Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN PENYAKIT KATARAK

Disusun oleh :
1. Laurensia Novi Margiantari
2. Maria Tuk Qiptiyah
3. Maulana Risky Setiawan
4. Murniningtyas Putri Ratna S
5. Nindia Ayu Permadani
6. Novirda Lila
7. Novita Cahyuni
8. Vivi Putri Yuliatin

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, tauhid serta
hidayahnya sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Keluarga ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Pendekatan Transkultural”.
Penyelesaian tugas ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
termasuk dosen mata kuliah yaitu Bapak Wildan Akasyah yang telah membimbing penyusun
hingga akhir penulisan, yang dalam hal ini memberikan dukungan dan motivasi, dan semua
pihak terkait yang telah membantu yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu penyusun
mengucapkan terima kasih.
Penyusun sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga kritik dan saran selalu penyusun nantikan demi kesempurnaan makalah
ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kediri, Januari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan.

Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat

dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan

merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap

negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)

memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan

mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan

meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi

usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata.

WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia,

khususnya dinegara berkembang. Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia,

60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia

menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut

Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka

kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin

meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya

semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang

berpotensi mengalami penyakit mata. Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui

di Indonesia adalah katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%).

Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang
keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak

diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum

muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia

(Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata

- rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.

Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara

mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena

proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data

statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar

55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak

(Irawan, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Dari Katarak ?

2. Bagaimana Klasifikasi Dari Katarak ?

3. Bagaimana Etiologi Dari Katarak ?

4. Bagaimana Manifestasi Klinis Dari Katarak ?

5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Dari Katarak ?

6. Bagaimana Penatalaksanaan Dari Katarak ?

7. Bagaimana Komplikasi Dari Katarak ?

8. Bagaimana Phatway Dari Katarak ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Katarak

2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Dari Katarak

3. Untuk Mengetahui Etiologi Dari Katarak

4. Untuk Mengetahui Menifestsi Klinis Dari Katarak


5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dari Katarak

6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Dari Katarak

7. Untuk Mengetahui Komplikasi Dari Katarak

8. Untuk Mengetahui Phatway Dari Katarak

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil pembuatan makalah ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan atau memperkaya konsep-

konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari pembuatan makalah yang sesuai

dengan bidang ilmu dalam suatu asuhan keperawatan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan

pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan Katarak. Selanjutnya

hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penyusunan program

pemecahan masalah yang berkaitan dengan Katarak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat

keduanya (Ilyas, 2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa

yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan

penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003).

Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau

bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang

terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab

umum kehilangan umum kehilangan pengelihatan yang bertahap. Lensa yang

keruh menghalangi cahay amenembus kornea, yang pada akhirnya mengaburkan

tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya otak menginterpretasikan

bayangan yang kabur.

2.2 Klasifikasi

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

1. Katarak kongenital

Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir.

Jenisnya adalah:

a. Katarak lamelar atau zonular.

b. Katarak polaris posterior.

c. Katarak polaris anterior


d. Katarak inti (katarak nuklear)

e. Katarak sutural

2. Katarak juvenil

Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.

3. Katarak senil

4. Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa

macam yaitu:

a. katarak nuklear : Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa.

b. Katarak kortikal : Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa.

c. Katarak kupliform : Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.

5. Katarak komplikasi

Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit

umum.

6. Katarak traumatik

Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.

2.3 Etiologi

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1. Fisik (trauma)

2. Kimia (paparan sinar UV)

3. Penyakit predisposisi

4. Genetik dan gangguan perkembangan

5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6. Usia (Tamsuri, 2008).


2.4 Manifestasi Klinis

Menurut Suddarth (2001) tanda dan gejala dari katarak, yaitu :

1. Kehilangan pengelihatan secara bertahap dan tidak nyeri.

2. Pengelihatan baca yang buruk.

3. Pandangan seilau yang mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar

matahari yang terang.

4. Pandanga silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudi

dimalam hari.

5. Kemungkinan memiliki pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan

dengan cahaya yang terang.

6. Area putih keabu – abuan dibelakang pupil.

2.5 Patofisiologi

Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya

keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut

dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang

tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan

biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam

lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian

ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak.

Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut

menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan

penglihatan.
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi penyakit sistemik yang

mungkin menyertai katarak, seperti diabetes. Studi membuktikan bahwa

trombositopenia meningkatkan resiko perdarahan perioperatif sehingga perlu

dideteksi dan ditangani sebelum tindakan operasi.

2. Oftalmoskopi Direk dan Indirek

Pemeriksaan oftalmoskopi dikerjakan untuk mengevaluasi kondisi retina untuk

mengeliminasi diagnosis banding dan menentukan prognosis pasca operasi. Adanya

kelainan retina yang menyertai katarak akan memperburuk prognosis terkait visus

pasien.

3. Retinometri

Pemeriksaan menggunakan retinometer Heine dilakukan sebelum operasi katarak

untuk memperkirakan atau memprediksi ketajaman penglihatan pasien pasca tindakan

operatif.

4. Biometri

Pemeriksaan biometri dilakukan untuk menentukan kekuatan Intraocular lens (IOL)

yang akan digunakan.

2.7 Penatalaksanaan

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan

prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum

dilakukan pengisapan keluar melalui kanula. Bila penglihatan dapat dikoreksi

dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan

aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif. Penting

dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat

gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain
- lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi

masing - masing penderita.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut

untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.

Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada

orang berusia lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan

anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).

Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia

sehubungan dengan draping bedah. Ada dua macam teknik pembedahan tersedia

untuk pengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi

intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas

normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi

diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth,

2001).

2.8 Klomplikasi

Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami

penyakit katarak adalah sebagai berikut :

a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan

uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).


2.9 Phatway
Katarak

Fisik Usia Kimia Penyakit


tertentu (DM)

Degenerasi Lapisan luar Reaksi oksidasi


lensa katarak mencair pada lensa Viskositas
darah

Perubahan protein & Membentuk Kekeruhan


senyawa pada lensa cairan putih pada lensa Menyumbat
seperti susu pembulu darah
pada mata
Koagulasi
serat protein Penumpukan
cairan Suplai O2 pada
mata
Lensa keruh
Kapsul lensa pecah
Kematian
jaringan pada
lensa

Operasi MK :
Menghalangi cahaya
ANSIETAS
yang masuk ke kornea

Tindakan
Bayangan semu yang pembedahan dengan
sampai ke retina menggati lensa mata

Luka pasca
Sensivitas dan Otak
operasi
ketajaman menurun menginterpretasikan
sebagai bayangan
berkabut
Sensivitas dan MK : NYERI AKUT
ketajaman menurun
Pandangan kabur

Sensitif dengan
cahaya MK : GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI
PENGLIHATAN
MK : RESIKO
CIDERA
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KATARAK

Ilustrasi kasus :

Pada tanggal 27 November 2019 Ny. A dilarikan kerumah sakit RSUD DR. SOEDOMO

oleh keluarnganya, pada ssat dibawa ke RS Ny. A mengatakan penglihatanya terasa kabur sejak

2 bulan yang lalu dan Ny. A mengatkan cemas akan kondisi yang dia rasakan pada saat

dilakukan pemeriksaan didapatkan TD : 140/90 mmHg, N : 88x/menit, S : 36,4C, RR :

20x/menit, BB : 51 kg dilakukan pemeriksaan GSC didapatkan hasil E : 4, V : 5, M: 6.

3.1 Pengkajian

A. DATA BIOGRAFI

Nama : Ny. A

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 70thn

Pendidikan terakhir : SD

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin/Janda

Tinggi badan/berat badan : 151cm/51kg

Penampilan umum : Tampak tidak rapi dan tidak terawat

Ciri-ciri tubuh : Rambut beruban, kulit keriput, badan agak bungkuk

Alamat : Jln. Besuki Rahmat No.50, Kediri

Orang yang mudah dihubungi : Ny. M

Hubungan dengan klien : Anak Kandung

B. Riwayat Keluarga

Genogram :
Keterangan : Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara, Klien seorang janda dan mempunyai

6 orang anak, Klien tinggal bersama 1 orang anaknya,

C. Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini : -

Alamat pekerjaan : -

Jarak dari rumah : -

Alat transportasi : -

Pekerjaan sebelumnya : -

Jarak dari rumah : -

Alat transportasi : -

Sumber – sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: Klien mendapat uang

bulanan dari anak – anaknya

D. Riwayat Lingkungan Hidup

Tipe tempat tinggal : Permanen (rumah pribadi)

Jenis lantai rumah : Tekel

Kondisi lantai : Lembab

Tangga ruma : Tidak ada

Penerangan : Cukup

Tempat tidur : Aman, Tidak tinggi

Alat dapur : Rapi

WC : Aman, Lantai tidak licin

Kebersihan lingkungan : Cukup baik

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 2 orang

Derajat privasi : Cukup terjaga

Tetangga terdekat : Ny. Y


Alamat / Telpon : Kediri

E. Riwayat Rekreasi

Hobbi / Minat : Berkebun

Keanggotaan organisasi : -

Liburan / Perjalanan : Keluar kota (mengunjungi anak)

F. Sistem Pendukung

Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : L (perawat)

Jarak dari rumah : ± 1 km

Rumah Sakit : RSUD DR. SOEDOMO / ± 3 km

Klinik : PKM BMG I / ± 1,5 km

Pelayanan kesehatan di rumah :-

Makanan yang dihantarkan :-

Perawatan sehari – hari yang dilakukan keluarga :-

Lain – lain :-

G. Diskripsi kekhususan

Kebiasaan ritual : Klien beragama Islam, melaksanakan solat 5 waktu.

Yang lainnya :-

H. Status Kesehatan

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien sering merasa lemah dan cepat

lelah jika beraktifitas banyak.

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien tidak ada menderita penyakit

berat. Paling hanya sakit kepala, demam, batuk, atau flu biasa.

Keluhan Utama

1. Provocative / Paliative : -

2. Quality / Quantity : -
3. Region : -

4. Severity Scale : -

5. Timing : -

Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : Jika sakit klien biasa membeli

obat di warung

Obat – obatan : -

Alergi (Catatan agent dan reaksi spesifik)

Obat – obatan : -

Makanan : -

Faktor lingkungan : -

Penyakit yang diderita : -

I. Aktivitas Hidup Sehari-hari

Indeks KATZ :A

Oksigenasi : Baik, Tidak ada alat bantu

Cairan & Elektrolit : Minum ± 6 gelas / hari, ± 250 ml / gelas

Nutrisi : Nafsu makan baik, makan 3x/hari

Eliminasi : Lancar, tidak ada gangguan

Aktivitas : Mandiri namun terbatas karena klien merasa lemah dan cepat lelah

Istirahat & Tidur : Tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 7 jam

Personal Hygiene : Kurang baik, tampak tidak rapi, dan tidak terawat

Seksual : Tidak ada keinginan untuk berhubungan lagi karena merasa sudah

tua

Rekreasi : Mengunjungi anak di luar kota

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL

Konsep diri : Baik


Emosi : Stabil

Adaptasi : Baik

Mekanisme pertahanan diri : Baik

Status mental : Baik

Tingkat kesadaran : Composmentis

Afasia : Tidak ada

Dimensia : Tidak ada

Orientasi : Normal

Bicara : Normal

Bahasa yang digunakan : Jawa

Kemampuan membaca : Kurang / terbatas

Kemampuan interaksi : Baik

Vertigo : Tidak ada

Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) : 6 (Kerusakan Intelektual Sedang)

Mini-Mental State Exam (MMSE) : 6 (Gangguan Intelektual Sedang)

Geriatrik Depression Scale : Skor 4

APGAR : 6 (Sedang)

K. TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum : Baik

Tingkat kesadaran : Composmentis

Tanda – tanda vital : TD 140 / 90 mmHg TB 151 kg

N 88 x/m BB 51 kg

RR 20 x/m S 36,4
PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)

a. Bentuk Dada : Simetris

b. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada

c. Pola Nafas

d. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur

e. Bunyi Nafas

1. Normal : Vesikuler di semua lapang paru

2. Abnormal : -

3. Resonen lokal : -

4. Pergerakan dada : Simetris

5. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -

6. Alat Bantu Pernafasan : -

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)

a. Nadi

b. Frekuensi : 72x/m dan reguler

c. Bunyi jantung : Normal

d. Letak jantung : Normal

e. Pembesaran jantung: Tidak

f. Nyeri dada: Tidak

g. Edema: Tidak

h. Clubbing finger:Tidak

PERSARAFAN (B3: BRAIN)

Tingkat Kesadaran: Composmentis

1.GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total GCS: 14


2.Refleks:Normal

3.Koordinasi gerak:Ya

4.Kejang:Tidak

5.Lain-lain:-

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)

1. Mata (Penglihatan)

a. Bentuk : Normal

b. Visus : -

c. Pupil : Isokor

d. Gerak bola mata : Normal

e. Medan penglihatan : Menyempit

f. Buta warna : Tidak

g. Tekanan Intra Okuler : Tidak

2. Hidung (Penciuman)

a. Bentuk : Normal

b. Gangguan Penciuman : Tidak

3. Telinga (Pendengaran)

a. Aurikel : Normal

b. Membran tympani : Keruh

c. Otorrhae : Tidak

d. Gangguan Pendengaran : Ya

e. Tinitus : Ya

4. Perasa : Normal

5. Peraba : Normal
PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)

Masalah kandung kemih : Sering

Produksi urine : ± 1000 ml/hari

Frekuensi : ± 4 – 5 x/hari

Warna : Kuning Jernih

Bau : Amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)

1. Mulut dan Tenggorokan

a. Mulut : Selaput lendir mulut lembab

b. Lidah : Hiperemik

c. Kebersihan Rongga Mulut : Berbau

d. Tenggorokan : Tidak ada sakit menelan

e. Abdomen : Kenyal

f. Pembesaran Hepar : Tidak

g. Pembesaran Lien : Tidak

h. Asites : Tidak

2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus

BAB : ± 1 x/hari, Tidak ada masalah

Obat pencahar : Tidak

Lavemen : Tidak

OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)

1. Otot dan Tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas

Kemampuan kekuatan otot:

- Tidak ada fraktur


- Tidak ada dislokasi

- Tidak ada haematom

2. Integumen

Warna kulit : Hiperpigmentasi

Akral : Hangat

Turgor : Tidak Elastik

Tulang belakang : Kiposis

REPRODUKSI

Perempuan:

Payudara: Bentuk simetris, tidak ada benjolan

Kelamin: Bentuk normal, tidak ada keputihan, menepose

ENDOKRIN

Klien tidak memiliki kelainan endokrin

PENGETAHUAN

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia,

merasa lemah, sering cepat lelah dan terganggu dalam penglihatannya.

Kediri, ……………..

(……………………)
3.2 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH PARAF

1. DS : Menghalangi cahaya GANGGUAN

 Pasien mengatakan yang masuk ke kornea PERSEPSI

terjadi penurunan SENSORI

ketajaman penglihatan. PENGLIHATAN

 Pasien mengatakan Bayangan semu yang

pandangan tidak jelas. sampai ke retina

 Pasien mengatakan

pandangan kabur.

Otak

DO : menginterpretasikan

 K/U baik. sebagai bayangan

 Visus berkurang. berkabut

 Terdapat kekeruhan

pada lensa mata.


Pandangan kabur

2. DS : Lapisan luar katarak ANSIETAS

 Pasien mengatakan mencair

cemas.

 Pasien mengatakan Membentuk cairan

takut. putih seperti susu

DO :
 Wajah tampak gelisah. Penumpukan cairan

 Wajah murung.

