Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAk, 2017).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA,
2016).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air
besar
berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair,
dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2015).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
kondisi atau penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya
menunjukkan gangguan yang serius.
B. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyakit utama diare. Infeksi enternal ini meliputi :
b. Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus : Enteroovirus ( Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis ), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
A.
Definisi
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAk, 2017).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA,
2016).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air
besar
berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair,
dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2015).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
kondisi atau penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya
menunjukkan gangguan yang serius.
B. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyakit utama diare. Infeksi enternal ini meliputi :
b. Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus : Enteroovirus ( Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis ), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTROENTERITIS
AKUT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Pendidikan profesi Ners

Stase Keperawatan Dasar Profesi

Oleh :
HAFID MUSLIM HIDAYAT
DD22001
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023

A. Definisi
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah
dan/atau lender (Prof. Sudaryat, dr.SpAk, 2017).

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja


yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan
peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan
pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah
(Hidayat AAA, 2016).

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang


memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan
sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan
adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali,
dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun,
2015).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu kondisi atau penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan
biasanya menunjukkan gangguan yang serius.
B. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyakit utama diare. Infeksi enternal ini meliputi
b. Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus : Enteroovirus ( Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
d. Infestasi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardialamblia,
Trichomonas hominis ), Jamur ( Candida albicans )
e. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut ( OMA ), Tonsilofaringitis, Bronkopneunomia,
Ensefalitis, dan sebagainya. keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berusia dibawah usia 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa ), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah
intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psijkologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang
dapatmenimbulkan diare terutama pada hal yang lebih besar.
C. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin Meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). 8. Bila terjadi asidosis


metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.
(Kusmaul)
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air
(output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi
karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita


diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan
glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40
mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat,
hal ini disebabkan oleh: - Makanan sering dihentikan oleh orang tua
karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat. - Walaupun susu
diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama. - Makanan yang diberikan sering tidak dapat
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dengan tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare
kronik
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Wicaksono, 2011)
b. Jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO- ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
karbohidrat 20 g/L,kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi
sodium 90 mEq/L,potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat
30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
c. Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
1. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, kCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
2. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah
dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
3. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi :
a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk
diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500
mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari,
7-14 hari oral atauIV).
3. Obat anti diare
Loperamid HCI serta kombinasi difenoksilat dan atropin sufat (lomotil)
penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x
sehari dan lomotil 5mg 3-4x sehari.efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi ,peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsisitensi feses dan mengurangi frekuensi diare.
Bila di berikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. PENGKALIAN
Identitas pasien : Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal
suku bangsa dan pekerjaan orang tua.
1. keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan frekunsi sering
dan konsistensi encer.
2. Riwayat penyakit sekarang
•Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, dan diare.
•Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
•Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
•Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
•Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak.
•Diuresis terjadi oliguria.
3. Riwayat kesehatan meliputi:
•Riwayat imunisasi.
•Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan
•Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.
4. Riwayat nutrisi
•Asupan makanan
•keluhan nyeri abdomen.
•Distensi abdomen, mual, muntah.
•Berat badan biasanya turun.
5. Pola eliminasi
• Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari
• Feses cair, mengandung lendir dan darah.
6. Pemeriksaan fisik
• keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah,
(dehidrasi ringan dan sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar,
tidak ada urine (dehidrasi berat).
• Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya
us yang meningkat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul klien Gastroenteritis adalah
sebagai berikut :
1) Diare berhubungan dengan infeksi Virus, Parasit, Bakteri,
Mikroorganisme. SDKI, D.0020 Hal. 58
2) Resiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan,
dehidrasi. SDKI, D.0034 Hal.85
3) Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan. SDKI, D.0036 Hal.87
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme. SDKI, D.0019 Hal.56
5) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan sesak. SDKI, D.0003
Hal.22
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan infeksi tindakan -Identifikasi penyebab
Virus, Parasit, keperawatan diare (mis. inflamasi
Bakteri, selama 3x gastrointestinal, iritasi
Mikroorganisme. kunjungan, gastrointestinal, proses
SDKI, D.0020 Hal. diharapkan diare infeksi, malabsorpsi,
klien
58 ansietas, stres, efek obat-
dapat teratasi dengan obatan, pemberian botol
kriteria hasil: susu)
-Kontrol pengeluaran -Monitor warna,
feses meningkat volume, frekuensi, dan
-Konsistensi feses konsistensi tinja
membaik Terapeutik
-Frekuensi defekasi -Berikan asupan cairan
membaik oral (mis. larutan garam
gula, oralit, pedialyte,
renalyte)
Edukasi
-Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses (mis,
atapulgit, smektit, kaclin-
pektin)

2 Resiko Setelah dilakukan Observasi


Hipovelemia tindakan - Periksa tanda dan gejala
dengan kehilangan keperawatan hipovolemia (mis.
cairan, selama 3x frekuensi nadi
Dehidrasi kunjungan, meningkat, nadi teraba
diharapkan diare lemah, tekanan darah
klien menurun, tekanan nadi
dapat teratasi dengan menyempit, turgor kulit
kriteria hasil: menurun, membran
mukosa kering, volume
Frekuensi nadi
urin menurun, hematokrit
membaik
meningkat, haus, lemah)
- Turgor kulit
meningkat - Monitor intake dan
- Pengisian vena output cairan Terapeutik
meningkat - Hitung kebutuhan
- Intake caian cairan
membaik - Berikan posisi modified
Trendelenburg
- Berikan asupan cairan
oral Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV Isotonis (mis.
NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid
(mis. albumin, Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk darah

3 Risiko Setelah dilakukan Monitor status hidrasi


Ketidakseimbangan tindakan ( mis, frek nadi,
Cairan keperawatan kekuatan nadi, akral,
berhubungan selama 3x pengisian kapiler,
dengan kehilangan kunjungan, kelembapan mukosa,
cairan. diharapkan diare turgor kulit, tekanan
klien darah)
dapat teratasi dengan
Monitor berat badan
kriteria hasil:
haria
- Intake caian
Monitor hasil
membaik.
pemeriksaan
-output cairan dalam
laboratorium (mis.
batas normal.
Hematokrit, Na, K,
Cl, berat jenis urin ,
BUN)
Monitor status
hemodinamik ( Mis.
MAP, CVP, PCWP
jika tersedia)
Catat
intake output dan
hitung balans cairan
dalam 24 jam
Berikan
asupan cairan sesuai
kebutuhan
Berikan
cairan intravena bila
perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. 2011. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Bates. B, 2010. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik,
Jakarta, EGC
Carpenitto.LJ. 2010. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed
6. EGC. Jakarta.
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 2014. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Sachasin Rosa M. 2017. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang
R.F. Jakarta, EGC
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP
FKUI, Jakarta.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai