Disusun oleh:
TAHUN 2022/2023
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. (Hendro Susilo, 2000).
Sedangkan menurut Pahria, (2004) Stroke Non Haemoragik adalah
cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi
akibat pembentukan trombus di arteri cerebrum atau embolis yang
mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh.
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan
pada arteri sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan
terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai.
II. Etiologi
3. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan
stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit
lumen pembuluh darah ke otak.
4. Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat
parah dan menahun.
Sedangkan faktor resiko pada stroke (Baughman, C Diane.dkk, 2000):
1. Hipertensi merupakan faktor resiko utama.
2. Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal
dari jantung).
3. Kadar hematokrit normal tinggi (yang berhubungan dengan
infark cerebral).
4. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai
usia di atas 35 tahun dan kadar esterogen yang tinggi.
5. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka
panjang dapat menyebabkan iskhemia serebral umum.
6. Penyalahgunaan obat tertentu pada remaja dan dewasa muda.
7. Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah,
tekanan darah, merokok kretek dan obesitas.
8. Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan
stroke.
V. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) penatalaksanaan stroke
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Phase Akut :
1) Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,
oksigenisasi dan sirkulasi.
2) Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.
Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik /
emobolik.
3) Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
4) Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
5) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup
dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena
serebral berkurang
b. Post phase akut
1. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
2. Program fisiotherapi
3. Penanganan masalah psikososial
VI. Komplikasi
B. Pengkajian
I. Wawancara
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas
klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan perilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi,
tidak responsif, dan konia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi
oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian
obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya
riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.
1) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang
paling mendasar dan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons
terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk
disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan
keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke
biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.
Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat
penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi
untuk pemantauan pemberian asuhan.
2) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
3) Status Menta
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke
tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
4) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami
brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan
perbedaan yang tidak begitu nyata.
5) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi
yang memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah
hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus
temporalis superior (area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif,
yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa
tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis
inferior (area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien
dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan
bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien
mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
1. B1 (Breathing)
2. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan
(syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan
darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi
masif (tekanan darah >200 mmHg).
3. B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak
tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
4. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia
urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik
dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau
berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten
dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu
makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai
muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung
sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
6. B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh
karena neuron motor atas menyilang, gangguan kontrol motor
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda
yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
carran lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid
atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein
menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak
edema, posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan
gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya
impuls listrik dalam jaringan otak.
IV. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
Perfusi jaringan Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)
cerebral tidak efektif Gangguan perfusi jaringan 1. Peningkatan tekanan darah
b.d O2 otak menurun dapat tercapai secara 1. Pantau TTV tiap jam dan sistemik yang diikuti dengan
optimal catat hasilnya penurunan tekanan
2. Kaji respon motorik darah diastolik merupakan
Kriteria hasil :
Mampu mempertahankan terhadap perintah tanda peningkatan TIK. Napas
tingkat kesadaran sederhana tidak teratur menunjukkan
Fungsi sensori dan motorik 3. Pantau status neurologis adanya peningkatan TIK
1
membaik secara teratur 2. Mampu mengetahui tingkat
4. Dorong latihan kaki aktif/ respon motorik pasien
pasif 3. Mencegah/menurunkan
5. Kolaborasi pemberian atelektasis
obat sesuai indikasi 4. Menurunkan statis vena
5. Menurunkan resiko terjadinya
komplikasi
2 Ketidakseimbangan Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :
nutrisi: kurang dari 1. Status gizi 1. Pengelolaan gangguan 1. Motivasi klien
kebutuhan tubuh b.d 2. Asupan makanan makanan mempengaruhi dalam
ketidakmampuan
3. Cairan dan zat gizi 2. Pengelulaan nutrisi perubahan nutrisi
untuk mengabsorpsi
nutrien Kritria evaluasi: 3. Bantuan menaikkan 2. Makanan kesukaan klien
1. Menjelaskan komponen BB untuk mempermudah
kedekatan diet pemberian nutrisi
Aktivitas keperawatan :
3. Merujuk kedokter untuk
2. Nilai laboratorium 1. Tentukan motivasi
mengetahui perubahan klien
(mis,trnsferin,albumin,dan klien untuk mengubah
serta untuk proses
eletrolit) kebiasaan makan
penyembuhan
3. Melaporkan 2. Ketahui makanan
4. Membantu makan untuk
keadekuatan tingkat giji kesukaan klien
mengetahui perubahan
4. Nilai laboratorium 3. Rujuk kedokter untuk
nutrisi serta untuk
(mis:trasferin,albomen menentukan penyebab
pengkajian
dan eletrolit perubahan nutrisi
5. Menciptakan lingkungan
5. Toleransi terhadap gizi 4. Bantu makan sesuai
untuk kenyamanan istirahat
yang dianjurkan. dengan kebutuhan
klien serta utk ketenangan
klien
dalam ruangan/kamar.
5. Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
untuk makan
3 Hambatan mobilitas Tujuan (NOC): Intevensi (NIC) :
fisik b.d penurunan Klien diminta menunjukkan Terapi aktivitas, ambulasi 1. Mengajarkan klien tentang dan
kekuatan otot tingkat mobilitas, ditandai Terapi aktivitas, mobilitas pantau penggunaan alat bantu
dengan indikator berikut sendi.
(sebutkan nilainya 1 - 5 : mobilitas klien lebih mudah.
Perubahan posisi
ketergantungan (tidak 2. Membantu klien dalam proses
Aktivitas Keperawatan :
berpartisipasi) membutuhkan
1. Ajarkan klien tentang dan perpindahan akan membantu klien
bantuan orang lain atau alat
membutuhkan bantuan orang pantau penggunaan alat latihan dengan cara tersebut.
lain, mandiri dengan bantu mobilitas. 3. Pemberian penguatan positif
pertolongan alat bantu atau
2. Ajarkan dan bantu klien selama aktivitas akan mem-bantu
mandiri penuh).
Kriteria Evaluasi : dalam proses perpindahan. klien semangat dalam latihan.
1. Menunjukkan penggunaan 3. Berikan penguatan positif 4. Mempercepat klien dalam
alat bantu secara benar selama beraktivitas. mobilisasi dan mengkendorkan
dengan pengawasan. 4. Dukung teknik latihan ROM otot-otot
2. Meminta bantuan untuk 5. Kolaborasi dengan tim 5. Mengetahui perkembngan
beraktivitas mobilisasi jika medis tentang mobilitas mobilisasi klien sesudah latihan
diperlukan. klien ROM
3. Menyangga BAB
4. Menggunakan kursi roda
secara efektif.
4 Risiko kerusakan Tujuan (NOC) : 1) Anjurkan pasien untuk 1. Kulit bisa lembap dan
integritas kulit b.d factor Tissue Integrity : Skin and menggunakan pakaian mungkin merasa tidak dapat
risiko : lembap Mucous Membranes yang longgar beristirahat atau perlu untuk
Kriteria Hasil : 2) Hindari kerutan pada bergerak
Integritas kulit yang
tempat tidur 2. Menurunkan terjadinya
baik bisa dipertahankan
3) Jaga kebersihan kulit risiko infeksi pada bagian
(sensasi, elastisitas,
agar tetap bersih dan kulit
temperatur, hidrasi,
kering 3. Cara pertama untuk
pigmentasi)
4) Mobilisasi pasien (ubah mencegah terjadinya infeksi
Tidak ada luka/lesi pada
posisi pasien) setiap 4. Mencegah terjadinya
kulit
dua jam sekali komplikasi selanjutnya
Menunjukkan
5) Monitor kulit akan 5. Mengetahui perkembangan
pemahaman dalam
adanya kemerahan terhadap terjadinya infeksi
proses perbaikan kulit
6) Oleskan lotion atau kulit
dan mencegah
minyak/baby oil pada 6. Menurunkan pemajanan
terjadinya sedera
derah yang tertekan terhadap kuman infeksi pada
berulang
7) Kolaborasi pemberian kulit
Mampu melindungi
antibiotic sesuai 7. Menurunkan risiko
kulit dan
indikasi terjadinya infeksi
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
5 Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC) :
komunikasi verbal 1. Lakukan komunikasi 1. Mencek komunikasi klien
b.d. kerusakan Komunikasi dapat berjalan
dengan wajar, bahasa apakah benar-benar tidak
neuromuscular, dengan baik
jelas, sederhana dan bisa melakukan komunikasi
kerusakan sentral
bicara Kriteria hasil : bila perlu diulang 2. Mengetahui bagaimana
2. Dengarkan dengan kemampuan komunikasi
Klien dapat
mengekspresikan tekun jika pasien mulai klien tsb
perasaan berbicara 3. Mengetahui derajat
Memahami maksud dan /tingkatan kemampuan
3. Berdiri di dalam lapang
pembicaraan orang lain
pandang pasien pada berkomunikasi klien
Pembicaraan pasien
dapat dipahami saat bicara 4. Menurunkan terjadinya
4. Latih otot bicara secara komplikasi lanjutan
optimal 5. Keluarga mengetahui &
5. Libatkan keluarga mampu mendemonstrasikan
dalam melatih cara melatih komunikasi
komunikasi verbal pada verbalpd klien tanpa bantuan
pasien perawat
6. Kolaborasi dengan ahli 6. Mengetahui perkembangan
terapi wicara komunikasi verbal klien
DAFTAR PUSTAKA
http://adf.ly/4282932/banner/http://zallien.blogspot.com/2012/08/askep-stroke-non-
hemoragik-snh.html