 Sering melamun. Kapsul lensa pecah

 N: 104 x/m

 TD: 150/90 mmHg Operasi

3.3 Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori b.d ganggan penglihatan

Ansietas b.d prosedur infasif

3.4 Intervensi Keperawatan

DX TUJUAN &
NO INTERVENSI
KEP KRITERIA HASIL

1. 1. Setelah dilakukan  Kaji fungsi penglihatan klien.

tindakan keperawatan  Jaga kebersihan mata.

selama 1 x 24 jam,  Monitor penglihatan mata.

diharapkan gangguan  Monitor tanda dan gejala kelainan

persepsi sensori penglihatan.

teratasi dengan kriteria  Monitor fungsi lapang pandang,


hasil : penglihatan, visus klien.

 menunjukan tanda

dan gejala persepsi


dan sensori baik :

penglihatan baik.

 Mampu

mengungkapkan

fungsi persepsi dan

sensori dengan

tepat.

 Gunakan pendekatan yang menenangkan.

Setelah dilakukan  Temani pasien untuk memberikan

tindakan keperawatan keamanan dan mengurangi takut.

selama 1 x 24 jam,  Dorong keluarga untuk menemani.

diharapkan ansietas  Dengarkan dengan penuh perhatian.

2. 2. dapat teratasi dengan  Identifikasi tingkat kecemasan.

kriteria hasil :  Bantu pasien mengenal situasi yang

 Klien mampu menimbulkan kecemasan.

mengidentifikasi  Dorong pasien untuk mengungkapkan


dan perasaan, ketakutan, persepsi.
mengungkapkan  Instruksikan pasien menggunakan teknik
gejala cemas. relaksasi.
 Mengidentifikasi,

mengungkapkan

dan menunjukkan

tehnik untuk

mengontol cemas.
 Vital sign dalam

batas normal.

 Postur tubuh,

ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan

tingkat aktivfitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan.

3.5 Implementasi dan Evaluasi

DX
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEP

1. 1.  Mengkaji fungsi penglihatan klien. Tanggal 28 November 2019

 Menjaga kebersihan mata. Jam 17.00 WIB

 Memonitor penglihatan mata.

 Memonitor tanda dan gejala kelainan S :

penglihatan.  Pasien mengatakan terjadi

 Memonitor fungsi lapang pandang, penurunan ketajaman

penglihatan, visus klien. penglihatan.

 Pasien mengatakan pandangan

tidak jelas.

 Pasien mengatakan pandangan

kabur.
O:

 K/U baik.

 Visus berkurang.

 Terdapat kekeruhan pada lensa

mata.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi.

Tanggal 28 November 2019

Jam 17.00 WIB

S:

 Pasien mengatakan rasa cemas

 Menggunakan pendekatan yang sudah berkurang.

menenangkan.  Pasien mengatakan masih

 Menemani pasien untuk memberikan sedikit merasa takut.


2. 2. keamanan dan mengurangi takut. O:

 Mendorong keluarga untuk menemani.  Wajah masih sedikit tampak

 Mendengarkan dengan penuh perhatian. gelisah.

 Mengidentifikasi tingkat kecemasan.  Wajah tidak tampak murung.

 Membantu pasien mengenal situasi yang  Tidak melamun.

menimbulkan kecemasan.
 Mendorong pasien untuk mengungkapkan  N: 90 x/m

perasaan, ketakutan, persepsi.  TD: 140/90 mmHg

 Menginstruksikan pasien menggunakan A : Masalah teratasi sebagian.

teknik relaksasi. P : Lanjutkan intervensi.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh

akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat

gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.

Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau

sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses

degenerasi.

Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata. Tetapi katarak masing – masing

mata memburuk sendiri – sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic yang biasanya

unilateral dan katarak konginetal yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak

merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada orang dengan usia diatas 70

tahun. Pembedahan memperbaiki pengelihatan pada sekitar 95% pasien. Tanpa

pembedahan katarak akhirnya menyebabkan kehilangan pengelihatan total.

4.2 Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi

untuk mencegah terjadinya penyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup

yang sehat seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang dapat

memicu timbulnya katarak. Dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran

yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan mata.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 6,

EGC, Jakarta.

Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press,

Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai