Disusun Oleh :
Kelompok 4:
Benny Panca Warman (19216224)
M Aziz Widiyanto (19216256)
Maria Endang Setiowati (19216257)
Melda Siahaan (19216258)
Nur Wahyuti Maria (19216265)
Ruli Samsiana Andriyanti (19216274)
1
Widia Ningsih (19216282)
Yosepin Martha Dwi F (19216285)
2
3
KATA PENGANTAR
3
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis sudah
dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu pada kandung
kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai
dari system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang
terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu
buli-buli karena hyperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel
uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
Penyakit batu saluran kemih menyebar ke seluruh dunia dengan perbedaan di
Negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli, sedangkan di Negara yang lebih
maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih di bagian atas ( ginjal dan ureter),
perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas a penduduk aktivitas sehari- hari.
Angka prevalensi rata-rata seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran
kemih.
Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan batu ginjal.
Penyakit ini akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara dini yaitu
terjadinya kerusakan ginjal yang akut ditandai dengan tidak berfungsinya ginjal.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan
berdampak positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk perubahan pola
dan gaya hidup masyarakat sehinga kita dapat melihat dampak negatif yang bisa kita lihat
yaitu banyaknya penyakit yang muncul misalnya hipertensi, jantung dan juga ginjal.
Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah batu pada
saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Karena
hal tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam mengatasi masalah ini antara
lain dengan rasa memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan tentang urolithiasis dan vesikolithiasis/batu
4
buli-buli khususnya serta cara
pencegahannya.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya perubahan
dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan
keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan
5
terjadi kerusakan ginjal.
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan
terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4 liter/hari), diit
yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta
segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera
ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar selalu menjaga
kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu yang baru. Hal yang harus
diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan pemeliharaan kesehatan seperti
berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan menghindari penyakit infeksi yang
menjadi salah satu penyebab timbulnya urolithiasis.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan tentang penyakit Urotiliasis, serta dapat
mengetahui cara memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan diagnosa
urotiliasis dan memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan penyakit
batu saluran kemih serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Memperdalam
anatomi fisiologi dan patologi sistem perkemihan yang merupakan dasar dalam
melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan definisi penyakit urolithiasis.
b. Menjelaskan penyebab penyakit urolithiasis.
c. Menjelaskan gejala dan tanda penyakit urolithiasis.
d. Menjelaskan patofisiologi penyakit urolithiasis.
e. Melakukan pemeriksaan fisik.
f. Melakukan pemeriksaan diagnostik.
g. Melakukan penatalaksanaan penyakit urolithiasis.
h. Menentukan cara pencegahan penyakit urolithiasis.
i. Mengetahui komplikasi.
j. Melakukan pengkajian.
k. Menentukan diagnosa. 5
l. Menentukan perencanaan tindakan.
m. Melakukan tindakan keperawatan.
n. Menentukan evaluasi keperawatan.
o. Melakukan dokumentasi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
dari saluran kemih, termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
kurangnya intervensi yang efektif, dan tidak diterapkan nya pola hidup
6
7
2. Etiologi
kemih dan uretra. Ukuran batu saluran kemih berkisar dari mikrometer
3. Anatomi
atas dan saluran kemih bagian bawah. Pembentuknya terdiri dari ginjal
kandung kemih dan uretra. Ginjal adalah organ saluran kemih yang
renalis dan struktur lain yang merawat ginjal yakni pembuluh darah,
sistem limfatik, dan sistem saraf. Ureter adalah suatu saluran muskuler
yang berjalan dari hillus ginjal menuju distal dan kemudian bermuara
8
pada kandung kemih. Ureter terdiri dari 2 saluran pipa di sebelah
9
kanan dan kiri yang menghubungkan ginjal kanan dan kiri dengan
diameter rata - rata sekitar 0,5 cm dan diameter maksimal sekitar 1,7
seperti balon yang tidak berisi udara. Ketika berisi sedikit penuh
(Mahdevan, 2019).
4. Fisiologi
Jika fungsi sistem ini terganggu, limbah dan racun bisa menumpuk di
9
dalam tubuh dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Sistem
10
urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter,
dan juga uretra (saluran kencing). Setiap bagian dalam sistem urinaria
kemih, urine yang membawa limbah dan racun akan dikeluarkan dari
dalam tubuh.
kandung kemih. Organ yang berada di dalam perut bagian bawah ini
oleh urine, akan timbul dorongan untuk buang air kecil. Kandung
antara kandung kemih ke lubang saluran kemih pada ujung penis atau
5. Patofisiologi
makromolekul kristalisasi.
a. Ph urin rendah
b. Hiperurikosuria
besar lebih mudah larut daripada asam urat, dapat dicatat bahwa
kongenital. 11
12
6. Manifestasi klinis
Urolithiasis :
a. Nyeri
nyeri kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya
b. Gangguan miksi
spontan tetapi batu dengan ukuran yang relatif besar sulit untuk
c. Hematuria
namun jika terjadi lesi pada saluran kemih utamanya ginjal maka
ada.
e. Demam
antibiotik.
7. Komplikasi
mengakibatkan kematian. 15
16
e. Gagal ginjal akut atau kronis. Gagal ginjal akut adalah Suatu
mengkonsumsi air putih sebanyak lebih dari 2 liter per hari, aktif
efektivitas Stone Free Rate (SFR) dari SWL atau RIRS sangat tergantung
dari ukuran batu. Tindakan ESWL sangat tergantung pada ukuran batu < 20
mm. Batu berukuran >20 mm harus diterapi secara primer dengan PNL,
karena ESWL sering kali membutuhkan beberapa kali prosedur dan berkaitan
17
18
9. Pemeriksaan Diagnostik
adalah :
a. Ureteroskopi
ginjal dengan segala ukuran, namun batu ginjal yang lebih besar
18
19
b. CT Scan
c. Ultrasonografi abdomen
simtomatik daripada kalkuli ginjal. Namun, jika batu ureter itu ada,
urat murni dan batu yang terutama terdiri dari sistin atau
2017).
20
41
10. Pathway
41
41
Bagan 2.1
1. Pengkajian
23
24
a. Identitas
1) Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
penyakitnya.
tersebut.
25
26
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Penampilan umum
b) Kesadaran
keadaan klien.
c) Tanda-tanda vital
dicapai jantung.
2) Sistem perkemihan
penyakit ini saat teraba oleh tangan terasa sakit pada perut
d. Pola aktivitas
1) Nutrisi
2) Aktivitas
3) Aspek psikologis
suasana hati
4) Aspek penunjang
2. Diagnosa keperawatan
Masalah dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan
kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama. Diagnosa
keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tetapi sudah ada
(inflamasi)
kemih
makanan
operasi)
sirkulasi
3. Intervensi keperawatan
29
30
2019).
2018) :
30
31
(inflamasi) D.0077
Tujuan Intervensi
kemih D.0040
Tujuan Intervensi
32
33
makanan D.0019
Tujuan Intervensi
33
34
D.0080
Tujuan Intervensi
34
35
operasi) D.0077
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
2019).
oleh perawat.
ditetapkan.
sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. D., & Nuraeni, P. (2019). Article text. Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas dalam Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operatif
Appendictomy di Ruang Nyi Ageng Serang RSUD Sekarwangi , 107.
Boarin, M., Villa, G., Capuzzi, C., Remon, D., Abbadessa, F., Wiley, J., et al.
(2018). Dietary and lifestyle recommendations for urolithiasis
prevention: A systematic literature review. International Journal Of
Urological Nursing The Journal Of The Baun , 12 (2-3), 53-70.
Bolat, & Teke. (2020). Spilled gallstones found incidentally in a direct inguinal
hernia sac: Report of a case. International Journal of Surgery Case
Reports , 22, 218-220.
Fadli, R. (2021, April Tuesday). Batu ginjal bisa berakhir pada Gagal
Ginjal, Benarkah ? 40Dipetik Juny Saturday,
2021, dari https://www.halodoc.com/artikel/batu-ginjal-
bisa-berakhir-pada-gagal- ginjal-benarkah: https://www.halodoc.com
41
Fisang, C., Anding, R., Müller, S. C., Latz, S., Laube, N., and Pediatric
Urology, D. o., et al. (2015). Urolithiasis—an Interdisciplinary
Diagnostic, Therapeutic and Secondary Preventive Challenge.
Medicine
, 83-91.
Gottlieb, M., Long, B., & Koyfman, A. (2018). The evaluation and
management of urolithiasis in the ED: A review of the literature. The
American Journal of Emergency Medicine , 36 (4), 699-706.
Halodoc. (2019, July Sunday). Faktor Resiko Infeksi. Faktor Resiko Infeksi
Luka Operasi yang Perlu Diketahui .
Liu, Y., Chen, Y., Liao, B., Luo, D., Wang, K., Li, H., et al. (2018).
Epidemiology of urolithiasis in Asia. Asian Journal of Urology , 205.
42