Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT


DENGAN DIARE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik


Stase Keperawatan Anak

Koordinator Mata Kuliah:


Ns. Halina Rahayu, M.Kep

Disusun Oleh:

Khairul Hidayat
NIM. 201133034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT


DENGAN DIARE

Telah mendapatkan persetujuan dari Pembimbing Akademik dan Pembimbing


Klinik pada:

Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Harry Susilo, S.Kep, Ns _____________________


NIP. 1986122320171010001
KONSEP DASAR

A. Definisi Penyakit
Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan
cair. Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat
dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan
sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air besar sebanyak
lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014).
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana
buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair
dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan
akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus
(Wijayaningsih, 2013).

B. Etiologi
Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih
(2013) ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi
dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti
shigella, salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B.
Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan
bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan
saraf, alergi, hawa dingin dan sebagainya.
2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan
jamur terutama canalida.
b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:
1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin
dan mineral.
2) Kurang kalori protein.
3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir

Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2013), penyebab dari


diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie).
Adeno virus, rota virus, astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite:
cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas humonis), jamur (canida
albicous).
Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa)
dan monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada
anak serta bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
2) Protein.
3) Lemak.
c. Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
d. Faktor psikologis
C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang
pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati asam lambung,
mikroorganisme tersebutmberkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat dari toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
menurut Wijayaningsih (2013) sebagi berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
didalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metoabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam
hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan
muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan
50 persen pada anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, sehingga
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi pasien bisa meninggal.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari
diare, yaitu:
a. Nyeri perut (abdominal discomfort).
b. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
c. Rasa perih di ulu hati.
d. Rasa lekas kenyang.
e. Nafsu makan berkurang.
f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.
g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
h. Demam dan lemah.
i. Membrane mukosa mulut dan bibir kering.
j. Diare.
k. Pontanel cekung.

F. Komplikasi
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa
terjadi pada diare:
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang.
d. Bakterimia.
e. Mal nutrisi.
f. Hipoglikemia.
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan diare adalah:
1. Pemeriksaan feses
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilinictest
bila terdapat toleransi glukosa.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan
PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa
gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuatitatif, terutama pada penderita diare
kronik.

H. Penatalaksanaan
Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
b. Dietetik (pemberian makanan).
c. Obat-obatan.
1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali
setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan
dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
2) Sesuaikan dengan umur anak:
a) < 2 tahun diberikan ½ gelas,
b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas,
c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan
25- 100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.
4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
dehidrasi ringan sampai berat.
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT): 1) Larutan
gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus
+ 1 gelas air hangat atau air the hangat, 2) Air tajin (2 liter + 5g garam).
a) Cara tradisional.
3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit.
b) Cara biasa.
2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak hingga mendidih.
d. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya tahan
tubuh anak.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas Klien
b. Riwayat Keperawatan
Awal serangan: gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare. Keluhan utama: feses semakin cair, muntah, kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering,
frekuensi BAB lebih dari 4x dengan konsisten encer.
c. Riwayat Kesehatan Lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama:
1) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC, hepatitis.
2) Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis,
kelainan pembekuan darah, jiwa, asma.
e. Riwayat Psikososial
Ditanyakan tentang psikososial pasien.
f. Kebutuhan Dasar
1. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
2. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan
BAB
3. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
4. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat disentri abdomen.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum: Baik/cukup/lemah.
- Kesadaran: Composmentis/apatis/samnolen.
- Tinggi/panjang badan
- Berat badan sebelum sakit: Mengetahui perubahan berat badan
sebelum sakit dan saat sakit adakah penambahan berat badan atau
penurunan berat badan.
- Pernapasan, Nadi, Temperatur.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
2. Feses
Bakteri atau parasit
3. Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun
4. Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat
5. Analisa Gas Darah
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)

B. Masalah Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang dapat muncul yaitu:
1. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis.
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhann berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual/muntah.

C. Perencanaan Keperawatan
Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek yang dapat
diobservasidan diukur meliputi kondisi: perilaku atau dari persepsi pasien
keluargaatau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan.
Luaran/outcome keperawatan yang diharapkan berdasarkan pada
kasus/permasalahan di atas yaitu:
1. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam,
diharapkan eliminasi fekal membaik.
Kriteria hasil:
a. Kontrol pengeluaran feses meningkat
b. Konsistensi feses membaik
c. Frekuensi defekasi membaik

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


sekunder akibat diare
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam,
diharapkan keseimbangan cairan meningkat.
Kriteria hasil:
a. Asupan cairan meningkat
b. Haluaran urine meningkat
c. Asites menurun

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhann berhubungan dengan tidak


adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual/muntah
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam,
diharapkan status nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
a. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b. Berat badan atau IMT meningkat
c. Frekuensi makan meningkat

D. Intervensi Keperawatan
Tindakan/intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan
masalah di atas yaitu:
1. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis
Manajemen Diare
Observasi:
- Identifikasi penyebab diare (mis, inflamasi gastrointestinal, iritasi
pastrointestinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stress, efek obat-
obatan, pemberian botol susu)
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras, kepucatan pada bayi)
- Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja
- Monitor tanda dan gejala hypovelemia (mis. takikardi, nadi teraba
lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering,
CRT melambat, BB menurun)
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik:
- Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit, pedialyte,
renalyte)
- Anjurkan jalur intravena
- Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer laktat),jika perlu
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari maknaan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.loperamide, difenoksilat
- Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmolitik (mis.papaverin,
ekstak belladonna, mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


sekunder akibat diare
Manajemen Cairan
Observasi:
- Monitor status hidrasi
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Monitor status dinamik
Terapeutik:
- Catat intake output dan hitung balance cairan
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhann berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual/muntah
Manajemen Nutrisi
Observasi:
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
Terapeutik:
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Ikke, N. S. (2018). Asuhan Kebidanan Contuinity Of Care Pada Ny M Pada Masa


Hamil Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Pmb Ny Muryati S.st.
http://eprints.umpo.ac.id/4028

Talo, I. M. (2018). Asuhan keperawatan Intra Natal Care Pada Ny. S Di


Puskesmas Bakunase Kota Kupang. Poltekkes Kemenkes Kupang, 15(2).
http://repository.poltekeskupang.ac.id/371/

Anda mungkin juga menyukai