Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI DENGAN LBP (LOW BACK PAIN)


DIRUANG MINA RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA

PROFESI NERS

DI SUSUN OLEH :
LUKMAN MUSTAQIM
122020030299

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah nyeri punggung bawah merupakan sumber data tarik, frustasi dan kadang

menjadi kebingungan pada banyak dokter dan ilmuan untuk mempelajari dan menangani

penyakit ini. Tulang belakang merupakan satu- satunya organ yang terdiri dari tulang-

tulang, sendi- sendi, ligament-ligamen, jaringan lemak, berlapis lapis otot, syaraf tepi,

ganglion sensoris, ganglion otonom dan saraf tulang belakang. Struktur tersebut di suplay

oleh satu sistem arteri dan vena yang rumit. Selain itu pergerakan dari tulang belakang itu

sendiri sangat kompleks dan cidera pada tulang belakang dan struktur-struktur tersebut

akan menghasilakan pola nyeri yang unik.

Menurut data dari Amerika, prevalensi gangguan low back pain berkisar 15-20% dari

populasi umum. Dari kelompok usia bekerja sekitar 50% mengaku pernah mengalami low

back pain setiap tahunnya (Meliala, dkk 2005). Kelompok Jayson menemukan bahwa 35-

37% pekerja mengalami nyeri punggung dan sebagian penderita yang dimaksud adalah

mereka yang ada pada usia 49-59 tahun.

Di Indonesia, data mengenai jumlah penderita low back pain di RSUD dr. Soedarso

Pontianak didapatkan bahwa pada tahun 2010 sebanyak 189 kasus, tahun 2011 sebanyak

63 kasus dan tahun 2012 sebanyak 959 kasus (Tuti, 2013). Low Back Pain (LBP) sering

dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di Negara-negara Industri. Diperkirakan 70-

85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi

tahunannya bervariasi dai 15-45% dengan point prevalence (Sadeli dan Tjahjono 2004).

Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%
penduduk Jawa Tengah berusia di atas 65 tahun pernah menderita nyeri punggung,

prevalensi laki-laki 18,2% da pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke

beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17% (Sadeli & Tjahjono, 2004).

Angka kejadian low back pain di Bali berdasarkan data yang diperoleh dari poliklinik

Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun 2011 dan

2012 di dapatkan jumlah penderita low back pain (LBP) yang menjalani rawat jalan

sebanyak 152 pasien. (Endah, 2013).

Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari pemberian

informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Selain itu pasien juga dapat didorong

untuk melakukan aktivitas, tirah baring, dan olahraga. Medikasi dan operasi juga bisa

menjadi penatalaksanaan dari Low Back Pain.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien LBP (Low Back Pain) pendekatan dengan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Laporan ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Ny.T dengan Gastroentritis di Ruang MINA, RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA
yang meliputi:
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan LBP (Low Back Pain)
b. Dapat menentukan masalah keperawatan pada klien dengan LBP (Low Back
Pain)
c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan LBP (Low Back
Pain)
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan LBP (Low Back
Pain).
e. Dapat melakukan evaluasi pada klien dengan LBP (Low Back Pain)
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri didaerah lumbasakral dan sakroiliakal,

nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono,

2010)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat

pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak

diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan

pasien..

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh

terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus, osteoartritis

dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner, 2012).

Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah pada

muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan ligamen

lumbosacral, kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis serta masalh pada sendi inter

vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah

nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya

otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus, kelemahan

otot, osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.


B. Etiologi

Tulang belakang merupakan organ mekanik yang sering digambarkan sebqgai suatu

derek (crane) dengan kemampuan menyangga berat badan, menjaga keseimbangan dan

melawan berbagai tarikan sebagai akibat dari pekerjaan sehari- hari maupun aktivitas

rekreasional. Walaupun tulang belakang memiliki kemampuan yang luar biasa untuk

menahan sebagian besar tekanan mekanis, tulang belakang tidak dapat dipaksa untuk

melampaui kemampuannya. Kekuatan yang melampaui kapasitas jaringan tulang belakang

untuk merenggang akan mengakibatkan cidera atau nyeri.

Penyebab dari nyeri punggung masih belum dapat diketahui dengan jelas dan masih

belum dapat dijelaskan dengan detail. Banyak grup peneliti telah menyerah dalam usaha

untuk menjelaskan penyebab dari nyeri punggung bawah dan kemudian justru menjelaskan

beberapa kondisi tanda bahaya (red flag) yang berkaitan dengan gangguan ini. Kelompok

permasalahan yang dapat menyebabkan nyeri punggung adalah sebagi berikut.

1. Berasal dari biomekanis dan destruktif, misalnya kompresi diskus vertebralis, herniasi

diskusvertebralis, cidera torsio dan vibrasi. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat

terlihat pada klien yang memiliki pekerjaan yang membutuhkan kerja mengangkat

yang berat dan berulang pada posisi membungkuk atau pekerjaan mengoprasikan

mesin yang bergetar.

2. Bersifat destruktif, misal infeksi, tumor dan gangguan rematik. Kondisi-kondisi

tersebut dapat memberikan tekanan pada saraf tulang belakang atau akarnya, atau

bahkan merubah struktur dari tulang vertebra.

Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :

a. LBP Viserogenik (organ abdomen)


Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor retroperitoneal,

fibroid retrouteri

b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)

Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri glutea

superior

c. LBP Neuvogenik

Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering

menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.

d. LBP Spondilogenik

Berasal dari :

1. Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan spondilolistesis)

2. Sendi-sendir sakroiliakan

3. Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat

stenosis spinalis.

e. LBP Psikogenik

Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis.

Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :

a. LBP Traumatik

1. LBP pada unsur miofasial

2. LBP akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal

b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup

1. Spondilosis

2. HNP
3. Stenosis spinalis

4. Oesteoartritis

c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu

1. Artritis rematoid

2. Spondilitis angkilopoetika

3. Spondylitis

d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang

e. LBP akibat neoplasma

1. Tumor myelum

2. Retikulosis

f. LBP akibat kelainan congenital

g. LBP sebagai refered pain

h. LBP akibat gangguan sirkulatorik

i. LBP oleh karena psikoneurotik

C. Patofisiologi Dan Patways

Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain 2 macam :

1. Nyeri Nosiseptif

Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3

bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis)

ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut mengandung

nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanik, termal, kimiawi). Bila

reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran

sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya


persepsinyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan

untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk

mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang membatasi pergerakan.

Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik

picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga,

kaya akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan

sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit

dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung

menyebabkan nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. (Brunner & Suddarth,

2002).

2. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP

Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau

disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada

LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena  Hernia Nukleus

Pulposus (HNP), penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau jaringan

sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan

sebagainya. (Brunner & Suddarth, 2002).


Patways
Masalah muskeleskeletas

Kontraksi punggung

Tulang belakang omenyerap


guncangan vertikal

Terjadi perubahan
Otot abdominal dan torak struktur Fibri dan kartilago padat
melmah dan tidak teratur

Penonjolan diskus
Mobilitas fisik terganggu Takut bergerak
kerusakan sendi pusat

Gangguan mobilitas fisik Aktivitas terganggu Menekan akar syaraf

Perawatan diri berkurang Nyeri di persepsikan

Defisit perawatan Diri


Nyeri akut

RAS teraktivasi

REM menurun

Gangguan pola Tidur


D. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat

merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari

daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain atau sebaliknya , nyeri yang berasal

dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar).

Tanda dan gejala yang timbul antara lain:

a. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan

neurologis)

b. Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan

kelainan psikiatrik)

c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal (pinggang)

sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, peradangan,

tumor atau patah tulang )

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk dalam

low back pain terdiri dari :

1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh garis transversal

imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior

oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra

sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina

lumbalis.

2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal

imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior oleh
garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh

garis imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.

3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas

daerah sacral spinal pain

Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam :

a. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.

b. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya

c. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak lebih dari

12 minggu.

E. Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik

1. Neurofisiologik

 a. Electromyography (EMG)

a. Need EMG dan H-reflex  dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari 3-4

minggu

b. Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan

elektrofisiologik tidak dianjurkan.

c. Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan

mielopati spinal.

2. Radiologik

a. Foto polos.

b. Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.

c. Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.

d. Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)


e. Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan

f. Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive

3. Laboratorium

a. Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor

rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi).

b. Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri

c. Likuor serebrospinal (atas indikasi)

F. Penatalaksanaan
1. Medik
a) Formakoterapi

- NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),

injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler

- NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,

karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin),

opioid (kalau sangat diperlukan)

b) Invasif nonbedah

- Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)

- Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang

intractable)

c) Bedah

HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :

- Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri

berat/intractable / menetap / progresif

- Defisit neurologik memburuk


- Sindroma kauda

2. Asuhan keperawatan

a) Pengkajian Fokus (Pola Fungsi Kesehatan)

i. Anamnesa

a) Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.

b) Keluhan utama

Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih

dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar

kebagian bawah belakang kaki.

c) Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya

keluhan(apakah menetap atau hilang timbul), hal apa yang mengakibatkan

terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang

dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering mengkonsumsi obat

tertentu atau tidak.

d) Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang

sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma,

apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot

sebelumnya

e) Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot

rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan

barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja statis.

ii. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum

2. Pemeriksaan persistem

3. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan,

pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)

4. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)

a) Pemeriksaan motorik

b) Pemeriksaan sensorik

c) Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1)

cross laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal atas)

d) Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)

e) Pemeriksaan system otonom

f) Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)

g) Tes Naffziger

h) Tes valsava.

5. Sistem pernafasan

(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)

6. Sistem kardiovaskuler

(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)

7. Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan eliminasi)

8. Sistem Integumen

(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )

9. Sistem Reproduksi

(Untuk pasien wanita)

10. Sistem Perkemihan

(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )

b) Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik(trauma menganggkat berat) d.d tampak
meringis, cidera traumatic
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskulukeletal d.d rentang gerak
(REM) menurun
3. Devisit perawatan diri b.d gangguan muskuluskeletal d.d menolak melakukan
perawatan diri, cidera medulla spinalis
4. Gangguan pola tidur b.b kurang control diri d.d mengeluh susah tidur, nyeri
kolik.
c) Rencana keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Nyeri akut b.d agen Tujuan : Managemen nyeri:


pencedera Setelah dilakukan 1. identifikasi skala nyeri
fisik(trauma intervensi selama 7 2. monitor efek samping
jam, maka tingkat nyeri
menganggkat berat) penggunaan analgetik
menurun , dengan
d.d tampak kriteria hasil Terapeutik :
meringis, cidera 1. Control nyeri 1. berikan tehnik
traumatic meningkat (5) nonfarmakologis untuk
2. Mobilitas fisik mengurangi rasa nyeri
meningkat (5) (relaksasi nafas dalam)
3. Status 2. fasilitasi istirahat dan tidur
kenyamanan
Edukasi :
meningkat
1. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
2. ajarkan tehnik relaksasi
jika nyeri timbul
3. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
- kolaborasi penggunaan
analgetik
2.Gangguan mobilitas Tujuan : Latihan rentang gerak :
fisik b.d gangguan Setelah dilakukan Monitor lokasi ketidak
muskulukeletal d.d intervensi selama 7 nyamanan atau nyeri pada saat
jam, maka mobilitas
rentang gerak (REM) bergerak
meningkat , dengan
menurun kriteria hasil : Terapeutik :
1. Keseimbangan 1. Lakukan gerakan (ROM)
2. pasif dengan bantuan
meningkat (5)
2. Toleransi aktivitas sesuai dengan indikasi
menurun (5) 2. Cegah terjadinya cidera
3. Pergerakan sendi selama latihan rentang
membaik (5)
gerak dilakukan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan
fisioteraphys
mengembangkan program
latihan, jika perlu.
3.Devisit perawatan Tujuan : Dukungan perawatan diri :
diri b.d gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat
muskuluskeletal d.d intervensi selama 7 kemandirian
jam, maka perawatan 2. Identifikasi kebiasaan
menolak melakukan aktivitas perawatan diri
diri meningkat , dengan
perawatan diri, cidera kriteria hasil : sesuai usia
medulla spinalis 1. Perawatan diri Terapeutik :
meningkat (5) 1. Siapkan keperluan pribadi
2. Mobiltas (mis. Peralatan mandi)
meningkat (5) 2. Damping dalam perawatan
3. Tingkat nyeri diri sampai mandiri
menurun (5) Edukasi :
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri scara
konsisten ssuai kemampuan
4. Gangguan pola tidur Tujuan : Dukungan tidur :
b.b kurang control diri Setelah dilakukan 1. Dukungan kepatuhan
d.d mengeluh susah intervensi selama 7 program pengobatan
jam, maka kebutuhan 2. Dukungan meditasi
tidur, nyeri kolik istirahat tidur terpenuhi Edukasi :
, dengan kriteria hasil : 1. Pengaturan posisi
1. Status kenyamanan 2. Tehnik menenangkan
meningkat (5) 3. Terapi relaksasi
2. Tingkat depresi
Kolaborasi :
menurun(5)
- Kolaborasi pemberian obat
3. Tingkat keletihan
menurun(5) oral, jika diperlukan
4.

d) Diagnose keperawatan yang utama


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik(trauma menganggkat berat) d.d
tampak meringis, cidera traumatic
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskulukeletal d.d rentang gerak
(REM) menurun.
3. Gangguan pola tidur b.b kurang control diri d.d mengeluh susah tidur,
nyeri kolik.
G. Daftar Pustaka

- Mansjoer, A. (2009). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Eusculapius.

- Purnomo. (2007). Dasar-dasar urologi, edisi kedua. Jakrta: CV. Agung Seto.

- Tan, T. & Rahardja, K. (2010). Obat-obat sederhana untuk ganghuan sehari-hari. Jakarta :

PT. Elex Media Komputindo.

- Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2010

- Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2015

- Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2014

- Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.

http://nursingbegin.com/askep-lbp/.

- .Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12 Februari

2021.  http://sedetik.multiply.com/journal

Anda mungkin juga menyukai