Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PRAKTEK KLINIK

KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP) MINGGU II


DI RSUD K.RM.T WONGSONEGORO SEMARANG

DINA ARIFA ROSALIA


NIM : P1337420920131

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2020
KONTRAK BELAJAR

NAMA : DINA ARIFA ROSALIA


NIM : P1337420920131
RS : RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG
STASE : KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
Minggu Kedua (05 Oktober 2020 - 10 Oktober 2020)

STRATEGI /
METODE
CAPAIAN PEMBELAJARAN REFERENSI HASIL YANG DIHARAPKAN WAKTU
PEMBELAJARA
N
Setelah mengikuti praktik profesi Dalam pencapaian 1. Selama pembelajaran praktik klinik Waktu yang saya
keperawatan dasar profesi tujuan tersebut dan DPP PPNI. di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro butuhkan dalam
selama 1 minggu mahasiswa mendapatkan hasil (2016). Standar Semarang ini, saya akan pencapaian tujuan
mampu : yang optimal, maka Diagnosa menunjukan kemampuan melakukan adalah 1 minggu,
1. saya akan: Keperawatan asuhan keperawatan dasar profesi sebagai berikut :
terkait dengan kebutuhan 1. Conference (Pre Indonesia (1st pada klien dengan cara : 1. Melakukan pre
dasar klien dan keluarga and Post ed.). Jakarta: 1) Menyusun kontrak belajar conference dengan
2. Conference) Dewan Pengurus 2) Menyusun laporan pendahuluan dosen dan CI
keperawatan yang terkait 2. Bed side teaching Pusat Persatuan dalam bentuk WOC 2. Menyerahkan
dengan gangguan kebutuhan 3. Mencari, Perawat 3) Menyusun laporan kasus kontrak belajar
dasar membaca, dan Nasional lengkap dan resume 3. Membuat WOC
3. mendalami Indonesia. 4) Membuat logbook dan laporan kasus
keperawatan dan rasionalnya berbagai macam Retrieved from 5) Membuat video target 4. Membuat logbook
4. buku, serta http://www.inna keterampilan kebutuhan dasar 5. Melakukan
perencanaan keperawatan sumber-sumber -ppni.or.id sesuai laporan kasus yang implementasi dan
5. yang relevan 2. diambil menyusun desain
keperawatan yang terkait DPP PPNI. 6) Menyusun proposal DRK inovatif
6. dengan (2018). Standar (Diskusi Refleksi Kasus) keperawatan
setiap asuhan keperawatan keberhasilan Intervensi 7) Menyusun desain inovatif berbasis EBP
yang diberikan pencapaian Keperawatan keperawatan berbasis EBNP 6. Menyusun DRK
7.Menerapkan tindakan tujuan. Indonesia (I). 8) Melaksanakan target bersama kelompok
universal precaution di 4. Mencari, Jakarta. kompetensi keterampilan klinik 7. Menunjukkan sikap
setiap asuhan keperawatan membaca dan Retrieved from pada keperawatan dasar profesi caring di setiap
yang diberikan (keamanan mendalami jurnal http://www.inna meliputi : asuhan
dan kenyamanan) yang relevan di -ppni.or.id 1. M keperawatan yang
8. internet ataupun 3. elakukan pengkajian yang diberikan
terapeutik dengan klien dan media lain. DPP PPNI. terkait dengan kebutuhan 8. Menerapkan
keluarga (komunikasi) 5. Belajar (2018). Standar dasar klien dan keluarga tindakan universal
9. berinovasi dalam Luaran 2. M precaution di setiap
keperawatan untuk pengelolaan Keperawatan enegakkan diagnosis asuhan
mengatasi gangguan konsep asuhan Indonesia: keperawatan yang terkait keperawatan yang
diri (konsep diri) berdasarkan Definisi dan dengan gangguan kebutuhan diberikan
10. evidence based Kriteria Hasil dasar (keamanan dan
keperawatan untuk practice (EBP). Keperawatan 3. M kenyamanan)
mengatasi kecemasan (stres 6. Konsultasi dan (1st ed.). enyusun intervensi 9. Membina
koping) diskusi serta Jakarta: Dewan keperawatan dan komunikasi
11. bertanya tentang Pengurus Pusat rasionalnya terapeutik dengan
umum (general survey) segala sesuatu Persatuan 4. M klien dan keluarga
12. yang Perawat engimplementasikan (komunikasi)
tempat tidur (mobilisasi) berhubungan Nasional perencanaan keperawatan 10. Menerapkan
13. dengan Indonesia. 5. M pencegahan dan
kalori (cairan dan nutrisi) pencapaian Retrieved from elakukan evaluasi pengendalian
14. tujuan kepada CI, http://www.inna keperawatan infeksi (MPS)
(cairan dan nutrisi) Perawat Ruang, ppni.or.id 6. M 11. Menerapkan
15. Dokter dan 4. enunjukkan sikap caring di prinsip-prinsip
relaksasi, distraksi, Dosen uest.com setiap asuhan keperawatan safety dalam
hypnoterapi dan guided Pembimbing 5. yang diberikan praktik
imagery (istirahat tidur) Akademik atau host.com/login.a 7. M keperawatan (K3)
16. meet the expert sp enerapkan tindakan 12. Melakukan
keperawatan untuk 7. Ikut andil serta 6. universal precaution di pemeriksaan umum
menstabilkan suhu tubuh berpartisipasi nlm.nih.gov/pub setiap asuhan keperawatan (general survey)
pasien (thermoregulasi) langsung med/ yang diberikan (keamanan 13. Melakukan
17. 7. dan kenyamanan) manajemen asuhan
ketepatan identifikasi pasien gle.co.id/ 8. M keperawatan pada
(MPS) embina komunikasi pasien yang
18. terapeutik dengan klien dan mengalami
peningkatan komunikasi keluarga (komunikasi) gangguan
efektif (MPS) 9. M pemenuhan
19. elakukan tindakan kebutuhan dasar :
peningkatan keamanan obat keperawatan untuk Rasa aman dan
yang perlu diwaspadai mengatasi gangguan konsep nyaman; nyeri
(MPS) diri (konsep diri) 14. Melakukan
20. 10. M manajemen asuhan
pengurangan risiko infeksi elakukan tindakan keperawatan pada
terkait pelayanan kesehatan keperawatan untuk pasien yang
(MPS) mengatasi kecemasan (stres mengalami
21. koping) gangguan
pengurangan risiko jatuh 11. M pemenuhan
(MPS) elakukan pemeriksaan kebutuhan dasar :
22. umum (general survey) gangguan tidur
pencegahan penyakit akibat 12. M 15. Menyiapkan pasien
kerja dalam keperawatan engatur posisi klien di untuk pemeriksaan
(K3) tempat tidur (mobilisasi) diagnostik
23. 13. M 16. Melaksanakan
individu selama proses enghitung kebutuhan kalori tindakan
pembelajaran praktik klinik (cairan dan nutrisi) pengobatan sebagai
seperti upaya memutus 14. M hasil
rantai infeksi, pencegahan emberikan makan per-oral kolaborasi/delegasi
bahaya fisik, radiasi, kimia, (cairan dan nutrisi) 17. Menggunakan teori
ergonomik dan psikososial 15. M keperawatan dalam
(K3) engajarkan teknik relaksasi, memberikan asuhan
distraksi, hypnoterapi dan keperawatan
guided imagery (istirahat 18. Melakukan post
tidur) confrence
16. M
elakukan teknik
keperawatan untuk
menstabilkan suhu tubuh
pasien (thermoregulasi)
17. M
enerapkan prinsip sasaran
ketepatan identifikasi pasien
(MPS)
18. M
enerapkan prinsip sasaran
peningkatan komunikasi
efektif (MPS)
19. M
enerapkan prinsip sasaran
peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai
(MPS)
20. M
enerapkan prinsip sasaran
pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan
(MPS)
21. M
enerapkan prinsip sasaran
pengurangan risiko jatuh
(MPS)
22. M
enerapkan upaya
pencegahan penyakit akibat
kerja dalam keperawatan
(K3)
23. M
enunjukkan praktik K3
individu selama proses
pembelajaran praktik klinik
seperti upaya memutus
rantai infeksi, pencegahan
bahaya fisik, radiasi, kimia,
ergonomik dan psikososial
(K3)

Semarang, 05 Oktober 2020


Penyusun,

(Dina Arifa
Rosalia)

Menyetujui,
Preceptor, Pembimbing akademik,

.......................................... ..........................................
Aman adalah keadaan bebas dari
cidera fisik dan psikologis
SIKI : Manajemen Nyeri sedangkan nyaman adalah keadaan
SDKI : Nyeri Akut Diagnosa yang telah terpenuhi kebutuhan
(1.08238) b.d agen cidera Definisi
1. Lakukan pengkajian nyeri p,q,r,s,t
Keperawatan dasarnya.
fisik (D0077)
2. gunakan komunikasi terapeutik I Gangguan rasa aman
Nyeri akut : nyeri yang
mendadak dengan durasi
untuk mengetahui pengalaman nyeri SDKI : Gangguan nyaman mengalami sensasi <6 bulan
3. pilih dan lakukan penanganan nyeri pola tidur (D0055)
4. ajarkan teknik nonfarmakologi dan
tidak menyenangkan
berikan terapi farmakologi seperti nyeri kronis : nyeri yang
Nyeri
menggunakan analgetik berlangsung terus menerus
5. evaluasi kontrol nyeri SIKI : Dukungan Tidur dengan durasi >6 bulan
6. tingkatkan istirahat (1.05174) 1. Berdasarkan tempat
SLKI 1. : Identifikasi pola aktivitas a. Nyeri perifer
dan tidur - Superficial : nyeri muncul karena rangsangan pada kulit
1. Kontrol Nyeri
2. Identifikasi faktor Jenis-jenis dan mukosa
a. Mengenali kapan nyeri terjadi
pengganggu tidur - Visceral : nyeri timbul karena stimulasi rasa nyeri
b. Menggambarkan faktor nyeri
3. Modifikasi lingkungan padarongga abdomen, cranium, dan thorax
penyebab - Nyeri alih : nyeri yang dirasakan pada daerah yang jauh
Ajarkan prosedur untuk
c. Menggunakan tindakan non dari pusat
meningkatkan kenyamanan
farmakologi b. Nyeri sentral : nyeri yang muncul akibat stimulasi pada
(relaksasi napas dalam)
d. Melaporkan perubahan gejala medulla spinalis, batang, otak, dan thalamus
nyeri c. Nyeri psikogenik : nyeri yang tidak diketahui penyebab
SLKI : pola tidur
e. Melaporkan nyeri(L.05045)
terkontrol RASA AMAN DAN NYAMAN fisiknya
2. Tingkat Nyeri 2. Berdasarkan klasifikasi
1. Keluhan sulit tidur menurun
a. Nyeri yang dilaporkan a. Nyeri akut
Klienwajah
b.2.Ekpresi istirahat
saatcukup,
nyeri yaitu b. Nyeri kronis
c. Mengerang
tidur 8 jamatau menangis
dalam sehari
d. Skala nyeri
Etiologi 1. Trauma pada jaringan tubuh
2. Iskemis jaringan
3. Spasme otot
SIKI: Penilaian 4. Inflamasi
Edukasi Mobilisasi Nyeri 5. Post Operasi
(1.12394)
SLKI:  Identifikasi kesiapan dan
Edukasi Mobilisasi kemampuan menerima Stimulus nyeri=>reseptor nyeri
(1.12394) informasi 1. Numerical Rating Scale (A delta, serabut C)=>spinal
Patofisiologi
 Pergerakan  Identifikasi indikasi dan 2. Visual Analogue Scale cord dan thalamus cortex
ekstremitas kekuatan kontraindikasi mobilisasi 3. Critical Pain Observation cerebral=>effector=>nyeri
otot rentang gerak Gangguan
 Monitor kemajuan Mobilitas Tool
meningkat
pasien/keluarga dalam Fisik 4. Wong Beker Faces Rating PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
 Kekakuan pada sendi melakukan mobilisasi (D.0054) Scale Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
menurun
 Ajarkan cara 5. Modified Behavioral Pain PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
 Gerakan terbatas mengidentifikasi Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Scale
menurun kemampuan mobiulisasi PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
 Kelemahan fisik Sumber Kriteria Hasil, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
 Demonstrasikan cara
menurun mobilisasi di tempat tidur Mubarak Wahit Iqbal , 2011, Buku ajar kebutuhan dasar manusia :
Teori dan Aplikasi dalam praktek, Jakarta : EGC
 Demonstrasikan cara
melatih rentang gerak
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN
DI RUANG NAKULA I RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG

Disusun oleh :

DINA ARIFA ROSALIA


NIM : P1337420920131

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN
DI RUANG NAKULA I RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

Tgl Pengkajian: 6 Oktober 2020 Ruang : Nakula I

A. BIODATA

1. Biodata Pasien

a. Nama : Ny. S

b. Umur : 57 tahun

c. Alamat : Tembalang

d. Pendidikan : SMP

e. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

f. Tanggal masuk : 4 Oktober 2020

g. Diagnosa medis : cf tibula proximal sinistra

h. Nomor register : 45278*

2. Biodata Penanggungjawab

a. Nama : Tn. A

b. Umur : 59 tahun

c. Alamat : Tembalang

d. Pendidikan : SMP

e. Pekerjaan : Swasta

f. Hubungan dengan klien: Suami

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kirinya dan mengeluh sering terbangun saat
tidur karena nyerinya.
P : bertambah nyeri saat digunakan bergerak
Q : seperti tertindih benda berat
R : kaki bagian kiri
S : skala 7
T : terus menerus

C. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien dibawa ke rumah sakit karena terpeleset di rumah saat mau memberi
makan kucing. Kemudian klien dibawa ke IGD RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro kota Semarang oleh keluarga. Klien didiagnosa oleh dokter
mengalami closed fraktur tibia proximal sinistra dan osteoporosis. Klien
mengeluhkan sakit pada kakinya dan selama di rawat klien sering
terbangun ketika tidur disiang hari maupun malam hari.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Millitus. Klien tidak
mempunya riwayat hipertensi atau penyakit menurun dan menular lainnya.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien yaitu ibu klien menderita penyakit serupa yaitu diabetes
millitus.

D. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


1. Pola Manajemen dan persepsi kesehatan
Klien mengatakan selama ini, jika salah seorang anggota keluarga ada yang
sakit akan membeli obat di apotek. Dan apabila masih belum sembuh, akan
berobat ke puskesmas atau klinik terdekat.

2. Pola nutrisi & metabolism

Sebelum sakit : pola makan klien teratur 3x sehari dengan nasi, sayur dan
lauk. Klien tidak memiliki alergi makanan, dalam sehari minum 6-8 gelas.
Selama sakit : Setelah sakit tidak ada permasalahan pada asupan nutrisi,
karena klien tetap makan 3 kali sehari sesuai yang diberikan oleh rumah
sakit, klien minum 4-6 gelas sehari.
3. Pola eleminasi

BAB : Pasien BAB 1 kali sehari di pampers.


BAK : Klien terpasang kateter, frekuensi urin 600ml/hari.

4. Pola istirahat & tidur


Sebelum sakit :
Klien tidur 6-7 jam sehari
Saat sakit :
Klien mengalami gangguan tidur, klien sering terbangun saat tertidur,
mengatakan tidurnya kurang nyenyak dan sering terjaga pada malam hari.
Klien hanya bisa tidur 2-3 jam sehari karena tidak nyaman dengan
lingkungan rumah sakit dan juga karena menahan rasa sakit.

5. Pola aktifitas dan latihan


Sebelum sakit
Sebelum sakit pasien mengatakan bahwa selalu beraktivitas seperti biasa
yaitu melakukan aktivitas harian di rumah, seperti malakukan aktivitas
rumah tangga dan masih sering melakukan kegiatan diluar rumah seperti
belanja di pasar.
Pada waktu sakit
Setelah sakit klien hanya bisa berbaring di tempat tidur karena kaki kirinya
yang sakit saat digunakan bergerak dan juga klien terpasang kateter urin
dan infus di tangan kirinya.
Penilaian mobilisasi

Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 2
orang lain.
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
Tingkat 3
lain, dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.
Klien berada dalam tingkat 3 dalam melakukan aktivitas
Penilaian Kekuatan Otot
Nilai
Kategori
skala
0 Paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot
1 Hanya mengalami kontraksi otot bukan sendi
Adanya kekuatan otot sendi seperti fleksi namun tidak bisa
2
melawan gravitasi
Otot mampu melawan gravitasi tetapi tidak bisa
3
mempertahankan posisi
Otot mampu melawan gravitasi, mempertahankan posisi lalu
4
diberi benda jatuh
Otot mampu melawan gravitasi, mempertahankan posisi lalu
5
diberi benda tidak jatuh

Observasi klien mampu kontraksi dengan kekuatan otot skala 5 (ekstremitas


atas dan bawah)

ADL menurut indeks barthel


N INDIKATOR SKAL KETERANGAN
O A
1. Personal hygiene 0 Butuh pertolongan orang lain
2. Mandi 0 Tergantung orang lain
3. Makan 2 Mandiri
4. Toileting 0 Tergantung pertolongan orang
lain
5. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
6. Berpakaian 1 Sebagaian dibantu
7. Kontrol BAB 2 Terkendali teratur
8. Kontrol BAK 0 Terpasang kateter
9. Ambulasi atau memakai 2 Berjalan dengan bantuan satu
kursi roda orang
10. Transfer kursi roda ke bed 2 Bantuan minimal satu orang
TOTAL 10 Ketergantungan total (0-4)
Ketergantungan berat (5-8)
Ketergantungan sedang (9-11)
Ketergantungan ringan (12-19)
Ketergantungan minimal (20)
Jadi, Tingkat ketergantungan sedang

6. Pola peran & hubungan

Klien berperan sebagai ibu rumah tangga sebelum klien dapat menjalani
perannya dengan baik, tetapi setelah sakit klien belum bisa menjalankan
kembali perannya.Komunikasi klien dengan orang lain dan tetangga
sekitar baik. Hubungan kien dengan keluarga dan orang lain tidak ada
masalah.

7. Pola persepsi diri /Konsep diri


Klien percaya bahwa sakitnya dapat disembuhkan jika klien
menjalankan pengobatan sesuai prosedur
8. Pola Seksual & reproduksi

Pasien adalah seorang ibu dari 2 orang anak dan seorang


nenek dari 2 orang cucunya.

9. Pola mekanisme koping


Saat mempunyai masalah klien selalu menceritakan kepada
suaminya. Saat klien merasa sedang bosan dan penat klien
sering mengajak cucunya untuk bermain.

10. Pola nilai & Kepercayaan


Sebelum sakit pasien masih menjalankan ibadah rutin sebagai seorang
muslim namun selama sakit pasien tidak menjalankan ibadah seperti dahulu
karena kondisi klien saat ini.

E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Airway
Tidak terdapat penumpukan sekret di jalan nafas, bunyi nafas vasikuler.

b. Breathing
Frekuensi pernapasan (Respiratory rate) 20x/menit, irama nafas teratur, tidak
menggunakan otot bantu pernapasan, suara nafas vesikuer SpO2: 99%.
c. Circulation
Nadi karotis dan nadi perifer teraba kuat, CRT ≤ 2 detik, akral hangat, tidak
sianosis, kesadaran Composmentis
TTV :
TD : 130/65mmHg
RR : 20x/menit
N : 112x/menit
S : 36,8°C

d. Disability
Kesadaran composmentis ( E: 4. M: 5, V: 6)
e. Exposure
Integritas kulit baik, CRT ≤ 2 detik
Pemeriksaan Head to Toe

1) Kepala
Bentuk mesocepal, rambut beruban, sedikit kotor, tidak ada hematoma
maupun jejas

2) Mata
Pupil isokor, ukuran 3 mm, simetris kanan-kiri, sklera tidak ikterik,
konjuntiva tidak anemis, reaksi terhadap cahaya baik, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan.
3) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada polip maupun sekret, tidak terpasang alat bantu
pernafasan
4) Telinga
Simetris kanan-kiri, tidak ada penumpukan serumen, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran

5) Mulut
Tidak ada perdarahan pada gusi, mukosa bibir kering dan pucat , tidak ada
sariawan, tidak menggunakan gigi palsu dan tidak terdapat lesi
6) Leher
Tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada peningkatan JVP

7) Pernapasan (paru)
I : pengembangan dada simetris antara kanan-kiri, tidak menggunakan otot
bantu pernapasan, RR : 20x/menit
P : sonor seluruh lapang paru
P : vokal fremitus antara kanan-kiri
A : vesikuler

8) Sirkulasi (jantung)
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba kuat di mid klavikula intercosta V sinistra
P : pekak
A : bunyi jantung reguler, tidak ada suara jantung tambahan

9) Abdomen
I : perut datar
A : peristaltik usus 4x/menit
P : tidak ada nyeri tekan
P : tympani

10) Genitoririnaria
Bersih, terpasang DC
11) Kulit
Turgor kulit kembali <2 detik, tidak ada lesi, tidak ada kelainan kulit

12) Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak ada oedema, CRT ≤ 2 detik, terpasang infus RL
Ekstremitas bawah : tidak ada oedema, CRT ≤ 2 detik, kaki bagian kiri
mengalami fraktur
Kekuatan otot

Kanan Kiri

5 5

5 5
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium :

1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Creatinin 1.3 mg/dL 0.5-0.6

SGOT 11 U/L 0-35

SGPT 10 U/L 0-35

Natrium 134.0 mmol/L 135.0-5.0

Kalsium 5.40 mmol/L 3.50-5.0

Calsium 1.16 mmol/L 1.00-1.15

2. Radiologi
Tidak terkaji (tidak mendapatkan data)

G. PROGRAM TERAPI
- Infus RL 20tpm (penambah cairan & elektrolit tubuh, mengembalikan
keseimbangan)
- Ketorolac 3x1 (30 mg) (Pereda nyeri)
- Ranitidin 3x1 (50 mg) (menurunkan asam lambung)
- Candesartan 1x1 (16 mg) (menurunkan tekanan darah)
- Glimepiride 1x1 (2 mg) (menurunkan kadar gula darah)
- Ceftriaxon 2x1 (1 gr) (antibiotik)
- Methylprednisolone 2x1 (125 mg) (mengurangi gjl bengkak, nyeri, alergi)
- PRC (Packed Red Cells) 2 kolf (menambah sel darah merah)

I. DAFTAR MASALAH
NO Tanggal / Data Fokus Kode DX Masalah
jam Keperawatan
1. Selasa, 6 DS : D.0077 Nyeri akut b.d agen
Okt 2020 klien mengatakan nyeri cidera fisik
09.00 pada kaki kirinya
- P : nyeri bertambah saat
digunakan bergerak
- Q : seperti tertindih
benda berat
- R : kaki kiri
- S : skala 7
- T : terus menerus
DO :
- Klien terlihat meringis
kesakitan menahan
nyerinya
- Klien tampak gelisah
2. Selasa, 6 DS: D.0054 Gangguan mobilitas
Okt 2020 Klien mengatakan tidak fisik b.d kerusakan
09.00 dapat menggerakkan kaki integritas stuktur tulang
kirinya karena sakit pasca
patah tulang
DO:
- Klien berbaring lemah
di tempat tidur dan tidak
bisa menggerakkan kaki
kirinya
- Gerakan klien terbatas
- ADL klien dibantu oleh
keluarga dan perawat
3. Selasa, 6 DS : D.0056 Gangguan pola tidur b.d
Okt 2020 Klien mengatakan sulit restrain fisik
09.00 tidur dan sering terbangun
saat tidur, klien mengeluh
sering terjaga setiap malam
dan tidurnya tidak nyenyak.
DO :
- Terlihat kantung mata,
dan daerah sekitar mata
terlihat hitam
- Klien terlihat lesu dan
lemah

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas stuktur tulang
3. Gangguan pola tidur b.d restrain fisik

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx.
Tgl Tujuan Intervensi TTD
Kep
6 Okt 1 Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi, Dina
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas dan skala
nyeri
- Identifikasi respon nyeri non
verbal
keperawatan selama 3x24 jam
- Identifikasi faktor yang
diharapkan nyeri klien menurun
memperberat dan memperingan
Dengan kriteria hasil:
2020 nyeri
- Skala nyeri menurun dari nyeri
09.30 - Ajarkan teknik nonfarmakologi
berat menjadi nyeri sedang
untuk mengurangi rasa nyeri
Klien tidak menunjukkan ekspresi
(seperti, relaksasi nafas dalam
nyeri (meringis)
dan distraksi)
- Kolaborasi dengan pemberian
analgetik sesuai advis dokter
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama3x24 jam
diharapkan kemampuan gerak - Identifikasi keluhan nyeri atau
klien meningkat keluhan fisik lainnya
Dengan kriteria hasil: - Posisikan klien senyaman
6 Okt - klien dapat meningkatkan mungkin
2020 2 kemampuan gerak - Dukung perawatan diri pasien Dina
09.35 - gerakan klien lebih (BAB/BAK, berpakaian, makan
terkordinasi minum dan mandi)
- klien tidak lagi cemas saat - Berikan terapi obat sesuai advis
ingin menggerakkan anggota dokter
tubuhnya
- kelemahan fisik klien menurun
6 Okt 3 Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi pola aktivitas dan Dina
2020 keperawatan selama 3x24 jam tidur
09.35 kualitas dan kuantitas tidur - Identifikasi faktor peengganggu
menjadi adekuat tidur
Dengan kriteria hasil: - Modifikasi lingkungan
Luaran Skor Skor (pencahayaan, kebisingan,
Awa Tujua suhu, matras dan tempat tidur)
l n - Fasilitasi menghilangkan stres
Keluhan sulit 2 4 sebelum tidur (mendengarkan
tidur musik dengan genre ambient)
Keluhan sering 2 4
- Sesuaikan jadwal pemberian
terjaga
Keluhan 2 4 obat dan atau tindakan untuk
istirahat tidak menunjang siklus tidur terjaga
cukup - Jelaskan pentingnya tidur cukup
Keterangan : saat sakit
1. : Menurun
2. : Cukup menurun
3. : Sedang
4. : Cukup membaik
5. : Membaik

L. IMPEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/Jam Dx. Implementasi Respon TTD


Kep
6 Okt 1 1. Identifikasi lokasi, S : klien mengatakan nyeri pada Dina
2020 karakteristik, durasi, kaki kirinya
10.00 frekuensi, kualitas, P : nyeri bertambah saat
WIB intensitas dan skala nyeri digunakan bergerak atau
berpindah
Q : seperti tertindih benda berat
R : kaki sebelah kiri
S : skala 7
T : terus menerus
O : klien tampak meringis
kesakitan dan gelisah.

10.05 2. Identifikasi respon nyeri S:-


non verbal O : klien tampak meringis
kesakitan dan gelisah

10.05 3. Identifikasi faktor yang S : klien mengatakan saat


memperberat dan bergerak nyeri akan bertambah
memperingan nyeri dan saat tertidur atau tidak
melakukan aktivitas nyeri akan
berkurang
O:-

10.15 4. Ajarkan teknik S : klien mengatakan sudah


nonfarmakologi untuk memahami cara melakukan
mengurangi rasa nyeri relaksasi nafas dalam dan
(seperti, relaksasi nafas distraksi untuk mengurangi rasa
dalam dan distraksi) nyeri
O : klien dapat mengikuti
prosedur sesuai arahan dari
perawat

10.30 5. Kolaborasi dengan S : klien mengatakan bersedia


pemberian analgetik sesuai O:-
advis dokter

12.00 6. Monitor efek samping S : klien tidak mengeluhkan


penggunaan analgetik gatal kemerahan atau gejala
alergi lainnya
O : setelah diobservasi tidak
terdapat alergi pada klien
6 Okt 2 1. Identifikasi keluhan nyeri S : klien mengatakan nyeri pada Dina
2020 atau keluhan fisik lainnya kaki sebelah kiri
10.00 O : klien mengalami fraktur
WIB tertutup pada pangkal kaki
sebelah kiri

11.00 2. Posisikan klien senyaman S : klien bersedia untuk


mungkin diposisikan dengan nyaman
O : klien tidur terlentang
dengan bagian kepala sedikit
tinggi (semi fowler)

11.15 3. Dukung perawatan diri S : klien mengatakan tidak


pasien (BAB/BAK, mampu dalam melakukan
berpakaian, makan minum perawatan dirinya sendiri tanpa
dan mandi) bantuan
O : klien dibantu oleh keluarga
saat BAB dan mandi, klien
terpasang cateter urin

12.00 4. Berikan terapi obat sesuai S : klien selalu bersedia saat


advis dokter diberikan terapi oleh perawat
O : semua terapi diberikan
sesuai prosedur.
6 Okt 3 1. Identifikasi pola aktivitas S : klien mengatakan tidur
2020 dan tidur hanya 2-3 jam/hari
11.00 O : klien tampak lemah dan
terdapat kantung mata

11.05 2. Identifikasi faktor S : klien mengatakan sulit tidur


pengganggu tidur karena nyeri pada kakinya
O : klien mengalami fraktur
tertutup pada pangkal kaki
sebelah kiri

12.00 3. Modifikasi lingkungan S:-


(pencahayaan, kebisingan, O : kamar tidur klien tertutup
suhu, matras dan tempat tirainya, lampu ruangan
tidur) dimatikan saat siang

13.00 4. Fasilitasi menghilangkan S : klien bersedia diberikan


stres sebelum tidur terapi komplementer
(mendengarkan musik mendengarkan musik
dengan genre ambient) penghantar tidur
O : klien mendengarkan musik
bergenre ambient sebelum tidur
sesuai yang disarankan oleh
perawat (tidur siang maupun
malam)
7 Okt 1 1. Identifikasi lokasi, S : klien mengatakan nyeri pada
2020 karakteristik, durasi, kaki kirinya
08.00 frekuensi, kualitas, P : nyeri bertambah saat
intensitas dan skala nyeri digunakan bergerak atau
berpindah
Q : seperti tertindih benda berat
R : kaki sebelah kiri
S : skala 6
T : terus menerus
O : klien tampak meringis
kesakitan dan gelisah.

08.00 2. Identifikasi respon nyeri non S : -


verbal O : klien tampak meringis
kesakitan dan gelisah
08.10 3. Identifikasi faktor yang S : klien mengatakan saat
memperberat dan bergerak nyeri akan bertambah
memperingan nyeri dan saat tertidur atau tidak
melakukan aktivitas nyeri akan
berkurang
O:-

08.15 4. Kolaborasi dengan S : klien mengatakan bersedia


pemberian analgetik sesuai O : terapi untuk klien diberikan
advis dokter sesuai prosedur
7 Okt 2 1. Identifikasi keluhan nyeri S : klien mengatakan nyeri pada
2020 atau keluhan fisik lainnya kaki sebelah kiri
08.20 O : klien mengalami fraktur
tertutup pada pangkal kaki
sebelah kiri

08.20 2. Posisikan klien senyaman S : klien bersedia untuk


mungkin diposisikan dengan nyaman
O : klien tidur terlentang
dengan bagian kepala sedikit
tinggi (semi fowler)

09.30 3. Dukung perawatan diri S : klien mengatakan tidak


pasien (BAB/BAK, mampu dalam melakukan
berpakaian, makan minum perawatan dirinya sendiri tanpa
dan mandi) bantuan
O : klien dibantu oleh keluarga
saat BAB dan mandi, klien
terpasang cateter urin

12.00 4. Berikan terapi obat sesuai S : klien selalu bersedia saat


advis dokter diberikan terapi oleh perawat
O : semua terapi diberikan
sesuai prosedur.
7 Okt 3 1. Identifikasi pola aktivitas S : klien mengatakan tidur 4
2020 dan tidur jam pada hari ini
09.30 O : klien tampak lemah dan
terdapat kantung mata

09.35 2. Identifikasi faktor S : klien mengatakan sulit tidur


pengganggu tidur karena nyeri pada kakinya
O : klien mengalami fraktur
tertutup pada pangkal kaki
sebelah kiri

11.00 3. Modifikasi lingkungan S:-


(pencahayaan, kebisingan, O : kamar tidur klien tertutup
suhu, matras dan tempat tirainya, lampu ruangan
tidur) dimatikan saat siang

13.00 4. Fasilitasi menghilangkan S : klien bersedia diberikan


stres sebelum tidur terapi komplementer
(mendengarkan musik mendengarkan musik
dengan genre ambient) penghantar tidur
O : klien mendengarkan musik
bergenre ambient sebelum tidur
sesuai yang disarankan oleh
perawat (tidur siang ataupun
malam)
8 Okt 1 1. Identifikasi lokasi, S : klien mengatakan nyeri pada
2020 karakteristik, durasi, kaki kirinya
07.30 frekuensi, kualitas, P : nyeri bertambah saat
intensitas dan skala nyeri digunakan bergerak atau
berpindah
Q : seperti tertindih benda berat
R : kaki sebelah kiri
S : skala 5
T : terus menerus
O : klien tampak meringis
kesakitan dan gelisah.

07.30 2. Identifikasi respon nyeri non S : -


verbal O : klien tampak meringis
kesakitan dan gelisah

07.45 3. Identifikasi faktor yang S : klien mengatakan saat


memperberat dan bergerak nyeri akan bertambah
memperingan nyeri dan saat tertidur atau tidak
melakukan aktivitas nyeri akan
berkurang
O:-

08.00 4. Kolaborasi dengan S : klien mengatakan bersedia


pemberian analgetik sesuai O : terapi untuk klien diberikan
advis dokter sesuai prosedur
8 Okt 2 1. Identifikasi keluhan nyeri S : klien mengatakan nyeri pada
2020 atau keluhan fisik lainnya kaki sebelah kiri
08.45 O : klien mengalami fraktur
tertutup pada pangkal kaki
sebelah kiri

09.15 2. Posisikan klien senyaman S : klien bersedia untuk


mungkin diposisikan dengan nyaman
O : klien tidur terlentang
dengan bagian kepala sedikit
tinggi (semi fowler)

10.00 3. Dukung perawatan diri S : klien mengatakan tidak


pasien (BAB/BAK, mampu dalam melakukan
berpakaian, makan minum perawatan dirinya sendiri tanpa
dan mandi) bantuan
O : klien dibantu oleh keluarga
saat BAB dan mandi, klien
terpasang cateter urin

11.30 4. Berikan terapi obat sesuai S : klien selalu bersedia saat


advis dokter diberikan terapi oleh perawat
O : semua terapi diberikan
sesuai prosedur.
8 Okt 3 1. Identifikasi pola aktivitas S : klien mengatakan tidur 5-6
2020 dan tidur jam pada hari ini
09.45 O : keadaan umum klien cukup
baik

10.10 2. Identifikasi faktor S : klien mengatakan sudah


pengganggu tidur mulai bisa tertidur
O : klien mengalami fraktur
tertutup pada pangkal kaki
sebelah kiri

10.45 3. Modifikasi lingkungan S:-


(pencahayaan, kebisingan, O : kamar tidur klien tertutup
suhu, matras dan tempat tirainya, lampu ruangan
tidur) dimatikan saat siang

12.45 4. Fasilitasi menghilangkan S : klien bersedia diberikan


stres sebelum tidur terapi komplementer
(mendengarkan musik mendengarkan musik
dengan genre ambient) penghantar tidur
O : klien mendengarkan musik
bergenre ambient sebelum tidur
sesuai yang disarankan oleh
perawat (tidur siang ataupun
malam)
M. EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/Jam Kode Dx SOAP TTD


6 Okt 1 S : klien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kirinya Dina
2020 - P : nyeri bertambah saat bergerak
14.00 - Q : seperti tertindih benda berat
WIB - R : kaki sebelah kiri
- S : skala 6
- T : terus menerus
O : klien tampak meringis menahan nyeri dan
gelisah, terdapat fraktur tertutup di pangkal kaki kiri
klien
A : nyeri akut
Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas dan skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai
advis dokter
6 Okt 2 S : klien mengatakan tidak dapat menggerakan kaki Dina
2020 sebelah kirinya pasca patah tulang
14.00 O : klien mengalami fraktur tertutup pada pangkal
WIB kaki sebelah kiri
A : gangguan mobilitas fisik
Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi keluhan nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Posisikan klien senyaman mungkin
- Dukung perawatan diri pasien (BAB/BAK,
berpakaian, makan minum dan mandi)
6 Okt 3 S : klien mengeluh tidurnya masih kurang nyenyak Dina
2020 karena nyeri dan tidur 4 jam dalam satu hari
14.00 O : klien tampak lemah dan lesu
WIB A : gangguan pola tidur
Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan (pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)
- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
(mendengarkan musik dengan genre ambient)
7 Okt 1 S : klien mengeluhkan nyeri Dina
2020 - P : nyeri bertambah saat digunakan bergerak
14.00 - Q : seperti tertindih benda berat
WIB - R : pangkal kaki kiri
- S : skala 5
- T : terus menerus
O : klien tampak meringis menahan sakitnya dan
klien tampak gelisah, klien mengalami closed
fracture tibia proxima sinistra
A : nyeri akut
Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas dan skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai
advis dokter
7 Okt 2 S : klien mengatakan tidak bisa bergerak karena Dina
2020 sakit setelah patah tulang
14.00 O : klien mengalami patah tulang tertutup pada
WIB pangkal kaki sebelah kiri
A : gangguan mobilitas fisik
Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi keluhan nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Posisikan klien senyaman mungkin
- Dukung perawatan diri pasien (BAB/BAK,
berpakaian, makan minum dan mandi
- Berikan terapi obat sesuai advis dokter
7 Okt 3 S : klien mengatakan masih sulit tidur dan tidur Dina
2020 masih kurang nyenyak karena menahan nyeri. Klien
14.00 tidur 5 jam dalam satu hari
WIB O : klien tampak lesu dan lemah
A : gangguan pola tidur
Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan (pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)
- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
(mendengarkan musik dengan genre ambient)
8 Okt 1 S : klien mengatakan nyeri berkurang dari Dina
2020 sebelumnya
14.00 - P : nyeri bertambah saat digunakan bergerak
WIB - Q : seperti tertindih benda berat
- R : kaki sebelah kiri
- S : skala 5
- T : terus menerus
O : klien tampak gelisah dan meringis menahan
sakit, terdapat fraktur tulang pangkal kaki sebelah
kiri
A : nyeri akut
Masalah belum teratasi
P : lanjukan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas dan skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai
advis dokter
8 Okt 2 S : klien mengatakan sulit untuk bergerak karena Dina
2020 menahan sakit
14.00 O : terdapat cf tibia proximal sinistra pada klien
WIB A : gangguan mobilitas fisik
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi keluhan nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Posisikan klien senyaman mungkin
- Dukung perawatan diri pasien (BAB/BAK,
berpakaian, makan minum dan mandi
- Berikan terapi obat sesuai advis dokter
8 Okt 3 S : klien mengatakan sudah mulai bisa tertidur dan Dina
2020 lebih nyenyak dari sebelumnya. klien mengatakan
14.00 tertidur 6 jam sehari
WIB O : keadaan umum klien cukup
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
(mendengarkan musik dengan genre ambient)
DESAIN INOVATIF

PENGARUH PEMBERIAN MUSIK BER-GENRE AMBIENT TERHADAP


KUALITAS TIDUR

DINA ARIFA ROSALIA

P1337420920131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERWATAN

POLITEKKES KEMENKES SEMARANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas tidur klien di rumah sakit lebih buruk dari pada di rumah.
Kualitas tidur klien lansia penyakit dalam di rumah sakit lebih buruk
dibandingkan di rumah (p < 0.001). Southwell dan Wistow (1995)
menemukan 65% (N=153) klien yang dirawat mengalami gangguan tidur.
Sedangkan Closs (1988a) dalam Ersser et al., 1999) melaporkan 61%
(N=122) mengalami gangguan tidur selama di rumah sakit. Umumnya klien
tidak dapat mempertahankan tidur secara adekuat sesuai kebutuhan karena
berbagai gangguan tidur (Haryono et al., 2016). Kebutuhan manusia untuk
tidur dapat menghabiskan waktu sekitar sepertiga dari waktu hidupnya. Tidur
dapat digunakan sebagai fase pemulihan dari fungsi-fungsi tubuh manusia.
Berdasarkan data dari studi yang terdahulu, 30% dewasa dari berbagai negara
memiliki salah satu dari empat keluhan yang diutarakan sebelumnya.
Hal ini tentunya merupakan angka yang cukup besar dan dapat berdampak
ke kualitas hidup seseorang. Berdasarkan penelitian sebelumnya, didapatkan
lebih dari 50% dari mahasiswa kedokteran di Estonia dan Amerika Serikat
mengalami adanya kualitas tidur yang buruk. Hal ini dapat menyebabkan
capaian akademis dari mahasiswa menurun (Nilifda et al., 2016). Sejak
dahulu, musik telah dipercaya dapat berdampak pada manusia, dalam bentuk
psikis maupun fisiologis. Musik dapat memengaruhi emosi, seperti sedih dan
senang. Musik juga memengaruhi fungsi biologis manusia.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh musik bergenre ambient terhadap kualitas
tidur
2. Tujuan Khusus
a. Untuk pemenuhan kebutuhan kualitas tidur dan istirahat pasien secara
mandiri
b. Untuk mengurangi penggunaan obat sedatif atau obat tidur
c. Untuk terapi komplementer asuhan keperawatan pada klien gangguan
tidur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
1. Kualitas Tidur
a. Pengertian
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat
kemudahan dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur,
kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu
tidur, dan keluhan – keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun
sehabis bangun tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan
selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh
faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Beberapa faktor yang
mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yaitu, faktor fisiologis,
faktor psikologis, lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis
berdampak dengan penurunan aktivitas sehari – hari, rasa lemah,
lelah, daya tahan tubuh menurun, dan ketidak stabilan tanda tanda
vital, sedangkan dari faktor psikologis berdampak depresi, cemas,
dan sulit untuk konsentrasi (Potter & Perry, 2015).
Kurangnya kualitas tidur dapat menyebabkan menurunnya
performa fisik, fungsi kognitif, fungsi sosial, kondisi mental dan
bahkan menyebabkan kematian. Apabila manusia tersebut
mengalami ketidakpuasan terhadap kualitas tidur dan mengalami
hendaya dalam aktivitas, dapat diklasifikasikan dengan insomnia,
yang dapat berakibat menjadi kurangnya kualitas tidur. Keluhan
yang umumnya terjadi pada seseorang dengan kurangnya kualitas
tidur adalah ketidakmampuan dalam memulai, ketidakmampuan
mempertahankan tidur, bangun terlalu pagi, atau tidur tidak
menjadi hal yang memuaskan. Salah satu terapi non-farmakologi
yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas tidur adalah
dengan mendengarkan musik (Haryono et al., 2016).
b. Fisiologi tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh
adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian
untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan
bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas
kewaspadaan dan tidur terletak dalam mensefalon dan bagian atas
pons. Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan
juga  dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangasangan emosi dan proses pikir (Dariah & Okatiranti, 2015).
c. Jenis Tidur
Setiap malam seseorang mngalami dua jenis tidur yang
berbeda dan saling bergantian yaitu: tidur (Rapid-Eye Movement)
dan non REM (Non Rapid-Eye Movement). (Rafknowledge, 2004:
2-3).
1) Tidur REM
Tidur REM (rapid eye movement) terjadi disaat kita bermimpi
hal tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan
fisik. Ciri-cirinya antara lain; detak jantung, tekanan darah, dan
cara bernapas sama dengan yang dialami saat kita terbangun.
Masa tidur REM kira-kira dua puluh menit dan terjadi selama
empat sampai lima kali dalam sehari.
2) Tidur Non-REM
Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan
terdalam berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit
dibangunkan. Beranjak lebih malam, status tidur non-REM
semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa menyegarkan/
meguatkan. Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya
dengan menggunakan hormon yang dinamakan somastostatin.
Ilmuwan mendefinisikan bahwa tidur yang terbaik adalah tidur
yang mengalami perpaduan tepat antara mengalami REM dan
non-REM.
2. Musik
a. Pengertian
Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu, nada, dan keharmonisan terutama dari
suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan
irama. Musik dapat memengaruhi emosi, seperti sedih dan senang.
Studi terdahulu menyatakan bahwa musik relaksasi dapat
berdampak positif pada kualitas tidur. Pada perkembangan zaman,
sebuah genre musik yang diciptakan oleh Brian Eno yaitu musik
ber-genre ambient dapat digolongkan menjadi musik relaksasi.
Musik genre ini adalah musik tak bervokal dan merupakan hasil
produksi dari barang elektronik (seperti komputer, synthizer, dan
lain-lain) dimana dikarakteristikkan oleh pencipta sebagai musik
yang cocok bagi mood dan suasana lingkungan. Studi pendahulu
menyatakan bahwa musik dapat mengurangi rasa nyeri pada
penyakit fibromyalgia dan meningkatkan kualitas tidur. Namun,
pada penelitian tersebut tidak menspesifikan genre musik yang
dipakai, karena pada penelitian tersebut terdapat musik pop dan
musik ber-genre lainnya (Laksono et al., 2018)

B. Mekanisme
Musik ber-genre ambient dapat menurunkan hormon kortisol. Hal ini
didasarkan oleh sebuah penelitian yang menggunakan terapi musik
relaksasi Guided Imagery and Musik sebagai salah satu metode koping
dalam stress akibat pekerjaan. Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan
penurunan kadar kortisol. Karena hormon kortisol termasuk hormon stress
yang apabila kadar hormon stress tersebut diturunkan, tingkat stress akan
ikut menurun. Pengaturan stress termasuk higiene tidur. Apabila hygiene
tidur dikendalikan dan ditingkatkan maka akan memperbaiki kualitas
tidur.
C. Manajemen
1. Posisikan pasien dengan nyaman
2. Kolaborasi dengan keluarga pasien
3. Keamanan dan kenyamanan lingkungan

D. Tekhnik
1. Posisikan pasien pada posisi duduk atau di tempat tidur.
2. Posisikan kedua tangan pasien diatas paha
3. Memasang earphone/headset
4. Putar lagu bergenre ambient dengan setting volume sesuai dengan
kenyamanan pasien
BAB III
METODOLOGI

A. Topik
Gangguan kebutuhan dasar istirahat dan tidur
B. Sub Topik
Mendengarkan musik bergenre ambient
C. Kelompok
Kelompok 4B RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh musik bergenre ambient terhadap kualitas
tidur
2. Tujuan Khusus
a. Untuk pemenuhan kebutuhan kualitas tidur dan istirahat pasien secara
mandiri
b. Untuk mengurangi penggunaan obat sedatif atau obat tidur
c. Untuk terapi komplementer asuhan keperawatan pada klien gangguan
tidur
3. Waktu
Tanggal : Selasa, 6 Oktober 2020
Jam : 13.00 WIB
4. Tempat
Di ruang rawat inap RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
5. Setting
Di tempat tidur klien
6. Media / Alat yang digunakan
a. Earphone dan media pemutar musik.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGARUH MUSIK GENRE AMBIENT

Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen

musik oleh terapis kepada klien

Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional,

dan kesehatan spiritual pasien.

Persiapan alat & bahan : 1. Tape musik / Radio atau Hand phone

2. Compact Disc (CD) Musik

3. Headset

4. Alat-alat musik yang sesuai

PROSEDUR

a.Pre interaksi

1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)

2. Siapkan alat-alat

3. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi

4. Cuci tangan

b. Tahap orientasi

1. Beri salam dan panggil klien dengan namanya

2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

c.Tahap kerja

1. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan

2. Menanyakan keluhan utama klien

3. Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik

4. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan


seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.

5. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.

6. Identifikasi pilihan musik klien dengan genre ambient

7. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.

8. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien

9. Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.

10. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan


telepon selama mendengarkan musik.

11. Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klien.

12. Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik.

13. Dukung dengan headphone jika diperlukan.

14. Nyalakan musik dan lakukan terapi musik.

15. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.

16. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang


lama.

17. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik
atau bernyanyi jika diinginkan dan memungkinkan saat itu.

18. Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.

19. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan


seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.

20. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.

21. Identifikasi pilihan musik klien.


d. Terminasi

1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)

2. Simpulkan hasil kegiatan

3. Berikan umpan balik positif’

4. Kontrak pertemuan selanjutnya

5. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik

6. Bereskan alat-alat

7. Cuci tangan

8. Catat hasil kegiatan dalam catatan keperawatan


BAB IV
LAPORAN KEGIATAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa 6 Oktober 2020 pada pukul
13.00 WIB. kegiatan pelaksanaan penerapan EBNP terapi musik genre
ambient dilakukan di ruangan nakula 1. Pada saat pelaksanaan klien di tempat
tidur dengan posisi berbaring. Klien dapat mengikuti arahan untuk melakukan
terapi musik ambient yaitu dengan cara sebelum tidur siang atau malam klien
mendengarkan musik bergenre ambient yang sudah didownload di ponsel
klien dan didengarkan menggunakan earphone. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengajarkan klien cara menghilangkan stres sebelum tidur supaya klien
menjadi lebih mudah tertidur dan meningkatkan kualitas serta kuantitas tidur.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Laksono, dkk (2018)
didapatkan nilai p value ≤ 0.05 artinya ada pengaruh pemberian terapi musik
genre ambient terhadap kualitas tidur. Musik ber-genre ambient dapat
digolongkan sebagai musik relaksasi. Musik dengan genre ini adalah musik
tak bervokal dan merupakan hasil produksi dari barang elektronik (seperti
komputer, synthizer, dan lain-lain) dimana dikarakteristikkan oleh pencipta
sebagai musik yang cocok bagi mood dan suasana lingkungan. Studi
pendahulu menyatakan bahwa musik dapat mengurangi rasa nyeri pada
penyakit fibromyalgia dan meningkatkan kualitas tidur. Terapi musik genre
ambient merupakan tekhnik terapi yang sederhana, murah dan dapat dilakukan
dimana saja.

B. FAKTOR PENDUKUNG
Pada pelaksanaan penerapan EBNP ada beberapa faktor pendukung antara
lain:
1. Alat yang digunakan sederhana dan hampir semua orang mempunyainya.
2. Klien dengan mudah memahami tata cara dan dapat mempraktekannya
secara mandiri
3. Pelaksanaan terapi ini dapat dilakukan klien dimana saja dan kapan saja.
C. FAKTOR PENGHAMBAT
Klien mengalami penurunan konsentrasi karena kondisi ruangan yang kurang
kondusif

D. EVALUASI KEGIATAN
Kegiatan pelaksanaan EBNP terapi musik genre ambient berpengaruh
terhadap kualitas tidur pasien yang mengalami nyeri.
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Terapi musik genre ambient merupakan tekhnik relaksasi penghantar tidur
dan berguna mengembalikan mood atau mengurangi stres. Dengan melakukan
terapi ini secara benar dan konsentrasi yang baik maka pikiran akan lebih
rileks dan mempermudah untuk tertidur serta dapat meningkatkan kualitas
tidur. Adapun faktor pendukung pelaksanaan EBNP antara lain : klien dapat
memahami bagaimana tahapan pelaksanaan EBNP sehingga dapat dilakukan
dengan tepat, Pelaksanaan EBNP dapat dilakukan secara mandiri oleh klien
dimana saja. Factor penghambat dalam pelaksanaan EBNP yaitu klien
mengalami penurunan konsentrasi karena kondisi ruangan yang kurang
kondusif.

B. SARAN & RENCANA TINDAK LANJUT


Pelaksanaan EBNP pada klien gangguan pola tidur sebaiknya dapat
diterapkan dan digunakan sebagai terapi komplementer di rumah sakit.
Kemudian rencana tindak lanjut menyusun kegiatan penerapan EBNP di
rumah sakit sesuai dengan indikasi dan memantau penerapan EBNP secara
mandiri oleh klien.
REFERENSI

Dariah, E. D., & Okatiranti. (2015). Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas


Tidur Lansia Di Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua Kabupaten
Bandung Barat. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Haryono, A., Rindiarti, A., Arianti, A., Pawitri, A., Ushuluddin, A., Setiawati,
A., Reza, A., Wawolumaja, C. W., & Sekartini, R. (2016). Prevalensi
Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama. Sari Pediatri.
https://doi.org/10.14238/sp11.3.2009.149-54
Laksono, A. Y. I., Sarjana, W., & Hadiati, T. (2018). PENGARUH
PEMBERIAN MUSIK BER-GENRE AMBIENT TERHADAP
KUALITAS TIDUR. DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL
KEDOKTERAN DIPONEGORO), 7(1), 11–25.
Nilifda, H., Nadjmir, N., & Hardisman, H. (2016). Hubungan Kualitas Tidur
dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Angkatan 2010 FK Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i1.477
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2015). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7.
In Jakarta: Salemba Medika. https://doi.org/IOS3107-49534
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN


GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG NAKULA II
RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO

Oleh:
1. DINA ARIFA ROSALIA (P1337420920131)
2. LARASATI DYAH PERTIWI (P1337420920140)
3. NADYA FICKRY MARTINA SUPARJO (P1337420920174)
4. TITAH PANGESTI MAHARDHITA (P1337420920190)
5. WAHYU WIDYASTUTI (P1337420920126)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sebagai kasus tertinggi
di Indonesia (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2018). Insiden pada kasus
hipertensi selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, prevalensi dari hasil
sebuah pengukuran tekanan darah pada kasus hipertensi beranjak mengalami
kenaikan dari 28.8 % sampai dengan 34.1 % (Riskesdas, 2018). Penyakit
hipertensi bisa menyerang pada semua golongan masyarakat di seluruh dunia
(Robert & Kereh, 2015)
Menurut WHO (World Health Organization) pata tahun 2015,
sebanyak 1.13 miliar orang mengalami hipertensi. Setiap tahun, jumlah klien
hipertensi mengalami peningkatan. Bahkan, diperkirakan sebanyak 1.5 miliar
orang akan mengalami hipertensi pada tahun 2025 dan sebanyak 10.44 juta
diantaranya meninggal dunia (World Health Organization, 2015). Hasil
Riskesdas tahun 2018 menyatakan bahwa Indonesia memiliki jumlah estimasi
kasus hipertensi sebanyak 63.309.620 orang dan 427.218 kematian
dikarenakan hipertensi (Riskesdas, 2018).
Penyakit hipertensi mempunyai proporsi paling besar di Jawa Tengah
dan mencapai angka 1.377.356 orang dalam kategori penyakit tidak menular.
Hipertensi juga menempati urutan pertama dalam kategori tersebut di Kota
Semarang. Dalam data Profil Kesehatan Kota Semarang, telah ditemukan
sebanyak 161.283 kasus hipertensi di Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan
Tingkap Pertama (FKTP), lalu terdapat 18.007 kasus di rumah sakit (Dinas
Kesehatan Kota Semarang, 2018).
Penderita hipertensi rentan terhadap masalah psikologis, diantaranya
stress dan gangguan pola tidur. Suatu individu jika merasa tidak mampu
untuk menghadapi segala tekanan-tekanan dalam suatu kehisupan, maka
individu akan mengalami stress, dan stress dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan darah (Fatma, 2018). Stress akan membuat otak melepaskan hormon
norepinefrin, adrenalin, dan kortisol. Rangsangan pada pusat vasomotor akan
menuju bawah dengan suatu metode saraf simpatis hingga ganglia simpatis.
Keadaan tersebut dapat menghasilkan penyimpanan ion garam dan air pada
tubulus ginjal, sehingga akan terjadi kenaikan kapasitas intra vaskuler serta
akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Smeltzer, S. C., & Bare,
2013).
Salah satu penyebab gangguan tidur pada klien hipertensi adalah
keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam pola istirahatnya.
Untuk mengatasi kasus tersebut, beberapa jurnal menyebutkan bahwa terapi
murotal Al-Quran dapat efektif dalam meningkatkan kualitas tidur pada klien
hipertensi. Hasil penelitian yang dilakukan Aji, (2016) menyimpulkan adanya
hubungan signifikan antara kualitas tidur dengan hipertensi pada usia lanjut di
Posyantu Lansi Dusun Jelapan Sindumartani Ngemplak Sleman. Keeratan
hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi pada usia lanjut tersebut
bersifat kuat.
Dari penjelasan sebelumnya menyebutkan bahwa klien dengan
hipertensi dapat berisiko mengalami gangguan tidur. Klien memerlukan tidur
teratur untuk melindungi fungsi tubuh mereka dan untuk mempertahankan
kualitas hidup mereka dengan cara sebaik mungkin. Perawatan untuk
gangguan tidur pada klien hipertensi termasuk penggunaan metode
farmakologis dan non farmakologis yang mudah diterapkan, praktis, dan
murah yang dapat digunakan dalam praktik keperawatan (Sarikaya, N. A., &
Oguz, 2016).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur
pada klien hipertensi yaitu terapi pengaturan tidur, terapi psikologi dan terapi
relaksasi. Terapi relaksasi yang termasuk adalah napas dalam, relaksasi otot
progresif, latihan pasrah diri, terapi musik dan aromaterapi. Murottal Al-
Quran merupakan salah satu terapi musik yang dapat didengarkan seseorang
sehingga dapat memberikan pengaruh positif (Widaryati, 2018).
Penelitian (Nadhifatus, 2018) menunjukkan bahwa ada pengaruh
terapi murottal Al Qur’an terhadap kualitas tidur pada klien hipertensi
dipengaruhi oleh kelebihan terapi murottal Al Qur’an dengan tempo yang
lambat serta harmonis lantunan Al Qur’an dapat menurunkan hormon stres,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak.
Pemberian murattal Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dapat memberikan
perasaan tenang yang dapat membantu lansia untuk tidur (Firdaus, A. N., &
Santoso, 2018). Sejalan dengan penelitian Febiyanti, Komarudin (2017)
bahwa mendengarkan murattal Al Qur‟an surat Ar-Rahman dapat
memberikan rasa optimis, damai, percaya diri dan ketenangan yang dapat
merangsang hipotalamus untuk menstimulasi kelenjar anterior pituitary
sehingga dapat menurunkan sekresi Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
yang menyebabkan sekresi hormon kortisol menurun rasa nyeri dan
kecemasan berkurang.
Berdasarkan penelitian sebelumnya berbagai cara menangani
gangguan tidur pada penderita hipertensi selama ini banyak menggunakan
terapi farmakologi obat-obatan seperti pemberian obat CTM
(Chlorphheniramin Maelat), sering mendengarkan radio, menonton tv, dan
hanya tidur-tiduran saja ditempat tidur. Namun pada intervensi ini
menekankan dengan menggunakan Murottal Al-Quran sebagai terapi untuk
tidur mereka karena kelompok kami tertarik untuk menerapkan terapi ini pada
klien kelolaan kelompok kami.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi murottal Al Qur’an terhadap kualitas
tidur.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengatasi masalah gangguan pola tidur pada pasien secara
mandiri.
b. Untuk mengurangi penggunaan obat tidur dan mencegah
ketergantungan.
c. Untuk menerapkan sebagai terapi komplementer dalam asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pola tidur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Web Of Caution (WOC)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN GANGGUAN
ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG NAKULA II RSUD K.R.M.T
WONGSONEGORO SEMARANG

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 1 Oktober 2020
Waktu : 10.00
Ruang/ RS : Nakula II/ RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

A. Identitas Klien
1. Biodata Klien
a. Nama : Ny. S
b. Tanggal lahir : 21 Juni 1978
c. Umur : 42 tahun
d. Alamat : Mranggen
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SLTA
g. Pekerjaan : Pedagang
h. Tanggal Masuk : 30 Oktober 2020
i. Diagnosa Medis : Hipertensi, Hipokalemia
j. Nomor Register : 52097*

2. Biodata Penanggungjawab
a. Nama : Tn. E
b. Alamat : Mranggen
c. Pendidikan : SLTA
d. Pekerjaan : Pedagang
e. Hubungan dengan Klien : Suami

B. Keluhan Utama
Klien mengeluh lemas, jantung berdebar, sulit tidur dan tidurnya tidak
puas
C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat keperawatan sekarang
Klien mengatakan lemas, jantung berdebar-debar, mual serta nafsu
makan menurun kemudian dibawa oleh keluarga ke Poli RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro pada hari Rabu, 30 September 2020.
Kemudian klien dirawat inap di ruang Nakula 2 dikarenakan klien
kekurangan kalium.
2. Riwayat keperawatan dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah dirawat di RS Sultan Agung 1 kali,
dirawat di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro 1 kali dan berobat jalan di
RS Pelita 1 bulan sekali. Klien menderita penyakit ini kurang lebih
sudah 10 tahun. Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi (TD:
160/90).
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengtakan anggota keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit jantung, hipertensi, diabetes, maupun penyakit yang diderita
oleh klien atau penyakit menular lainnya.

D. Pengkajian Pola Fungsional Gordon


1. Pola Manajemen dan Persepsi Kesehatan
Klien mengatakan selama ini, bila salah seorang anggota keluarga
yang sakit akan membeli obat di warung kemudian jika tidak ada
perubahan akan di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Sebelum sakit:
Sebelum sakit pola makan klien teratur 3 kali sehari dengan nasi,
sayur dan lauk. Klien tidak memiliki alergi makanan, dalam sehari
minum 6-8 gelas air putih.
Selama sakit:
a. Antropometri: TB : 153 cm, BB : 47 kg
b. Clinical Sign: terlihat lemas dan sedikit pucat.
c. Diet: Makanan lunak, makanan tidak habis, hanya memakan ¼
porsi makanan yang diberikan oleh ahli gizi
3. Pola Eliminasi
BAB sebelum sakit
1. Frekuensi : sehari 1 x teratur setiap pagi
2. Konsistensi : lembek
3. Warna : kuning kecoklatan
4. Tidak pernah menggunakan pencahar
BAB selama sakit
Klien mengatakan klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek
BAK sebelum sakit
Pasien kesehariannya BAK 5-6 x sehari
BAK selama sakit
Pasien kesehariannya BAK 5-6 x sehari
4. Pola istirahat dan tidur
Lama tidur sebelum sakit:tidur 6 – 7 jam/ hari, tidak pernah tidur
siang, tidak mengonsumsi obat tidur.
Lama tidur selama sakit : tidur 3-4 jam/hari, klien sulit tidur, sering
terjaga dan tidak nyaman dengan lingkungan dirumah sakit
5. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit ADL klien dapat dilakukan secara mandiri. Selama
sakit aktivitas klien hanya bisa di tempat tidur. Dalam memenuhi
kebutuhan ADL klien memerlukan bantuan keluarga.
6. Pola peran dan hubungan
Klien tinggal serumah dengan suami dan anak laki-laki nya.
Hubungan klien dengan keluarga baik.
7. Pola persepsi kognitif dan sensori
Klien sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya dan klien
selalu bersiap ke rumah sakit jika penyakitnya sewaktu-waktu
kambuh.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Klien selalu optimis jika penyakitnya akan segera sembuh jika pasien
meminum obat dan beristirahat dengan baik selama di rumah sakit.
9. Pola seksual dan reproduksi
Klien berjenis kelamin permpuan.
Sikap: kooperatif
10. Pola mekanisme koping
Klien mengatakan dukungan keluarga merupakan hal yang sangat
penting karena dengan dukungan keluarga pasien merasa semua yang
dialaminya akan baik-baik saja dan pasien selalu mendiskusinya setiap
masalah yang dialaminya bersama suaminya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam, selama sakit klien tidak bisa menjalankan
ibadahnya seperti sholat, klien hanya berdoa diatas tempat tidurnya.

E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Composmentis
Glasgow Coma Scale: E: 4 , V: 5, M: 6
Tanda-Tanda Vital:
1. Tekanan Darah : 160/ 90mmHg
2. Nadi : 115 x/menit
3. Frekuensi napas : 22 x/menit
4. Suhu : 37 0C
Pemeriksaan Head to Toe:
1. Kepala
Bentuk kepala mesocephal, rambut beruban dan rontok , tidak ada
benjolan
Wajah : pucat
Mata : simetris, sklera bening, terlihat lingkar kehitaman di area
sekitar mata
Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip dan fungsi
penciuman baik
Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis di mulut.
2. Leher
Leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3. Thorax
a. Jantung
Inspeksi: tidak tampak ictus cordis di inter costa ke-5
midklavikula sinistra.
Palpasi : Teraba ictus cordis di inter costa ke-5 midklavikula
sinistra.
Perkusi: suara pekak di area jantung.
Auskultasi: terdengar bunyi jantung S1 dan S2.
b. Paru
Inspeksi : dada simetris, terdapat pengembangan dada.
Palpasi : pengembangan dada simetris, tidak terdapat
benjolan.
Perkusi : suara sonor di lapang paru.
Auskultasi : suara vesikuler diseluruh lapang paru.
4. Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas.
Auskultasi : terdengar bising usus 10 x/menit.
Perkusi : terdengar suara timpani..
Palpasi : tidak ada benjolan.
5. Genitourinaria
Terlihat bersih, tidak terpasang kateter
6. Ekstremitas
Ekstremitas atas :
Tangan kanan: kekuatan otot 5
Tangan kiri : teerpasang infus RL 20 tpm, kekuatan otot 5
Ekstremitas bawah :
Kaki kanan : kekuatan otot 5
Kaki kiri : kekuatan otot 5
Kanan Kiri
5 5
5 5

F. Pemeriksaan Diagnostik
Tidak terkaji
G. Program Terapi
1. Infus
- Ringer Laktat 20 tpm
- KCL 1 flash 2 siklus
2. Oral
- KSR 2x1 kapsul
- Candesartan 1x16 mg

II. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Daftar Masalah
Tanggal/Ja Masalah
No Data Fokus
m Keperawatan
1 Kamis, 1 DS: Gangguan pola tidur
Oktober 2020  Klien mengatakan sulit b.d hambtan
tidur dan sering terjaga lingkungan
 Klien mengatakan tidak
puas dengan waktu
tidurnya selama
dirumah sakit
 Klien mengatakan tidak
nyenyak tidurnya
DO:
 Klien terlihat lemas
 Terlihat kehitaman di
area sekitar mata
 Pasien tidur selama 3-4
jam tiap hari
 TD: 160/90mmHg
 HR : 115 x/menit

III. PERENCANAAN
TGL/ JAM No. Diagnosa Tujuan Intervensi TTD
Keperawatan
Kamis, 1 1 Gangguan pola Setelah dilakukan a. Identifikasi faktor
oktober 2020 tidur b.d tindakan keperawatan pengganggu tidur
10.30 WIB hambtan 3x24jam diharapkan b. Identifikasi
lingkungan pola tidur klien makanan dan
membaik minuman yang
Dengan kriteria hasil: mengganggu tidur
a. Klien tidak (mis, kopi)
mengeluh sulit c. Modifikasi
tertidur dan sering lingkungan
terjaga lagi (mis,pencahayaan,
b. Klien terlihat lebih keheningan dan
segar dan tidak tempat tidur)
pucat lagi d. Fasilitasi
c. Klien mengatakan menghilangkan
dapat tertidur stress sebelum
dengan nyenyak tidur
selama 6-8 jam dan (mendengarkan
puas dengan waktu musik penghantar
tidurnya tidur)
d. Tekanan darah e. Monitor tanda-
klien dalam rentan tanda vital klien
normal.

INTERVENSI JURNAL
NO. PENULIS TAHUN JUDUL HASIL
1 Sasongko Priyo 2016 Pengaruh Terapi Hasil penelitian menunjukan
Dwi Oktora1, Iwan Murottal Al
bahwa terdapat perbedaan yang
Purnawan2, Deny Qur’an Terhadap bermakna antara kualitas tidur
Achiriyati3 Kualitas Tidur
sebelum dan sesudah pemberian
Lansia terapi murottal Al Qur’an (p
Di Unit
value 0,000; α = 5%). Sedangkan
Rehabilitasi pada kelompok control tidak ada
Sosial Dewanata perbedaan yang bermakna antara
Cilacap kualitas tidur sebelum dan
sesudah pengamatan (p value
0,083 ; α = 5). Hal ini terlihat
pada saat penelitian, dimana
lansia yang telah mendapatkan
perlakuan merasa mengantuk
hingga tertidur.
2 Ricky Riyanto 2020 Terapi Murotal Hasil Penelitian pada subjek I
Iksan1, Eni Dalam Upaya dan II dapat dilihat perbedaan
Hastuti2 Meningkatkan hasil akan tetapi keduanya
Kualitas Tidur mengalami penurunan frekuensi
Lansia terbangun dan durasi
mendengarkan murottal denagn
hasil sebagai berikut, subjek II
mengalami proses tidur dari
terapi murottal yang lebih cepat
yakni dengan mendengarkan
murottal 12 menit 27 detik subjek
mampu tertidur sedangkan subjek
I mengalami proses tidur diwaktu
13 menit 25 detik. Terapi
Murottal Al-Quran ini juga bisa
dilakukan secara rutn saat jam
menjelang tidur sehingga
meningkatkan kualitas tidur
lansia, ketenangan yang
ditimbulkan dari pemberian
terapi murottal membuat lansia
nyaman dan rileks sehingga
terjadi peningkatan pada kualitas
tidur lansia.
3 Rahmawati Dian 2019 Efektifitas Terapi Hasil penelitian menunjukan
Nurani, Erna Murottal Al peningkatan kualitas tidur dengan
Rachmawati, Qur’an Terhadap p-value= 0,000 (p<0,005).
Nurchayti Kualitas Tidur Terdapat efektifitas murrotal Al
Pada Pasien Qur’an dalam peningkatan
Hemodialisa kualitas tidur pasien hemodialisa.
4 Suryadi Imran 2019 Pengaruh Terapi Hasil penelitian ini menunjukkan
Murottal Al- adanya pengaruh terapi murottal
Qur’an Terhadap Al-Qur‟an terhadap kualitas tidur
Kualitas Tidur setelah intervensi (p=0,01;
Lansia Di Pstw α=5%) dan pada hasil uji analisis
Kota Jambi kelompok kontrol dengan
intervensi (post test) (p=0,018;
α=5%). Hal ini menunjukkan
bahwa hasil pengukuran kualitas
tidur mengalami kenaikan rata-
rata antara sebelum dan sesudah
intervensi. Dimana lansia yang
telah mendapatkan perlakuan
merasa mengantuk bahkan ada
yang hingga tertidur saat
diberikan intervensi.
5 Masita Aprilini, 2019 Efektivitas Hasil pengujian data
Ahmad Yasser Mendengarkan menggunakan uji Wilcoxon
Mansyur, Ahmad Murottal Al- memperoleh taraf signifikansi
Ridfah Quran Dalam sebesar 0,031 (p<0,05), rata-rata
Menurunkan skor prates adalah 17,6, dan rata-
Tingkat Insomnia rata skor pascates adalah 11,6.
Pada Mahasiswa Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa mendengarkan murottal
Al-Quran dapat menurunkan
tingkat insomnia pada
mahasiswa.
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/ Kode Tindakan Respon pasien TTD
Jam Dx.
1 okt 1 - Mengidentifikasi faktor S : klien mengatakan kurang
2020 pengganggu tidur nyaman tidur di lingkungan
11.00 rumah sakit karena bising
O : klien tidur hanya 3-4 jam
sehari, sering terbangun dan
terjaga

11.05 - Mengidentifikasi S : klien mengatakan tidak


makanan dan minuman mengonsumsi makanan diluar
yang mengganggu tidur yang diberikan rumah sakit dan
(mis, kopi) tidak mengonsumsi minuman
selain air putih
O:-

14.00 - Memodifikasi S : klien mengatakan bersedia


lingkungan untuk menutup tirai pembatas
(pencahayaan, dan mematikan lampu saat ingin
keheningan dan tempat tertidur
tidur O:-

- Memfasilitasi S : klien mengatakan bersedia


20.00 menghilangkan stress untuk mendengarkan musik
sebelum tidur penghantar tidur
(mendengarkan Murrotal O : klien mendengarkan murotal
Al-Quran) alquran dari handphone nya
sebelum tidur

S : klien mengatakan bersedia


saat dilakukan pengecekan
- Memonitor tanda-tanda tanda-tanda vital
20.00 vital klien O : TD : 150/90
HR : 98x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,6 oC
2 okt 1 - Mengidentifikasi apakah S : klien mengatakan sudah
2020 klien masih sukar untuk mulai beradaptasi tidur di
09.00 tidur lingkungan rumah sakit
O : klien tertidur 4 jam sehari

11.00 - Menganjurkan klien untuk S : klien bersedia untuk


tetap menutup tirai menutup tirai pembatas ruangan
pembatas dan mematikan dan mematikan lampu jika ingin
lampu saat ingin tidur tertidur
O : klien kooperatif

11.00 - Memfasilitasi S : klien mengatakan sebelum


menghilangkan stress tidur klien akan mendengarkan
sebelum tidur murotal alquran
(mendengarkan Murrotal O : klien tertidur setelah
Al-Quran) mendengarkan murrrotal
tersebut

13.00 - Memonitor tanda-tanda S : klien mengatakan bersedia


vital klien saat dilakukan pengecekan
tanda-tanda vital
O : TD : 150/80 mmHg
HR : 97x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5 oC
3 okt 1 - Mengidentifikasi apakah S : klien mengatakan sudah
2020 klien masih sulit untuk beradaptasi untuk tidur
08.00 tidur dilingkungan rumah sakit
O : klien tertidur 7 jam sehari

08.00 - Menganjurkan klien untuk S : klien bersedia untuk


tetap menutup tirai menutup tirai pembatas ruangan
pembatas dan mematikan dan mematikan lampu jika ingin
lampu saat ingin tidur tertidur
O : klien kooperatif

10.30 - Menganjurkan klien S : klien mengatakan tidurnya


menghilangkan stress lebih nyenyak setelah
sebelum tidur mendengar murrotal dan merasa
(mendengarkan Murrotal puas dengan waktu tidurnya
Al-Quran) saat ini.
O : klien tertidur setelah
mendengarkan murrotal,

- Memonitor tanda-tanda S : klien mengatakan bersedia


vital klien saat dilakukan pengecekan
tanda-tanda vital
12.00 O : TD : 140/70
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5 oC
V. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI
TGL/ JAM KODE DX. SOAP TTD
Kamis, 1 okt 1 S: Klien mengatakan masih sulit tidur
2020 O: klien tertidur 3-4 jam sehari
16.30 Klien terlihat masih lemas
TD : 150/90mmHg
HR : 98x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,6 oC
A: Gangguan pola tidur
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Mengidentifikasi apakah klien masih
sukar untuk tidur
b. Menganjurkan klien untuk tetap menutup
tirai pembatas dan mematikan lampu saat
ingin tidur
c. Memfasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur (mendengarkan musik
penghantar tidur)
d. Memonitor tanda-tanda vital klien
Jumat, 2 okt 1 S : Klien mengatakan sudah mulai bisa
2020 beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit
14.00 O : - T : 36,5 oC
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Mengidentifikasi apakah klien masih
sulit untuk tidur
b. Menganjurkan klien untuk tetap menutup
tirai pembatas dan mematikan lampu saat
ingin tidur
c. Menganjurkan klien menghilangkan
stress sebelum tidur (mendengarkan
musik penghantar tidur)
d. Memonitor tanda-tanda vital klien
Sabtu, 3 okt 1 S:
2020 - klien mengatakan sudah bisa tertidur
14.00 dengan nyenyak
- Klien mengatakan puas dengan waktu
tidurnya saat ini
O:
- klien tertidur 7 jam sehari
- Klien terlihat lebih segar dan tidak pucat
- TD : 140/70
- HR : 90x/menit
- RR : 20x/menit
- T : 36,5 oC
A : masalah teratasi
P :hentikan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa kasus
Klien bernama Ny. S usia 42 tahun dengan Hipertensi dan
Hipokalemia. Masuk rumah sakit pada tanggal 30 Oktober 2020 dengan
keluhan lemas, jantung berdebar, mual, sulit tidur dan nafsu makan
menurun. Sebelumnya klien sudah pernah dirawat dengan keluhan dan
penyakit serupa di RS Sultan Agung 1 kali, di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro 1 kali dan berobat jalan di RS Pelita 1 bulan sekali.
Penyakit ini sudah diderita klien selama kurang lebih 10 tahun. Pada
anggota keluatga klien, tidak ada yang memiliki penyakit kronis seperti
hipertensi, jantung, diabetes militus, dan lainnya.
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Gejala-gejala
yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing
atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal,
sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang hingga mimisan (keluar darah di hidung). Sedangkan
hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah
dibawah 3.5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium
total di tubuh, yang memiliki gejala mual muntah, diare, poliuria, fatigue,
nyeri otot dan kelemahan otot skeletal. Pada hipertensi, kemungkinan
penyebab penderita sulit untuk tidur disebabkan karena jantung yang terus
bekerja keras dan tidak berada dalam kondisi rileks. Akan tetapi pada
kasus gangguan tidur dapat juga disebabkan oleh faktor lain, seperti jika
pada klien dirumah sakit gangguan tidur dapat disebabkan oleh keadaan
lingkungan yang menggangu dan kurang nyaman yang tidak mendukung
untuk kegiatan istirahat tidur.
B. Analisa Intervensi Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pola tidur
dapat dilakukan dengan menerapkan EBNP (Evidence Based Nursing
Practice) yaitu terapi murottal Al Qur’an. Pada klien Ny. S pemberian
terapi terapi murottal Al Qur’an untuk meningkatkan kualitas tidur klien,
sehingga klien merasa puas dengan waktu tidurnya. Hal ini sejalan
dengan penelitian Imran (2019), yang menunjukkan adanya pengaruh
terapi murottal Al-Qur‟an terhadap kualitas tidur setelah intervensi
(p=0,01; α=5%) dan pada hasil uji analisis kelompok kontrol dengan
intervensi (post test) (p=0,018; α=5%). Hasil pengukuran kualitas tidur
mengalami kenaikan rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi.
Dimana lansia yang telah mendapatkan perlakuan merasa mengantuk
bahkan ada yang hingga tertidur saat diberikan intervensi.
Penelitian lain dilakukan oleh Ikhsan dan Hastuti (2020),
menunjukan penurunan frekuensi terbangun dengan mendengarkan terapi
murottal Al-Qur‟an, subjek II mengalami proses tidur dari terapi
murottal yang lebih cepat yakni dengan mendengarkan murottal 12 menit
27 detik subjek mampu tertidur sedangkan subjek I mengalami proses
tidur diwaktu 13 menit 25 detik. Terapi Murottal Al-Quran ini juga bisa
dilakukan secara rutn saat jam menjelang tidur sehingga meningkatkan
kualitas tidur lansia, ketenangan yang ditimbulkan dari pemberian terapi
murottal membuat lansia nyaman dan rileks sehingga terjadi peningkatan
pada kualitas tidur lansia. Pada penelitian Oktora et. al (2016) juga
menunjukan bahwa terapi murottal Al-Qur’an memiliki pengaruh
terhadap kualitas tidur, dibuktikan dimana pada lansia yang telah
mendapatkan perlakuan terapi murottal Al-Qur’an merasa mengantuk
hingga tertidur.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pada Ny. N
dengan hipertensi dan dengan diagnosa keperawatan gangguan istirahat
tidur dapat dilakukan intervensi terapi murotal Al-Quran karena dapat
meningkatkan kualitas tidur pada klien hipertensi.intervensi yang
dilakukan kepada klien yaitu dengan terapi Murottal Al Qur’an untuk
membantu meningkatkan kualiats tidur klien. Respon klien setelah
dilakukan tindakan klien mengatakan sudah bisa tertidur dengan nyenyak
dan puas dengan waktu tidurnya saat ini.

B. Saran
1. Diharapkan petugas rumah sakit dapat menerapkan terapi murotal Al-
Quran sebagai salah satu evidence based nursing practice teknik non
farmakologi dalam meningkatkan kualitas tidur klien.
2. Diharapkan pasien dan keluarga dapat menggunakan terapi murotal Al-
Quran untuk membantu klien dalam meningkatkan kualitas tidur pada
klien dengan gangguan pola tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Aji. (2016). Hubungan Kualitas Tidur dengan Hipertensi pada Usia Lanjut di
Posyandu Lansia Dusun Jelapan Saindumartani Ngemplak Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2018). Profil Kesehatan Kota Semarang 2018.
Firdaus, A. N., & Santoso, T. B. (2018). Pengaruh Perbedaan Murrotal Al-Quran
Surat Ar-Rahman dan Musik Kerocong terhadap Peningkatan Kualitas
Tidur Usia Lanjut di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta.
Hatma, H. (2018). Relaksasi untuk Mengurangi Stress pada Penderita Hipertensi
Esensial. Humanitas, 12(1), 12–28.
Nadhifatus, S. (2018). Penerapan Terapi Murrotal Al Qur’an Surah Ar Rahman
78 Ayat pada Lansia dengan Gangguan Pola Tidur di Ruang Baitulizzah 1
Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
Organization, W. H. (2015). A Global Brief on Hypertension: Silent Killer.
Global Public Health Crisis.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Rober, & K. (2015). Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Guru di SD Gimim IV Tomohon. Keperawatan Indonesia,
3(1), 355.
Sarikaya, N. A., & Oguz, S. (2016). Effect of Passive Music Therapy on Sleep
Quality in Elderly Nursing Home Residents. Journal of Psychiatric Nursing.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Widaryati, W. (2018). Pengaruh Terapi Murrotal Al Qur’an Terhadap
Hemodinamik dan GCS Pasien Cedera KEpala. Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan Aisyiyah.
LOGBOOK

No Hari/Tanggal Aktifitas Hal yang Kendala Rencana Paraf


Diperoleh Kegiatan
Selanjutnya
1. Senin, 05 Hari ini adalah Kontrak Belum Membuat WOC
Oktober 2020 minggu kedua Belajar mendapatkan
saya menjalani kasus kelolaan
praktik stase
KDP secara
online. Yang
saya lakukan
hari ini yaitu
membuat
kontrak belajar
untuk minggu
kedua. Saya juga
menghubungi
dosen
pembimbing
untuk
melakukan pre
conference,
tetapi dosen
pembimbing
belum bisa.
2. Selasa, 06 Kegiatan yang WOC (Web Data Membuat
Oktober 2020 saya lakukan Of pengkajian logbook,
hari ini adalah Cousation) pasien yang menyusun
membuat WOC tentang didapatkan oleh asuhan
(Web Of gangguan perwakilan keperawatan
Cousation) kebutuhan teman yang
tentang dasar rasa hands on tidak
gangguan aman komplit jadi
kebutuhan dasar nyaman harus
aman nyaman melakukan
dan mulai cross check
menyusun ulang
asuhan
keperawatan

3. Rabu, 07 Kegiatan hari ini Tersusunnya Pengkajian Mengaplikasika


Oktober 2020 yaitu saya logbook, kurang n rencana
membuat tersusunnya menyeluruh tindakan yang
logbook, pengkajian karena telah dibuat,
menganalisis dan rencana pegkajian melakukan pre
kasus yang telah tindakan dilakukan oleh conference
diberikan pada pasien beberapa teman dengan dosen
yang bersedia pembimbing
hands on ke akademik
rumah sakit,
tidak dapat
mengkaji
pasien secara
langsung
4. Kamis, 08 Mengaplikasika Tersusunya Data kurang Membuat video
Oktober 2020 n rencana askep pada lengkap, tindakan
tindakan yang hari pertama sehingga dalam pemenuhan
telah dibuat, penyusunan kebutuhan dasar
melakukan pre askep
conference terkendala
dengan dosen
pembimbing
akademik
5. Jum’at, 09 Membuat video Terbentukny Mempersiapkan Melanjutkan
Oktober 2020 tindakan a video alat yang intervensi dan
pemenuhan tindakan digunakan evaluasi pada
kebutuhan dasar pemenuhan dalam tindakan yang
dan melakukan kebutuhan pembuatan telah diberikan
intervensi dasar, vidio
lanjutan hari tersusunya
sebelumnya LK hari
kedua namun
belum selesai
6. Sabtu, 10 Kegiatan yang Tersusunya - Melakukan post
Oktober 2020 saya lakukan LK conference
hari ini yaitu
melakukan
intervensi
lanjutan dan
evaluasi

Daftar Pencapaian Kompetensi Ketrampilan Klinik


Nama : Dina Arifa
Rosalia
Nim :
P1337420920131
Ruang : Nakula I
Stase : KDP

No Hari/tanggal/jam Ketrampilan yang Keterangan Tanda


dilakukan Pencapaian tangan
Preceptor
1. Selasa/ 29 September Pemasangan Cateter Independen
2020/ 09.00
Urine
https://drive.google.com
/file/d/1tmnoBLE2indv
QcdNrO1QFy7ysgBWh
iEC/view?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai