Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Pada Sistem Pencernaan Dengan Kasus

Gastroenteritis

Nama Kelompok:
1. Dinda Fadillah Putranti (1801058)
2. Dwy Meisaro (1801059)
3. M Zainul Abidin (1801073)
4. Nurul Ida milyati (1801080)
5. Rizka Aliyah Jannah (1801085)
6. Wahyu Dwi Arini (1801094)

Jl. KH. Mansyur No.207, Tembokrejo, Kec. Purworejo, Kota Pasuruan,


Jawa Timur 67118
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gastroenteritis hingga kini masih merupakan salah satu penyakit
utama pada bayi dan anak di indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar
diantara 150-430 / seribu penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang
telah dilaksanakan, angka kesakitan di RS dapat ditekan menjadi < dari 3 %.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat dari pada gasteroentritis, karena
istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini
hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung
jarang mengalami peradangan.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak
normal dan cair. Dibagian IKA FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang air
besar yang tidak normal / bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi BAB sudah
lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur > 1 bulan dan anak, bila
frekuensi sudah > 3 kali.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mendapatkan hasil
diskusi dari pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan gastroenteritis.

Tujuan Khusus
Memahami konsep teori yang telah diajarkan,ini adalah salah satu
dari mata ajar keperawatan medikal bedah.
Melaksanakan pengkajian pada kasus gangguan sistem pencernaan:
gastroenteritis
Merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus gastroenteritis
Menyusun rencana keperawatan pada kasus gastroenteritis
Melaksanakan tindakan keperawatan pada kasus gastroenteritis
Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada kasus
gastroenteritis
Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada kasus
gastroenteritis

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
(Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak
dari biasanya (FKUI,1965).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari.
Inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley
& Wong’s,1995).
Kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan
oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995
).
Gastroenteritis atau diare adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana
frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200-250
gram (Syaiful Noer, 1996). Istilah gastroenteritis digunakan secara luas
untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/atau
muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi
dalam lambung dan usus.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gastroentritis
adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang
disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

B. Jenis
Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang
dengan mudah ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan
laboratorium tidak diperlukan. Empat jenis klinis diare antara lain:
Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama
beberapa jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan
berat badan jika tidak diberikan makan/minum.
Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan
usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan
malnutrisi (kurang gizi), dan komplikasi lain termasuk dehidrasi.
Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya
utama adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus
halus, dehidrasi juga bisa terjadi.
Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya
utama adalah infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal
jantung, serta defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral.
Berdasarkan onset terjadinya, diare dibedakan menjadi:
Diare Akut: merupakan peningkatan frekuensi BAB dan perubahan dalam
konsistensi feses yang terjadi secara tiba-tiba, seringkali diakibatkan oleh
agen infeksius dalam saluran pencernaan.
Diare Kronik: didefinisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi BAB
dan air dalam feses dengan durasi lebih dari 14 hari, biasanya disebabkan
oleh kondisi kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi
saluran cerna, penuruna imunitas, alergi makanan, intoleransi laktosa,
diare non spesifik (Whaley & Wong, 1994).

C. Etiologi
1. Makanan dan Minuman.
Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong
dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan
minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama
makanan yang berlemak, terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan
tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.
2. Infeksi atau Investasi Parasit.
Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli,
Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus (Echo,
Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing
antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti
Entamoeba Histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas Hominis.
3. Jamur (Candida Albicans)
Biardia Lambia, Cryptosporidium
4. Infeksi.
Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah
Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis MediaAkut / radang dikuping),
Tonsilofaringitis (radang pada leher / tonsil), Bronchopeneumonia (radang
paru).
5. Perubahan udara.
Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak
dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena
cairan tubuh yang terkuras habis.
6. Faktor Lingkungan.
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan,
dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu
kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang
cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih
kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa
cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
D. Manifestasi Klinis
Nausea (mual ), Muntah, Demam, Diare, Nyeri perut (abdominal
discomfort), Rasa perih di ulu hati, Nafsu makan berkurang, Rasa lekas
kenyang, Perut kembung, Rasa panas di dada dan perut, Regurgitasi (keluar
cairan dari lambung secara tiba-tiba).
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam. (Kusmaul).

E. Patofisiologi
Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel yang menyebabkan
infeksi pada sel-sel mukosa usus atau melekat pada dinding usus pada
gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari
satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran
patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. Gangguan mutilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah Pertamagangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua gangguan sekresi akibat
rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketigagangguan
motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut tidak biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan
muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi
dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
Pemeriksaan Tinja
Makroskopis dan mikroskopis.
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
Pemeriksaan Darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asama basa.
Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. Komplikasi
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
Hipoglikemia.
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.

H. Tingkat Derajat Dehidrasi


Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum normal, kencing
normal.

b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan
dalam. gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata
cekung, kencing sedikit dan minum normal.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut
jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat,
pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata
cekung sekali, dan tidak mau minum.

Tabel Kebutuhan Cairan spesifik per kelompok umur


JUMLAH KEBUTUHAN
UMUR
CAIRAN
Bayi baru lahir 80 -100 mL/ Kg/ Hari
Bayi 120 – 130 mL/ Kg/ Hari
2 tahun 115 – 125 mL/ Kg/ Hari
6 tahun 90 – 100 mL/ Kg/ Hari
15 tahun 70 – 85 mL/ Kg/ Hari
18 tahun 40 – 50 mL/ Kg/ Hari

1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata


25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata
75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata
125ml/kgBB.

Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:


1. Pada bayi dan anak-anak.
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali
perhari BAB, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari
empat kali perhari BAB.
2. Pada orang dewasa.
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam
2 jam BAB.

I. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
a. Jenis cairan
Cairan dehidrasi oral (Oral Rehidration Salt)
Formula lengkap (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3,KCl
dan Glukosa.
o anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa
dehidrasi: kadar natriumnya 90 mEg/l (untuk pencegahan
dehidrasi)
o anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa
dehidrasi : kadar natriumnya 50-60 mEg/l.
Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan
Sukrosa atau Karbohidrat lain. Misalnya : larutan gula
garam/LGG (1/4 sdt + 1 sdm + 200 ml air), larutan air tajin,
garam, larutan tepung beras garam dsb. Ditujukan untuk
pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare
akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi
ringan.
Cairan parenatal
o dengan aa (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%)
o RL 9 (1 bagian RL + 1 bagian glukosa 5%)
o RL (ringen laktat)
o 3 (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian
natrium laktat 1/6 mol/l)
o DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%)
o RLG 1 : 3 ( 1 bagian RL + 3 bagian glukosa 5%)
o Cairan 4 :1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian
NaHCO3 1,5% atau 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaCl
0,9%)
b. Jalan pemberian cairan
Parenal untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila
anak mau minum dan kesadaran baik.
Intragastrik untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi
bila anak tidak mau minum atau kesadaran menurun.
Intravena untuk dehidrasi berat.
c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang menurut derajad dehidrasi pada anak di
bawah
2 tahun.
Derajad PWL NW CWL Jumlah
dehidrasi
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

d. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan


belum ada dehidrasi
o Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas
setiap kali buang air besar.
o Parental dibagi rata-rata 24 jam.
Dehidrasi ringan
o 1 jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik.
o selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
Dehidrasi sedang
o 1 jam pertama : 50-100 ml/kgBB personal atau intragastrik
o selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
Dehidrasi berat, untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3-
10 kg.
o 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 10 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13
tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml = 20 tetes)
o 7 jam kemudian : 12 ml/kg/jam atau 3 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit
(1 ml = 20 tetes.
2. Pengobatan Dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB
kurang dari 7 kg.
Jenis makanan :
- Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tak jenuh misalnya LLM, Almiron).
- Makanan setengah padat (bubur syusu) atau makanan padat (nasi
tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa
diberi makanan padat.
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktose atau susu
dengan asam lemak tak jenuh, sesuai dengan kelainan yang
ditemukan.
- Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral.Bila
diberi ASI atau susu Formula, diare masih sering, hendaknya
diberikan tambahan oralit atau air tawar selang-seling
dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu formula rendah laktosa,
1 x oralit/air tawar atau 1x ASI/susu formula rendah laktosa,
1 x oralit/air tawar.
- Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh
- Hari 6 : Dipulangkan dengan ASI (susu formula sesuai dengan
kelainan yang ditemukan dari pemeriksaan laboratorium)
Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti
SGM, Lactogen, Dancow dsb, dengan menu makan sesuai
dengan umur dan BB bayi.
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
- Asetosal
Dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
- Klorpiomazin
Dosis : 0,5 – 1 mg/kgBB/nasi
b. Obat antispasnolitik
Pada umumnya obat anti sparmolitik seperti papaverine, ekstrak
beladona, opium, laperamid dan sebagainya tidak diperlukan untuk
mengatasi diare akut.
c. Obat pengeras tinja
Obat pengeras tinja seperti kaolin, pelktin, diarcoal, tabonal dan
sebagianya tidak ada manfaat untuk mengatasi diare.
d. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare
akut, kecuali jika penyebabnya jelas seperti :
- koleksi, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari
- campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari
BAB III

ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan


penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, psikal assessment.

Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :


A. Identitas klien.

B. Riwayat keperawatan.

1.Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh


meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
2.Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyakair
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir
mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.

C. Riwayat kesehatan masa lalu.

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

D. Riwayat psikososial keluarga.

Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur
dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan
bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
E. Kebutuhan dasar.

a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari


4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.

F. Pemerikasaan fisik.

a. Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma,
suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
§ Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
§ Perkusi : adanya distensi abdomen.
§ Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
§ Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.

d. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

2. Diagnosa Keperawatan.

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi
BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

3. Intervensi

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi


Kriteria hasil :
§ Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
§ Mukosa mulut.
§ Bibir lembab.
§ Cairan seimbang.

Intervensi :
§ Observasi tanda-tanda vital.
§ Observasi tanda-tanda dehidrasi.
§ Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
§ Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang
banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
§ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan
lab elektrolit.
§ Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual dan muntah.

Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi


Kriteria hasil :
§ Intake nutrisi klien meningkat
§ Diet habis 1 porsi yang disediakan
§ Mual dan muntah tidak ada.
Intervensi :
§ Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
§ Timbang berat badan klien.
§ Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
§ Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi
).
§ Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
§ Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi
BAB yang berlebihan.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
§ Integritas kulit kembali normal
§ Iritasi tidak ada
§ Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
§ Ganti popok anak jika basah.
§ Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
§ Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
§ Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
§ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai
indikasi.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan : Nyeri dapat teratasi.


Kriteria hasil :
§ Nyeri dapat berkurang / hilang.
§ Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
§ Observasi tanda-tanda vital.
§ Kaji tingkat rasa nyeri.
§ Atur posisi yang nyaman bagi klien.
§ Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
§ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai
indikasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit, prognosis dan pengobatan.

Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat


Kriteria hasil :
§ Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
§ Ekspresi wajah tenang
§ Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
§ Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
§ Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
§ Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
§ Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya.
§ Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
4. Implementasi

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

a. Mengobservasi tanda-tanda vital.


b. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c. Mengukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum
yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan
pemeriksaan lab elektrolit.
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah
sodium.

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual dan muntah.

a. Mengkaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.


b. Menimbang berat badan klien.
c. Mengkaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
d. Melakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan
auskultasi ).
e. Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang


berlebihan.

a. Mengganti popok anak jika basah.


b. Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c. Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
d. Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi
sesuai indikasi.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

a. Mengobservasi tanda-tanda vital.


b. Mengkaji tingkat rasa nyeri.
c. Mengtur posisi yang nyaman bagi klien.
d. Memberi kompres hangat pada daerah abdomen.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik
sesuai indikasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit, prognosis dan pengobatan.

a. Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.


b. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit
klien.
c. Meenjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
d. Memberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya.
e. Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

5. Evaluasi

1) Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.


2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3) Integritas kulit kembali normal.
4) Rasa nyaman terpenuhi.
5) Pengetahuan kelurga meningkat.
6) Cemas pada klien teratasi.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Gastroentritis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada lambung,


usus besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang
mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan
frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang
disertai dengan muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh
bakteri,virus Norwalk dan parasit yang patogen.
Dan ditandai oleh infiltrasi mukosa usus halus oleh eosinofil, dengan
edema tetapi tanpa vaskulitis dan oleh eosinofilia darah tepi.

2. Saran

Untuk Perawat
Sebaiknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus lebih
memperhatikan faktor penyebab maupun faktor pencetus dari penyakit
yang diderita anak dan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua
klien dan klien agar masalah yang menyebabkan klien dirawat dapat
diatasi sehingga tidak terjadi perawatan yang berulang

Untuk Orangtua Klien


Menjaga kebersihan lingkungan rumah, dan membiasakan diri untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi makan anak serta menjaga
personal hygiene dan memberi mainan anak yang bersih dan dapat dicuci,
dan bila terjadi diare pada anak sebelum di bawah ke rumah sakit,
diberikan larutan gula garam.

Anda mungkin juga menyukai