Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN KRITIS

FRAKTUR

Disusun Oleh :
1. Amalia Nurlaily (10216001)
2. Aprisheila Azizul I. (10216002)
3. Bagas Pratama Ade P. (10216003)
4. Candra Iriyanto (10216004)
5. Cindy Nilasari (10216005)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan
jaringan tulang yang disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma
tidak langsung. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas)
tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah
baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung (Noor, 2012).
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi
akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes RI,
2005).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah kejadian fraktur
pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3 juta orang yang menderita fraktur.
Menurut DEPKES RI tahun 2011 di Indonesia sendiri juga banyak yang
mengalami fraktur, fraktur di Indonesia terdapat 45.987 orang yang
mengalami fraktur, prevalensi kejadian fraktur yang paling tinggi adalah
fraktur femur yaitu terdapat 19.729 orang yang mengalami fraktur,
sedangkan ada 14.037 orang yang mengalami fraktur cluris dan terdapat
3.776 orang mengalami fraktur tibia. Salah satu cara untuk
mengembalikan fraktur seperti semula yaitu salah satu cara adalah
rekognisi atau dilakukan tindakan pembedahan (Sjamsuhidayat & Jong,
2005).
Pembedahan adalah segala upaya tindakan pengobatan yang secara
invasif dengan cara membuka bagian organ tubuh yang akan ditangani.
Setelah tindakan pembedahan akan dilakukan tindakan untuk menangani
rasa nyeri yaitu dengan menggunakan obat penghilang rasa nyeri
(Sjamsuhidajat, R. & Jong, 2005). Menurut The International Association
for the Study of Pain, nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang tidak
menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan ataupun yang
berpotensi merusak jaringan. Nyeri itu merupakan suatu hak yang
kompleks meliputi aspek fisik dan psikis. Aspek fisik meliputi perubahan
keadaan umum, denyut nadi, suhu tubuh, pernapasan, sedangkan aspek
psikis akibat nyeri dapat terjadinya stress yang bisa mengurangi sistem
imun dalam proses inflamasi. Nyeri merupakan hak yang bersifat subjektif
dan personal, sehingga masing-masing individu akan memberikan respon
yang berbeda terhadap rasa nyeri berdasarkan pengalaman sebelumnya
(Judha, Sudarti & Fauziah,2012). Penatalaksanaan manajemen nyeri ada 2
teknik yaitu dengan cara farmakologi dan non-farmakologi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari fraktur ?
2. Apakah klasifikasi dari fraktur ?
3. Apakah etiologi dari fraktur ?
4. Bagaimana patofisiologi dari fraktur ?
5. Apakah manifestasi klinis dari fraktur ?
6. Apakah pemeriksaan penunjang dari fraktur ?
7. Bagaimana woc dari fraktur ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan fraktur ?
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui definisi dari fraktur
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari fraktur
3. Untuk mengetahui etiologi dari fraktur
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari fraktur
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari fraktur
7. Untuk mengetahui woc dari fraktur
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari fraktur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2003). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur
yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian). Patah pada tulang femur dapat menimbulkan perdarahan cukup
banyak serta mengakibatkan penderita mengalami syok (Sjamsuhidajat, 2004)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas atau kesinambungan tulang dan
sendi, baik sebagian atau seluruh tulang termasuk tulang rawan. (SOS
Profesional, 2015).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
2.2 KLASIFIKASI
a. Kalsifikasi klinis
1) Fraktur tertutup (Simple Fraktur), bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2) Fraktur terbuka (Compoun Fraktur), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan
dikulit.
b. Klasifikasi radiologis
1) Lokalisasi : diafisal, metafisial, intra- artikuler, fraktur dengan
dislokasi.
2) Konfigurasi : fraktur transfersal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur
segmental, fraktur komunitif, fraktur avulse, fraktur depresi, fraktur
pecah, fraktur epifisis.
3) Menurut ekstensi : fraktur total, fraktur tidak total, fraktur buckle
atau torus, fraktur garis rambut.
4) Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya : tidak
bergeser, bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-
riding, impaksi).
2.3 ETIOLOGI
Penyebab fraktur secara fisiologis merupakan suatu kerusakan
jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga dan
trauma dapat disebabkan oleh: cedera langsung berarti pukulan langsung
terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan dan cedera tidak
langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan. Secara
patologis merupakan suatu kerusakan tulang yang terjadi akibat proses
penyakit dimana dengan trauma dapat mengakibatkan fraktur, hal ini dapat
terjadi pada berbagai keadaan diantaranya: tumor tulang, osteomielitis, scurvy
(penyakit gusi berdarah) serta rakhitis (Mansjoer, 2003).
2.4 PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih
besar dari pada tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang (fraktur) (Elizabeth, 2003). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak yang
membungkus tulang menjadi rusak sehingga menyebabkan terjadinya
perdarahan. Pada saat perdarahan terjadi terbentuklah hematoma di rongga
medulla tulang, sehingga jaringan tulang segera berdekatan kebagian tulang
yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis akan menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulang nantinya (Price, 2005).
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling umum pada fraktur adalah rasa nyeri yang
terlokalisir pada bagian fraktur. Biasanya pasien mengatakan ada yang
menggigitnya atau merasakan ada tulang yang patah. Apa yang dikatakan
pasien merupakan sumber informasi yang akurat.
Pada pasien dengan multiple trauma, fraktur adalah trauma yang
paling nyata dan dramatis juga hal yang paling serius. Oleh karena itu
lakukan primary survey dan lakukan tindakan penanganan trauma dan
lakukan stabilisasi jika memungkinkan.
a. Swelling
Terjadi karena kebocoran cairan ekstra seluler dan darah dari pembuluh
darah yang telah rupture pada fraktur pangkal tulang.
b. Deformitas
Pada kaki dapat menandakan adanya trauma skeletal.
c. Tenderness
Sampai palpitasi biasanya terlokalisir diatasbare trauma skeletal yang
dapat dirasakan dengan penekanan secara halus di sepanjang tulang.
d. Krepitasi
Terjadi bila bagian tulang yang patah bergesekan dengan tulang yang
lainnya. Hal ini dapat dikaji selama pemasangan splin. Jangan berusaha
untuk mereposisi karena dapat menyebabkan nyeri trauma lebih lanjut.
e. Disability
Juga termasuk karakteristik dari kebanyakan trauma skeletal pasien
dengan fraktur akan berusaha menahan lokasi trauma tetap pada posisi
yang nyaman dan akan menolak menggerakannya. Bahkan pada pasien
dengan dislokasi akan menolak untuk menggerakkan ekstremitas yang
mengalami dislokasi.
f. Exposed bone ends
Didiagnosa sebagai trauma terbuka atau compound fraktur. Periksa
pulsasi, gerakan dan sensori di bagian distal pada setiap pasien dengan
trauma musculoskeletal.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. X-ray : Menentukan lokasi/luasnya fraktur.
b. Scan tulang : Memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler.
d. Hitung darah lengkap : Hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan; peningkatan leukosit sebagai respon terhadap
peradangan.
e. Kretinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
f. Pemriksaan laboraturiu.
2.7 PENATALAKSANAAN
a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
b. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan disekitar
tulang yang patah.
c. Penarikan (traksi) : Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota
gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu
pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang pinggul.
d. Fiksasi internal : Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan
atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan
terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi.
2.8 WOC Trauma langsung, Trauma tidak langsung
dan kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran MK : NYERI


fragmen tulang AKUT

Perubahan
jaringan sekitar Kerusakan fragmen
tulang

Perubahan
fragmen tulang Spasme otot
Tek. Sumsum tulang lebih tinggi dari
kapiler
Deformitas
Peningkatan
tek. kapiler
Reaksi stress px
MK : GANGGUAN
MOBILITAS FISIK

Pelepasan
Melepaskan katelokamin
histamin

Metabolisme asam lemak


Laserasi kulit Protein plasma
hilang

Bergambung dengan trombosit


Putis
Edema
vena/arteni
Emboli
Pendarahan Penekanan
pembulu darah
Pembulu darah
tersumbat
Kehilangan vol
dan cairan Perfusi
jaringan
MK :
MK : RESIKO SYOK KETIADAKEFEKTIFAN
HIPOVOLEMIK PERFUSI JARINGAN
PERIFER
MK : GANGGUAN
INTEGRITAS KULIT
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Kasus
Seorang laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang Bedah
Orhtopaedic (BO) dengan keluhan nyeri hebat pada paha sebelah kiri dan kaki
kanan. Riwayat pasien mengalami kecelakaan lalu lintas 6 jam yang lalu.
Hasil pengkajian: tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kanan
terdapat luka robek pada tibia 6 cm, tampak tonjolan tulang. Status
neurovascular pada kedua kaki: nadi distal fraktur (+) parestesi dan paralisis
(-). TTV didapatkan TD= 100/70 mmHg, N= 100 x/menit, S= 38O C.
Pemeriksaan lab : HB= 10. 2, HT= 31%, Eritrosit= 3.72, Leukosit= 11.000.
Hasil x-ray= fraktur obliq pada 1/3 bagian distal femur kiri dan fraktur cruris
segmental pada 1/3 media kanan. Terapi= ketorolac 2x1, ranitidine 2x1, dan
cefazolin 2x1 gram IV. Direncanakan pada kaki kanan dipasang skeletal traksi
dan pemasangan external fixation pada tibia.

3.2.Data umum
1. Nama : Tn. B
2. Umur : 25 thn
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Alamat : Lirboyo Kota Kediri
8. No. Registrasi : 226798
9. Diagnosa medis : Fraktur
10. Tanggal MRS : 2 januari 2020 Pukul: 07.00
11. Tanggal pengkajian : 2 januari 2020 Pukul : 12.00
12. Bila pasien di IGD
13. Triage pada pukul :.......................
14. Kategori triage :  P1  P2  P3
3.3.Data khusus
1. Keluhan utama (chief complaint): Nyeri
Riwayat penyakit Sekarang :

Tn B mengalami kecelakaan 6 jam yang lalu dia mengeluh nyeri pada


paha sebelah kiri dan kaki kanan Hasil pengkajian: tampak bengkak pada
daerah paha kiri dan pada kaki kanan terdapat luka robek pada tibia 6 cm,
tampak tonjolan tulang. Status neurovascular pada kedua kaki: nadi
distal fraktur (+) parestesi dan paralisis (-). TTV didapatkan TD= 100/70
mmHg, N= 100 x/menit, S= 38O C. Pemeriksaan lab : HB= 10. 2, HT=
31%, Eritrosit= 3.72, Leukosit= 11.000. Hasil x-ray= fraktur obliq pada
1/3 bagian distal femur kiri dan fraktur cruris segmental pada 1/3 media
kanan.

Kasus non trauma(PQRST) :

P : Provoking atau Paliatif = Nyeri jika untuk bergerak

Q : Qualitas = Nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : Regio= Pada paha sebelah kiri dan kaki kanan

S : Severity= 9

T : Time = terus menerus/berhenti jika posisi enak dan tidak bergerak

Menurut Skala Intensitas Numerik (Data Subyektif)

8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research (Data Obyektif)

No Intensitas Nyeri Diskripsi


1  Tidak Nyeri  Pasien mengatakan tidak nyeri
 Pasien mengatakan sedikit nyeri atau
2  Nyeri Ringan ringan
 Pasien nampak gelisah
 Pasien mengatakan nyeri masih
bisa ditahan / sedang
3  Nyeri Sedang  Pasien nampak gelisah
 Pasien mampu sedikit
berpartisipasi dlm keperawatan
 Pasien mengatakan nyeri tidak
dapat ditahan / berat
4  Nyeri Berat  Pasien sangat gelisah
 Fungsi mobilitas dan perilaku
pasien berubah
 Pasien mengataan nyeri tidak
5 tertahankan / sangat berat
 Nyeri Sangat Berat
 Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa

Menurut Wong Baker (Data Obyektif)

Kasus Trauma (SAMPLE) :

S : Signs and symptom

A : Allergies

M : Medication

P : Pertinent medical hystory

L : Last meal (or medication or menstrual period)

E : Events surrounding this incident

Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Demam Berdarah

Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga tidak mempunyai penyakit menular


dan menurun

Riwayat alergi :
o ya  tidak
Jelaskan : ............................................................

1. Obyektif
Keadaan umum : Baik  Sedang  Lemah

A. AIRWAY
Snoring  Ya  Tidak

Gurgling  Ya  Tidak

Stridor  Ya  Tidak

Wheezing  Ya  Tidak

Perdarahan  Ya  Tidak

Benda asing  Ya  Tidak Sebutkan................

B. BREATHING
Gerakan dada  Simetris  Asimetris

Gerakan paradoksal  Ya  Tidak

Retraksi intercosta  Ya  Tidak

Retraksi suprasternal  Ya  Tidak

Retraksi substernal  Ya  Tidak

Retraksi supraklavikular  Ya  Tidak

Retraksi Intraklavikula  Ya  Tidak

Gerakan diafragma  Normal  Tidak

C. CIRCULATION
Akral tangan dan kaki  Hangat  Dingin

Kualitas nadi  Kuat  Lemah

CRT  < 2 dt  > 2 dt


Perdarahan  Ya  Tidak

D. DISABILITY/STATUS NEUROLOGI
Tingkat kesadaran :

 Alert : sadar dan orientasi baik

 Verbal : respon terhadap suara (sadar tapi bingung atau tidak sadar tapi
berespon terhadap suara

 Pain : tidak sadar tapi berespon terhadap nyeri

 Unresponsive : tidak sadar, tidak ada reflek batuk/

reflek gag

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 5 Total: 14

Pupil :  Isokor  Anisokor

Reaksi terhadap cahaya :  Ya  tidak

E. EXPOSURE/ENVIRONMENT (focus pada area injury):


Tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kanan terdapat luka
robek pada tibia 6 cm, tampak tonjolan tulang

F. FULL OF VITAL SIGN & FIVE INTERVENTIONS


TD : 110/70 mmHg

RR : 22 x/menit

Nadi : 100x/menit

Suhu : 37,5 ˚C  Rektal  Oral  Aksiler

MAP :……….mmHg

Infus : RL 20 tpm

Kateter urine :  Terpasang  tidak

Produksi urine : 500 cc/jam

Warna urine :  Kuning jernih  Keruh  Ada darah


NGT :  Terpasang  tidak

Monitor jantung  Terpasang  tidak

Pulse Oxymetri  Terpasang  tidak

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :

Jenis Hasil
Pemeriksaan
Foto Rontgent
USG
EKG
EEG
CT-Scan
MRI
Endoscopy
Lain-lain x-ray= fraktur obliq pada 1/3 bagian distal femur kiri
dan fraktur cruris segmental pada 1/3 media kanan

G. GIVE COMFORT : menghentikan pendarahan, imobilisasi dengan balut/


bidai serta memposisikan senyaman mungkin
H. HISTORY (MIVT)
M : Mechanism = kecelakaan

I : Injuries Suspected = fraktur paha kiri dan kaki kanan

V : Vital sign on scene = tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki
kanan terdapat luka robek pada tibia 6 cm, tampak
tonjolan tulang

T : Treatment received = ketorolac 2x1, ranitidine 2x1, dan cefazolin 2x1


gram IV dan infus RL 20 tpm

I. HEAD TO TOE ASSESSMENT


Kepala
Bentuk  Normal  Tidak

Contusio/memar  Ya  Tidak

Abrasi/luka babras  Ya  Tidak

Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak

Burns/luka bakar  Ya  Tidak

Laserasi/jejas  Ya  Tidak

Swelling/bengkak  Ya  Tidak

Rambut dan kulit kepala  Bersih  Kotor

Grimace  Ya  Tidak

Battle’s sign  Ya  Tidak

Mata

Palpebra oedema  Ya  Tidak

Sklera  Ikterik  Kemerahan  Normal

Konjungtiva  Anemis  Kemerahan  Normal

Pupil  Isokor  Anisokor

 Midriasis Ø: mm

 Miosis Ø: mm.

Reaksi terhadap cahaya: +/+

Racoon eyes  Ya  Tidak

Hidung

Bentuk  Normal  Tidak

Laserasi/jejas  Ya  Tidak

Epistaksis  Ya  Tidak
Nyeri tekan  Ya  Tidak

Pernafasan cuping hidung  Ya  Tidak

Terpasang oksigen: ...........lpm

Gangguan penciuman  Ya  Tidak

Telinga

Bentuk  Normal  Tidak

Othorhea  Ya  Tidak

Cairan  Ya  Tidak

Gangguan pendengaran  Ya  Tidak

Luka  Ya  Tidak

Mulut

Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis

Luka  Ya  Tidak

Perdarahan  Ya  Tidak

Muntahan  Ya  Tidak

Leher

Deviasi trakhea  Ya  Tidak

JVD  Normal  Meningkat  Menurun

Pembesaran kelenjar tiroid  Ya  Tidak

Deformitas leher  Ya  Tidak

Contusio/memar  Ya  Tidak

Abrasi/luka babras  Ya  Tidak

Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak


Burns/luka bakar  Ya  Tidak

Tenderness/kekakuan  Ya  Tidak

Laserasi  Ya  Tidak

Swelling/bengkak  Ya  Tidak

Pain/nyeri  Ya  Tidak

Instability  Ya  Tidak

Crepitasi  Ya  Tidak

Thoraks :

Deformitas  Ya  Tidak

Contusio/memar  Ya  Tidak

Abrasi/luka babras  Ya  Tidak

Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak

Burns/luka bakar  Ya  Tidak

Laserasi  Ya  Tidak

Swelling/bengkak  Ya  Tidak

Instability  Ya  Tidak

Crepitasi  Ya  Tidak

Gerakan paradoksal  Simetris  Tidak

Paru – paru :

Pola nafas, irama:  Teratur Tidak teratur

Jenis  Dispnoe  Kusmaul Cheyne Stokes

 Lain-lain:...........

Suara nafas  Vesikuler  Bronkial  Bronkovesikuler


Suara nafas tambahan :

 Ronkhi  Wheezing  Stridor  Crackles

 Lain-lain:..............

Batuk Ya  Tidak Produktif Ya Tidak

Sputum: Warna......... Jumlah..................


Bau.................... Konsistensi................

Jantung

Iktus cordis teraba pada ICS 2

Irama jantung  Reguler  Ireguler

S1/S2 tunggal  Ya  Tidak

Bunyi jantung tambahan  Murmur  Gallops Rhitme lain-


lain: .........

Nyeri dada  Ya  Tidak

Pulsasi  Sangat kuat  Kuat, teraba  Lemah

 Teraba  hilang timbul  tidak teraba

CVP:  Ada  Tidak ada

Tempat CVP  Subklavia  Brachialis  Femoralis

Pacu jantung  Ada  Tidak ada

Jenis:  Permanen  Sementara

Abdomen

Jejas  Ya  Tidak

Nyeri tekan  Ya  Tidak

Distensi  Ya  Tidak

Massa  Ya  Tidak
Peristaltik usus 20 x/menit

Mual  Ya  Tidak

Muntah  Ya  Tidak

Frekuensi............., Jumlah.............cc, warna..............

