Disusun Oleh:
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Fall Morse Scale. Tugas ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan tugas ini. Kami juga berterimakasih kepada dosen pembimbing
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam tugas ini baik dari segi
tulisan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan rasa hormat kami menerima kritik dan
saran dari pembaca tugas ini.
Sekian dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Insiden jatuh pada lansia menjadi masalah serius bagi pasien rawat inap yang dengan
keterbatasan aktivitas. Saat ini telah tersedia instrument untuk mengukur risiko jatuh
untuk pasien lanjut usia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan risiko
jatuh pasien lanjut usiadengan menggunakan instrument Hendrich False Scale (HFS) dan
Morse False Scale (MFS). Metode Desain penelitian yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian komparatif longitudinal.Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
usia lanjut di ruang perawatan D2 dan D3 Rumah SakitAdi Husada. Terdapat 20
responden lansia yang diperoleh dengan menggunakan teknik purposivesampling.
Variabel penelitian ini adalah nilai risiko jatuh dengan penggunaan instrument HFS
danMFS.
Data dianalisis dengan menggunakan wilcoxon signed rank test dengan nilai signifi
kansi α≤0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen HFS yang dibandingkan
denganMFS di hari pertama memiliki sensitivitas yang sama yaitu 100%, pada hari
kedua, 80%, hari ketiga, 31,3%, hari keempat: 20%. Perbandingan spesivisitas HFS dari
MFS pada hari pertama yaitu 64%:100%.
Hasil analisis statistic pada kedua skala penilaian menunjukkan bahwa ada perbedaan
nilai pada hari pertama p=0,180; hari kedua p=0,58; ketiga dan hari keempat p=0,001.
Instrumen MFSlebih sensitif untuk mendeteksi pasien usia lanjut dengan risiko jatuh.
Kesimpulan dari hasilinstrument ini MFS adalah lebih sensitif dibandingkan HFS untuk
menilai lansia dengan risiko jatuhkarena item-item penilaian yang lebih rinci. Disarankan
bahwa pasien lansia dengan risiko jatuh perlumenilai dengan menggunakan MFS.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui tentang skala morse pada lansia dan
bagaimana cara mengukur skala morse pada lansia.
1.3 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut (Darmojo & Martono, 2015) jatuh pada lansia salah satumasalahfisik yang
seringterjadi, bertambahnyausiaakanberpengaruhpadakondisifisik, mental, danfungsitubuh
yang dipengaruhidaribeberapafaktorresikojatuhlansiayaitufaktorinstrinsikdanekstrinsik.
Faktorinstrinsikterjadipadagangguandalamberjalan, kelemahanototpadabagianbawah,
kekakuansendi, kaki tidakdapatmenapakdengankuat. Sedangkanfaktorekstrinsiksepertilantai
yang licindantidak rata, tersandungakibatbenda-benda yang berserakan, kursiroda yang
lupatidakdikunci, danpenerangancahaya yang tidakmemadai yang
membuatlansiacenderungmudahjatuhdantersandunghalini yang
membuatresikojatuhlansiasemakintinggi.
1. Riwayatjatuh
Inidinilaisebagai 25
jikapasientelahjatuhselamamasukrumahsakitsaatiniataujikaadariwayatkejatuhanfisiolo
gislangsung, sepertidarikejangataugayaberjalan yang
terganggusebelumnyapenerimaan. Jikapasienbelumjatuh, inidiberiskor 0. Catatan:
Jikaseorangpasienjatuhuntukpertamakalinya,
makapasiennyaatauskornyasegerameningkatsebesar 25.
2. Diagnosis sekunder
Skoriniadalah 15 jikalebihdarisatu diagnosis medisterdaftarpadapasien. grafik;
jikatidak, skor 0.
3. Alat bantu rawatjalan
Inidiberiskor 0 jikapasienberjalantanpaalatbantujalan (walaupundibantuolehperawat),
menggunakankursiroda, atausedangberistirahatdantidakbangunsamasekali.
Jikapasienmenggunakankruk, tongkat, ataualat bantu jalan, item inimendapatskor 15,
jikapasienberniatmencengkeramfurnituremendukung, skor item ini 30.
4. Terapiintravena
Inidinilaisebagai 20 jikapasienmemilikialatintravenaataukunci heparindimasukkan,
jikatidak, skor 0.
5. Kiprah
Kiprah normal ditandaiolehpasienberjalandengankepalategak,
lenganterayunbebassamping, danmelangkahtanparagu-ragu. Kiprahiniskor 0.
Dengankiprah yanglemah (skor 10),
pasienadalahbungkuktetapimampumengangkatkepalasambilberjalantanpakehilangank
eseimbangan. Langkahnyapendekdanpasiendapatmengocok.
Dengangangguangayaberjalan (skor 20),
pasienmungkinmengalamikesulitanbangkitdarikursi,mencobabangkitdenganmendoron
glengankursi / ataudenganmemantul (yaitu,
denganmenggunakanbeberapaupayauntukBangkit). Kepalapasientiarap,
daniamengawasitanah. Karenakeseimbanganpasienmiskin,
pasienmenggenggamfurnitur, orang yang mendukung,
ataubantuanberjalanuntukdukungandantidakbisaberjalantanpabantuanini.
6. Status mental
SaatmenggunakanSkalaini, status mental
diukurdenganmemeriksasendiripasienpenilaiankemampuannyasendiriuntukambulasi.
Tanyakankepadapasien,
“ApakahAndabisapergikekamarmandisendirianatauAndabutuhbantuan?
"Jikajawabanpasienmenilaikemampuannyasendirikonsistendenganperintahrawatjalan
di Kardex®, pasiendinilai "normal" dandiberinilai 0.
Jikaresponspasientidakkonsistendenganperintahkeperawatanataujikaresponspasientida
krealistis, makapasiendianggapmelebih-
lebihkankemampuannyasendiridanlupaakanketerbatasansertamencetak 15.
7. Penilaiandan Tingkat Risiko
:Skortersebutkemudiandihitungdandicatatpadagrafikpasien. Tingkat risikodantindakan
yang direkomendasikan (mis. tidakadaintervensi yang diperlukan,
intervensipencegahanjatuhstandar, risikotinggiintervensipencegahan)
kemudiandiidentifikasi.
CatatanPenting :
2.2Tujuandaritindakan
a. Mengkajiataumengidentifikasiresikojatuhklien
b. Membantumengenaliintervensi yang dibutuhkanuntukmencegahjatuhklien
c. Mengurangiresikoterjatuhpadalansia
a) Indikasi
1. Kliendengangangguanmuskuloskeletal, gangguankardiovaskuler,
penurunanpandangan, menggunakanalat bantu berjalan, gangguan status mental
2. Kliendalammasaperawatanakutbaik di
rumahsakitmaupunperawatanjangkapanjang di rumah
3. Klienyang mengalamiperubahankondisikesehatan
4. Klien yang mengalamiperubahanpadaaturanpengobatan yang
membuatklienmemilikirisikojatuh,
b) Kontraindikasi
Tidakadakontraindikasi
c) Komplikasi
Tidakadakomplikasi
2.4Format Pengukuran Skala Morse Pada Lansia
Nama Lansia :
Umur :
Tanggal :
dalam 3 bulanterakhir? Ya 25
lebihdarisatupenyakit? Ya 15
- Berpeganganpadabenda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
terpasanginfus? Ya 20
- Lemah (tidakbertenaga) 10
6. Status Mental
- Lansiamenyadarikondisidirinya 0
- Lansiamengalamiketerbatasandayaingat 15
Total Nilai
Pemeriksa
( )
Keterangan:
Risikotinggi ≥ 51 Pelaksanaanintervensipencegahanjatuhrisikotinggi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fall Morse Scale (FMS) merupakan sebuah metode yang cepat dan sederhana untuk
menilai kemungkinan jatuh klien lansia. Penilaian dengan Fall Morse Scale terdiri dari 6
bagian yang meliputi riwayat jatuh, diagnosis penyakit, bantuan berjalan, terapi intravena,
gaya berjalan dan status mental. Morse Fall Scale (MFS) adalah metode cepat dan sederhana
untuk menilai kemungkinan pasien jatuh.
3.2 Saran