Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

N DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN DI RUMAH SAKIT AN-NISA TANGERANG

Disusun Oleh :
Muhamad Syamsudin Romadoni
221030230498

Pembimbing :
Ns. Andini Restu Marsiwi, M.kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Diare


1. Definisi Diare
Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair.
Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat dikatakan diare bila BAB
sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan
diare jika sudah buang air besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi,
2014).
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang
air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai
atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari terjadinya
proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2013).
2. Penyebab Diare
Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2013)
ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu sebagai berikut:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella,
salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B. Cereus,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-
bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan saraf,
alergi, hawa dingin dan sebagainya.
2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan
jamur terutama canalida
b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:
1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan
mineral.
2) Kurang kalori protein.
3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir
Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2013), penyebab dari
diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal. Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang
meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo
coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi
parasite: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas humonis), jamur
(canida albicous). Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) dan
monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak
serta bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
2) Protein.
3) Lemak.
c. Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
d. Faktor psikologis
3. Patofisiologis
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga timbul
diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal menurut Wijayaningsih
(2013) sebagi berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada
diare
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun didalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metoabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita
diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini
terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam
hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen pada
anak-anak.
d. Gangguan gizi Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, sehingga perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi pasien bisa meninggal.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala anak yang
mengalami diare:
a. Cengeng, rewel.
b. Suhu meningkat.
c. Gelisah.
d. Nafsu makan menurun.
e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan, feses
ini akan berwarna hijau dan asam.
f. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan
tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan
kesadaran, dan diakhiri dengan syok.
g. Anus lecet
h. Berat badan menurun.
i. Turgon kulit menurun
j. Mata dan ubun-ubun cekung.
k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering
5. Manifestasi Klinis
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari diare,
yaitu:
a. Nyeri perut (abdominal discomfort).
b. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
c. Rasa perih di ulu hati.
d. Rasa lekas kenyang.
e. Nafsu makan berkurang.
f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.
g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
h. Demam dan lemah.
i. Membrane mukosa mulut dan bibir kering.
j. Diare.
k. Pontanel cekung
6. Komplikasi
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa terjadi
pada diare:
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang.
d. Bakterimia.
e. Mal nutrisi.
f. Hipoglikemia.
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
7. Penatalaksanaan
Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
b. Dietetik (pemberian makanan).
c. Obat-obatan.
1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali
setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan
dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
2) Sesuaikan dengan umur anak:
a) < 2 tahun diberikan ½ gelas,
b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas,
c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan
25- 100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.
4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
dehidrasi ringan sampai berat.
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT):
1) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok teh garam
dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat,
2) Air tajin (2 liter + 5g garam).
a) Cara tradisional. 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak
selama 45-60 menit.
b) Cara biasa. 2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak hingga
mendidih.
d. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya tahan
tubuh anak.
BAB II

TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif, dan peninjauan
informasi riwayat pasien pada rekam medik. Informasi subjektif, misalnya dengan
wawancara pasien/ keluarga. Sedangkan informasi objektif, misalnya dengan
pengukuran tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik (Herdman, 2015). Data yang
perlu dikaji yaitu :

1. Identitas Pasien
Meliputi nama klien, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat
rumah, nama suami/penanggung jawab.
2. Diagnosa dan informasi medik
Tanggal masuk, no mr, ruang rawat, diagnosa medik, alasan masuk RS, yang
merujuk
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : demam, mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri pada
system tubuh.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang : Riwayat kesehatan sekarang yang dikaji
meliputi suhu tubuh meningkat, mukosa mulut kering, terdapat ruam pada
kulit (kemerahan).
b. Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat kesehatan dahulu meliputi pernah
menderita DHF atau tidak, riwayat kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari,
pola hidup (life style).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat adanya penyakit DHF dalam anggota
keluarga.
d. Data psikologis : Bagaimana perasaan klien dengan penyakitnya sekarang
sekarang.
e. Data sosial ekonomi : Pekerjaan, kebiasaan, dan kehidupan sehari- hari .
f. Aktivitas sehari-hari : Kaji pola makan, minum, eliminasi, istirahat dan tidur
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : bisa saja composmentis, somnolen, atau koma (tergantung
dari derajat penyakit DHF).
2) TTV : Biasanya terjadinya penurunan dalam pemeriksaan tanda-tanda
vital
b. Kepala dan Leher
Inspeksi : merintih, menahan aasakit.
Rambut : Lurus/keriting, warna, Ketombe, kerontokan
Mata : Simetris/tidak, pupil isokhor, konjunctiva tidak
anemis Hidung : Terdapat mukus/tidak, pernafasan cuping
hidung.
Telinga : Simetris, terdapat
mukus/tidak Bibir : Lembab,tidak ada
stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
c. Dada
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri
tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas norma
d. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat edema atau luka
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian epigastrium
Perkusi : dullness
Auskultasi : Terdengar bising usus
e. Ekstremitas
Atas : simetris, biasanya di temukan nyeri sendi
Bawah : simetris, biasanya ditemukan nyeri sendi
f. Genetalia
Inspeksi : Tidak ada kelainan
B. Diagnosa yang sering muncul
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan actual atau potensial yang
membutuhkan intervensi dan manajemen keperawatan (Siregar, 2021). Adapun
diagnosa keperawatan yang muncul adalah:

1. Hipertermia b.d Proses penyakit d.d suhu diatas nilai normal


2. Resiko Hipovolemia d.d kehilangan cairan secara aktif
3. Diare b.d proses infeksi d,d defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penentuan
luaran keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman,
efektif, dan etis (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018). Ada empat elemen penting yang
harus diperhatikan pada saat membuat perencanaan keperawatan yaitu membuat
prioritas, menetapkan tujuan dan membuat kriteria hasil. Merencanakan intervensi
keperawatan yang akan diberikan (termasuk tindakan mandiri dan kolabirasi dengan
tenaga kesehatan lainnya), dan melakukan pendokumentasian.

Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
Diare Setelah dilakukantindakan  Identifikasi penyebab diare
berhubungan keperawatan 3x24 jam,  Identifikasi riwayat pemberian
dengan proses diharapkan dengan kriteria makanan
infeksi hasil :  Monitor warna, volume,
ditandai  Konsistensi feses frekuensi, dan konsistensi tinja
dengan membaik  Monitor tanda dan gejala
Defekasi lebih  Frekuensi BAB hipovolemia
dari 3 kali membaik  Berikan asupan cairan oral
dalam 24 jam  Anjurkan makanan porsi kecil
dan sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
 Kolaborasi pemberian zinc
ILMU KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

I. Identitas Pasien Dan Orang Tua


Nama Anak : An.N Nama Ayah/ Ibu : Saepudin
Tempat/ Tanggal lahir : 10 Desember 2012 Usia Ayah/ Ibu : 35 tahun
Usia : 9tahun 10bulan Agama : Islam
Jenis kelamin : perempuan Suku Bangsa : Indonesia
Anak ke :2 Alamat : Tigaraksa
Tanggal masuk : 12 Oktober 2022 Pendidikan Ayah/ Ibu : SMA
Diagnosa Medis : Diare Pekerjaan Ayah/ Ibu : Wiraswasta

II. Keluhan Utama


Orangtua pasien mengatakan anaknya demam sudah 1 hari, dan BAB sebanyak 9x
dalam sehari

III. Keadaan Sakit Saat Ini


Pasien mengeluh mual, tampak lemas dan pucat. Feses cair kehijauan.

IV. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. Prenatal : Selama kehaliman tidak ada masalah dan rutin periksa kehamilan
ke bidan

2. Intra Natal : Persalinan Spontan

3. Post Natal : Bayi layir cukup bulan dengan 2,8 Kg dengan imunisasi lengkap, dan
ASI Eksklusif ASI dan MPASI

V. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit masa kanak-kanak : Pernah mengalami diare sebelumnya
2. Pernah dirawat di RS : Tidak pernah
3. Obat-obatan yang digunakan : Orang tua mengatakan lupa
4. Tindakan (Operasi) : Tidak Ada
5. Alergi : Tidak ada
6. Kecelakaan : Tidak ada
7. Imunisasi : Lengkap

VI. Riwayat Keluarga (Disertai Genogram)

VII. Riwayat Sosial


1. Yang mengasuh : Ibu dan Ayah
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Orang tua
3. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
4. Pembawaan secara umum : Baik
5. Lingkungan rumah : Baik
VIII. Kebutuhan Dasar
1. Makanan yang disukai/ tidak disukai : Tidak terkaji
Selera : Sebelum sakit baik, setelah sakit nafsu makan
menurun
Alat makan yang dipakai : Sendok, garpu, piring, dan gelas
Pola makan/ jam : sebelum sakit makan teratur, setelah sakit
makan hanya setengah porsi
2. Pola tidur : Baik
Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang biasa dibawa
saat tidur, dll)
Tidak terkakji
Tidur siang : Kadang-kadang
3. Mandi : hanya dilap dengan air hangat 2x sehari
4. Eliminasi : Baik (sebelum terkena diare)
5. Aktivitas bermain : Baik, ibu mengakatakn anak nya berkomunikasi
dengan teman main nya melalui vidio call WA

IX. Keadaan Kesehatan Saat Ini


1. Diagnosa Medis : Diare
2. Tindakan Operasi : Tidak ada tindakan oprasi
3. Status Nutrisi : Porsi makan 3x sehari dengan tambahan buah pisang. Cara
pengolahan makanan baik, menjaga kebersihan dan sanitasi baik, kebiasaan cuci
tangan
4. Status Cairan : Pasien terpasangan RL 500 CC dengan 28 tpm
5. Obat-obatan : - Zink 1x20mg Oral
- Pct 3x 280mg Oral
- Ambroxol 3x ½ tablet Oral
- Ranitidin 2x28mg Injek
- Ondansentron 2mg Injek
- Cefotaxime 2x1gr Injek
6. Aktifitas : Terbaring diranjang, Ibu mengakatakn anak nya sesekali
berkomunikasi dengan teman main nya melalui vidio call WA

6. Tindakan Keperawatan : Pemberian infus IV RL 28 tpm

7. Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hematologi
Hemoglobin 15,9 10,7-14,4 gr/dL
Hematokrit 48 35.00-47.00 juta/µl
Eritrosit 6,04 3,80-5,20 juta/µl
Leukosit 159,30 6000-17000 sel/µl
Trombosit 267 150-350 ribu/ µl
urine Kuning keruh
Protein +
LEV 4-5
Rl 2-3
Keton +
Bakteri +
X. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Pasien lemah, gelisah, lesu
2. TB/BB (percentile) : 140 cm/28 kg
3. Lingkar Kepala : 53 cm
4. Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikretik
5. Hidung : Lubang hidung simetris
6. Mulut : Simetris
7. Telinga : Kedua telinga simetris
8. Tengkuk : tidak terkaji
9. Dada : Bentuk simetris, suara nafas terdapat tambahan ronchi
10. Jantung : Frekuensi heart rate 132 x/menit
11. Paru-paru : Suara nafas fasikuler
12. Perut : Nyeri seperti melilit
13. Punggung : Simetris
14. Genitalia : Lengkap
15. Ekstremitas : Akral teraba Hangat
16. Kulit : Turgor elastis
17. Tanda Vital
TD : 105/72 mmHg
N : 135x/mnt
RR : 26x./mnt
S : 39.0
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1. Kemandirian dan Bergaul : Dapat minum sendiri dari cangkir/gelas yang
bergagang,memegang sendok dan makan sendiri, dapat menarik-narik benda
hingga terlepas, dan dapat turun sendiri dari sofa atau tempat tidur
2. Motorik Halus : Dapat mengambil atau meraih benda yang ada didekatnya
3. Kognitif dan Bahasa : Dapat meniru Gerakan seperti tepuk tangan, menanggapi
sesuatu dengan gesture dan suara, Bahasa sudah bisa beberapa kosa kata
4. Motorik Kasar : dapat memindahkan tubuhnya sendiri

XII. Informasi lain


-

XIII. Ringkasan Riwayat Keperawatan


A. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
 Orang tua pasien mengatakan pasien  Pasien tampak lemas
BAB 5x Sehari  Pasien tampak pucat
 Pasien mengatakan nyeri dibagian  Feses cair (menyengat, kuning)
perut seperti melilit  TD : 105/72 mmHg
 Pasien mengatakan demam sudah  N : 135x/mnt
2hari  RR : 26x./mnt
 Orang tua pasien mengatakan pasien  S : 39.0
muntah lebih dari 1x

B. Analisa Data
No Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
1 DS : Proses infeksi Diare
- Orang tua pasien (D.0020)
mengatakan pasien BAB
5x sehari
- Pasien mengatakan nyeri
seperti melilit
DO :
 Pasien tampak lemas
 Pasien tampak pucat
 Feses cair (menyengat,
kuning)
 TD : 105/72 mmHg
 N : 135x/mnt
 RR : 26x./mnt
 S : 39.0
2 DS : Kehilangan cairan Risiko Hipovolemia
 Pasien mengatakan secara aktif (D.0034)
demam sudah 2hari
 Orang tua pasien
mengatakan pasien
muntah lebih dari 1x
DO :
 Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
 Pasien tampak pucat
 Balance cairan : 86.69/jam
 TD : 105/72 mmHg
 N : 135x/mnt
 RR : 26x./mnt
 S : 39.0
3 DS : Pasien mengatakan Proses penyakit Hipertermia
demam 1 hari (D.00130)
DO :
 Pasien tampak pucat
 Kulit terasa hangat
 Kesadaran compos mentis
 TD : 105/72 mmHg
 N : 135x/mnt
 RR : 26x./mnt
 S : 39.0

C. Diagnosa keperawatan
1. Diare b.d Proses Infeksi d.d Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Resiko Hipovolemia d.d Kehilangan cairan secara aktif
3. Hipertermia b.d Proses penyakit d.d Suhu diatas nilai normal
D. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Diare berhubungan Setelah dilakukantindakan  Identifikasi penyebab
dengan proses keperawatan 3x24 jam, diare
infeksi ditandai diharapkan dengan kriteria  Identifikasi riwayat
dengan Defekasi hasil : pemberian makanan
lebih dari 3 kali  Konsistensi feses  Monitor warna, volume,
dalam 24 jam membaik frekuensi, dan
 Frekuensi BAB konsistensi tinja
membaik  Monitor tanda dan
gejala hipovolemia
 Berikan asupan cairan
oral
 Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
 Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung laktosa
 Kolaborasi pemberian
zinc

2 Risiko hipovolemia Setelah dilakukan tindakan  Periksa tanda dan gejala


ditandai dengan keperawatan 3x24 jam, hipovolemia
kehilangan cairan diharapkan dengan kriteria  Monitor intake dan
secara aktif hasil : output cairan
 Diare menurun  Hitung kebutuhan
 Berat badan membaik cairan
 Nafsu makan membaik  Berikan asupan cairan
oral
 Kolaborasi pemberian
cairan IV leotonis (RL)
3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi penyebab
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam, hipertermia
proses penyakit diharapkan dengan kriteria  Monitor suhu tubuh
ditandai dengan suhu hasil :  Longgarkan pakaian
diatas nilai normal  Pucat menurun atau lepaskan pakaian
 Suhu tubuh membaik  Lakukan pendinginan
 Suhu kulit membaik eksternal (kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

E. Implementasi Keperawatan
Tanggal/jam No DX Implementasi TTD
26.10.22/08.00 1  Mengidentifikasi penyebab diare
 Mengidentifikasi riwayat pemberian
makanan
 Memonitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
 Memonitor tanda dan gejala hipovolemia
 Memberikan asupan cairan oral
 Menganjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
 Menganjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
 Kolaborasi pemberian zinc
2  Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
 Memonitor intake dan output cairan
 Menhitung kebutuhan cairan
 Memberikan asupan cairan oral
 Kolaborasi pemberian cairan IV leotonis
(RL)
3  Mengidentifikasi penyebab hipertermia
 Memonitor suhu tubuh
 Melonggarkan pakaian atau lepaskan pakaian
 Melakukan pendinginan eksternal (kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
21.10.22/09.00 1  Memonitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
 Memonitor tanda dan gejala hipovolemia
 Memberikan asupan cairan oral
 Menganjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
 Menganjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
 Kolaborasi pemberian zinc
2  Memonitor intake dan output cairan
 Memberikan asupan cairan oral
 Kolaborasi pemberian cairan IV leotonis (RL)
3  Memonitor suhu tubuh
 Melonggarkan pakaian atau lepaskan pakaian
 Melakukan pendinginan eksternal (kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
22.10.22/10.00 1  Memonitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
 Memonitor tanda dan gejala hipovolemia
 Memberikan asupan cairan oral
 Menganjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
2  Memonitor intake dan output cairan
 Memberikan asupan cairan oral
 Kolaborasi pemberian cairan IV leotonis (RL)
3  Memonitor suhu tubuh

F. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/jam No Dx Evaluasi/SOAP
20.10.22/09.00 1 S:
 Pasien mengatakan mual
 Pasien mengatakan lemas
O:
⎻ BAB 5x, feses cair (kuning, menyengat)
⎻ Tampak pucat
⎻ Tampak lemas
 TD : 105/72 mmHg
 N : 135x/mnt
 RR : 26x./mnt
⎻ S : 39.0 c
A:
 Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
tinja
 Memonitor tanda dan gejala hipovolemia
 Memberikan asupan cairan oral
 Menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
 Menganjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa
 Kolaborasi pemberian zinc

20.10.22/09.10 2 S:
 Pasien mengatakan tidak nafsu makan
O:
 BAB 5x
 Kebutuhan cairan pasien : 1.870ml/hari
 Terpasang infus
 IV RL 28/tpm
 Balance cairan : 86.69/jam
 TD : 105/72 mmHg
 N : 135x/mnt
 RR : 26x./mnt
⎻ S : 39.0 c
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor intake dan output cairan
 Memberikan asupan cairan oral
 Kolaborasi pemberian cairan IV leotonis (RL)
20.10.22/09.23 3 S:
 Pasien mengatakan lemas
O:
 Suhu : 39.0 C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor suhu tubuh
 Melonggarkan pakaian atau lepaskan pakaian
 Melakukan pendinginan eksternal (kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
21.10.22/09.00 1 S:
 Pasien mengatakan lemas
O:
⎻ BAB 4x, feses halus (kuning kecoklatan, menyengat)
⎻ Tampak pucat
⎻ Tampak lemas
 TD : 115/82 mmHg
 N : 128x/mnt
 RR : 25x./mnt
⎻ S : 38.0 c
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
tinja
 Memonitor tanda dan gejala hipovolemia
 Memberikan asupan cairan oral
 Menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
 Menganjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa
 Kolaborasi pemberian zinc
21.10.22/09.10 2 S : Pasien mengatakan sudah mau makan sedikit tapi sering
O:
 BAB 4x
 Suhu : 38.0
 Terpasang infus
 IV RL 28/tpm
 Balance cairan : 86.69/jam
 TD : 115/82 mmHg
 N : 128x/mnt
 RR : 25x./mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor intake dan output cairan
 Memberikan asupan cairan oral
 Kolaborasi pemberian cairan IV leotonis (RL)
21.10.22/09.15 3 S : Pasien mengatakan masih sedikit lemas
O:
 Suhu : 38.0
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor suhu tubuh
 Melonggarkan pakaian atau lepaskan pakaian
 Melakukan pendinginan eksternal (kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
22.10.22/10.00 1 S:
O:
⎻ BAB 2x, feses seperti gumpalan (kecoklatan, bau khas
tak sedap)
⎻ Tampak pucat
⎻ Tampak lemas
 TD : 120/80 mmHg
 N : 125x/mnt
 RR : 25x./mnt
⎻ S : 36.8 c
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

22.10.22/10.07 2 S:-
O:
 BAB 2x
 Suhu : 36.8
 Terpasang infus
 IV RL 28/tpm
 Balance cairan : 86.69/jam
 TD : 120/80 mmHg
 N : 125x/mnt
 RR : 25x./mnt
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
22.10.22/10.10 3 S : Pasien mengatakan sudah tidak lemas
O:
 Suhu : 36.8
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Najah, H, 2020. Asuhan Keparawatan Pada Anak Dengan Diare Yang Dirawayt

Dirumah Sakit. repository.poltekkes-kaltim.ac.id http://repository.poltekkes-

kaltim.ac.id ›

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai