Disusun oleh:
Kelompok 10 / Kelas: 5B
Dosen pembiming:
Umdatus Soleha, SST., M,Kes
1
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucap syukur kehadirat Allah SWT. yang hanya dengan rahmat
serta petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah dan asuhan keperawatan
“Gangguan Persepsi Sensoris (Katarak)” Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 3 .Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan
bimbingan saran dan nasehat dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kapada yang terhormat dosen Pmebimbing yang
telah memberikan tugas dan kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun
makalah ini. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta
nasihat hingga tersusunnya makalah ini hingga akhir.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3 Tujuan.......................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORI............................................................................8
2.1 Pengertian.................................................................................................8
2.2 Etiologi.....................................................................................................9
2.3 Manifestasi Klinis...................................................................................10
2.4 Patofisiologi............................................................................................11
2.5 Komplikasi..............................................................................................14
2.6 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................14
2.7 Penatalaksanaan......................................................................................15
2.8 Pencegahan ............................................................................................18
2.9 Jurnal Penelitian......................................................................................20
BAB 3 TINJAUAN KASUS........................................................................22
3.1 Pengkajian...............................................................................................22
3.2 Diagnosa.................................................................................................25
3.3 Intervensi................................................................................................25
3.4 Implementasi...........................................................................................27
3.5 Evaluasi...................................................................................................27
BAB 4 APLIKASI KASUS..........................................................................29
4.1 Kasus Semu............................................................................................29
4.2 Asuhan Kperawatan................................................................................29
BAB 5 PENUTUP........................................................................................45
3
5.1 Kesimpulan.............................................................................................45
5.2 Saran.......................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................46
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan. Sehingga kami
sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah
danmenanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah
raangkuman makalahtentang katarak sebagai bahan bela'ar dan pendidikan bagi
mahasiswa keperawatan.
1.3 Tujuan
6
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dari penyakit katarak.
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi pada penyakit katarak.
3. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis pada penyakit katarak.
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada penyakit katarak
5. Mahasiswa mampu memahami komplikasi yang terjadi pada penyakit katarak,
6. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang pada penyakit katarak.
7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada penyakit katarak.
8. Mahasiswa mampu memahami pencegahan pada penyakit katarak.
7
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup
air terjuan akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya ( Anas Tamsuri, 2016 )
Katarak atau kekeruhan lensa yang tersering terjadi pada orang yang
berusia tua disebut sebagai kekeruhan lensa atau katarak senilis (katarak terkait
usia). Sejumlah kecil kekeruhan lensa atau katarak juga dapat berhubungan
dengan penyakit mata seperti glaukoma, ablasi, retinitis pigmentosa, trauma,
uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata steroid, dan tumor intraokular.
Selain itu bisa juga dipengaruhi oleh penyakit sistemik spesifik. Misalnya
diabetes, galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela
kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak turunan.
Radiasi sinar X turut diduga dapat memengaruhi kekeruhan lensa mata.
Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,
yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut.
Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan
penuaan (Vaughan, 2000). Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada
saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata
tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit
sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan
mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001) Hal 1996. Katarak
adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal ini
disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup
8
oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2. Jadi dapat disimpulkan,
katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke
retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan
penglihatan.
2.2 Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami
katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam
kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata
mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks
lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada
anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini
menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga
kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada
usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada
usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak
biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda.
Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang
sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam
bulan hingga tahun. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak
lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya
kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari
cahay matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan
radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya
katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin,
indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak
komplikata (Ilyas, 2016) .
9
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2011).
10
2.4 Patofisiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70
tahun, dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak
dapat juga diakibatkan oleh kelainan konginental, atau penyulit penyakit mata
lokal menahun. Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya
ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan
dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan
kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak
tidak mengandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat perubahan
kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil dan penyebab maupun
implikasinya tidak diketahui. Akhir – akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet
sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata.
Penyelidikan epidemiologi mennjukan bahwa di daerah – daerah yang spanjan g
tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia
65 tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang
mempengaruhi efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan
pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam
intraokular. ( Anas Tamsuri, 2016 )
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
11
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.
12
Pathyway
Katarak
13
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu
penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan
Uveitis. Komplikasi yang dapat muncul pasca operasi tergolong rendah. Namun
bila operasi katarak atau kekeruhan lensa mengalami komplikasi, maka mungkin
saja terdapat kehilangan penglihatan sebagian maupun total.
14
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
2.7 Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah
keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2016). Meski telah banyak usaha
yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya
katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James, 2016). Untuk menentukan
waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan
bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-
hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur
didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr
Sidarta Ilyas, dkk, 2012).
15
tindakan operasi. Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan
operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan
penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak
terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah
peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas
pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi
katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social
atau atas indikasi medis lainnya
16
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai
akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia. Pada pembedahan jenis
ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan
proses ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi mengalami
retinal detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa
intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa
dibekukan dengan probe super dingin dan kemudian diangkat.
17
intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang
dalam tahap pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau
masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi,
yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat
jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang
yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi
laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali
menjadi jelas.
2.8 Pencegahan
Beberapa cara di bawah ini dapat membantu mencegah mata katarak, terutama
bagi Anda yang memiliki keluarga dengan riwayat katarak, yaitu:
18
3. Menjaga kesehatan tubuh secara umum
Anda dianjurkan untuk selalu menjaga dan memantau kesehatan
tubuh, sebab ada beberapa penyakit yang dapat meningkatkan risiko mata
terkena katarak. Misalnya diabetes, kondisi mata yang tidak sehat, serta
komplikasi dari operasi mata yang pernah dijalani. Anda juga sebaiknya
berhati-hati terhadap penggunaan kortikosteroid jangka panjang, karena dapat
mempertinggi risiko terkena katarak.
4. Mengatur pola makan
Pilih makanan bernutrisi yang banyak mengandung vitamin serta
antioksidan. Selain menyehatkan tubuh, asupan makanan ini dapat menjaga
berat badan sekaligus mengurangi risiko terhadap katarak. Makanan
bernutrisi yang baik untuk mata misalnya biji-bijian, serta sayuran dan buah-
buahan berwarna terang. Contohnya bayam, brokoli, paprika, dan kacang-
kacangan.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi antiokisidan, seperti vitamin C dan
lutein, berdampak signifikan dalam menekan risiko terbentuknya katarak.
Mata katarak terjadi ketika lensa mata menjadi keruh karena oksidasi dalam
jangka panjang. Vitamin C dan lutein diketahui dapat menghentikan oksidasi
pada lensa mata. Sumber alami vitamin C di antaranya adalah jeruk, tomat,
stroberi, brokoli, melon, dan kiwi.
5. Menjaga berat badan ideal
Kelebihan berat badan atau obesitas akan meningkatkan risiko
terkena diabetes, yang merupakan faktor risiko mata katarak. Cara yang dapat
Anda lakukan adalah menjaga pola makan yang baik dan nutrisi yang
seimbang, diimbangi dengan rutin berolahraga, seperti berenang, berlari, atau
sekadar berjalan kaki ringan mengitari lingkungan tempat tinggal di pagi hari.
6. Hentikan kebiasaan merokok sekarang juga
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terkena mata
katarak. Merokok menciptakan lebih banyak radikal bebas di mata Anda.
Untuk menurunkan risiko katarak, disarankan untuk mengurangi atau
menghentikan kebiasaan merokok. Apabila Anda merasa upaya ini begitu
berat, cobalah berkonsultasi kepada dokter.
19
7. Kurangi konsumsi minuman beralkohol
Peneliti : Mahmudah
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi dan motivasi penderita
katarak terhadap operasi katarak massal
Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian diperoleh data yaitu persepsi baik sebanyak
59,6% dan motivasi baik 53,2%. Berdasarkan analisis statistik terdapat hubungan
20
antara persepsi penderita katarak dengan motivasi mengikuti operasi katarak
massal
dengan pvalue 0,006. Dengan demikian persepsi yang baik akan menghasilkan
motivasi yang baik, begitupun sebaliknya. Untuk meningkatkan persepsi dan
motivasi yang baik perlu peningkatan pelayanan dalam penyelenggaraan operasi.
21
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
22
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait
usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi
pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut:
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
23
d. Pola nutrisi metabolic
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat
badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna,
bau dan frekuensi.
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h.Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalah saat menstruasi.
24
3.2 Diagnosa
Menurut SDKI (2016) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori katarak adalah :
3.3 Intervensi
25
a. kolaborasi pemberian obat
yyang mempengaruhi persepsi
stimulus
2. Setelah dilakukan intervensi Terapi Relaksasi
selama 2 x 24 jam maka Observasi
ansietas menurun, dengan a. Periksa ketegangan otot,
kriteria hasil: frekuensi nadi, tekanan darah,
1. Merasa khawatir akibat suhu sebelum dan sesudah
kondisi yang dihadapi 4 (cukup latihan
menurun) b Monitor respon terhadap
2. Sulit tidur 4 (cukup terapi relaksasi
menurun) Terapeutik
3. Perilaku gelisah 4 (cukup a. Ciptakan lingkungan tenang
menurun) tanpa ada gangguan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
b. Anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
c. Anjurkan sering mengulangi
teknik relaksasi yang dipilih
3. Setelah dilakukan intervensi 2 Manajemen Nyeri
x 24 jam maka nyeri menurun, Obseervasi
dengan kririteria hasil : a. Identifikasi lokasi, durasi,
1. Keluhan nyeri 4 (cukup frekuensi, kualitas, dan
menurun) intensitas nyeri
2. Meringis 4 (cukup menurun) b. Identifikasi skala nyeri
3. Pola tidur 4 (cukup c,. Identifikasi factor yang
membaik) memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
a. Berikan teknik
26
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b. control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
b. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri
Terapeutik
Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
3.4 Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam intervensi (rencana keperawatan).
