Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN ANAK

“DIARE”

DISUSUN OLEH :

Hikmah Pujiarti, S.Kep

21220022

Dosen Pembimbing : Marwan Riki Ginanjar S.Kep.,Ners., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2020/ 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan


cair. Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat
dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan
sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air besar sebanyak
lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014).
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana
buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair
dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan
akibat dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus
(Wijayaningsih, 2013).

B. ETIOLOGI

Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai


infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau
penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan
“penyakit diare”, karena denga sebutan penyakit diare akan mempercepat
tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa
terlambat.
Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2013), penyebab
dari diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:

a. Faktor infeksi
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno
virus, rota virus, astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite: cacing
(ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba histolytica,
giardia lamblia, trichomonas humonis), jamur (canida albicous).
Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa)
dan monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada
anak serta bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
2) Protein.
3) Lemak.
c. Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
d. Faktor psikologis

C. Klasifikasi Diare

Menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:

1. Diare akut

Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut

didefinisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang

sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis

Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran pernapasan

atas (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya

sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda

tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.


2. Diare kronis
Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi atau
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14
hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau
sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
3. Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa
usus akibat bakteri invasif. Penyebab utama disentri akut adalah Shigella,
sedangkan penyebab lain adalah Campylobacter jejuni dan pcnycbab yang
jarang adalah E. coli enteroinvnsife atau Salmonella. Pada orang dewasa
muda, disentri yang serius sering kali disebabkan oleh Entamoeba
histolyticn. Akan tetapi, bakteri tersebut jarang menjadi penyebab disentri
pada anak-anak.
4. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya akut, tetapi berlangsng
lebih dari 14 hari. Kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri.
Diare jenis ini mengakibatkan -kehi1angan berat badan yang nyata,
dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga pasien berisiko
mengalamj dehidrasi. Diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab
mikroba tunggal, E. coli enteroaggregative, Shigella, dan Cryptosporidium
mungkin berperan lebih besar dari penyebab lain. Diare persisten tidak
boleh dikacaukan dengan diare kronik, yakni diare intermiten atau hilang
tirnbul, atau berlangsung lama dengan penyebab noninfeksi, seperti
penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang
diwariskan. (Betz, 2009).
5. MANIFESTASI KLINIS

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,


nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).

6. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama


gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga
gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal menurut
Wijayaningsih (2013) sebagi berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(output), merupakan penyebab terjadi kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun didalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
Produk metoabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen
pada anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, sehingga
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi pasien bisa meninggal.

7. PATWAY
8. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,


perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
9. PENATALAKSANAAN

1. Diare Tanpa Dehidrasi (Rencana Terapi A)


a. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat, orang tua
perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk diberikan pada anak di rumah,
juga perlu diberikan penjelasan mengenai:
1) Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (bila masih diberi
AS1).
2) Jika diberi ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
3) Jika tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan salah satu cairan
berikut ini, yaitu: oralit, kuah sayur, air tajin, atau air matang.
4) Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit di rumah:
a) 1 bungkus oralit masukkan kedalam 200 ml (1 gelas) air matang.
b) usia sampai 1 tahun berikan 50-100 m1 oralit setiap habis berak
c) berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Apabila muntah
tunggu10 menit, kemudian berikan lagi.
b. Lanjutkan pemberikan makan sesuai usianya.
c. Apabila keadaan anak tidak mebaik dalam 5 hari atau bahkan
memburuk, anjurkan agar anak dibawa ke rumah sakit. Selama
perjalanan ke rumahsakit, oralit tgtap diberikan.
2. Diare Dengan Dehidrasi Ringan/ Sedang (Rencana Terapi B)
a. Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan jumlah sekitar
75 ml / kgBB atau berdasarkan usia anak. Pemberian oralit pada bayi
sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun jumlah pemberian
oralit berdasarkan usia atau berat badan dalam 3 jam pertama adalah:
Sampai 4 bulan 4-12 bulan (6- 12-24 bulan 2-5 tahun (12-
(<6 kg) <10 kg) (10-<12 kg ) 19 kg)

200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml


Apabila anak menginginkan lebih, maka dapat diberikan. Anak berusia
di bawah 6 bulan yang sudah tidak minum ASI, diberikan juga air
matang sekitar 100-200 ml selama periode ini.
b. Ajarkan pada ibu cara untuk membuat dan ‘memberikan oralit, yaitu
satu bungkus oralit dicampur dengan 1 gelas (ukuran 200 m1) air
matang.
c. Lakukan penilaian setelah anak diobservasi 3 jam. Apabila membaik,
pemberian oralit dapat diteruskan di rumah sesuai dengan penanganan
diare tanpa dehidrasi. Apabila memburuk, segera pasang infus dan
rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera.

