selama fase demam.
c. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid
lainnya, obat anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko
perdarahan.
d. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
e. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan
pantau output urine
f. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka
mungkin perlu cairan IV.
g. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung,
pengisian kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.
h. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah
trombosit.
i. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan
sampai yg normal.
j. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg
normal dan berlangsung 24-48 jam.
10. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah :
a. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet
positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis, dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga
terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang
mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena, penurunan volume
sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau
penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan homeostasis
yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular,
perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ
sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati
dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit
yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
komplek virus antibody.
d. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstrasi
cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.
11. Prognosis
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD
derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat
dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian
pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi
penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %. Penelitian pada
orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta memperlihatkan
bahwa prognosis dan perjalanan penyakit DHF pada orang dewasa
umumnya lebih ringan daripada anak-anak. Pada kasus- kasus DHF
yang disertai komplikasi sepeti DIC dan ensefalopati prognosisnya
buruk.
12. Pencegahan
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan
kecacatan (Untari, 2017). Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF), antara lain :
a. Penerapan 4M Plus
Dalam penanganan Dengue Hemmorhagic Fever (DHF), peran
serta masyarakat untuk menekan kasus DBD sangat diperlukan.
Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 4M Plus perlu dilakukan secara berkelanjutan
sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program PSN,
yaitu :
1) Menguras Tempat Penampungan Air
Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat
penampungan air minum, penampungan air lemari es dan lain-
lain.
2) Menutup Tempat Penampungan Air
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, dan lain sebagainya.
3) Mengubur barang bekas
Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak layak dipakai
dan mendaur ulang barang-barang yang masih bisa digunakan
kembali yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk penular Dengue Hemmorhagic
Fever (DHF).
4) Memantau Tempat Penampungan Air
Memantau wadah penampungan air dan bak sampah yang
berpotensi menjadi sarang berkembangbiaknya nyamuk Aedes
Aegypti.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan seperti:
1. Menaburkan bubuk larvasida (abatisasi)
2. Menggunakan obat anti nyamuk atau obat nyamuk
3. Menggunakan kelambu saat tidur
4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
5. Menanam tanaman pengusir nyamuk
6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
b. Pengelolaan sampah dengan konsep 3R
Pengelolaan sampah 3R adalah upaya pengurangan pembuangan
sampah, melalui program menggunakan kembali (reuse),
mengurangi (reduse), dan mendaur ulang (recycle).
a. Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali
sampah secara leangsung, baik untuk fungsi yang sama maupun
fungsi lain.
b. Reduse (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya sampah.
c. Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah
setelah mengalami proses pengolahan.
Mengurangi sampah dari sumber timbulan, diperlukan upaya untuk
mengurangi sampah mulai dari hulu sampai hilir. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan dalam mengurangi sampah dari sumber
sampah (darihulu) adalah menerapkan prinsip 3R (Muchlisin,
2015).
c. Peran Kader Kesehatan
Pelayanan kesehatan dalam hal ini dilihat upaya pencegahan
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) yang dilakukan oleh jumantik.
Jumantik berperan penting dalam upaya pencegahan Dengue
Hemmorhagic Fever (DHF). Peran jumantik dalam pencegahan
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah sebagai anggota PJB di
rumah-rumah dan tempat umum, memberikan penyuluhan kepada
keluarga dan masyarakat, melakukan PSN bersama warga
(Kemenkes, 2012). Tugas Jumantik dalam upaya pencegahan
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
PJB adalah pemantauan tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegypti yang dilakukan secara teratur oleh
petugas kesehatan atau jumantik di rumah warga dan tempat-
tempat umum. PJB dilakukan minimal 1 minggu sekali untuk
melihat keberhasilan PSN Dengue Hemmorhagic Fever (DHF)
baik itu di rumah warga maupun tempat-tempat umum
(Kemenkes, 2011).
b. Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melakui teknik praktik belajar atau
instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku
manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga
dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku
sehat (Muninjaya, 2012).
c. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Dengue Hemmorhagic
Fever (DHF)
Salah satu tugas jumantik dalam upaya pencegahan Dengue
Hemmorhagic Fever (DHF) adalah menggerakkan masyarakat
dalam PSN Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) secara terus
menerus dan berkesinambungan. PSN Dengue Hemmorhagic
Fever (DHF) merupakan kegiatan memberantas telur, jentik,
dan kepompong nyamuk penular Dengue Hemmorhagic Fever
(DHF) (Aedes Aegypti) di tempat perkembangbiaknya untuk
mengendalikan populasi nyamuk Aedes Aegypti, sehingga
penularan Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) bisa dicegah
atau dikurangi (Kemenkes, 2011).
d. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar
nyamuk tidak hinggap disitu
e. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras,
taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk
membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan
sekali.
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :
Untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE. Untuk
menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan
peres berisi 10 gram ABATE. Setelah dibubuhkan ABATE maka :
a. Selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu
membunuh jentik Aedes aegypti
b. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan
dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian
dalam dinding tempat penampungan air tersebut
c. Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar,
tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, agama, tanggal masuk RS, Diagnosa : DHF
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah, nyeri pada
punggung dan tulang hilang timbul, serta kepala pusing.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai
menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV),
melena atau hematemasis.
d. Status Kesehatan Masa Lalu
2) Apakah sebelumnya pasien sudah pernah menderita DHF?
3) Apakah sebelumnya pasien pernah dirawat karena penyakit
tertentu?
4) Apakah sebelumnya pasien memiliki riwayat alergi obat atau
makanan?
5) Apakah sebelumnya pasien pernsh memiliki riwayat tranfusi?
6) Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi dan
pengguna alkohol?
e. Riwayat Penyakit Keluarga :
1) Apakah ada keluarga pasien dalam satu rumah yang saat ini
mengalami DHF?
2) Apakah ada tetangga atau keluarga dalam jarak rumah yang
berdekatan saat ini mengalami DHF?
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat anda
secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk
mengurangi, menyingkirkan/mencegah perubahan. (Budiono, 2016)
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
1) Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
2) Penyebab :
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolism
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan incubator
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : tidak tersedia
b) Objektif : Suhu tubuh ditas nilai normal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : tidak tersedia
b) Objektif :
(1) Kulit merah
(2) Kejang
(3) Takikardi
(4) Takipnea
(5) Kulit terasa hangat
b. Resiko perdarahan dibuktikan dengan trombisitopenia (D. 0149)
1) Definisi : Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal
(terjadi di dalam tubuh) maupun ekternal (Terjadi hingga
keluar tubuh)
2) Faktor risiko :
a) Aneurisma.
b) Gangguan gastrointestinal (misal ulkus, polip, varises).
c) Gangguan fungsi hati (misal sirosis hepatitis).
d) Komplikasi kehamilan (misal ketuban pecah sebelum
waktunya, plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar).
e) Komplikasi pasca partum (misal atoni uterus, retensi
plasenta).
f) Gangguan koagulasi (misal trombositopenia),
g) Efek agen farmakologis.
h) Tindakan pembedahan.
i) Trauma.
j) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan
pencegahan perdarahan.
k) Proses keganasan.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keenganan
untuk makan) (D. 0019)
1) Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme
2) Penyebab :
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
f) Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)
3) Gejala dan tanda mayor :
a) Subjektif : tidak tersedia
b) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal.
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif :
(1) Cepat kenyang setelah makan
(2) Kram/nyeri abdomen
(3) Nafsu makan menurun
b) Objektif :
(1) Bising usus hiperaktif
(2) Otot pengunyah lemah
(3) Otot menelan lemah
(4) Membran mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin turun
(7) Rambut rontok berlebihan
(8) Diare
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
Disusun Oleh :
1. Loman Andrean Prayoga (2103003)
2. Martha Merlyanti Saputri (2103005)
3. Veridiana Kemba Ndewa (2103006)
VII. Evaluasi :
A. Evaluasi Formatif :
Pasien mampu memahami tentang penyakit yang dialaminya yaitu
DHF.
B. Evaluasi Sumatif :
Pasien dapat :
1. Mengetahui dan memahami pengertian DHF.
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi DHF.
3. Mengetahui dan memahami penyebab DHF.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi DHF.
5. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala DHF.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi DHF..
7. Mengetahui dan memahami pencegahan penyakit DHF.
MATERI DHF
A. Pengertian DHF
Penyakit Dengue maupun penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah penyakit infeksi yang banyak dan sering berjangkit di daerah tropis,
termasuk penyakit Infeksi Tropis (Trofic Infection) (Misnadiarly, 2009:6)
Dengue Fever (DF) dan DHF (dengue haemorrhagic fever) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenofati dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembasan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai
oleh renjatan/syok (Sudoyatu, dkk 2009 didalam (Hadi dan Kusuma,
2016:148)).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar
di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue
ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan
pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di
seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh
curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan. (WHO,
2015)
Dengue adalah penyakit nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari
empat virus dengue yang terkait erat dengan (DENV-1, -2, -3, dan -4).
Infeksi dengan salah satu serotipe dari DENV memberikan kekebalan
terhadap serotipe tersebut untuk hidup, tapi tidak memberikan kekebalan
jangka panjang untuk serotipe lainnya. Dengan demikian, seseorang bisa
terinfeksi sebanyak empat kali, sekali dengan masing-masing serotipe.
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes (paling
sering Aedes aegypti) (Centers for Disease Control and Prevention, 2009).
B. Klasifikasi DHF
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Nurarif &
Hardi, 2015) yaitu :
Tabel Klasifikasi Penyakit Infeksi Virus Dengue
C. Penyebab DHF
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk
yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang
menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam
berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang
menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang
dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk
memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya
(Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah
epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).
D. Patofisiologi DHF
Fenomena patologis menurut (Herdman, 2012), yang utama pada penderita
DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma,
peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang,
terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%)
dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke
dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik
merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena
itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit
darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani
dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya
kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua
komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang.
Pathway :
E. Tanda dan gejala DHF
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat
yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang
menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40
°C / 104 °F) disertai dengan 2 dari gejala berikut : sakit kepala parah, nyeri
di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan
kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah
masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena
plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah,
atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah
gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38
°C / 100 °F) dan meliputi : sakit parah perut, muntah terus menerus, napas
cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48
jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang
tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian.
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,
himokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
atau tempat lain.
c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi
cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi
disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak Terukur.
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue yang
mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang
terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi
perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch
lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan
perdarahan.
Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan,
pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari.
a. Gejala awal termasuk :
1) Nafsu makan menurun
2) Demam
3) Sakit kepala
4) Nyeri sendi atau otot
5) Perasaan sakit umum
6) Muntah
b. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh :
1) Bercak darah di bawah kulit
2) Bintik-bintik kecil darah di kulit
3) Ruam Generalized
4) Memburuknya gejala awal
c. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan :
1) Dingin, lengan dan kaki berkeringat
2) Berkeringat
F. Komplikasi DHF
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah :
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif,
ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan
melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari
ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler
sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga
pleura dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan
hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena,
penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan
hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem
kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ
sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang
dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada
lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan
limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya
reaksi atau komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan
ekstrasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.
Legal etik yang sesuai dengan kasus menurut Wahyuni, 2021 adalah:
1. Fidelity
Sebagai perawat kita harus membina hubungan saling percaya dengan klien
untuk keberlangsungan kita memberikan asuhan keperawatan.
2. Non Maleficience
Kita harus menghindari perbuatan yang dapat merugikan klien.
3. Confidentiality
Sebagai perawat kita harus menjaga kerahasiaan identitas klien agar tidak
disalah gunakan oleh oknum.
4. Accountability
Sebagai perawat kita harus bertanggung jawab atas semua indakan kita
terhadap klien.
5. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan.
6. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
7. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan
harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka
berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
8. Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri.
Analisa Jurnal (PICO)
Analisa Jurnal (PICO)
P (Problem/Population) :
Infeksi dengue merupakan sebuah penyakit menular yang menjangkit
manusia dan banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Infeksi
dengue ditularkan melalui nyamuk, khususnya jenis Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
Pada kasus DBD, untuk menurunkan angka morbiditas dan mortilitas,
dibutuhkan pengobatan yang optimal. Salah satu terapi yang perlu
diperhatikan adalah pemberian terapi cairan baik dari segi jenis, jumlah,
serta kecepatan cairan untuk mencegah terjadinya perembesan plasma
yang umumnya terjadi pada fase penurunan suhu di hari ke-3–6.
Terjadinya kehilangan cairan pada ruang intravaskular dapat diatasi
dengan pemberian salah satu jenis cairan seperti kristaloid (ringer laktat,
ringer asetat, cairan salin) ataupun koloid.
Meskipun demikian, pemberian cairan yang cukup diharapkan mampu
mengatasi kebocoran plasma yang terjadi pada ruang intravaskular.
Menurut Chen et al. (2009), pada umumnya proses kebocoran plasma dan
trombositopenia terjadi antara hari keempat hingga keenam sejak demam
berlangsung.
Selanjutnya, proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan
kembali dari ruang interstitial ke intravaskular di hari ketujuh.
Oleh karena itu, interpretasi yang cermat dan penilaian pada data klinis
dan laboratoris untuk manajemen kebutuhan cairan pasien DBD sangat
penting untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan pemberian terapi cairan inisial terhadap perbaikan
klinis, laboratoris dan lama rawat inap dibandingkan terapi standar WHO
pada pasien dengue fever (DF) dan dengue hemorrhagic fever (DHF).
I (Intervention) :
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian
eksperimental single blind randomised clinical trial. Variabel penelitian
terdiri dari variabel bebas (terapi cairan standar WHO dan cairan inisial)
dan variabel terikat (pemeriksaan suhu badan, hematokrit, trombosit dan
lama rawat inap). Adapun jenis cairan yang diberikan untuk kristaloid
berupa ringer laktat, sedangkan untuk koloid berupa gelofusal, dan
pemberian salah satu jenis cairannya disesuaikan dengan prosedur terapi
cairan berdasarkan diagnosis dokter penanggungjawab terkait derajat
keparahan demam berdarah pasien. Data pasien yang diperoleh merupakan
data pasien yang berobat pada bulan Februari–Juni 2018 di bangsal anak
RS PKU Muhammadiyah Bantul.
C (Comparation) :
Penelitian lain yang hasilnya serupa juga ditemukan pada penelitian oleh
Divy et al. (2018) di RSUP Sanglah yang memperoleh hasil rata-rata lama
rawat inap pasien DBD yakni 4,3 hari. Terdapat beberapa keterbatasan
pada penelitian ini, salah satunya pasien DF/DHF dianggap sama dari segi
tingkat keparahannya (grade I, II, III, IV). Selain itu, jumlah sampel
penelitian ini pun terbatas. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sampel
minimum yang lebih banyak, diperlukan peningkatan power penelitian.
O (Outcome) :
Berdasarkan hasil penelitian, kedua kelompok tidak menunjukkan
perbedaan bermakna terhadap rata-rata suhu badan dan hematokrit
(p>0,05), sedangkan kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang
bermakna terhadap rata-rata peningkatan trombosit dan lama rawat inap
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok cairan inisial memiliki
rata-rata lama rawat inap lebih cepat 4,00±0,7 hari dibanding kelompok
standar WHO yang disertai dengan peningkatan trombosit selama
menjalani rawat inap. Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian terapi
cairan inisial tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap rata-
rata suhu badan dan hematokrit, sedangkan efektivitas antara kedua
kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap rata-rata
peningkatan trombosit dan lama rawat inap.
Kriteri
No Jawab Pembenaran & Critical Thinking
a
Dalam jurnal ini populasi atau problem yang
ditemukan yaitu perbedaan pemberian terapi cairan
inisial terhadap perbaikan klinis, laboratoris dan lama
1 P Ya
rawat inap dibandingkan terapi standar WHO pada
pasien dengue fever (DF) dan dengue hemorrhagic
fever (DHF).
Intevensi yang dilakukan peniliti adalah pemberian
cairan standar WHO dan cairan inisial, jenis cairan
yang diberikan untuk kristaloid berupa ringer laktat,
sedangkan untuk koloid berupa gelofusal, dan
2 I Ya
pemberian salah satu jenis cairannya disesuaikan
dengan prosedur terapi cairan berdasarkan diagnosis
dokter penanggungjawab terkait derajat keparahan
demam berdarah pasien.
Penelitian ini membandingkan dengan hasil peneliti
lain bahwa penelitian lain yang dilakukan oleh Divy
et al. (2018) di RSUP Sanglah yang memperoleh
hasil rata-rata lama rawat inap pasien DBD yakni 4,3
hari. Terdapat beberapa keterbatasan pada penelitian
3 C Ya ini, salah satunya pasien DF/DHF dianggap sama
dari segi tingkat keparahannya (grade I, II, III, IV).
Selain itu, jumlah sampel penelitian ini pun terbatas.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan sampel
minimum yang lebih banyak, diperlukan peningkatan
power penelitian.
4 O Ya Hasil penelitian didapatkan kedua kelompok tidak
menunjukkan perbedaan bermakna terhadap rata-rata
suhu badan dan hematokrit (p>0,05), sedangkan
kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang
bermakna terhadap rata-rata peningkatan trombosit
dan lama rawat inap (p<0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa kelompok cairan inisial memiliki rata-rata
lama rawat inap lebih cepat 4,00±0,7 hari dibanding
kelompok standar WHO yang disertai dengan
peningkatan trombosit selama menjalani rawat inap.