DISUSUN OLEH:
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahka rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hidronefrosis Di Rs K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang.
Pada kesempatan ini perlu penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, terutama
kepada :
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
ABSTRAK................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................5
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Analisa Kasus......................................................................................................21
3.2 Analisa Intervensi Keperawatan.........................................................................22
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................23
4.2 Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap
ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari
ginjal dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan
mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke
dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan
ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan
hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara
perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung
lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih
ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot
yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis
banyak terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan
hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang
secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir
bila kehamilan berakhir. Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi
yang ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi,
dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
6
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian :30 Oktober 2019 Praktikan : Anggraeni Beti D L
Jam : 11.00 WIB NIM : P1337420919095
Ruang : Prabu Kresna
1. BIODATA PASIEN
Nama pasien : Ny. V
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Grobogan
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal masuk : 28 Oktober 2019
Diagnosa Medis : Hidronefrosis Dextra
3. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada daerah perut dan belum tau penyakitnya.
7
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 28 Oktober 2019 pukul 09.00
WIB karena klien merasakan sakit perut dan tidak bisa BAB.
c. Riwayat Keperawatan Dahulu
Klien mengatakan pernah dirawat di rswn 3 tahun yang lalu karena menderita
kolesterol.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit jantung, DM serta
penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS dan hepatitis dan TB paru.
8
d. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit, pasien biasa tidur 8 jam/hari dari jam 23.00-04.00 WIB. Selama
dirawat pasien mengatakan tidur 10 jam / hari dengan jam tidak menentu.
e. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien melakukan aktivitas dari yang ringan sampai berat. Pasien
bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri. Pasien juga dapat bekerja dengan
baik tanpa hambatan mobilisasi. Selama sakit, pasien tampak melakukan
aktifitasnya diatas tempat tidur dan mengatakan takut untuk bergerak karena nyeri,
pasien mampu minum sendiri dengan botol dan sedotan dan masih bergantung
orang lain dalam memenuhi kebutuhannya seperti makan, BAB, dan lain-lain.
Pasien mengatakan sering muncul perasaan nyeri ketika hendak merubah posisi
tidurnya.
Berikut penilaian pola aktivitas dan latihan menurut indek Bartel pada Ny.V
selama dirawat di Ruang Prabu Kresna:
No Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
2
mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
1
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, 0
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
1
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan
(Bowel) tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 0
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu 0
9
(Bladder) enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
1
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang) 2
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang 3
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2
2 = Mandiri
Total 12
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Maka Ny.V dalam hal ini dapat dikategorikan kedalam ketergantungan ringan
dengan total skor sebesar 12.
f. Pola hubungan dan peran
Pasien adalah seorang IRT. Saat dikaji, pasien dapat berkomunikasi dan bisa
memfokuskan perhatian pada perawat.
g. Pola sensori dan kognitif
10
Pasien mengatakan hanya mengetahui jika di diagnosa betu ginjal belum
mengetahui penyebabnya.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Gambaran diri : Pasien mengatakan mengerti akan kondisi yang sekarang,
pasien menganggap kejadian yang menimpa dirinya sebagai musibah yang sudah
Tuhan atur.
Ideal diri : Pasien ingin menjadi seorang ibu dan istri yang baik.
Harga diri : Pasien terlihat berani serta menerima kondisinya sekarang
Identitas diri : Pasien merupakan seorang perempuan yang berumur 32
tahun, berstatus menikah memiliki 2 orang anak laki-laki.
Peran diri : Pasien merupakan ibu dari kedua anak laki lakinya.
i. Pola seksual dan reproduksi
Pasien sudah menikah dan merasa tidak ada masalah pada pola seksual dan
reproduksinya.
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Pasien adalah tipe orang yang terbuka. Pasien selalu berkomunikasi dengan
suaminya jika ada masalah atau keluhan yang dihadapi.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien tidak mampu menjalankan ibadah sholat selama dirawat di rumah sakit.
11
5. PEMERIKSAAN FISIK
1.) Kesadaran : Compos mentis
E4V5M6GCS=15
2.) Tanda – tanda vital :
- Tekanan darah : 113/64 mmHg
- nadi : 49 kali/menit
- suhu : 36°C
- RR : 20 kali/menit reguler
3.) Kepala : bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi, kulit kepala bersih.
a. Rambut
Inspeksi : bersih, tidak berbau, rambut berwarna hitam
b. Mata
Inspeksi :sclera putih, konjungtiva anemis, refleks pupil isokor
c. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada kotoran ,tidak terdapat polip, tidak terdapat
secret dan bersih
d. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir normal, tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, bibir simetris, gusi bersih, gigi bersih dan tidak ada caries.
e. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan telinga, tidak ada penumpukan
serumen, tidak memakai alat bantu pendengaran.
4.) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada lekukan dan massa
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
5.) Thorax
a. PARU-PARU
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pencembungan dan tidak ada penarikan
abnormal
Palpasi : Pergerakan simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal depan dan
belakang, kanan dan kiri
Perkusi paru : Sonor dikedua lapang paru dari apex sampai basal
12
Auskultasi paru : Vesikuler, terdengar di semua lapang paru, tidak ada suara
tambahan
b. JANTUNG
Inspeksi jantung : Iktus tidak tampak
Palpasi jantung : Iktus teraba di IC V medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normaldan tidak ada suara tambahan
6.) Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen.
Auskultasi : terdapat suara gerakan peristaltik, bising usus terdengar 12x per menit
Palapasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : timpani
7.) Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas
Inspeksi :tidak ada fraktur.
Palpasi : capillary refil 2 detik
Pengkajian nyeri :
P : nyeri muncul/bertambah saat pasien melakukan post op
Q :nyut nyutan
R :perut
S:6
T: hilang timbul dengan durasi kurang lebih 2-3 menit
b. Ekstremitas Bawah
Inspeksi :tidak ada lesi, kulit tampak bersih
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
13
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I. Pemeriksaan Laboratorium Patologik Klinik (Hematologi)
Hasil pemeriksaan laborat Tn. V pada 28 Oktober 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
URIN
Urin Rutin
Makroskopis
Warna Kuning
Kekeruhan Keruh
pH 6,0 4,8-7,8
Protein Negatif Negatif
Reduksi POS (2+) Negatif
Mikroskopis
Lekosit 2-4
Eritrosit >30
Silinder NEG
Epithel 20-25
Kristal Negatif
Amorf Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Bakteri Pos (1+) Bakteri
Trikhomonas Negatif
Lain-lain Negatif
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
PPT
Pasien L 9,1
Kontrol 10,7 detik
INR 0,78 detik 11,0-15,0
PTTK/APTT
Pasien 37,0 detik
Kontrol 24,7 detik 26,0-34,0
Imunologi
HbsAg Kualitatif Negatif Negatif
14
III. Terapi
1. RL 20 tpm
2. Inj Cefriaxon 2x1
3. Inj Omeprazole 2x40 mg
4. Inj Dexketoprofen 3x1
5. Inj Hyoscine 3x1
15
ANALISA DATA
No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi TTD
1. Selasa DS: Pasien mengatakan belum Defisien Kurang
30 Oktober paham mengenai penyebab Pengetahu informa
2019 penyakitnya. an si
Pukul 11.00
DO :
Pasien tampak masih kebingungan
ketika diberikan pertanyaan
mengenai penyakitnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
16
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
3. Konstipasi b.d asupan serat kurang
C. Intervensi Keperawatan
No Waktu TTD
Rencana
. (Tgl/Jam Tujuan & Kriteria (NOC)
(NIC)
Dx )
1. Rabu 30 Setelah dilakukan tindakan o Bina hubungan yang
Oktober keperawatan selama 2 x 24 baik.
2019 jam diharapkan pasien o Kaji tingkat
Pukul meningkat pengetahuan nya pengetahuan klien.
09:00 dengan kriteria hasil : o Berikan pendidikan
Pasien menyatakan paham kesehatan tentang
tentang penyakit nya. hidronefrosis.
Pasien dapat menjelaskan o Evaluasi pengetahuan
kembali apa yang klien.
dijelaskan perawat.
17
berkurang menjadi 2 teknik
Mampu mengenali nyeri nonfarmakologi :
(skala, intensitas, frekuensi nafas dalam,
dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi,
Tanda vital dalam rentang kompres hangat
normal atau dingin.
TD : sistol 100-120 3. Berikan analgetik
mmHg, diastol 80-90 untuk mengurangi
mmHg nyeri
RR : 16-22 x permenit 4. Monitor vital sign
HR : 80-100 x permenit
Suhu : 36-37O C
18
D. Implementasi
Diagnosa Waktu Implementasi Respon pasien TTD
Defisiensi 30/10/19 1. Membina hubungan DS: -
pengetahuan b.d 11.00 yang baik. DO: Klien kooperatif
kurang informasi
2. Mengkaji tingkat DS: klien mengatakan
pengetahuan klien. hanya tau jika
penyakitnya batu ginjal.
DO: klien tampak masih
kebingungan.
3. Memberikan
DS: klien bersedia
pendidikan kesehatan
diberikan pendidikan
tentang
kesehatan
hidronefrosis.
DO: klien kooperatif
4. Mengevaluasi
DS:-
pengetahuan klien.
DO: klien tampak dapat
menjawab pertanyaan
dari perawat mengenai
pendidikan kesehatan
yang sudah diberikan.
Konstipasi b.d 30/10/19 1. Mengidentifikasi DS: klien mengatakan
asupan serat kurang 11.00 faktor penyebab kurang memakan buah
konstipasi DO: -
19
DO:-
20
DO :
Tekanan darah : 113/64
mmHg
Nadi : 49 kali/menit
Suhu : 36°C
RR :20 kali/menit
regular
E. Evaluasi
Diagnosa
Tanggal/Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
S: Pasien mengatakan paham mengenai
penyakitnya sekarang.
Defisien O: Pasien tampak bisa menjawab pertanyaan yang
30 Okt 2019 Pengetahuan b.d
kurang informasi diajukan perawat.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan pengetahuan pasien
S: Pasien mengatakan paham dengan makanan yang
tepat untuk dikonsumsi saat belum BAB.
Konstipasi b.d
30 Okt2019 O: Pasien tampak kooperatif
asupan serat kurang
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi tentang konstipasi yang lain
31 Okt 2019 Nyeri akut b.d agen S :Pasien mengatakan nyeri di perut sudah
cidera fisik berkurang.
Esktremitas atas
P : nyeri muncul/bertambah saat pasien melakukan
post op
Q : nyut nyutan
R : perut
S:4
T: hilang timbul dengan durasi kurang lebih 2-3
menit
O:
- Klien tampak rileks
Tekanan darah : 108/90 mmHg
Nadi : 50 kali/menit
Suhu : 36°C
21
RR : 20 kali/menit reguler
A : Nyeri teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
22
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2019 jam 07.00 WIB di
ruangan Prabu Kresna di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Pasien
berumur 32 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah menikah, pendidikan
terakhir SMA, agama islam dan bahasa sehari-hari yang digunakan adalah
bahasa Jawa, pasien bekerja sebagai seorang IRT. Pada kasus diatas yang
menjadi alasan masuk pasien yaitu pasien masuk dengan dibawa ke IGD oleh
keluarganya karena pasien mengeluh nyeri pada perutnya dan pasien
mengeluh tidak bab.
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh
obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang
menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif
jaringan ginjal (Gibson, 2003). Hidronefrosis adalah pembesaran ginjal
akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat.
Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung
kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis
ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim ginjal (Price, 2001).
Pasien pernah dirawat di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro pada tahun
2016 karena pasien menderita kolesterol.Pemeriksaan fisik yang penulis
dapatkan meliputi tanda-tanda vital klien, dengan tekanan darah 113/64
mmHg, nadi 49 kali/menit, suhu 36°C, respirasi 20 kali/menit, tinggi badan
160 cm, berat badan 73 kg.
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada
sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi, lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke
bawah, batu di dalam pelvis renalis, penekanan pada ureter oleh jaringan
fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal, dan tumor.
23
B. Analisa Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.
Selama perencanaan, dibuat prioritas, berkolaborasi dengan klien dan
keluarga, berkolaborasi dengan tim perawat, menelaah literatur yang
berkaitan, modifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang
kebutuhan perawatan kesehalan klien.
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan hidronefrosis di
bangsal Prabu Kresna RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang ini
melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga dapat bekerja
sama dalam memberikan asuhan keperawatan secara optimal. Dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis melakukan tindakan secara mandiri,
tindakan kolaborasi dengan dokter dan tim lainnya.Intervensi yang dapat
diberikan yaitu melakukan tindakan guided imagery. Saat melakukan
tindakan guided imagery Ny.V tampak kooperatif dan dapat melakukan
dengan penuh konsentrasi.
24
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian pada Ny.V didapatkan data alasan masuk karena pasien
merasakan nyeri pada perut dan pasien mengeluh tidak bisa bab. Setelah
dilakukan pengkajian dan melakukan tindakan, dapat disimpulkan bahwa
tindakan guided imagery dapat menurunkan nyeri pada pasien hidronefrosis
post urs dengan kolaborasi tindakan farmakologi yaitu diberikan obat.
B. Saran
Perawat sebagai educator bagi pasien diharapkan dapat memberikan
perawatan yang optimal pada pasien.
25
DAFTAR PUSTAKA
N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3.
Jakarta : EGC. Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat.
Jakarta: EGC.
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. Jakarta:
EGC
26