Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

PADA ANAK

OLEH :
AFRIANUS ANDUNARA
2103001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN LINTAS JALUR


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2021/2022
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Konsep Dasar Diare

1. Anatomi fisiologi sistem pencernaan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan


dari luar dan mempersiapkan untuk di serap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim
dan zat cair yang terbentang dari mulut (oris) sampai anus.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah dengan memindahkan zat nutrient
(zat yang sydah dicerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan ke
lingkungan dalam untuk didistribusikan ke sel sel melaalui sistem sirkulasi
(darmawan & rahayuningsih, 2010)
a. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar.usus halus berbentuk tabung
Panjang dimana Sebagian besar vitamin dan nutrisi di serap dari makanan
ke dalam aliran darah (mardalena, 2015)
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus duodenum atau usus dua belas jari adalah bagian usus halus yang
terletak setelah lambung,dan berhubungan langsung dengan usus jejunum.
Usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligametum treits.
2) Usus kosong (Jejenum)
Usus jejunum atau usus kosong merupkan bgian kedua dari usus halus.
Bagian ini terletak di antara usus doudenum dan usus ileum. Pada manusia
dewasa Panjang seluruh usus halus antara 2 hingga 8 meter, dimana 1-2
meter adalah bagian usus jejunum.
3) Usus penyerapan (Illeum)
Usus ileum atau usus penyerapan merupakan bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, usus ileum memiliki Panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum.
b. Usus besar (kolon
Usus besar atau kolom adalah usus yang terletak di antara usus buntu dan
rectum. Fungsi utama dari organ ini adalah menyerap air dari feses (tinja)
(mardalena, 2015)
Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
c. Usus buntu (Sekum)
Usus buntu atau cecum/ sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada
usus ileum serta menjadi bagian kolon yang menanjak dari usus besar.
(mardalena, 2015)

2. Pengertian Diare

Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair.

Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan

berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat

dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan

sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air besar sebanyak lebih

dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014).

Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang

air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat

disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat
dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Hidayat, A. A.

2012).

Penyebab DiareMenurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam

Wijayaningsih (2013) ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut

dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:

a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella,

salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B.

Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang

disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan

makanan, makanan yang pedas,


terlalu asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi,

hawa dingin dan sebagainya.

2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan

jamur terutama canalida.

b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:

1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan

mineral.

2) Kurang kalori protein.

3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir

Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2013), penyebab dari

diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enternal

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri,

infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus,

rota virus, astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris,

trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba histolytica, giardia

lamblia, trichomonas humonis), jamur (canida albicous).

Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis

Media Akut (OMA), Tonsillitis atau Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,

Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak

berumur di bawah dua tahun.


b. Faktor malabsorbsi

1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) dan

monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak serta

bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.

2) Protein.

3) Lemak.

c. Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.

d. Faktor psikologis

3. Patofisiologis

Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga

timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan

bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke

dalam usus setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme

tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin

tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal menurut

Wijayaningsih (2013) sebagi berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun didalam

tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.

Produk metoabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare, lebih

sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi

karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati

dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika

kadar glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen pada

anak-anak.

d. Gangguan gizi
Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah hebat.


2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan

susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, sehingga

perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,

dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak

segera diatasi pasien bisa meninggal.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala anak yang

mengalami diare:

a. Cengeng, rewel.

b. Suhu meningkat.

c. Gelisah.

d. Nafsu makan menurun.

e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan,

feses ini akan berwarna hijau dan asam.

f. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan

tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan

kesadaran, dan diakhiri dengan syok.

g. Anus lecet.

h. Berat badan menurun.

i. Turgon kulit menurun.


j. Mata dan ubun-ubun cekung.

k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering.

5. Manifestasi Klinis

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari

diare, yaitu:

a. Nyeri perut (abdominal discomfort).

b. Mual, kadang-kadang sampai muntah.

c. Rasa perih di ulu hati.

d. Rasa lekas kenyang.

e. Nafsu makan berkurang.

f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.

g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

h. Demam dan lemah.

i. Membrane mukosa mulut dan bibir kering.

j. Diare.

k. Pontanel cekung.

6. Komplikasi

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa

terjadi pada diare:

a. Dehidrasi.

b. Renjatan hipovolemik.

c. Kejang.

d. Bakterimia.

e. Mal nutrisi.
f. Hipoglikemia.

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

7. Penatalaksanaan

Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:

a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).

b. Dietetik (pemberian makanan).

c. Obat-obatan.

1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap

2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4

jam pertama dan sisanya adlibitum.

2) Sesuaikan dengan umur anak:

a) < 2 tahun diberikan ½ gelas,

b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas,

c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).

3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-

100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.

4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi

ringan sampai berat.

Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT): 1) Larutan gula

garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1

gelas air hangat atau air the hangat, 2) Air tajin (2 liter + 5g garam).

a) Cara tradisional.

3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit.
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,

tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua,

penghasilan. Untuk umur dari pasien diare akut, sebagian besar adalah

anak di bawah 2 tahun. Insiden paling tinggi pada umur 6-11 bulan karena

pada masa ini bayi mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian diare

akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan Depkes RI

dalam (Susilaningrum et al., 2013).

b. Keluhan utama

Buang air besar lebih dari 3 kali sehari. BAB kurang dari 4 kali dengan

konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). Buang air besar 4-10 kali dengan

konsistensi encer/cair (dehidrasi ringan/sedang). Buang air besar lebih dari

10 kali (dehidrasi berat). Bila diare berlangsung < 14 hari adalah diare

akut. Bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.

c. Riwayat penyakit sekarang

1) Mula-mula anak/bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan

timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.

Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan

sifatnya makin lama makin asam.

4) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala

dehidrasi mulai tampak.

5) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

6) Diuresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi


dehidrasi.

Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada

dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urin dalam waktu enam jam

(dehidrasi berat).

d. Riwayat kesehatan meliputi sebagai berukut:

1) Riwayat riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi


campak.

Diare ini lebih sering terjadi dan berakibat berat bdan pada anak-anak

dengan campak atau yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir,

yaitu akibat penurunan kekebalan pada pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena

faktor ini salah satu kemungkinan penyebab diare menurut Axton

dalam (Susilaningrum et al., 2013).

3) Riwayat penyakit yang sering pada anak berumur di bawah 2 tahun

biasanya batuk, panas, pilek, serta kejang yang terjadi sebelum,

selama, atau setelah terjadinya diare.


e. Riwayat nutrisi menurut Depkes RI dalam (Susilaningrum et al., 2013)

Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal sebagai

berikut,

1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko

diare dan infeksi yang serius.

2) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak, diberikan dengan

botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah terjadi

pencemaran.

3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum

biasa), pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus, ingin minum

banyak, sedangkan pada dehidrasi berat anaka akan malah untuk minum atau

tidak mau minum.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).

b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).

c) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).

2) Berat badan

anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan

sebagai berikut.
3) Kulit

Untuk mengetahui elastisitas kulit, kita dapat melakukan pemeriksaan turgor,

yaitu dengan cara mencubit daerah perut dengan kedua ujung jari (bukan

kedua kuku). Turgor kembali cepat kurang dari 2 detik berarti diare tanpa

dehidrasi. Turgor kembali lambat bila cubitan kembali dalam waktu 2 detik

dan ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Turgor kembali sangat

lambat bila cubitan kembali > 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi

berat.

4) Kepala

Anak berumur di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubun

biasanya cekung.

5) Mata

Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. Bila dehidrasi

ringan atau sedang, kelopak mata cekung (cowong). Sedangkan dehidrasi

berat, kelopak mata sangat cekung.

6) Mulut dan lidah.

a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).

b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).

c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

7) Abdomen kemungkinan distensi, kram, bising usu meningkat.

8) Anus, adakah iritasi pada kulitnya.

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis

(kausal) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak diare yaitu:


1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan
kultur,
2) Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, clinic test), lemak, dan
kultur urine. Sebagaimana telah dibahas bahwa untuk menentukan
terjadinya dehidrasi pada anak, terdapat data-data penting yang harus
dikaji. Data-data ini selanjutnya untuk mengklasifikasikan diare.
Klasifikasi diare ini bukan diagnosis medis, tapi dapat digunakan untuk
menentukan tindakan apa yang harus diambil oleh petugas di lapangan.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang di ambil, mengunaka SDKI-SLKI-SIKI
1. Diare (D.0020)
2. Defisit Nutrisi (D.0019)

C. Rencana keperawatan
No Diangnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Diere Diare (D.0020) Setelah dilakukan Manajemen diare 1. indentifikasi adanya
(I.03101)
tindakan keperawatan inflamasi yang bertujuan
diharapkan masalah 1. Identifikasi untuk mengetahui
penyebab diare
eliminsasi fecal pemeriksaan tersebut
(mis. Inflamasi
(L.04033) membaik gastrointestinal, 2. riwayat pemberian makan
iritasi
dengan: 3. asupan cairan oral
gastrointestinal)
1. kosistensi feses 2. Identifikasi bertujuan untuk mencukupi
riwayat
membaik kebutuhan nutrisi
pemberian
2. frekueinsi defekasi makanan 4. bertujuan untuk
3. Berikan asupan
membaik mengatahui lebih dalam
cairan oral
3. peristaltik usus 4. Ambil sampel tentang penyakit yang di
darah untuk
membaik alami
pemeriksaan
darah lengkap 5. mencegah terjadinya
dan elektrolit
diare yang lebih parah
5. Anjurkan
menghindari
makanan, 
pembentuk gas,
pedas, dan
mengandung
lactose

2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi 1. status nutrisi pasien harus
(I.03119) :
(D.0019) tindakan keperawatan diedentifikasi
diharapkan masalah 1. Identifikasi status 2. bertujuan untuk
nutrisi
Status nutrisi mengatahui apakah pasien
2. Identifikasi alergi
membaik (L. 03030) dan intoleransi terdapat alergi
makanan
dengan K.H : 3. mempermudah dalam
3. Identifikasi
Porsimakan yang makanan yang memberikan asupan nutrisis
disukai
dihabiskan meningkat. 4. menanmbah nafsu makan
4. Sajikan makanan
Diare menurun. secara menarik pasien
dan suhu yang
IMT membaik 5. membantu pasien dalam
sesuai
5. Berikan makan mempercepat penyembuhan
tinggi serat untuk
dengan memberikan
mencegah
konstipasi makanan tinggi serat
6. Berikan makanan
6. bertujuan untuk
tinggi kalori dan
tinggi protein membantu pasien dalam
mempercepat proses
penyembuha
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Dermawan & Rahayuningsih, (2017). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem


Pencernaan), Yogyakarta: Gosyen Publishing.

mardalena, ida. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERNCERNAAN. PUSTAKA BARU PRESS.

Lia dewi, V. N. (2014). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. In 1. Jakarta: Salemba


Medika. https://doi.org/https://penerbitsalemba.com/v3/bookdisplay.php?id=604

Wijayaningsih, Kartika Sari 2013, Asuhan keperawatan anak, CV. Trans Info
Media : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai