BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Etiologi
1
2
Etiologi dari stroke non hemoragik dikemukakan oleh Suzanne, 2002 yaitu:
1.1.2.1 Trombosis Serebral (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan ot
thrombosis.
1.1.# Patofisiologi
Trombosis serebral dan Embolisme serebral menyebabkan pembuluh
arteriola mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut
berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe
1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Komplikasi dini (0-48 jam pertama).
1.1.7.2 Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian.
1.1.7.3 Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
1.1.7. # Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama).
1.1.7.5 Pneumonia: akibat immobilisasi lama.
1.1.7.6 Emboli paru: cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
1.1.7.7 Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat.
1.1.7.8 Komplikasi Jangka panjang, stroke rekuren, infark miokard, gangguan
vaskular lain: penyakit vaskular perifer.
1.1.9.4 Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
1.1.9.5 Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK.
1.1.9.6 Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan.
1.1.9.7 Pengobatan Kons
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
1.1.9.8 Pengobatan Pembedahan
1) Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
(1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
(2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
(3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
(4) Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
8
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurn, yang didapatkan pada klien
stroke dengan penuruunan kesadaran.
1.2.1.9 B2 (Bleeding)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.
1.2.1.10 B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan aliran darah kolateran (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak
tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan
fokus lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
1.2.1.11 B4 (Bladder)
1
keperawatan yang muncul pada klien dengan stroke non hemoragik yaitu:
1.2.2.6 Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan dapat
Kriteria Hasil:
pernapasan: 16-20x/menit)
Intervensi:
1
Kriteria hasil:
Intervensi:
Rasional:
Kriteria Hasil:
Intervensi:
Rasional:
Kriteria Hasil:
Intervensi:
Rasional:
Kriteria Hasil:
➢ Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat.
➢ Konsistensi feses lunak.
➢ Tidak teraba masa pada kolon (scibala).
➢ Bising usus normal (7-12 kali per menit).
Intervensi:
Rasional:
1.2.3.6 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
1
Kriteria Hasil:
Intervensi:
5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap
kulit
Rasional:
Kriteria Hasil :
Intervensi:
1) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat
ketidakefektifan jalan nafas.
2) Rubah posisi tiap 2 jam sekali.
3) Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari).
4) Observasi pola dan frekuensi nafas.
5) Auskultasi suara nafas.
6) Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien.
Rasional:
Kriteria Hasil:
Intervensi:
Rasional:
penyakit.
➢ Berikan dukungan pada pasien
Rasional:
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menandakan
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan). Proses evaluasi
terdiri dari 2 tahap yaitu tahap mengukur pencapaian tujuan klien yang terdiri dari
Sedangkan tahap kedua adalah tahap penentuan keputusan pada tahap evaluasi.
Dalam tahap yang kedua ini terdapat 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas Klien
Pengkajian Panda Ny. S dilakukan di ruang Nusa Indah, pada tanggal 21
Genogram Keluarga: 24
Keterangan*
* Laki/laki
* Perempuan
* Pasien (Ny. +)
* * Tinggal serumah
gemuk, suasana hati sedih, berbicara tidak lancar, fungsi kognitif orientasi waktu
pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang pasien dapat
2
Nervus Kranial I, pasien dapat mencium bau-bauan seperti : minyak kayu putih.
Nervus Kranial II, Pasien dapat melihat dengan jelas orang yang disekitarnya.
Nervus Kranial III, Pupil pasien dapat berkontraksi saat melihat cahaya.
Nervus Kranial IV, Pasien dapat menggerakkan bola matanya ke atas dan ke
bawah.
Nervus Kranial V, Pasien dapat mengunyah makanan: seperti nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI, Pasien dapat melihat ke samping.
Nervus Kranial VII, Pasien dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII, Pasien dapat mendengar perkataan Dokter, Perawat dan
keluarganya.
Nervus Kranial IX, Pasien dapat membedakan rasa pahit, manis.
Nervus Kranial X, Pasien tidak dapat berbicara dengan jelas.
Nervus Kranial XI, Pasien dapat mengangkat bahunya.
2
Nervus Kranial XII, Pasien dapat mengatur posisi lidahnya ke atas dan ke bawah.
Masalah Keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal: afasia
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah
tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh uji kestabilan tubuh Ny. S
negatif. Refleks kanan dan kiri positip tidak ada yang mengalami kekakuan, uji
sensasi Ny. S tidak di kaji tidak ada keluhan dan tidak ada masalah dalam
pergerakan atau mental Ny. S.
2.1.3.7 Eliminasi Uri (Bla$$er)
Ny. S memakai kateter mulai dari jam 07:00-09:00 WIB dengan produksi
urine 300 ml/4 jam dengan 3-4 buang air kecil (BAK) warna urine kuning, bau
urine amoniak. Eliminasi Ny. S tidak ada masalah atau lancar keluhan dan
masalah keperawatan yang di alami Ny. S tidak ada keluahan ataupun masalah
keperawatan.
2.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut dan Faring
Bibir pucat, lembab, gigi lengkap, lidah tidak ada lesi, mukosa baik, tonsil
baik, gusi tidak temukannya peradangan ataupun pembengkakkan. BAB 1 x/hr,
warna coklat, konsistensi lembek, bising usus tidak di kaji. Tidak ada keluhan
dan masalah keperawatan eliminasi Ny. S
2.1.3.9 Tulang - Otot - Integumen (Bone)
Pergerakan Ny. S secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 5/3 dan
ekstremitas bawah 5/3 normal pergerakanya dan tidak ada peradangan maupun
deformitas pada tulang, maupun patah tulang.
Masalah Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik
2.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan,
alergi kosmetik. Suhu kulit Ny. S hangat , warna kulit normal tidak ada kelainan,
turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan, jaringan
2
parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk kuku
simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah keperawatan.
2.1.5 Sosial-Spritual
2.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena suara yang jelas.
Masalah Keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal
2.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa jawa, banjar dan
indonesia.
2.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Ny. S di
rawat di ruang nusa indah terlihat keluarga selalu menjenguk.
2.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
2.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny. S adalah suami, anak, dan keluarga
2
4.53x10 5 uL
309x10 3 uL
P: 45 — 65 mg/ dL
4) Jaringan lunak ekstra calvaria, dan calvaria masih memberikan bentuk dan
densitas yang normal.
5) Sulci dan gyri corticalis, fissura syvii bilateral dan fissura interhemisfer
tampak normal.
6) Bentuk dan posisi ventrikel lateralis bilateral simetris. Ukuran ventrikel
Kererangan:
1) Infark baru pada substania alba periventrikuler lateral kanan parenkim lobus
perietalis kanan.
2) Multiple infark lama pada ganglia basalis kanan.
perdarahan.
3
insuli.
9) Inj. Actropid 3x4/SC
Mahasiswa,
(Santaliani)
2. DS:
Keluarga pasien mengatakan ‘' Arteriosklerosis
tangan kiri dan kaki kiri tidak bisa di
gerakkan” Obstruksi
Gangguan
DO: Trombus serebral mobilitas
3
penyakitnya.
- Tanda-tanda vital
TD: 140/100 mmHg
RR: 24x/mnt
N : 86x/
mnt S :
36°C
terjadi perubahan, hasil MSCT Scan: infark baru pada substania alba
periventrikuler lateral kanan parenkim lobus perietalis kanan, multiple
infark lama pada ganglia basalis kanan, tanda-tanda vital: TD: 160/100
mmHg, N: 86x/menit, RR: 20x/menit dan S: 37,6 0C
DAFTAR PUSTAKA
Corwin Elizabet. S. 2009. Buku Saku Diagnosa Kepeawatan. Edisi 9. Alih Bahasa
Tim Penerbit. PSIK UNPAD. Jakarta: EGC
3