ASUHAN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
NOVA NASTIKA
NPM : 1910038105044
STIKES INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Hernia Nukleous Pulposus”. Makalah ini disusun berdasarkan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Bedah Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes indonesia
Penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak.
Oleh karenaitu,penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen bapak EKA
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada
priadan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini
banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP
pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun danlebih banyak pada
wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP
torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanitadan pria sama.
Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi padadiskus
L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP.HNP
servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada daerah
servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat
jarangditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-T10, T10-
T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih
kuat padabagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah
posterolateral, dengankompresi radiks saraf.Nyeri pungung bawah merupakan suatu
keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu
penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus
(HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung
bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur
dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami
paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi
nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan
penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan
bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri
ditangani.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang
1
tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi
daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan
jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai
sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.
Untuk mengetahui konsep dasar teoritis Hernia nukleous pulposus dan untuk
mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia nukleous
pulposus, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol dan menekan ke
arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. Jadi berdasarkan pengertian
para peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa hernia nukleous pulposus adalah kelainan
akibat dari kanalis spinalis yang menonjol sehingga menekan arah kranialis dan
biasanya menyebabkan nyeri pada punggung.
2.2 Epidemiologi
Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada
priadan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini
banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP
pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun danlebih banyak pada
wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun.Nyeri
penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak
3
satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi
nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian
pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa
kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.
HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada
wanitadan pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar
HNP terjadi padadiskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20%
dari insiden HNP.HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5.
Selain pada daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal
namun sangat jarangditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus
T9-T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah
lumbal lebih kuat padabagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah
posterolateral, dengankompresi radiks saraf.
2.3 Etiologi
4
9. Pengalaman masing-masing orang tentang persepsi nyeri punggung berbeda.
Menurut Lya R., dkk tahun 2008 hernia nukleous pulposusu terjadi karena
proses degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa faktor yangmempengaruhi terjadinya
HNP adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi
dalamwaktu lama
3. Sering membungkuk
4. Posisi tubuh saat berjalan
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun)
6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-
kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa
serabut syaraf.
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-
5
kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa
serabut syaraf.
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi
intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua
operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat
yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah
faktor penyebab yang paling utama.
2.5 Patogenesis
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu
serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang
mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar
syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian
koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan
Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5
sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf
pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus
disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar
cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus
dengan stres yang relatif kecil.
2.6 Patofisiologi/patolog
6
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh,
kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada
kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun
tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula
spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
7
Pathway
Menekan radiks
Nyeri
Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.Nyeri mulai dari pantat,
menjalar kebelakang lututhingga kemudian ke tungkai.Nyeri bertambah apabila
mengejan, batuk, dan angkat beban berat.Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5
sampai Sacrum 1 (garis antara 2 krista iliaka).
1. Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
2. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebelakang lututhingga kemudian ke tungkai.
3. Nyeri bertambah apabila mengejan, batuk, dan angkat beban berat.
8
4. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai Sacrum 1 (garis antara 2
krista iliaka).
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1.8.1 Pemeriksaan Radiologis
Terapi konservatif
Tirah baring : penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai
dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutu tertentu. Tempat tidur tidak boleh
memakain pegas/per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan
ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah
mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita.Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring
9
dianggap cukup maka dilakukan latihan/dipasang korset untuk mencegah terjadinya
kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
Medikamentosa
Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.
Rehabilitasi
10
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat bendaberat atau mendorong benda berat).
Pengaruh posisi tubu atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh,
posisiyang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh aktivitas
yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang
mendesak. Obat yang sedang diminum. Waktu: Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan
atau bertahap,bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.
c. Riwayat Keperawatan
d. Status mental
11
Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
selama bergerak
Klien dapat mengenakan pakaian secara wajar/tidak.
Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,perubahan
warnakulit.
Neurologik
b. Pemeriksaan motorik
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,kaki, ibu
jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk
melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan kiri.
Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot-otot tertentu.
c. Pemeriksaan ROM
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, functio laesa atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
d. Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi
ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras
melalui tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui
adanya penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan
HNP.ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang terkena.CT
Scan : melihat gambaran vertebra.
12
2. Cemas b.d gangguan Klien mengeluh : Klien tampak :
berulang dengan nyeri lelah, takut, tidak berdaya. tegang, tidak mampu
terus menerus. memecahkan masalah.
Intervensi
13
kriteria hasil : Berikan informasi yang
1. Klien mampu akurat dan jawab
mengungkapkan dengan jujur
ketakutan/kekuatirannya. Berikan support system
2. Respon klien tampak (perawat, keluarga atau
tersenyum. teman dekat dan
3. Tampak rileks pendekatan spiritual)
Berikan informasi
mengenai klien yang
juga pernah mengalami
gangguan seperti yang
dialamu klien dan
menjalani operasi.
14
3.4 Implementasi
Diagnosa Implementasi
Nyeri b.d Penjepitan Menejemen nyeri
saraf pada diskus Mengidentifikasi klien dalam membantu
intervertebralis. menghilangkan rasa nyerinya
Memberikan informasi tentang penyebab dan cara
mengatasinya
Memberikan tindakan penghilangan rasa nyeri
noninvasif dan nonfarmakologis posisi, balutan (24-48
jam), distraksi dan relaksasi.
Memberikan terapi analgestik
3.1 Evaluasi
Data Evaluasi
15
Nyeri S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : Ekspresi wajah tenang
A : Nyeri teratasi
P : lanjutkan intervensi
16
BAB 4. PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
4. 2 Saran
17
robek. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari terutama saat bekerja, diharapkan klien
mengatur posisi yang tepat saat duduk maupun mengangkat beban, sehingga tumpuan
beban berada pada satu titik yaitu di kaki tidak di punggung. Hal tersebut dapat
mencegah terjadinya hernia nukleous pulposus.
18
DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare.2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60 UNIT
15.EGC.Jakarta.