Pembesarah hepar  Ya  Tidak

Pembesaran lien  Ya  Tidak

Ekstremitas

Deformitas  Ya  Tidak

Contusio/memar  Ya  Tidak

Abrasi/luka babras  Ya  Tidak

Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak

Burns/luka bakar  Ya  Tidak

Tenderness/kekakuan  Ya  Tidak

Laserasi/jejas  Ya  Tidak

Swelling/bengkak  Ya  Tidak

Restaint  Ya  Tidak

Kontraktur  Ya  Tidak

Parese  Ya  Tidak

Plegi  Ya  Tidak

Nyeri tekan  Ya  Tidak

Pulsasi  Sangat kuat  Kuat, teraba  Lemah

 Teraba  hilang timbul  tidak teraba

Fraktur  Ya  Tidak
Crepitasi  Ya, di.........  Tidak

Kekuatan otot 55
22

Oedema 55
22
Kulit

Turgor  Baik  Sedang  Jelek

Decubitus  Ada  Tidak Lokasi:…………

Pelvis/Genetalia

Deformitas  Ya  Tidak

Swelling/bengkak  Ya  Tidak

Perdarahan  Ya  Tidak

Instability  Ya  Tidak

Crepitasi  Ya, di.........  Tidak

Kebersihan area genital  Bersih Kotor

Priapismus  Ya  Tidak

Incontinensia urine  Ya  Tidak

Retensi Urine  Ya  Tidak

J. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
No Pemenuhan Makan dan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
Makan: 1 porsi Makan: 1 porsi
Minum: 2 gelas Minum: 1 gelas
Siang Siang
Makan: 1 porsi Makan: 1 porsi
Minum: 3 gelas Minum: 2 gelas
Malam Malam
Makan: 1 porsi Makan: 1 porsi
Minum: 3 gelas Minum: 2 gelas
2 Jenis Nasi : putih Nasi : bubur
Lauk : telur, tempe Lauk : ayam
Sayur : bayam Sayur : kangkung
Minum : air putih Minum/Infus : air putih /
nacl 0,9 %

3 Pantangan / Alergi - -

4 Kesulitan makan dan


- -
minum
5 Usaha untuk mengatasi
- -
masalah
b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Eliminasi BAB /
BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
BAK: 2x BAK: 1x
BAB: 1x BAB: 1x
Siang Siang
BAK: 2x BAK: 2x
BAB: - BAB: -
Malam Malam
BAK: 2x BAK: 1x
BAB: - BAB : -
2 Warna BAK : kuning jernih BAK : kuning jernih
BAB : warna khas BAB BAB : warna khas BAB
3 Bau BAK : bau khas urin BAK : bau khas urin
BAB : bau khas BAB BAB : bau khas BAB
4 Konsistensi BAK : cair BAK : cair
BAB : lunak BAB : lunak
5 Masalah eliminasi -
-

6 Cara mengatasi
- -
masalah
c. Pola Istirahat Tidur
No Pemenuhan Istirahat Sebelum Sakit Setelah Sakit
Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi -
:.........................
Siang : 2 jam
Malam : 7 jam
2 Gangguan tidur - Nyeri
3 Upaya mengatasi Menciptakan lingkungan
-
masalah gangguan tidur yang nyaman
4 Hal yang mempermudah
- -
tidur
5 Hal yang mempermudah
- -
bangun
d. Pola Kebersihan diri / Personal Hygiene

No Pemenuhan Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit


Hygiene
1 Frekuensi mencuci rambut 3 hari sekali -
2 Frekuensi Mandi 2x / hari 2 hari sekali
3 Frekuensi Gosok gigi 2x / hari -
4 Memotong kuku Seminggu sekali -
5 Ganti pakaian 2x / hari 1x hari

K. INSPECT OF BACK POSTERIOR


Deformitas leher  Ya  Tidak

Contusio/memar  Ya  Tidak

Abrasi/luka babras  Ya  Tidak

Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak

Burns/luka bakar  Ya  Tidak

Tenderness/kekakuan  Ya  Tidak

Laserasi  Ya  Tidak

Swelling/bengkak  Ya  Tidak

K. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN

Nama Obat Dosis Nama Obat Dosis


Ketorolac 15 mg RL 20 tpm
Cefazolin 1-3 mg
Ranitidien 50mg

L. DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Resiko Infeksi
3.4.Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Do: Fraktur Nyeri Akut
 Tampak bengkak pada
daerah paha kiri dan
pada kaki kanan
terdapat luka robek pada Pergeseran fregmen
tibia 6 cm, tampak tulang
tonjolan tulang.
 P: nyeri jika digerakan
Q: seperti ditusuk tusuk
R: paha kiri dan kaki
kanan
S: 8
T: terus menerus
 Hasil X-Ray:fraktur
obliq pada 1/3 bagian
distal femur kiri dan
fraktur cruris segmental
pada 1/3 media kanan.
Ds:
Pasien mengatakan kakinya
sakit saat digerakan rasanya
seperti ditusuk tusuk
2 Do: Fraktur Gangguan
Mobilitas Fisik
 Tampak bengkak pada
daerah paha kiri dan
pada kaki kanan
terdapat luka robek pada Diskontinuitas
tibia 6 cm, tampak
tonjolan tulang.
 Hasil X-Ray:fraktur
obliq pada 1/3 bagian
distal femur kiri dan Perubahan jaringan
fraktur cruris segmental
pada 1/3 media kanan.
 Terpasang kateter
Ds: Perubahan fragmen
 Pasien mengatakan
kakinya sakit saat
digerakan rasanya
seperti ditusuk tusuk
Deformitas
 Pasien mengatakan
tidak bisa berjalan
3 Do: Fraktur Resiko Infeksi
 Pada kaki kanan
terdapat robekan pada
tibia 6 cm.
 Pasien tampak mringis Diskontinuitas
kesakitan
Ds:
Pasien mengatakan bahwa
ada luka robekan di kaki Perubahan jaringan
sebelah kanan

Laserasi kulit/ robekan


3.5.Diagnosa
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (fraktur/trauma)
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan intergritas struktur tulang
c. Resiko infeksi b.d prosedur invasif (trauma jaringan)
3.6.Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Nyeri akut b.d Setelah diberikan asuhan 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan
agen cidera fisik keperawatan selama 3x24 lokasi, intensitas skala. Menandai
(fraktur/trauma) jam diharapkan nyeri dapat gejala nonverbal misalnya
berkurang dengan kriteria gelisah, takikardi, dan meringis.
hasil: 2. Dorong pengungkapan perasaan
3. berikan aktifitas hiburan
a. Pasien menunjukan
4. lakukan tindakan paliatif,
ekspresi wajah rileks
misalnya perubahan posisi,
b. Pasien dapat tidur
massase, rentang gerak pada
atau beristirahat
sendi yang sakit
secara adekuat
5. intruksikan pasien/ dorong untuk
c. Pasien menyatakan
menggunakan visualisasi atau
nyerinya berkurang
bimbingan imajinasi, relaksasi
d. Pasien tidak
progresif, teknik nafas dalam.
mengeluh kesakitan
2. Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. kaji keterbatasan gerak sendi
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 2. kaji motivasi klien untuk
b.d kerusakan jam diharapkan nyeri dapat mempertahankan pergerakan
intergritas berkurang dengan kriteria sendi
struktur tulang hasil: 3. jelaskan alasan rasional
pemberian latihan gerak
a. menggunakan posisi 4. monitor lokasi ketidaknyamanan
duduk yang benar atau nyeri selama aktivitas
b. mempertahankan 5. lindungi pasien dari cedera
kekuatan otot selama latihan
c. mempertahankan 6. bantu klien ke posisi yang
fleksibilitas sendi optimal untuk latihan rentang
gerak
7. anjurkan klien untuk melakukan
latihan secara rutin.
3. Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan 1. kaji tanda-tanda infeksi: suhu
b.d prosedur keperawatan selama 3x24 tubuh, nyeri, perdarahan, dan
invasif (trauma jam diharapkan nyeri dapat pemeriksaan laboratorium,
jaringan) berkurang dengan kriteria radiologi
hasil: 2. monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
a. mengenali tanda dan
3. menaikan asupan gizi yang cukup
gejala yang
dan cairan yang sesuai
mengidikasi risiko
4. pertahankan teknik asepsis pada
dalam penyebaran
pasien yang beresiko
infeksi
5. administrasikan antibiotic yang
b. mengetahui cara
sesuai
mengurangi infeksi
6. mengajarkan pasien dan keluarga
c. mengetahui aktifitas
tentang tanda dan gejala infeksi
yang dapat
dan kapan harus melapor ke
meningkatkan
penyedia layanan kesehatan
infeksi
3.7.Implementasi
No Diagnosa Implementasi Paraf

