Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KATARAK
DI RUMAH SAKIT RSUD

D
I
S
U
S
U
N

Oleh

KELOMPOK 8

1. YULANDA
2. VINA YUSHINTA
3. YUNISA
4. SUCI SRI RAHAYU

YAYASAN PEMBANGUNAN KAMPUS JABAL GHAFUR


AKADEMI KEPERAWATAN
JABAL GHAFUR SIGLI
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.A Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarakdi
Rumah Sakit CHIK DITIRO SIGLI Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi
maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.   

SIGLI,  Agustus 2020

                                                                                                           Penulis


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

              Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.

Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

              Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat

dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan

merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap

negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)

memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan

mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan

meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi

usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan

mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.

              Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada

di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di

Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok

Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia

harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata

disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,

semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.

              Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan

mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal
jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia

tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat

berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang

Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 -

55 tahun.

              Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara

mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena

proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data

statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55

persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak

(Irawan, 2008).

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada

Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara

Medan.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.A dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.A dengan Gangguan Sistem

Persepsi Sensori : Katarak

3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.A dengan Gangguan Sistem

Persepsi Sensori : Katarak


4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.A dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.A dengan Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

1.3. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam

melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan

dalam  menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.A

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan

dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

6. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari

pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.A

dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak


BAB 2
LANDASAN TEORITIS

2.1  Katarak

2.1.1   Defenisi

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya

(Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah

gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum

kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau

bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang

terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2.1.2        Anatomi Fisiologi

              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,

yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat

dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata

dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.

            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :

-          Sclera

-          Kornea

2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :

-          Koroid

-          Badan (korpus) siliare


-          Iris

3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :

-          Retina

-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar

bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan

mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan

fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu

yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke

area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai

suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

2.1.3   Etiologi Katarak

              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.      Usia lanjut

2.      kadar kalsium dalam darah kurang

3.      Diabetes

4.      beragai penyakit peradangan dan penyakit metabolik

5.  faktor lingkungan

6.      Usia

 (Tamsuri, 2008)

2.1.4   Klasifikasi Katarak

              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.


3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1.    Katarak traumatika

     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun

tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak

monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,

dan benda asing.

2.    Katarak toksika

     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.    Katarak komplikata

     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,

katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –

bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan

terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi

dangkal.
3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan

lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat

mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK

Post op Nyeri
   2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak

1. penglihatan akan suatu objek benda autau cahaya menjadi menjadi buram

2. kesulitan meliahat dimalam hari

3. mata terasa sensistif

4. rangsangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran

5. jika melihat hanya dengan suatu ,bayangan benda atau cahaya terlihat ganda

2.1.6        Komplikasi

              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami

penyakit katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

2.1.8.      Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji mata

2. Keratometri

3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya

bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

2.1.9.Penatalaksanaan

Meski telah banyak usaha dilakukan untuk mencegah terjadinyan katarak

tatalaksana masih dengan pembedahan .


BAB 3
STUDI KASUS

3.1. PENGKAJIAN

Tanggal masuk :11 agustus 2020

Tangggal pengkajian :12 agustus 2020

No register :240857

Diagnosa medis :katarak

3.1.1   Indentitas klien

     Nama                                               :Tn.A

     Alamat                                             :Uleceu teubeng

     Telp                                                 :-

     Umur             : 69 tahun       

Jenis kelamin                                   :Laki - Laki

     Suku                                               :aceh

     Agama                                              :Islam

     Status perkawinan                             :sudah kawin

     Pendidikan                                        :-

     Alamat                                               :uleeceue teubeng

     Orang yang paling dekat di hubungi   :Anak Kandung

3.1.2.Riwayat Keluarga

              Tn.A tinggal bersama anakyang lakilaki yang sedang menempuh kuliahyang

tinggal dirumah bersama beliau, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn a,

dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga

kurang memperhatikan Tn,A .istrinya  sudah meninggal dan Tn.A tidak menikah lagi.
3.1.3.Riwayat Pekerjaan

            Saat ini Tn.A tidak bekerja, sebelum sakit tn. A bekerja sebagai petani dan

berkebun untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari.dan selama pasien sakit , Tn.A

tidak lagi sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia ditambah

lagi dengan penyakit yg diderita pasien.

3.1.4.Riwayat Lingkungan Hidup

Tn.A tinggal bersama anak, rumah pasien dekat dengan sawah sehingga

jauh dari polusi rumah pasien bersih .Tetangga terdekat Tn.A adalah Ny. A yang

selalu membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.

3.1.5.Riwayat Rekreasi

                 Tn.A mempunyai hobi berjualan, Tn.A hidup dengan rukun bersama -

anaknya, Dalam keluarga Tn.A tidak mempunyai kegiatan rekreasi.

3.1.6.Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan

            Bila Tn.a sakit jarang sekali kerumah sakit kalo pun , Tn.A hanyaberobat ke

pukesma yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.   

3.1.7.Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)

                 Sebelum tiggal dipanti, Tn,A tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan

waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,A tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.A

menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan

saja.

3.1.8.riwayat penyakit sekarang

                TN.Amengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat

Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari.

                 Tn.A tidak pernah di imunisasi, danTn.Atidak ada riwayat alergi, baik

alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.A makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. A
mempunyai berat badan : 75kg, Tn.A tidak punya masalah dalam mengkonsumsi

makanan.

3.1.9. Status kesehatan masa lalu

                 Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di

rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.Amengatakan kalau Tn.A pernah mengalami trauma

yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.a terkena batang padi, sehingga

menyebabkan Tn. Atidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.A juga mengatakan

sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.A tidak langsung berobat, karena pada waktu itu

menurut keteranganTn.A belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.A hanya di obati

dengan obat kampung saja.

3.1.10. Riwayat keluarga

       Tn.Pmengatakan riwayat penyakit keluarga pasien tidak ada yang

mempunyai penyakit yang serius dan penyakit yang sam dengan pasien , tetapi adik

Tn.A telah meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi.

3.1.11. Pemeriksaan Fisik

a.         Vital sign

       TD    :160/90 Mmhg

       RR    :         22x/i

       Pols   :         80 x/i

       Temp:          36 c

b.        Pemeriksaan lain

   Kepala

Bentuk kepala Tn.A bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan

dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan

Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.
    Mata

Tn.A mengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.A

hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada

Tn.A sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.A tidak

menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.A tidak terlalu bisa melihat

dengan baik.

Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah

kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia

lanjut.

         Telinga

Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.A tidak bisa mendengar

detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.A tidak

ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.A juga tidak menggunakan alat

bantu pendengaran.

Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.A tidak lagi bisa mendengar

dengan baik dikarenakan usia Tn.A yang semakin bertambah.

           Hidung

Tn.A dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak

ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.A juga tidak ditemukan

adanya pendarahan maupun peradangan.

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.A masih bisa mencium dengan baik.

           Mulut

Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.A hanya tinggal 3 batang itu

pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat.Tn.A

mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.A mengalami kesulitan menelan.


Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.A sulit untuk mengunyah dikarenakan

gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.A

           Leher

Pada leher Tn.A tidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri tidak

ada, dan pada leher Tn.A juga tidak ditemukan benjolan.

           Payudara

Ukuran dan bentuk payudara Tn.A normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan

pada payudara Tn.A Dan pada payudara Tn.A juga tidak ditemukan adanya

benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.

           Pernapasan

Inspeksi : simetris kedua lapangan paru

Perkusi  : sonor kedua lapangan paru

Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru

Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru

           Kardiovaskuler

Tn.A sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.A sering

mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.A meminum neo

napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.A tidak lagi dapat berjalan

dengan baik, Tn.A berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada

Tn.A

           Gastrointestinal

Tn.A mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Ajuga

mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun

Tn.A mengalami disfagia tetapi Tn.A masih dapat mencerna makanan dengan

baik, walaupun sedikit demi sedikit.


           Musculoskeletal

Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.A tidak

mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.A masih bisa berjalan sendiri tanpa

menggunakan alat bantu seperti tongkat.

           Sistem saraf pusat

Tn.A mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.A mengatakan kalau

dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin

meningkatnya usia maka Tn. Amengalami masalah pada memorinya, sehingga

Tn.A tidak mampu mengingat semua masa lalunya.

           Sistem endokrin

Tn.A mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika

diberi respon, dan Tn.A juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.A

putih dengan uban.

           Integument

Tn.A mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan

karena Tn.A tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya

sering mengalami gatal - gatal.

           Psikososial

Tn.A mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.A juga

mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan

Tn.A juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam

berkonsentrasi.
3.3Analisa Data

3.2.

N
                     Data            Etiologi      Masalah
1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berkabut. penglihatan persepsi sensori :
 Do :visus berkurang, penurunan Penglihatan
ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa
mata.

2.  Ds : Pasien mengatakan cemas


dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses penyakit
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

3.  Ds : Klien mengatakan tidak bisa


melihat dengan jelas, pandangan
kabur. Penurunan fungsi Gangguan
 Do : Klien tidak dapat banyak penglihatan perawatan diri
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak -
acakan.

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan

d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan

pada lensa mata


2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering

melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Hambatan Hambatan NOC: NIC: Fall


berjalan berjalan prevention 1. Mengetahui
berhubungan akan dapat Fall prevention kebiasaan-
dengan dikontrol behaviour 1. Identifikasi kebiasaan
adanya oleh klien kebiasaan dan klien yang
Indikator: faktor-faktor
gangguan setelah berpotensi
penglihatan diberikan a. Penggunaan yang mengakibatka
(katarak) intervensi alat bantu mengakibatka n jatuh pada
keperawatan dengan n risiko jatuh klien
selama 1x24 benar 2. Kaji riwayat 2. Mengetahui
jam b. Tidak ada jatuh pada penyebab
penggunaan klien dan jatuh klien
karpet keluarga agar untuk
c. Hindari selanjutnya
barang- 3. Identifikasi dapat
barang karakteristik dihindari
berserakan lingkungan 3. Memodifikasi
di lantai yang dapat lingkungan
meningkatkan yang berisiko
terjadinya menyebabkan
risiko jatuh jatuh klien
(lantai licin)
4. Sediakan alat
bantu (tongkat, 4. Membantu
walker) klien untuk
berjalan, agar
5. Ajarkan cara dapat
penggunaan menghindari
alat bantu benda yang
(tongkat atau menghalangi
walker) klien ketika
6. Instruksikan berjalan
pada klien 5. Agar klien
untuk meminta dapat
bantuan ketika menggunakan
melakukan alat bantu
perpindahan, dengan tepat
joka 6. Bantuan
diperlukan dibutuhkan
7. Ajarkan pada klien untuk
keluarga untuk melakukan
menyediakan mobilitas
lantai rumah karena
yang tidak terganggunya
licin penglihatan
8. Ajarkan pada klien karena
keluarga untuk katarak
meminimalkan 7. Lantai rumah
risiko yang licin
terjadinya dapat
jatuh pada mengakibatka
pasien n klien
tergelincir
dan jatuh
8. Keluarga
juga harus
berperan
serta dalam
meminimalka
n risiko
terjadinya
jatuh pada
klien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety
berhubungan klien self control reduction 1. Agar klien
dengan berkurang dapat
stress setelah Indikator: 1. Berikan memperoleh
situasional dilakukan informasi informasi
1. mencari faktual
akibat perawatan informasi yang sesuai
prosedur 1x24 jam meliputi fakta
untuk dignosa,
medis
mengurangi prognosis, dan
ansietas terapi sesuai 2. Pendampinga
2. menggunaka kondisi klien n bertujuan
n koping 2. Dampingi agar klien
yang efektif klien untuk tidak merasa
3. mengontrol mengurangi sendiri
respon ketakutan klien sehingga
ansietas menimbulkan
4. menggunaka 3. Kaji respon ketakutan
n teknik kecemasan 3. Respon
relaksasi verbal maupun kecemasan
untuk non verbal digunakan
mengurani klien untuk
ansietas mengetahui
4. Gunakan adanya
komunikasi perubahan
terapeutik dan emosi pada
pendekatan klien
yang baik pada 4. Komunikasi
klien terapeutik
untuk
5. Berikan terapi membina
nonfarmakolog hubungan
is untuk saling percaya
mengurangi dan
ansietas klien mengurangi
kecemasan
6. Kolaborasi klien akan
dengan tim terapi
medis terkait 5. Terapi non
pemberian obat farmakologis
untuk digunakan
menurunkan untuk
kecemasan membuat
klien klien nyaman
sekaligus
mengurangi
kecemasan
yang dialami
klien
6. Obat-obatan
digunakan
jika
kecemasan
klien
meningkat
dan
mengganggu
kehidupan
klien.
3.4 Catatan Perkembangan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


           11 agustus Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan pandangan
2020 Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O:masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A: masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata.
I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang S:pasien mengatakan sedikit


pengetahuan tentang tenang
proses penyakit d/d nadi O : pasien sudah  tenang
meningkat, tekanan darah A : masalah sedikit teratasi
meningkat, wajah tampak P : intervensi dilanjutkan
gelisah, wajah murung dan I:
sering melamun. - Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri S : klien mengatakan pandangan


b/d Penurunan fungsi masih kabur
penglihatan d/d Klien tidak O : klien tidak bisa bergerak
dapat banyak bergerak, banyak
kondisi tubuh tidak rapi A : masalah belum teratasi
dan tampak acak - acakan. P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

S : pasien mengatakan pedih


daerah mata
O : pasien meringis menahan sakit
A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendad

           11 agustus Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan pandangan


2020 Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O:masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A : masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata. I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang S : pasien mengatakan sedikit


pengetahuan tentang tenang
proses penyakit d/d nadi O : pasien sudah  tenang
meningkat, tekanan darah A : masalah sedikit teratasi
meningkat, wajah tampak P : intervensi dilanjutkan
gelisah, wajah murung dan I:
sering melamun. - Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri S : klien mengatakan pandangan


b/d Penurunan fungsi masih kabur
penglihatan d/d Klien tidak O : klien tidak bisa bergerak
dapat banyak bergerak, banyak
kondisi tubuh tidak rapi A : masalah belum teratasi
dan tampak acak - acakan. P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

            Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan

Keperawatan pada Tn.A dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak DI RSUD

maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan

dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini

dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis

lainnya.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah

kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam tinjauan

teoritis penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam tinjauan

kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.Karena selama tahap

pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari

tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh

pasien yang di kaji oleh penulis.

3. Intervensi

Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai

dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam melakukan 

perencanaan ini penulis  tidak  menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan

semua rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah

disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.

4. Implementasi
Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan

kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan

dengan perencanaan yang berarti.Karena rencana tindakan yang dibuat dapat

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik

dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang terdekat klien, dan

tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang

ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini

penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon

dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di

berikan.Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan

yang diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi masalah pasien.

5.2.   Saran

1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan

kepada penanggung jawab baik itu keluarga dari pasien untuk terus

memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola istirahatnya, dan

sebagainya.

2. Kepada perawat Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan kondisi

pasien. Serta selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan diharapkan adanya kecermatan dan ketelitian terhadap

tindakan yang akan dilakukan.


3. Kepada perawat diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan dan memenuhi segala perawatan yang

dibutuhkan oleh pasien.

4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat

menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi.

Salemba Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal

Bedah.EGC : Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai