Disusun Oleh :
NIM : 20317101
TAHUN 2021
A. Definisi Apendisitis
Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu (apendiks). Infeksi
yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu
itu bisa pecah (Sjamsuhidayat, 2015).
Appendictomy adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
appendic dan caecum yang sudah terinfeksi dan atau infiltrat serta bernanah (Kozier,
2013).
Appendictomy adalah tindakan pembedahan untuk mengambil appendic yang
biasanya sudah terinfeksi (Mansjoer, 2014)
B. Etiologi
Apendisitis akut merupakan merupakan infeksi bakteria. Berbagai berperan sebagai
faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing
askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti
E.histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah
timbulnya apendisitis akut. (Sjamsuhidayat, 2015).
C. Manifestasi Klinik
Menurut Sjamsuhidayat (2015) tanda dan gejala Apendisitis akut adalah sebagai berikut:
a. Nyeri kuadran bawah
b. Demam ringan
c. Mual dan muntah
d. Hilangnya nafsu makan.
Apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah
pada titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior.
Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar
dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada
pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal. nyeri pada
defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum (Sjamsuhidayat, 2015).
D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Price (2012) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Ultrasonografi untuk massa apendiks
b. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum
dilakukan apendiktomi pada wanita muda
c. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sek darah putih (hampir selalu leukositosis)
CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih
mungkin.
E. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer (2012) penatalaksanaan appendicitis adalah sebagai berikut :
a. Pembedahan diidikasikan jika terdiagnosa appendicitis; lakukan apendiktomi
secepat mungkin untuk mengurangi resiko perforasi. Metode insisi abdominal
bawah di bawah anestesi umum atau spinal; laparoskopi.
b. Berikan antibiotic dan cairan intravena sampai pembedahan dilakukan.
c. Analgetik dapat diberikan setelah diagnose di tegakkan.
PENGKAJIAN
A. Biodata Pasien
1. Nama : Ny. L
2. Umur : 38 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. No. Register : 00002251
5. Alamat : Alam Sutera Cluster Olivia
6. Status : Menikah
7. Keluarga Terdekat : Suami
8. Diagnosa Medis : Apendisitis
B. Anamnese
1. Keluhan Utama ( Alasan MRS )
Saat Masuk Rumah Sakit:
Sakit perut kanan bagian bawah, mual, muntah dan demam S : 37,8°C
2. Riwayat Penyakit Sekarang :Apendisitis
3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : Tidak ada
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada
Siang : 1x Siang : 1x
Malam : 1x Malam : 1x
2. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Eliminasi Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB/BAK
Siang : 1x Siang : 1x
Malam : 1x Malam : 1x
5. Aktivitas Lain
No Aktivitas Yang Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan
Tipe Primer
Makula (+), Papula (-), Nodule (-), Vesikula (-)
Tipe Sekunder
Pustula (+), Ulkus (+), Crusta (-), Exsoriasi (+), Sear (+), Lichenifikasi (+)
Kelainan- kelainan pada kulit :
Naevus Pigmentosus (+), Hiperpigmentasi (-),Vitiligo/Hipopigmentasi (-), Tatto
(-), Haemangioma (-), Angioma/toh (+), Spider Naevi (-), Strie (-)
b. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi :
Penyebaran (merata), bau tidak, rontok (+), warna hitam putih, alopesia (-),
hirsutisme (-), alopesia (-)
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan Palpasi
warna putih, bentuk oval, kebersihan kurang
d. Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan
Px. Kulit : Kulit kasar, tidak elastis, terdapat jaringan parut dan lesi
4. Pemeriksaan Kepala, Wajah Dan Leher
a. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (lonjong), kesimetrisan (+), Hidrochepalus (-), Luka (-),
darah (-), Trepanasi (-)
b. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
Kelopak mata/palpebra : oedem (-), ptosis (-), peradangan (-), luka (-), benjolan
(-)
Bulu mata : tidak rontok
Konjunctiva dan sclera :perubahan warna pucat
Warna iris coklat, reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), isokor (+)
Kornea : warna hitam
Nigtasmus (+), Strabismus (-)
Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card: OD tidak terkaji, OS tidak terkaji
Tanpa Snelen Card: Ketajaman Penglihatan (Kurang)
Pemeriksaan lapang pandang normal
Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan tonometri tidak terkaji, dengan palpasi teraba tidak ada nyeri tekan
c. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk simetris, ukuran sedang, warna sawo matang,
lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-)
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna tidak terkaji, transparansi
tidak terkaji, perdarahan (-), perforasi (-)
Uji kemampuan kepekaan telinga :
Tes bisik : mampu mendengarkan suara yang lirih seperti berbisik – bisik
Dengan arloji : antara telinga kanan & kiri tidak ada perbedaan
Uji weber: seimbang
Uji rinne : sama dibanding dengan hantaran udara
Uji swabach : sama
d. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada pembengkokan)
Amati meatus : perdarahan (-), kotoran (+), pembengkakan (-), pembesaran/polip
(-)
e. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
Amati bibir : Kelainan konginetal (tidak ada), warna bibir pucat, lesi (-), bibir
pecah (-)
Amati gigi ,gusi dan lidah : Caries (+), Kotoran (+), Gigi palsu (-), Gingivitis (-),
Warna lidah : pucat, perdarahan (-) dan abses (-)
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : ada, uvula (simetris), benda
asing : (tidak)
Adakah pembesaran tonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4 tidak ada pembesaran tonsil
Perhatikan suara klien : (tidak berubah)
f. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi
Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang
warna dan kondisi wajah klien : sawo matang tampak bersih
Struktur wajah klien : lengkap
Kelumpuhan otot-otot fasialis (-)
g. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna (-),
massa (-)
Kelenjar tiroid pembesaran (+)
Vena jugularis, pembesaran (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe (-), kelenjar tiroid (+), posisi trakea (simetris)
Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah, leher : terdapat
benjolan pada leher
Palpasi dan perkusi untuk mengetahui ada acites atau tidak :Shiffing Dullnes (-),
Undulasi (-)
Palpasi Ginjal :
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : Terdapat nyeri tekan
area ginjal
8. Pemeriksaan Genetalia
a. Inspeksi :
Rambut pubis (tidak bersih), lesi (-), benjolan (-)
b. Palpasi
Nyeri tekan (-), benjolan (-), cairan tidak ada
9. Pemeriksaan Anus
a. Inspeksi
Atresia ani (-), tumor (-), haemorroid (-), perdarahan (-), perineum : jahitan (-),
benjolan (-)
b. Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus (-) pemeriksaan Rectal Toucher tidak terkaji
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Anus : tidak ada keluhan
10. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstremitas )
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), fraktur (-) lokasi fraktur
tidak ada, jenis fraktur tidak ada, terpasang Gib (-), Traksi (-)
b. Palpasi
Oedem : -
F. Riwayat Psikologis
1. Status Nyeri :
a. Menurut Skala Intensitas Numerik
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : merasa sedih
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : nyeri yang dirasakan
3. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara (tidak), apakah pola komunikasinya
(spontan), apakah klien menolak untuk diajak komunikasi (tidak), Apakah komunikasi
klien jelas (ya), apakah klien menggunakan bahasa isyarat (tidak).
c. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon : perawat dan keluarga
Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : keluarga
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi (aktif)
d. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasimasalahnya : keluarga
memberi dukungan
ASUHAN KEPERAWATAN
DATA FOKUS
MASALAH/ DIAGNOSA
DATA (DS & DO)
KEPRAWATAN
DS : Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
P : Apendisitis
D 0077 : Nyeri Akut
Q : Tertusuk-tusuk
S:5
T : Setiap saat
D 0130 : Hipertermi
1. Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
D 0077 : Nyeri Akut
2. Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
D 0130 : Hipertermi
3. Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
D 0019 : Defisit Nutrisi
Teraupetik Observasi
- Melonggarkan atau lepas
- Identifikasi penyebab
pakaian
hipertermia
Edukasi
- Monitor suhu tubuh
- Menganjurkan tirah baring
- Monitor komplikasi
Kolaborasi
akibat hipertermia
Berkolaborasi pemberian cairan Teraupetik
dan elektrolit intravena, jika perlu - Longarkan atau lepas
pakaian
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Rabu, 3 3. Observasi : S : klien mengatakan mual Yenni
Maret 2021 - Mengidentifikasi sudah berkurang