Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

OLEH

NI LUH WIDARSIH (189012126)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN ALIH JENJANG
201

1
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian
Gastroenteritis akut (diare akut) adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang
patogen (Syarif, 2010). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi
defekasi yang abnormal (lebih dari 3x sehari), serta perubahan dalam isi
(lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi feses cair (Smeltzer & Bare. 2002).
Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan/setengah cair (setengah padat) sehingga
kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya dan berlangsung kurang
dari 7 hari yang terjadi secara mendadak (Mega, 2010).

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan Gastroenteritis


Akut (GEA) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan tinja berbentuk cairan/setengah cair
(setengah padat) dan berlangsung kurang dari 7 hari yang terjadi secara
mendadak

2. Epidemiologi
WHO memperkirakan bahwa terjadi sekitar 1,3 juta kejadian diare setiap
tahunnya. Selain itu diperkirakan bahwa 24% kematian pada anak-anak
disebabkan oleh diare dan dehidrasi. Data di United States memperkirakan
bahwa sekitar 200.000 anak masuk rumah sakit dan sekitar 200 anak
meninggal setiap tahunnya akibat diare dan dehidrasi (Perry, Hockenberry,
Lowdermik, & Wilson, 2009). Di Indonesia penyakit diare masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, dimana insiden diare
pada tahun 2000 yaitu sebesar 301 per 1000 penduduk. Sepanjang tahun 2005
kasus diare sebanyak 5.051 kasus di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis
dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu
sebanyak 1.436 orang

1
3. Penyebab
Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab terjadinya diare, antara lain:
1. Faktor Infeksi
1) Infeksi Enteral (infeksi saluran pencernaan melalui makanan yang
merupakan penyebab utama diare).

2) Infeksi Virus
a. Rotavirus
 Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului
atau disertai dengan muntah.
 Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
 Dapat ditemukan demam atau muntah.
b. Enterovirus
 Biasanya timbul pada musim panas.
c. Adenovirus
 Timbul sepanjang tahun.
 Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d. Norwalk
 Epidemik
 Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

3) Infeksi Bakteri
a. Sigella
Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun, dapat dihubungkan dengan
kejang demam, muntah yang tidak menonjol, ditemukan sel polos
dalam feses dan ditemukan sel batang dalam darah
b. Salmonella
 Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun, menembus
dinding usus, feses berdarah, mukoid
 Mungkin ada peningkatan temperature, muntah tidak menonjol,
ditemukan sel polos dalam feses, masa inkubasi 6-40 jam, lamanya

2
2-5 hari dan organisme dapat ditemukan pada feses selama
berbulan-bulan.
c. Escherichia Coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin, pasien dapat terlihat sangat sakit.
d. Campylobacter
Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus), dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain, kram
abdomen yang hebat dan muntah/dehidrasi jarang terjadi
e. Yersinia Enterecolitica
Sering didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen
yang berat, diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai apendicitis.

4) Infeksi Parasit
Seperti cacing (ascaris), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Tricomonas hominis dan jamur (Candida albicans).

2. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
 Disakarida seperti : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
 Monosakarida seperti : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
2) Malabsorbsi lemak: long chain triglyceride.
3) Malabsorbsi protein: asam amino, B-laktoglobulin.

3. Penyebab Lain
1) Imunodefisiensi
2) Gangguan psikologis (cemas dan takut)
3) Faktor-faktor langsung seperti KKP (Kurang Kalori Protein),
kesehatan pribadi dan lingkungan serta sosio ekonomi.

Cara penularan diare dapat melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita
atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5F=faeces, flies, food, fluid,
finger).
3
4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi (Syarif, 2010).

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic


(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare (Syarif,
2010). Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Syarif, 2010).

Pathway terlampir

5. Klasifikasi
Menurut Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwart (2009),
gastroenteritis diklasifikasikan berdasarkan beberapa factor, yaitu:
1. Berdasarkan Durasi
1) Diare Akut: berlangsung < 5 hari
2) Diare Persisten: berlangsung 15-30 hari
3) Diare Kronis: berlangsung > 30 hari
4
2. Berdasarkan Mekanisme Patofisilogik
1) Osmotik
Diindikasikan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan
absorpsi karbohidrat, lemak, atau protein dan tersering adalah
malabsorpsi lemak.
2) Sekretorik
Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik
intralumen dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan
dan elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar.

3. Berdasarkan Derajat
1) Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan <5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih,
kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang,
nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi
masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik
dalam batas normal.
2) Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam. Pada
keadaan ini, penderita akan mengalami produksi urin berkurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering,
air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
3) Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan >10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
5
6. Gejala Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

6
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), manifestasi klinis dari diare dapat
diklasifikasikan berdasarkan dari jenisnya:

1. Diare Akut
 Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
 Onset yangb tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
 Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
 Demam
2. Diare Kronik
 Penurunan berat badan dan nafsu makan
 Demam indikasi terjadi infeksi
 Dehidrasi dengan gejala hipotensi, takikardi, dan denyut lemah.

Tingkat derajat Dehidrasi


 Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan
syok.
 Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
 Dehidrasi Berat

7
Kehilangan cairan 8-10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

7. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
a. Adanya muntah
b. BAB ≥ 3 x sehari dengan konsistensi yang cair
c. Membran mukosa kering
d. Daerah anus tampak lecet-lecet
e. Tampak lemas
f. Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
g. Mata tampak cekung.
 Auskultasi
a. Bising usus hiperaktif > 5-35 x/menit
 Palpasi
a. Denyut nadi meningkat
b. Turgor kulit menurun
 Perkusi
a. Adanya distensi abdomen
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk penegakan diagnosis dan
juga pemberian tindakan pada gastroenteritis adalah dengan pemeriksaan
feses. Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil
feces sebagai bahan pemeriksaan. Indikasi dilakukan kultur feses adalah
sebagai berikut:
 Diare berat
 Suhu tubuh > 38,50C
 Adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada
feses, laktoferin dan diare persisten yang belum mendapat antibiotik.

8
Pemeriksaan feses terdiri dari pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas:
 Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang:
konsistensi, warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan
infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri
shigella.
 Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop:
leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya
amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba
tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien
dari infeksi parasit tersebut.

2. Pemeriksaan Darah
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asam basa.
2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Doudenal Intubation (pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum)


Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
4. Pemeriksaan urine lengkap.
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai
infeksi sistemik.
6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter
jejuni sangat dianjurkan.

9. Kriteria Diagnosis
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,
manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa
petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
a. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)

9
b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum
oleh penderita.
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin
oleh karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air.
d. Dimana tempat tinggal penderita

10. Terapi
Menurut Syarif (2010), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, pengobatan dietetik (cara pemberian makanan) dan
pemberian obat-obatan.
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
- Untuk anak umur 1 bln-2 tahun berat badan 3-10 kg
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran
1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

10
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml =
15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
 Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai
sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
11. Komplikasi
Menurut Supartini (2006), akibat dari diare atau kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi diantaranya
adalah:

11
1. Kehilangan Air (Dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input). Merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Terjadi gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini
terjadi karena kehilangan natrium bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%
pada anak-anak.
3. Penurunan Berat Badan Dalam Waktu Singkat
Hal ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena
takut diare atau muntah yang bertambah hebat. Makanan yang diberikan
sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pengkajian identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnose medis.
a. Keluhan utama

12
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian. Biasanya pasien akan
mengeluh feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari
4 kali dengan konsistensi encer.
b. Riwayat penyakit saat ini
Perawat mengkaji bagaimana tanda dan gejala awal pasien menderita
gastroenteritis sampai dirawat dirumah sakit saat ini. Riwayat makan
pasien dikaji serta pola BAB klien.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Dikaji apakah klien memiliki alergi atau memiliki riwayat penggunaan
obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau
mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit serius seperti diabetes
mellitus, hipertensi.
e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan
b) Perkembangan
- Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
- Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
f. Riwayat Imunisasi
g. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
1) Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai :
- Arti sehat dan sakit bagi pasien.
- Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
- Fasilitas pelayanan kesehtan yang sudah dikunjungi.
-Pengobatan yang sudah dilakukan untuk mengurangi diare.
2) Nutrisi metabolik
Kaji pasien mengenai :
- Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan

13
- Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
- Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan,
nafsu makan
- Kaji nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi, mukosa mulut,
mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan
- BB pasien sebelum MRS dan saat pengkajian.
3) Pola eliminasi
Kaji pasien mengenai :
-Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain
-Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain
-Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri
-Penggunaan bantuan untuk ekskresi
4) Aktivitas
Kaji pasien mengenai :
-Aktivitas kehidupan sehari-hari
-Keyakinan tentang latihan dan olahraga
-Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,
kamar mandi)
5) Tidur/istirahat
Kaji pasien mengenai :
- Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun,
ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur)
- Gejala gangguan pola tidur faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses
penuaan dll)
6) Kognitif/perceptual
Kaji pasien mengenai :
-Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar,
perasa, peraba)
-Penggunaan alat bantu indra
-Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif)

14
-Keyaknan budaya terhadap nyeri
-Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
-Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
7) Persepsi diri/konsep diri
Kaji pasien mengenai :
-Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok sosial
-Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
-Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai
dan tidak)
-Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
-Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
8) Seksual/reproduksi
Kaji pasien mengenai :
-Masalah atau perhatian seksual
-Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri
-Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan,
sentuhan dll)
-Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
9) Peran hubungan
Kaji pasien mengenai :
-Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja
-Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran
-Efek terhadap status kesehatan
-Hubungan dengan orang lain
10) Manajemen koping/stress
Kaji pasien mengenai :
-Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
-Tingkat stress yang dirasakan
-Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
-Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya

15
-Strategi koping yang biasa digunakan
11) Keyakinan/nilai
Kaji pasien mengenai :
-Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik
-Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
-Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang dapat
mempengaruhi kesehatan
h. Pemerikasaan fisik
 Inspeksi
Adanya muntah
BAB ≥ 3 x sehari dengan konsistensi yang cair
Membran mukosa kering
Daerah anus tampak lecet-lecet
Tampak lemas
Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
Mata tampak cekung.
 Auskultasi
Bising usus hiperaktif > 5-35 x/menit
 Palpasi
Denyut nadi meningkat
Turgor kulit menurun
 Perkusi
Adanya distensi abdomen

i. Pemeriksaan Penunjang
 Darah Lengkap
Hematokrit meningkat, leukosit menurun
 Feses
Bakteri atau parasit
 Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun.

16
 Urinalisa
Urin pekat, berat jenis meningkat.
 Analisa Gas Darah
Asidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)

j. Data Fokus
1) Subjektif
- Kelemahan
- Diare lunak s/d cair
- Anoreksia mual dan muntah
- Tidak toleran terhadap diit
- Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen tengah
bawah)
- Haus, kencing menurun
- Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun cepat dan
dalam (kompensasi ascidosis).
2) Objektif
- Lemah, gelisah
- Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
- Penurunan turgor, pucat, mata cekung
- Nyeri tekan abdomen
- Urine kurang dari normal
- Hipertermi
- Hipoksia / Cyanosis
- Mukosa kering
- Peristaltik usus lebih dari normal
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, iritasi gastointestinal,
proses infeksi,malabsorpsi dibuktikan dengan defekasi lebih dari 3x dalam
24 jam, feces lembek/cair, nyeri/kram abdomen, frekuensi bising usus
meningkat.

17
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal, nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bisisng usus
hiperaktif, diare.
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi), peningkatan
laju metabolisme dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal,
takikardia, takipnea, kulit terasa hangat.
4) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan
intake cairan dibuktikan dengan merasa lemah haus, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urine berkurang, hematokrit
meningkat
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan keluhan verbal nyeri pada perut, tampak meringis kesakitan
6) Risiko gangguan integritas kulit dibuktikan dengan kelembaban
7) Nausea berhubungan dengan iritasi lambung dibuktikan dengan keluhan
mual, tidak berminat makan, takikardia,dan pucat

18
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … Manajemen Diare
dengan inflamasi x 24 jam, diharapkan eliminasi fekal membaik 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
gastrointestinal, iritasi dengan kriteria hasil: gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, infekeksi,
gastointestinal, proses 1. Konsistensi feses membaik malabsorpsi, sters, obat-obatan, pemberian susu botol)
infeksi,malabsorpsi 2. Frekuensi defekasi membaik 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
dibuktikan dengan 3. Peristaltik usus membaik 3. Monitor warna,volume,frekuensi dan konsistensi tinja.
defekasi lebih dari 3x 4. Monitor tanda dan gejala hipovolemia (mis. takikardia,
dalam 24 jam, feces nadi teraba lemah,tekanan darah turun, turgor kulit
lembek/cair, turun, mukosa mulut kering, BB menurun).
nyeri/kram abdomen, 5. Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
frekuensi bising usus 6. Monitor jumlah pengeluaran diare.
meningkat. 7. Monitor keamanan penyiapan makanan.
8. Berikan asupan cairan oral ( oralit, pedialit)
9. Pasang jalur intravena
10. Beri cairan intravena (mis. ringer laktat, ringer asetat)
jika perlu
11. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
19
12. Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu
13. Anjurkan makan porsi kecil tapi sering secara bertahap
14. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas
dan mengandung laktosa
15. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
16. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas ( mis.
loraperamid)
17. Kolaborasi pemberian antispasmodik (mis. papaverin)
18. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
antipulgit, kaolin-pektin).
Pemantauan Cairan
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
tekanan darah, berat badan.
2. Monitor elastisitas kulit
3. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
4. Monitor kadar albumin dan protein total
5. Monitor hasil pemeriksaan serum ( hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
6. Monitor intake dan output cairan
7. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi lemah, tekanan darah
20
menurun,turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, haus lemah, konsentrasi
urine meningkat)
8. Identifikasi tanda hipervolemia (mis, dispnea, edema
perifer, edema anasarka, BB menurun dalam waktu
singkat)
9. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasi hasil pemantauan
11. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
12. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2. Defisit nutrisi Setelah diberikan intervensi keperawatan selama Pemantauan Nutrisi
berhubungan dengan …x 24 jam diharapkan status nutrisi membaik 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi
kurangnya asupan dengan kriteria hasil : (mis. pengetahuan, ketersediaan makanan, agama,
makanan, 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat budaya, pengguanaan obat-obatan)
ketidakmampuan 2. Diare menurun 2. Identifikasi perubahan berat badan
mencerna makanan, 3. Berat badan membaik 3. Identifikasi pola makan
ketidakmampuan 4. Nafsu makan membaik 4. Identifikasi kelainan eleminasi
mengabsorpsi nutrien 5. Bising usus membaik 5. Monitor mual dan muntah
dibuktikan dengan 6. Membran mukosa membaik 6. Monitor asupan oral
berat badan menurun 7. Monitor hasil laboratorium
minimal 10% di bawah 8. Timbang BB
21
rentang ideal, nyeri 9. Hitung perubahan BB
abdomen, nafsu makan 10. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
menurun, bisisng usus 11. Dokumentasi hasil pemantauan
hiperaktif, diare. 12. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
13. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
3 Hipertermia Setelah diberikan intervensi keperawatan selama NIC
berhubungan dengan …x 24 jam diharapkan termoregulasi membaik Manajemen Hipertermia
proses penyakit dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab hipertermia
(infeksi), peningkatan 1. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
laju metabolisme 2. Kulit merah menurun 3. Monitor haluaran urine
dibuktikan dengan 3. Takikardi menurun 4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
suhu tubuh diatas nilai 4. Takipnea menurun 5. Longgarkan pakaian
normal, takikardia, 6. Berikan cairan oral
takipnea, kulit terasa 7. Ganti linen lebih sering
hangat. 8. Lakukan pendinginan eksternal
9. Anjurkan tirah baring
10. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
jika perlu

Regulasi temperatur
1. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
22
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor dan catat tanda dan gejala hipertermia
4. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
6. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu.

4 Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen hipovolemia


berhubungan dengan selama ....x 24 jam, maka status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi
kehilangan cairan aktif, dengan kriteria hasil: nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
kekurangan intake - Nadi membaik menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa
cairan dibuktikan - Tekanan darah membaik kering, volume urine berkurang, hematokrit
dengan merasa lemah - Turgor kulit baik meningkat.
haus, frekuensi nadi - Membran mukosa membaik 2. Monitor intake dan output cairan
meningkat, nadi teraba - Kadar hematokrit membaik 3. Hitung kebutuhan cairan
lemah, tekanan darah 4. Berikan asupan cairan oral
menurun, turgor kulit 5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
menurun, membran 6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
mukosa kering, volume 7. Kolaborasi pemberian cairan isotonis
urine berkurang, 8. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin)
hematokrit meningkat. Pemantauan Cairan
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
23
tekanan darah, berat badan.
2. Monitor elastisitas kulit
3. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
4. Monitor kadar albumin dan protein total
5. Monitor hasil pemeriksaan serum ( hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
6. Monitor intake dan output cairan
7. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi lemah, tekanan darah
menurun,turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, haus lemah, konsentrasi
urine meningkat)
8. Identifikasi tanda hipervolemia (mis, dispnea, edema
perifer, edema anasarka, BB menurun dalam waktu
singkat)
9. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasi hasil pemantauan
11. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
12. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
5 Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan selama ....x 24 jam, maka tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi
24
agen pencedera dengan kriteria hasil: lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan
fisiologis dibuktikan 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
dengan keluhan verbal 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri pada perut, 3. Gelisah menurun 3. Identifikasi factor yang memperberat dan
tampak meringis memperingan nyeri
kesakitan 4. Berikan teknik nonfarmakologi (mis.kompres
hangat/dingin)
5. Kontrol lingkungan
6. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik
Pemberian Analgetik
1. Identifikasi riwayat alergi obat
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
diberikan analgesic
3. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
4. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
5. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
6 Risiko gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit selama ...x 24 jam, maka integritas kulit dan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
25
dibuktikan dengan jaringan meningkat dengan kriteria hasil: 2. Bersihkan perineal dengan air hangat terutama selama
kelembaban 1. Nyeri menurun periode diare
2. Kemerahan menurun 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
3. Suhu kulit membaik hipoalergik pada kulit sensitif
4. Anjurkan menggunakan pelembab
5. Anjurkan minum air yang cukup
6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
7 Nausea berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen mual
dengan iritasi lambung …x 24 jam, maka tingkat nausea menurun dengan 1. Identifikasi pengalaman mual
dibuktikan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
keluhan mual, tidak - Keluhan mual menurun 3. Monitor mual
berminat makan, - Tidak pucat 4. Monitor asupan nutrisi dan kalori
takikardia,dan pucat - Takikardi menurun 5. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
6. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
7. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
8. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
9. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

26
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien
atau kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan
proses yang interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan,
respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang yang
diharapkan.
Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil
yang diperlukan. Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah
perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan.

27
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan klien.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. (2004). Nursing Intervention


Clasification (NIC). 5th edition. St Louis, Missouri: Mosby.
Mega, N. (2010). Pola pemilihan obat dan outcome terapi Gastroenteritis Akut
(GEA) pada pasien pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Januari-Juni Tahun 2008. (online),
(http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/ 2/K100050027.pdf
Morhead, S., Jhonson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2004). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. St Louis, Missouri: Mosby.
Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L., Wilson, D. (2009). Maternal
child nursing care. Maryland heights. Missouri: Mosby Elsenier.
PPNI . 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Volume 3. Jakarta: EGC
Supartini, Y. (2006). Buku ajar konsep keperawatan anak. Jakarta: EGC
Syarif, H. (2010). Gastroenteritis. (online), (http://nursingbegin.com/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/
Wong, L.D., Eaton, H.M., Wilson, D., Winkelstein, L.M. & Schwart, P., (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

29
30

Anda mungkin juga menyukai