2. PREVALENSI
Diare saat ini menjadi pemicu utama angka kematian dan kesakitan anak di
dunia dan merupakan salah satu masalah global dan penyakit pembuhuh nomor satu
pada bayi dan balita di negara berkembang yang belum teratasi dengan baik. World
Health Organization (WHO) menyatakan diare merupakan penyebab morbiditas dan
mortalitas pada usia kurang dari 5 Tahun (WHO, 2018). Data WHO menyebutkan
bahwa angka kematian akibat diare di seluruh dunia berkisar 525.000 pada tahun
2017 dan meningkat menjadi 760.000 kematian pada tahun 2018, sedangkan 688 juta
anak mengalami sakit akibat diare pada tahun 2017 dan 1,7 miliar anak mengalami
sakit akibat kasus diare pada tahun 2018 (WHO, 2018).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2017, diare yang ditangani di
fasilitas Kesehatan sebanyak 74,33% dan 36,9% pada tahun 2018. Profil Kesehatan
Jawa Tengah menangani kasus diare pada bayi dan balita sebanyak 55,8% pada tahun
2018 dan meningkat menjadi 62,7% pada tahun 2018 ( Profil Kesehatan Jawa Tengah,
2018).
3. ETIOLOGI
Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih
(2013) ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam
dua golongan yaitu sebagai berikut:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
1. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella,
salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B. Cereus,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan
kimia dari makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,
(terlalu asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi,
hawa dingin dan sebagainya.
2. Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan jamur
terutama canalida.
b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:
1. Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan
mineral.
2. Kurang kalori protein.
3. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir
5. MANIVESTASI KLINIS
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari
diare, yaitu:
a. Nyeri perut (abdominal discomfort).
b. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
c. Rasa perih di ulu hati.
d. Rasa lekas kenyang.
e. Nafsu makan berkurang.
f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.
g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
h. Demam dan lemah.
i. Membrane mukosa mulut dan bibir kering.
j. Diare.
k. Pontanel cekung.
6. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
7. PATHWAYS
8. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan Medis
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan
rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-
lain, disebut CRO tidak lengkap
2) Cairan parentral
Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian
cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
b. Pengobatan Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi
dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari,
3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,
Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
9. KONSEP TUMBANG DAN HOSPITALISASI
a) Pertumbuhan
b) Perkembangan
c) Hospitalisasi
10. Konsep dasar keperawatan
a) Fokus pengkajian