3. Diare dengan dehidrasi berat (rencana terapi C)


a. Jika anak menden'ta penyakit berat Iainnya, segera dirujuk. Selama'
dalam PerjaIanan, mintalah ibu untuk terus memberikan orah’t sedikit
demi sedikit dan anjurkan untuk tetap memberikan ASI
b. Jika tidak ada penyakit berat Iainnya, diperlukan tindakan sebagai
berikut:
1) Jika dapat memasang infus, segera berikan cairan RL atau
NaClsecepamya secara intravena sebanyak 100 ml/BB dengan pedoman
sebagai berikut:
Keterangan:
Umur Jumlah pemberian, 30 Pemberian
ml/kgBB, selama berikutnya, 70
ml/kgBB, selama

Bayi (<12 bulan) 1 jam pertama 5 jam berikutnya


Anak (12 bulan-5 30 menit pertama 2,5 jam berikutnya
tahun)
Periksa kembali setelah 1-2jam, jika status hidrasi belum membaik
(nadi lemah atau tidak teraba), ulangi pemberian pertama. Jika kondisi
membaik, teruskan penanganan seperti pada dehidrasi ringan/ sedang.
2) Jika tidak dapat memasang infus tetapi dapat memasang sonde, berikan
oralit melalui nasogastrik dengan jumlah 20 ml/ kg BB /jam selama 6
jam. Jika anak muntah terus-menerus dan perut kembung, berikan oralit
lebih 1ambat. Jika keadaan membaik setelah 6 jam, teruskan
penanganan seperti dehidrasiringan/sedang. Jika keadaan memburuk
segera lakukan rujukan.
3) Jika tidak dapat memasang infus maupun sonde, rujuk segera. Jika anak
dapat minum, anjurkan ibu untuk memberikan oralit sedikit demi
sedikit selama dalam perjalanan.

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG

laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang


tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan pada anak diare yaitu:

1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan


kultur,

2) Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, clinic test), lemak, dan
kultur urine
BAB II
PEMBAHASAN

1. KASUS

Pasien An N usia 2 tahun, datang ke Puskesmas Tanjung Sari diantar oleh ibunya
untuk berobat dengan keluhan BAB cair lebih dari 5 kali dalam sehari. BAB cair
dirasakan sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas, BAB yang dialami
sebanyak 1 gelas belimbing setiap BAB dan berwarna kekuningan. BAB cair
juga disertai lendir dan sedikit ampas. Saat BAB cair yang pertama kali, BAB
cair juga disertai darah, namun saat BAB cair berikutnya, BAB cair sudah tidak
disertai darah. Selain itu pasien juga mengalami demam 2 hari sebelum keluhan
BAB cair dirasakan. Demam yang terjadi tidak terlalu tinggi dan tidak
dipengaruhi oleh waktu.Ibu pasien mengatakan pasien terkadang rewel dan
hanya sedikit makan dan minum. Sebelum muncul keluhan BAB cair, pasien
mengkosumsi es kelapa muda milik ibunya. Didalam keluarga, tidak ada yang
mengalami keluhan serupa, ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak
diberikan ASI sejak lahir karena ASI tidak keluar sehingga pasien
mengkonsumsi susu formula sejak lahir. Pasien sering mengkonsumsi
makanan yang diberikan oleh tetangganya. Pasien juga terlihat sering bermain
bersama teman-teman sebaya di lingkungan rumahnya tanpa memakai alas kaki.
Sejak mengalami BAB cair, ibu pasien belum mencoba mencari pengobatan. Ibu
pasien hanya memberikan susu dan makanan yang lunak serta memberikan
kompres hangat ketika badan pasien terasa demam. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan keadaaan umum tampak sakit sedang, suhu tubuh 36,7oC, frekuensi
nadi 120x/menit, frekuensi nafas20x/menit, berat badan 12 kg dan panjang
badan 90 cm, status gizi baik (-2 sd +2 SD). Pada pemeriksaan status generalis
tidak didapatkan mata cekung, turgor kulit kembali segera .Bising usus
meningkat 14x/menit dan terdapat nyeri tekan epigastrium. Hidung dan telinga
tidak terdapat hiperemis maupun sekret. Suara napas vesikuler pada kedua
lapang paru dan bunyi jantung I-II regular

2. PERTANYAAN KLINIS

Terapi cairan apakah yang dapat diberikan kepada pasien anak dengan diare
kronis ?

3. PICO
P : Pasien An. N usia 2 tahun
I : Dioctahedral smectite (diosmektit)
C : menggunakan Dioctahedral smectite (diosmektit) dan tidak
menggunakan Dioctahedral smectite (diosmektit)
O : Memperpendek durasi diare kronik pada anak

4. SEARCHING LITERATURE ( JOURNAL )


Setelah dilakukan Searching Literature ( Journal ) di google scholar,
didapatkan 177 journal yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul
“Dioctahedral Smectite Memperpendek Durasi Diare Kronik Pada Anak “
Dengan alasan :
a. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus
b. Jurnal tersebut up to date

5. VIA
Validity:
a) Desain : deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif.

b) Sampel : pasien anak rawat inap yang terdiagnosis menderita diare kronik,
antara bulan Januari 2012 sampai Desember 2016 dan memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi adalah 45 pasien.

c) Kriteria inklusi dan ekslusi:


Kriteria inklusi: Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien anak usia
1 bulan sampai 14 tahun yang terdiagnosis penyakit diare kronik, yang
dirawat inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, antara bulan Januari 2012.
Kriteria eksklusi: Diare kronik dengan hasil feses lengkap didapatkan
darah dan atau parasit. Diare kronik dengan sakit berat atau penyulit seperti
HIV/AIDS, diare berdarah, kejang dengan penurunan kesadaran.

a) Randomisasi : Jumlah sampel yang diambil dari populasi menggunakan


metode pengambilan sampel secara purposive.

1) Importance dalam hasil


a. Karakteristik subjek:
Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi usia responden, jenis
kelamin responden
b. Beda proporsi :
Hasil penelitian tentang karakteristik responden berdasarkan umur
menunjukkan bahwa rentang usia antara anak usia 1 bulan sampai 14
tahun yang terdiagnosis penyakit diare kronik. Hasil penelitian tentang
karakteristik responden Berdasarkan jenis kelamin, jumlah pasien diare
kronik laki–laki adalah 20 orang (20/45) dan perempuan adalah 25 orang
(25/45).
c. Beda mean : Berdasarkan table hasil tersebut bahwa dapat disimpulkan
bahwa pasien diare kronik yang mendapatkan obat diosmektit sebanyak
14 anak memiliki lama diare yang jauh lebih pendek (14,85±0,97 hari)
dibandingkan yang tidak mendapatkan obat diosmektit sebanyak 31 anak
dengan diare kronik yang tidak mendapatkan obat diosmektit (26,95±0,6
hari), dengan nilai signifikansi p < 0,05.

d. Nilai p value : Dari hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat


perbedaan durasi lama rawat di rumah sakit antara pasien dengan diare
kronik yang mendapatkan obat diosmektit (14,85 ± 0,97 hari)
dibandingkan kelompok pasien dengan diare kronik yang tidak
mendapatkan obat diosmektit (26,95 ± 0,6 hari), dengan nilai signifikansi
p <0,05. Sehingga, dalam penelitian ini, pemberian obat dioctahedral
terbukti memperpendek duraasi diare pada kasus anak-anak dengan diare
kronik.

2) Applicability
a. Dalam diskusi
Dioctahedral smectite (diosmektit) merupakan mineral tanah liat yang
memiliki sifat menyerap cairan6. Diosmektit terbukti memiliki beberapa
sifat farmakologis yang bermanfaat untuk diare karena menyerap racun
patogen, garam empedu, dan lisoitin, termasuk enteropatogen. Namun
demikian, penelitian tentang penggunaan zat ini secara klinis masih
sangat terbatas, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengetahui
manfaat dari pemberian zat ini. Dalam penelitian ini didapatkan 45
catatan medis anak dengan diare kronik yang memenuhi kriteria inklusi
untuk dilakukan retrospektit kohort. Selanjutnya data tersebut dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu data dari anak yang mendapatkan diosmektit
(n=14) dan yang tidak mendapatkan diosmektit (n=31). Terdapat
perbedaan durasi lama rawat di rumah sakit antara pasien dengan diare
kronik yang mendapatkan obat diosmektit (14,85 ± 0,97 hari)
dibandingkan kelompok pasien dengan diare kronik yang tidak
mendapatkan obat diosmektit (26,95 ± 0,6 hari), dengan nilai signifikansi
p <0,05. Sehingga, dalam penelitian ini, pemberian obat dioctahedral
terbukti memperpendek duraasi diare pada kasus anak-anak dengan diare
kronik.
b. Karakteristik klien :usia responden dan jenis kelamin
responden
c. Fasilitas biaya :Tidak dicantumkan jumlah biaya yang
digunakan
6. Diskusi (membandingkan jurnal dan kasus)
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Dioctahedral Smectite Memperpendek
Durasi Diare Kronik Pada Anak “. Dalam penelitian ini didapatkan 45
catatan medis anak dengan diare kronik yang memenuhi kriteria inklusi untuk
dilakukan retrospektit kohort. Selanjutnya data tersebut dibagi menjadi 2
kelompok yaitu data dari anak yang mendapatkan diosmektit (n=14) dan yang
tidak mendapatkan diosmektit (n=31). Terdapat perbedaan durasi lama rawat di
rumah sakit antara pasien dengan diare kronik yang mendapatkan obat
diosmektit (14,85 ± 0,97 hari) dibandingkan kelompok pasien dengan diare
kronik yang tidak mendapatkan obat diosmektit (26,95 ± 0,6 hari), dengan nilai
signifikansi p <0,05. Sehingga, dalam penelitian ini, pemberian obat
dioctahedral terbukti memperpendek duraasi diare pada kasus anak-anak
dengan diare kronik. Maka dalam kasus ini bisa diterapkan pemberian obat
diosmektit pada pasien terbukti memperpendek duraasi diare pada kasus anak-
anak dengan diare kronik.
BAB III
KESIMPULAN

Diare kronik adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dengan konsistensi tinja lebih lembek atau cair dan berlangsung dalam waktu
lebih dari 2 minggu. Sebagian ahli lain berpendapat bahwa diare kronis
merupakan kategori luas kondisi diare dengan etiologi non infeksius yang
berlangsung lebih dari 2 minggu, dan ada lagi yang disebut dengan diare
persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan penyebab
infeksius.
Secara umum penatalaksanaan diare kronik ditujukan untuk mencegah dan
mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat
kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Dioctahedral smectite (diosmektit) adalah
mineral tanah liat yang bersifat absorben yang dapat digunakan untuk
pengobatan diare. Diosmektit terbukti memiliki beberapa sifat farmakologis
yang bermanfaat untuk diare. Diosmektit dapat menyerap racun patogen,
garam empedu, dan lisoitin, termasuk enteropatogen seperti E.coli, rotavirus,
dan coronavirus serta racun bakteri seperti enterotoksin clostridium difficile A,
B, C dan C.perfringens enterotoksin.
Pada penelitian ini pemberian diosmektit dapat mengurangi lama waktu
diare. Namun demikian, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan
metode penelitian yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lee KS, Kang DS, Yu J, Chang YP, and Park WS. How to Do in Persistent
Diarrhea of Children?: Concepts and Treatments of Chronic Diarrhea.
Pediatric Gastroenterology, Hepatology & Nutrition. 2012; 15(4):229-236.
2. Suraatmaja S. Diare Kronik dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RS Sanglah. Cetakan ketiga.
Sagung Seto. Denpasar. 2010.
3. Soenarto Y. Diare kronis dan Diare Persisten dalam Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid I. Cetakan ketiga. UKK Gastroenterologi-
Hepatologi. IDAI. Jakarta. 2012.
4. Matthai J. Chronic and Persistent Diarrhea in Infants and Young Children:
Status Statement. Pediatric Gastroenterology chapter. Indian Academy of
Pediatrics. 2011; 48.
5. Juffrie M, Mulyani NS. Diare Persisten dalam Modul Pelatihan Diare. Edisi
pertama. UKK Gastroenterologi-Hepatologi. IDAI. Jakarta. 2008.
6. Szajewska H, Dziechciarz P, Mrukowicz J. Meta-analysis: Smectite in the
treatment of acute infectiousdiarrhoea in children. Aliment Pharmacol Ther.
2006; 23: 217–227.
7. Faure C. Role of Antidiarrhoeal Drugs as Adjunctive Therapies for Acute
Diarrhoea in Children. International Journal of Pediatrics. 2013; 612403.
8. Dupont C, Foo JLK, Garnier P, et al. Oral Diosmectite Reduces Stool Output
and Diarrhea duration in Children With Acute Watery Diarrhea. Clinical
Gastroenterology and Hepatology. 2009; 7:456-462.
9. Evans, J. 2011. Protracted Diarrhea dalam Pediatric Gastrointestinal and
Liver Disease. Catakan keempat. Elsevier Saunders . USA 2011; 350-359
10. Dawn ER. 2010. Diarrhea dalam Pediatric Practice : Gastroenterology. 2010;
41-54
11. Faouzi K, Mrad AI, Azzouz M, et al. Efficacy of Diosmectite (Smecta) in the
Treatment of Acute Watery Diarrhoea in Adults : A Multicentre,
Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled, Parallel Group Study.
Gastroenterology Research and Practice. 2011; 1-8

Anda mungkin juga menyukai