1. Nyeri akut b.d 1. Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,


agen cidera fisik intensitas skala. Menandai gejala nonverbal
(fraktur/trauma) misalnya gelisah, takikardi, dan meringis.
2. Mendorong pengungkapan perasaan
3. Memberikan aktifitas hiburan
4. Melakukan tindakan paliatif, misalnya
perubahan posisi, massase, rentang gerak pada
sendi yang sakit
5. Mengintruksikan pasien/ dorong untuk
menggunakan visualisasi atau bimbingan
imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas
dalam.
2. Gangguan 1. Mengkaji keterbatasan gerak sendi
mobilitas fisik b.d 2. Mengkaji motivasi klien untuk mempertahankan
kerusakan pergerakan sendi
intergritas 3. Menjelaskan alasan rasional pemberian latihan
struktur tulang gerak
4. Memonitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri
selama aktivitas
5. Melindungi pasien dari cedera selama latihan
6. Membantu klien ke posisi yang optimal untuk
latihan rentang gerak
7. Menganjurkan klien untuk melakukan latihan
secara rutin.
3. Resiko infeksi b.d 1. Mengkaji tanda-tanda infeksi: suhu tubuh, nyeri,
prosedur invasif perdarahan, dan pemeriksaan laboratorium,
(trauma jaringan) radiologi
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local
3. Menaikan asupan gizi yang cukup dan cairan
yang sesuai
4. Mempertahankan teknik asepsis pada pasien
yang beresiko
5. Mengadministrasikan antibiotic yang sesuai
6. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi dan kapan harus melapor ke
penyedia layanan kesehatan
3.8.Evaluasi
No Waktu Evalusai Paraf
dx
1 08.00 S : Pasien mengatakan kaki yang sakit masih nyeri
5 Januari 2020 O : bengkak belum berkurang
P: nyeri jika digerakan
Q: seperti ditusuk tusuk
R: paha kiri dan kaki kanan
S: 8
T: terus menerus
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 10.00 S : Pasien masih terlihat belum bisa berjalan
5 Januari 2020 O : tampak bengkak dan terlihat tonjolan tulang
A : masalah belum teratasi
P : lanjtkan intervensi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur
disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya.
Gangguan yang paling sering terjadi akibat trauma muskuloskletal adalah
kontusio, strain, sprain dan dislokasi.
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada
jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang
langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh. Sprain
adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi,
yang memberikan stabilitas sendi. Strain adalah bentuk cidera berupa
penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan
tendon) sedangkan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang
dari kesatuan sendi.
4.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman
dan pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan klien dengan trauma
musculoskeletal : kontusio, sprain, strain dan dislokasi. Kami selaku penulis
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih
DAFTAR PUSTAKA

Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan,
Nuha Medika: Yogyakarta

Andri Andreas.Dr. 2012. Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: AGD
Dinkes Provinsi DKI Jakarta.
Brunner & Suddart. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.http://zillyannurse.blogspot.com/2011/11/askep-trauma-
muskuloskeletal.html
Depkes RI, 2005; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005
Tentang Kesehatan; Jakarta; Hal 1. Fisioterapi Indonesia; Jakarta; Hal.5.
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi
Keperawatan(Edisi 3) Jakarta: EGC.
Noor Helmi, Zairin, 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1,Salemba
Medika, Jakarta, hal. 226-231, 534-535.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai