Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah
otak, timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun.
Umumnya laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan. Biasanya
tidak ada gejala dini, dan muncul begitu mendadak. World Health
Organisation (WHO) menetapkan stroke adalah deficit neurologic yang
timbul semata-mata karena penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh
sebab yang lain (Misbach, 2007). Stroke mengacu kepada tiap gangguan
neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui system suplai arteri otak (Price dan Wilton, 2006
dalam Tahihoran, 2010).
Salah satu dampak stroke adalah kelumpuhan yang mengarah pada
terapi mobilisasi fisik. Jadi stroke merupakan masalah medik yang sering
dijumpai, gangguan neurologic ini sering terjadi secara mendadak dan
tidak jarang menyebabkan kematian. Dampak dari stroke adalah
dekubitus, atau penekanan pada daerah yang bersentuhan dengan
permukaan tempat tidur. Tindakan pencegahan luka pada pasien dekubitus
harus dilakukan sedini mungkin dan dilakukan terus-menerus
(Tahihoran,2010).
Luka dekubitus merupakan dampak tekanan yang terlalu lama pada
area permukaan tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya
sirkulasi darah pada area yang tertekan terlalu lama dan lama-kelamaan
jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia dan berkembang menjadi
nekrosis (Barbara, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Non-Hemoragic Stroke ?
2. Apa saja etiologi dari Non-Hemoragic Stroke ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Non-Hemoragic Stroke ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Non-Hemoragic Stroke ?

1
5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien Non-Hemoragic Stroke ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Non-Hemoragic Stroke ?
7. Apa saja komplikasi yang terjadi pada pasien Non-Hemoragic Stroke ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Non-Hemoragic Stroke ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar medis dan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien Non-Hemoragic Stroke.

2
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS STROKE NON HEMORAGIK
A. Definisi Stroke Non Hemoragik
Stroke atau cidera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Suzanne,
2002).
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral,
baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung
lebih dari 24 jam atau lebih, yang dapat menimbulkan kematian, semata-
mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak non traumatik (Mansjoer,
2001).
Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang di sebabkan karena
sumbatan pada arteri sehingga suplai oksigen ke otak berkurang yang
mengakibatkan iskemia atau infark (Smeltzer, 2001).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke non
hemoragik adalah sindrom klinis yang awalnya timbul mendadak,
progresif, cepat berupa defisit neurologis lokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat menimbulkan kematian yang
disebabkan karena gangguan peredaran darah otak berupa thrombus dan
embolus yang mengakibatkan iskemia dan infark.
Stroke dapat dibagi dua yaitu :
1. Stroke hemoragik atau perdarahan serebral
Stroke diakibatkan oleh penyebab vaskuler hipertensif (yang
menyebabkan hemoragik infark serebral).
2. Stroke non hemoragik (iskemia dan infark)
Stroke yang diakibatkan oleh obstruksi vaskuler (thrombus dan
emboli) yang menyebabkan iskemia atau infark. Stroke karena
embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, plak, lemak atau
cidera. Emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung yang
sekunder terhadap infark miokard, fibrilasi atrium, dengan stroke
trombolitik atau embolik dapat juga terjadi edema serebral positif dan

3
meningkatkan tekanan intra cranial (TIK) pada titik herniasi dan
kematian setelah trombolitik pada area yang luas (Smeltzer, 2001).

B. Etiologi
Gangguan aliran darah ke otak yang mengakibatkan stroke dapat
disebabkan karena penyempitan atau terputusnya (Corwin, 2001). Stroke
biasanya di akibatkan dari salah satu tempat kejadian, yaitu :
1. Trombosis serebral akibat adanya aterosklerosis biasanya terjadi
pada pembuluh darah dimana oklusi terjadi dan menyebabkan
iskemia jaringan otak.
2. Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak atau udara, emboli berasal dari
thrombus jantung yang terlepas dan menyumbat arteri.
3. Perdarahan intra kranial akibat pecahnya pembuluh darah
serebral, terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi, akibatnya
pembuluh darah arteri otak menyebabkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan parenkim jaringan otak yang
berdekatan, akibatnya otak akan membengkak dan jaringan otak
internal tertekan sehingga menyebabkan infark.

Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :

1. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan
atheroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam
pembuluh darah.
Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena
aterosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima)
karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan
bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa
mengecilnya pembuluh darah.
2. Infeksi

4
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh
darah, terutama yang menuju ke otak.
3. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat
menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan
mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.

4. Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan
seseorang pingsan.
Sedangkan faktor resiko pada stroke menurut Smeltzer, 2001, yaitu:
1. Hipertensi merupakan faktor resiko utama.
2. Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal dari
jantung).
3. Kadar hematokrit normal jadi tinggi (yang berhubungan dengan infark
serebral).
4. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di
atas 35 tahun dan kadar esterogen yang tinggi.
5. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang
dapat menyebabkan iskemia serebral umum.
6. Penyalahgunaan obat tertentu pada remaja dan dewasa muda.

C. Manifestasi Klinis
Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah otak dan lokasinya. Menurut Smeltzer (2001),
manifestasi stroke dapat berupa :
1. Kehilangan motorik, stroke adalah penyakit neuron atas dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada neuron atas pada sisi yang berlawanan dari otak.

5
2. Disfungsi otak paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi)
dan disfagia.
3. Kehilangan komunikasi disfungsi bahasa dan komunikasi adalah
disatria (kesulitan bicara) dan afasia (kehilangan berbicara).
4. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang
berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensia urinaria
transier, inkontinensia urinaria paristen atau retensi urin (mungkin
simtomatik dari kerusakan otak bilateral), inkontinensia urinaria
dan defekasi yang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan
neurologi ekstensif).
6. Gangguan sensibilitas pada satu atau semua anggota badan
(gangguan hemisensorik).
7. Vertigo, mual muntah atau nyeri kepala.

D. Patofisiologi
Penyumbatan pembuluh darah otak dapat dibagi menjadi trombotik
dan embolik. Kebanyakan dari penyumbatan trombotik disebabkan oleh
aterosklerosis dan dapat terjadi baik dari arteri karotis interna pada
percabangan karotis dekat leher maupun di dalam sistem vertebrobasiler
(Harsono, 2000). Stroke karena terbentuknya thrombus biasanya terjadi
pada saat tidur atau saat setelah bangun tidur. Hal ini terjadi pada orang
tua atau usia yang mengalami penurunan aktivitas simpatis dan posisi
recumbent menyebabkan menurunnya tekanan darah sehingga dapat
mengakibatkan iskemia serebral. Emboli serebral merupakan penyumbatan
pembuluh darah otak oleh karena bekuan darah, lemak, atau udara. Pada
umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli serebral pada umumnya
berlangsung cepat dari gejala yang timbul, yaitu 3 – 10 menit (Price,
2003).

6
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Bila terjadi anoksia seperti halnya yang terjadi pada Cerebral
Vascular Accident (CVA), metabolisme di otak segera mengalami
perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3-10
menit. Tiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi otak akan
menimbulkan hipoksia atau anoksia. Hipoksia menyebabkan iskemia otak,
iskemia dalam waktu lama sel mati permanen dan berakibat terjadi infark
otak yang disertai edema otak (Harsono, 2000).

E. Pathway
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada stroke non hemoragik menurut Mutaqin (2008)
didasarkan pada:
1. Mempertahankan perfusi jaringan serebral adekuat: misalnya dengan
tirah baring, monitor tekanan darah dan tingkat kesadaran.
2. Melindungi jaringan marginal disekitar infark.
3. Merangsang pulihnya fungsi neuron yang mengalami kerusakan
irreversibel.
4. Mencegah pembentukan bekuan darah dan gangguan serebral lainnya,
misalnya pemberian anti koagulan seperti dicumarol dan heparin.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smeltzer (2001), pemeriksaan penunjang pada pasien stroke
berupa :
1. Angiografi
Untuk mendeteksi aneurisme serebrovaskuler, thrombosis serebral,
hematoma, tumor dari peningkatan vaskularisasi, plaque
serebral/spasme dan fistulaserebral. Selain itu, angiografi berfungsi
untuk mengevaluasi aliran darah serebral (penyebab peningkatan
tekanan intrakranial).
2. Computerized Tomografi (scan CT)

7
Untuk menunjukan hematoma, infark dan perdarahan. Scan CT ini
juga dapat diandalkan untuk mendiagnosis lesi dengan diameter 1,5 cm
atau lebih.
3. Elektro encephalogram (EEG)
Dapat membantu melokalisasi gelombang delta lebih lambat di
daerah yang mengalami gangguan.
4. Fungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
thrombosis, emboliserebral dan transient iskemik attack (TIA).
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik,
malformasi arteriovena (MVA).

H. Komplikasi
Menurut Pudjiastuti (2011), pada pasien stroke berbaring lama dapat
menyebabkan masalah emosional dan fisik yaitu:
1. Bekuan Darah
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpu menyebabkan
penimbunan cairan, pembengkakan selain itu juga menyebabkan
embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri
yang mengalirkan darah ke paru.
2. Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki dan tumit bila memar tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi.
3. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal
ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumonia.
4. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi.
Komplikasi lain dari stroke adalah:
1. Disritmia

8
2. Peningkatan tekanan intrakranial
3. Gagal nafas
4. Kematian.

9
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian meliputi identitas klien berupa nama, alamat, tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, suku/ bangsa, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, genogram.
Fokus pengkajian pada penderita stroke non hemoragik menurut
Virginia Henderson antara lain:
1. Bernafas dengan normal
Pada pasien stroke non hemoragik gejala yang timbul sesak nafas
berupa riwayat perokok, batuk, kesukaran bernapas, ronchi.
2. Kebutuhan akan nutrisi
Pada pasien stroke non hemoragik berupa adanya riwayat diabetes
melitus, kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual
atau muntah (adanya peningkatan tekanan intra kranial), kehilangan
sensasi pada lidah, dagu, tenggorokan, dan gangguan menelan.
3. Kebutuhan Elimnasi
Pada pasien Stroke Non Hemoragik adanya perubahan pola
eliminasi, anuria ,inkontinensia urine, distensi abdomen, tidak ada
bising usus (illeus paralitik).
4. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditemukan gejala kelelahan,
keletihan, ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas karena
penurunan kekuatan otot. Dengan kelemahan umum / kehilangan
massa otot.
5. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditemukan berupa adanya
kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralise atau hemiplegi, mudah lelah, kesukaran untuk istirahat
karena kejang otot atau nyeri otot, menurunnya tingkat kesadaran,
menurunnya, kekuatan otot, kelemahan secara umum, dangan

10
gangguan penglihatan. Peredaran darah berupa adanya riwayat
penyakit jantung, adanya hipertensi, denyut nadi bervariasi.
6. Kebutuhan Berpakaian
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditandai dengan kurangnya
minat untuk memilih pakaian disaat sakit. Dalam menggunakan
pakaian selalu di bantu oleh keluarga, pasien tidak bisa berpakaian
sendiri.
7. Kebutuhan Personal Hygiene
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditemukan gejala penurunan
kemampuan untuk melakukan personal higiene seperti mandi, gosok
gigi ditandai dengan kebersihan buruk dan bau badan.
8. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditemukan gejala nyeri berupa
nyeri kepala, tindakan yang berhati-hati, gelisah, ekspresi wajah tegang
atau tention. Keamanan berupa adanya kekaburan penglihatan,
kehilangan rasa terhadap panas, dingin, susah tidur, rasa kecap
menurun, adanya perubahan sensori, kehilangan pekerjaan, perubahan
seksual.
9. Kebutuhan Komunikasi
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditemukan gejala susah
berbicara, suara tidak jelas.
10. Kebutuhan Spritual
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditandai dengan adanya
keinginan untuk sembuh dengan cara berdoa.
11. Kebutuhan Bekerja
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditandai dengan adanya
perasaan tidak berguna karena tidak bisa bekerja.
12. Mempertahankan temperatur suhu tubuh
Pada pasien Stroke Non Hemoragik di tandai dengan hipotemi
maupun hipertermi, sianosis, CRT > 2 detik.
13. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi

11
Pada pasien Stroke Non Hemoragik di tandai dengan pasien tidak
bisa melakukan aktifitas, pasien hanya tiduran.
14. Kebutuhan Belajar
Pada pasien Stroke Non Hemoragik ditandai dengan kurang tahu
tentang penyakitstroke, tingkat pendidikan yang rendah.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Penyakit
Stroke Non Hemoragik adalah :
1. Ketidakefektifan pertusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan
dan menyerap nutrien yang diakibatkan karena faktor biologis.
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran
kemih.
5. Defisit pengetahuan tentang stroke non hemoragik berhubungan
dengan kurang informasi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatanTIK.
Tujuan NOC :
Menunjukan status sirkulasi di tandai dengan indikator
berikut (sebutkan nilainya 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau
tidak ada gangguan) dengan kriteria hasil:
i. Tekanan sistolik dan diastolik dalam rentang yang di
harapkan.
ii. Tidak mengalami sakit kepala.
iii. Mempunyai pupil yang sebanding.

12
Intervensi NIC :
i. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan
keadaan atau penyebab khusus selama koma atau
penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinya
peningkatan TIK.
Rasional mempengaruhi penetapan intervensi,
kerusakan atau kemunduran tanda dan gejala neurologis
atau kegagalan memperbaikinya setelah fase awal
memerlukan tindakan pembedahan.
ii. Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin
dan bandingkan dengan keadaan normalnya.
Rasionalnya mengetahui kecenderungan tingkat
kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan
mengetahui lokasi, luas dan kemajuan atau resolusi
kerusakan sistem saraf pusat (SSP).
iii. Pantau tanda-tanda vital seperti adanya hipertensi atau
hipotensi, bandingkan tekanan darah yang terbaca pada
kedua lengan.
Rasional variasi mungkin terjadi oleh karena
tekanan atau trauma serebral pada daerah vosomotor
otak, hipertensi atau hipotensi postural dapat menjadi
faktor pencetus.
iv. Kaji fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara jika
pasien sadar.
Rasional perubahan dalam isi kognitif bicara
merupakan indikator dari lokasi atau derajat gangguan
serebral.
v. Letakan kepala dengan posisi agak di tinggikan (0-45°).
Rasional menurunkan tekanan arteri dengan
meningkatkan drainase dan peningkatan sirkulasi
serebral.
vi. Kolaborasi pemberian oksigen, sesuai indikasi.

13
Rasional menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan
meningkat atau terbentuknya edema.
vii. Kolaborasi dalam pemberian obat.
Rasional membantu mempercepat proses
penembuhan penyakit.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular.
Tujuan dan kriteria hasil NOC:
a. Menunjukan tingkat mobilitas di tandai dengan indikator: (1-5)
ketergantungan(tidak berpartisipasi), membutuhkan bantuan
orang lain dan alat, membutuhkan alat bantu atau mandiri
penuh, penampilan yang seimbang, penampilan posisi tubuh
pergerakan, pergerakan sendi dan otot, melakukan
perpindahan, ambulasi: berjalan,kursi roda.
b. Menunjukan penggunaan alat bantu dengan benar dengan
pengawasan.
c. Meminta bantuan untuk aktifitas mobilisasi jika di perlukan.
d. Mampu berpindah dari tempat tidur ke kursi atau kursi roda.
Intervensi prioritas NIC:
i. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (terlentang miring) dan
jika memungkinkan bisalebih sering jika diletakkan dalam
posisi bagian yang terganggu.
Rasional menurunkan terjadinya trauma atau
iskemia jaringan, pada yang terkenan mengalami perbaikan
atau sirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan sensasi dan
lebih besar menimbulkan kerusakan pada kulit atau
dekubitus.
ii. Melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif pada
semua ekstremitas saat masuk dan anjurkan latihan seperti
quadrisep atau gluteal, melebarkan jari jari dan telapak
tangan.

14
Rasional memninimalkan atrofi otot, meningkatkan
sirkulasi dan menurunkanresiko terjadinya hiperlasiuria.
iii. Tempatkan bantal di bawah aksila untuk melakukan aduksi
pada tangan.
Rasional mencegah abduksi atau refleksi siku.
iv. Tinggikan tangan dan kepala.
Rasional meningkatkan aliran balik vena dan
membantu mencegah terbentuknya edema.
v. Kolaborasi dan konsultasikan dengan fisioterapi secara
aktif.
Rasional program yang kusus dapat di kembangkan
untuk menemukan kebutuhan yang berarti atau menjaga
dalam keseimbangan, koordinasi dengan kekuatan.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan atau
mencerna makanan dan menyerap nutrien yang diakibatkan
karena faktor biologis.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
b. Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
i. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan
indikasi.
ii. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
iii. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut
kembung, mual,muntahan makanan yang belum sempat
dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
iv. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan
(nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah
dapat mentoleransinya melalui oral.

15
v. Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai
dengan indikasi.
vi. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan
tingkat kesadaran, kulitlembab/dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
vii. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
viii. Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
ix. Kolaborasi dengan ahli diet.
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran
kemih.
Tujuan: gangguan eliminasi urine teratasi
Kriteria hasil:
a. Tidak sakit saat BAK
b. Tidak adanyeri tekan pada perut bagian kanan
c. Bebas dari infeksi saluran kemih.
Intervensi:
a. Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau,
volume dan warna yang tepat.
Rasionalnya yaitu melihat perubahan pola eliminasi urine
pasien.
b. Pantau derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan
perkusi.
Rasionalnya yaitu untuk mengetahui adanya pengembangan
pada kandung kemih.
c. Instruktukan kepada pasien untuk melaporkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih (misal demam, menggigil, nyeri
pinggang, perubahan konsistensi dan bauurine ).
Rasionalnya yaitu untuk mengetahui apakah pasien terkena
infeksi saluran kemihatau tidak.
d. Masukan kateter urine jika di perlukan.
Rasionalnya untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada
uretra.

16
5. Defisit pengetahuan tentang stroke non hemoragik
berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan yang dibuat adalah setelah di berikan pendidikan
kesehatan diharapkanpasien mengerti tentang stroke non
hemoragik dengan kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman tentang stroke non hemoragik.
b. Mampu menjelaskan mengenai stroke non hemoragik.
Intervensi keperawatan:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
Rasionalnya membantu perawat mengetahui tingkat
pengetahuan klien tentang penyakit stroke non hemoragik.
b. Berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pemahaman
klien.
Rasionalnya untuk menambah pengetahuan dan
perawatan tentang stroke non hemoragik.
c. Motivasi pasien dan keluarga untuk bertanya.
Rasionalnya supaya pasien bertanya hal-hal yang
kurang jelas setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.
Rasionalnya mengetahui tingkat pemahaman pasien
tentang stroke non hemoragik setelah di lakukan
pendidikan kesehatan.

D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang merupakan
langkah keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh
perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang di timbulkan
oleh masalah keperawatan dan kesalahan. Implementasi adalah tindakan
keperawatan membantu klien untuk mencapai tujuan perawatan yang telah
direncanakan (Muttaqin, 2009).

17
Implementasi komponen dan proses keperawatan adalah kategori
perilaku keperawatan dimana tindakan yang dihadapi untuk mencapai
tujuan, dari hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan (Pottter dan Perry, 2005 ; 903).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang terencana dan sistematis dari
mengumpulkan, mengelompokkan, menganalisa dan membandingkan
status kesehatan klien dengan tujuan yang diharapkan, dan menentukan
tingkat pencapaian tujuan. Hal ini merupakan aktifitas yang berkelanjutan
yang meliputi klien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lain.
Langkah evaluasi dari proses keperwatan mengukur respon klien
ke arah pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan
untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari- hari,
dan dalam ketersediaan atau sumber eksternal. Selama evaluasi, perawat
memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif
dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan perilaku
yang disebutkan pada kriteria hasil.

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke didefinisikan sebagai gejala kerusakan atau serangan
otak secara mendadak yang disebabkan oleh iskemik maupun
hemoragik di otak. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang
menyebabkan cacat atau kematian (Widjaja, 2012). Stroke adalah
gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak berupa tanda-
tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari
24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan
gangguan peredaran darah ke otak, antara lain peredaran darah sub
arakhnoid, peredaran intra serebral dan infark cerebral (Israr
2008).

B. Saran
Perawat harus memberikan pelayanan yang baik kepada
pasien, sesuai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, perawat
harus memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
benar, melakukan pengkajian yang teliti pada pasien untuk
menentukan prioritas masalah, diagnosa yang tepat, implementasi
dan evaluasi yang sesuai dengan keadaan pasien.

19

Anda mungkin juga menyukai