3.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
evektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan
pelaksanaan (Nursalam, 2011).
1. SOAP
27
Objektif : menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klie, hasil
laboratorium, dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk
mendukung assessment
28
BAB 4
APLIKASI KASUS
Nama : Ny. W
Umur : 50 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
29
Umur : 56 th
Pekerjaan : Swasta
Keluhan utama
Pemeriksaan Fisik
30
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa
cepat sembuh
- Gigi : Lengkap
- Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
- Warna : kuning
- Konsistensi : cair
BAK :
31
- Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
- Kesulitan : inkotinensia
- Waktu : malam
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
- Pekerjaan : swasta
- Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau
keluarga
32
- Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
- Agama : islam
Pemeriksaan fisik
4. Kesadaran : Composmentis
5. BB : 50 kg
6. TB : 155 cm
7. Tanda-tanda vital
- TD : 150/ 110mmHg
- N : 90 x/m
- RR :22 1x/m
8. Kulit
- Kelembapan : kering
9. Kepala :
33
- Inspeksi : rambut bersih
10. Mata
- Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak
timbul refeksi merah.
- Konjungtiva : anemis
- Sklera : putih
11. Telinga
- Kebersihan : bersih
- Kebersihan : bersih
34
- Tanda radang : Lidah
14. Leher
- Trakea : simetris
15. Thorak/paru
- Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
16. Jantung
17. Abdomen
- Inspeksi : simetris
18. Ekstremitas
ROM :
19. Neurologis
35
- Kesadaran (GCS) :
- Motorik : kejang
ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa
1. DS : Gangguan Gangguan Persepsi
Pasien mengatakan penerimaan Sensori
mengalami penglihatan sensori / status
kabur, kesulitan melihat dari organ indra
jarak jauh maupun dekat penglihatan
DO :
Pupil berwaran putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada
lensa menjadi coklat kuning,
lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
TTV :
Kesadaran : Cm
Suhu : 37ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
TD : 135 / 90 MmHg
2. DS: Luka pasca Nyeri
Pasien mengatakan nyeri oprasi
pada daerah sekitar mata
DO :
Pasien tampak meringis, dan
sesekali ingen menyentuh
36
bagian mata
TTV :
Kesadaran : Cm
Suhu : 37ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
TD : 135 / 90 MmHg
3. DS : Perubahan status Ansietas
Pasien mengatakan cemas kesehatan
akan kedaannya dan merasa
sulit tidur
DO :
Pasien Nampak gelisah
TTV :
Kesadaran : Cm
Suhu : 37ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
TD : 135 / 90 MmHg
4.2.2 Diagnosa
4.2.3 Intervensi
37
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Paraf
D
X
38
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b. control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
b. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri
Terapeutik
Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
39
c. Anjurkan sering mengulangi
teknik relaksasi yang dipilih
4.2.4 Implementasi
40
3. Observasi tanda – tanda vital
TTV :
Kesadaran : Cm
Suhu : 36ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
TD : 120 / 80 MmHg
41
RR : 18x/menit
TD : 120 / 80 MmHg
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
R/ Pasien kooperatif dan dapat berdiskusi
dengan baik
P : Nyeri ketika bergerak
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada mata luka oprasi
S : 5 /10
T : Pasien mengatakan nyeri sudah 3 hari pasca
oprasi
3. Kolaborasi pemberian analgetik
R/ Pasien merasa nyaman
4. Menganjurkan pasien untuk mengatur pola
napas untuk meredakan nyeri
R/ Pasien kooperatif
42
Kesadaran : Cm
Suhu : 36ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
TD : 120 / 80 MmHg
2. Anjurkan pasien untuk mengulangi teknik
relakasai yang telah diajarkan
R/ Pasien kooperatif dan sudah bisa tidur
3. Menjelaskan tujuan dan manfaat
dilakukannya relasasi
R/ Pasien kooperatif dan bersemangat
4.3.5 Evaluasi
43
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada mata luka oprasi
S : 5 /10
T : Pasien mengatakan nyeri sudah 3 hari pasca
oprasi
TTV :
Kesadaran : Cm
Suhu : 36ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
TD : 120 / 80 MmHg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 Kamis/ 5 Nov S : Klien mengatakan kecemasannya sudah
2020 berkurang
O : Klien dapat tidur dan tidak gelisah
TTV :
Kesadaran : Cm
Suhu : 36ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
TD : 120 / 80 MmHg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Karatak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis
terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan
44
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
5.2 Saran
Katarak dapat terjadi dengan bertambahnya usia. Ada baiknya saat
melakukan sesuatu yang dapat membuat mata trauma ada baiknya menggunakan
pelindung mata. Untuk yang memiliki riwayat penyakit seperti Diabetes Melitus
disarankan olahraga yang teratur, banyak mengkonsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin C, A, dan E.
45
DAFTAR PUSTAKA
Annas Tamsuri, 2016, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Jakarta. EGC
Brunner dan Suddarth, 2016, Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2019. Asuhan Keperawatan Periopertif Konsep,
Proses dan Komplikasi. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
46