Anda di halaman 1dari 11

STROKE

A. KONSEP DASAR STROKE

1. Pengertian Stroke

Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan

fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak

(Suzanne).

Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh

darah yang menyediakan darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah

ke otak menjadi kurang atau berhenti, yang kemudian merusak atau

memusnahkan area – area tertentu dalam jaringan otak (discases penyakit )

Storke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

neurologis yang utama di indonesia, serangan otak ini merupakan kegawat

daruratan media yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat.

Stroke adalah sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak,

progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global yang

berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan

semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non

traumatik (Doengoes, 2000:290).

Cidera serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit cerebrovaskuler

menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsioanal

maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh


darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak

(doengoes:290)

Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang bersifat mendadak

dan disertai dengan defisit neuologik (Dr. H. Soedomo Hadinoto)

Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai

gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan

gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam

atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena gangguan

peredaran dareh otak.

2. klasifikasi stroke

a. Transtient Iskemia Attach (TIA)

Yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama beberapa

menit sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang

dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam

b. Stroke in evolution ( SIE)

Yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap

c. Completeted stroke iskemic (CSI)

Yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap

d. Reversible iscemic neurological defisit (RIND)

Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja

kelainan yang ada menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24 jam

3. Stroke berdasarkan penyebab


Berdasarkan penyebab stroke dibedakan menjadi 2:

a. Stroke hemorhagic

Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub

arachnoid. Disebabkan oleh pembuluh darah otak pada daerah otak

tertentu biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif

namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya

menurun.

b. Stroke non hemorhagic

Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya

terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari

tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan

hipoksi dan selanjutnya dapat timbul oedema skunder. Kesadaran

umumnya baik

4. Etiologi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:

a. Trombosis cerebral

b. Emboli

c. Tumor otak

d. Hemorhagic

e. Tekanan darah tinggi

f. Kelemahan dinding arteri

g. Cidera kepala

5. Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau

kelainan yang memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami

serangan stroke pada suatu saat.

a. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama

1) Usia

2) Jenis kelamin

3) Ras

4) Genetik

b. Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan

diantaranya :

1) Hipertensi

2) Diabetes mellitus

3) Penyakit jantung

4) Riwayat trans iskemik atau stroke

sebelumnya

5) Merokok

6) Kolesterol tinggi

7) Obesitas

8) Obat-obatan (kokain, ampetamine,

ekstasi dan heroin)

6. Patofisiologi

Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap

yaitu 50 ml/ menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang
mengembangkan arteri pada waktu hipotensi yang menguncup waktu

hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus menerus terjadi maka dapat

menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat menyebabkan

perdarahan intra kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan

yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya.

Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan

fase spasme arteri hemisfer otak.

Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah

sehingga timbul iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan

mengalami defisit neurologis yang berupa hemiparalisis. Keluarnya darah

yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat meningkatkan tekanan

darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi

karena apabila daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan

penekanan pada seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo)

7. Manifestasi klinis

Long (1996) menjelaskan gejala fokal yang paling sering terlihat akibat

terputusnya sirkulasi arteri cerebral adalah :

a. Kontralateral paralisis

b. Kehilangan penginderaan

sensori dan memori

c. Disfasia atau afasia

d. Masalah spatial perceptual

8. Pemeriksaan diagnostis
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat

memperlihatkan adanya hematoma, infark dan perdarahan. Scan ini

baik untuk meneliti lesi yang letaknya dipermukaan

b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro

spinalis fluid (CSF). Tekanan yang meningkat dan adanya cairan darah

menunjukkan adanya hemorhagic.

c. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan

gelombang untuk menentukan lesi spesifik

d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk

memperlihatkan penyebab dan letak ganguan otak, biasanya

menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture atau

obstruksi dapat difisualisasi dengan alat ini.

e. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan

daerah patologis

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan keperawatan

Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis

sebagai berikut:

1) Berusaha menstabilkan tanda –

tanda vital

2) Berusaha menemukan dan

memperbaiki aritmia jantung


3) Merawat kandung kemih, sedapat

mungkin jangan memakai kateter

4) Menempatkan pasien dalam posisi

yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah

posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif

b. Tindakan konservatif

1) Fasodilator yang meningkatkan

aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya:

pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan

2) Dapat diberikan histamin,

aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial

3) Anti agregasi trombosis seperti

aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi.

Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma

c. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah

cerebral, misalnya pada tindakan endarterectomy carotis.

10. Pathways.
Faktor pencetus stroke

Trombosis cerebral Emboli cerebral

Sumbatan pembuluh darah di otak


Suplai darah dan O2 ke otak menurun Ganguan perfusi
jaringan cerebral

Menurun 25 –30 ml/100 gr otak/menit Menurun > =18 ml/100gr otak/mnt

Iskemik otak Infark serebri

<24 jam 24 jam –21 hari

Transient Ischemic Attack


Stroke In Evolution (SIE)
(TIA)

Gejala neurologik bertambah


Kelainan neurologik
sementara
Perawatan tidak
Sembuh total beberapa hari
Sembuh total < 24 jam adekuat

Cerebrum (otak besar) Batang Otak Cerebelum (otak kecil)

Infark cerebri

Perfusi jaringan CEREBRUM (otak


cerebral besar)

Gg fungsi motorik
Gg fungsi vegetatif
Gg persepsi
sensori
Kelemahan otot
spicter
Bicara Kelemahan angg Resiko gangguan
- Disfasia gerak harga diri
- Disatria

inkontinensia Konstipasi
Hemiplegi urin / feses Retensi urin
Paraplegi
Gg komunikasi Tetraplegi
verbal
Gangguan rasa Resiko infeksi
nyaman
Gg mobilitas
fisik
Infark cerebri

BATANG OTAK

Pernafasan Motorik
Penurinan tk kesadaran

GG pola Reflek menelan Reflek batuk Reflek


Apatis s/d koma napas turun menurun patologi +

Gagal nafas Gg pemenuhan Penumpukan


perubahan sekret
nutrisi
kematian Gg bersihan
jalan nafas

Infark cerebri

cerebellum

Pernafasan Resiko Ganguan


Kelemahan anggota harga diri
gerak

Resiko
Hemiplegi cedera Apraksia
Paraplegi
tetraplegi

Gangguan Kurang
mobilitas pengetahuan
Butuh
Resiko atropi keterlibatan
Resiko ganguan
integritas kulit
keluarga

Ketidakmampu
an merawat

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica


Ester. (2001). Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa


Monica Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.


Jakarta: EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.
Jakarta; EGC

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.
2000. Jakarta: EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen,


Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.

Zendy. George. L. Pengelolaan Mutahir Stroke. 1992

Shepherd., Robert. B. M. Motor Relearning Programme for Stroke

Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya Penduduk Rawan Stroke, (Online),


(http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2 November 2007)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Stroke, (Online), (http://


depkes.co.id/stroke.html)

Anda mungkin juga menyukai