Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (1980), Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau
setengah cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya (normal : 100-200 ml/jam tinja).

Di Indonesia, angka kematian bayi akibat diare masih cukup tinggi. Hasil
survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, diare merupakan penyebab nomor
tiga kematian pada bayi, setelah gangguan perinatal dan penyakit sistem
pernapasan sedangkan pada balita, diare merupakan penyebab kematian nomor
dua setelah penyakit sistem pernapasan.

Terjadinya diare disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan satu sama
lain, antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan, keadaan sosial ekonomi,
dan faktor perilaku masyarakat. Penatalaksanaan yang efektif dan rasional dapat
memperkecil angka kematian penderita diare dengan harapan tumbuh kembang
yang optimal.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, diharapkan mahasiswa dapat


memahami dan mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan
sehari-hari terutama bagaimana cara mencuci tangan yang benar.

1
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini mahasiswa dapat :
1. Menyebutkan pengertian diare
2. Menyebutkan faktor penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare
4. Menyebutkan bagaimana pencegahan diare
5. Mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar

1.3 Manfaat

Promosi atau Pendidikan Kesehatan apabila dilakukan secara kontinyu dan


berkesinambungan akan sangat bermanfaat dalam rangka merubah perilaku dari
yang kurang baik kepada yang lebih baik. Mahasiswa sebagai generasi muda
merupakan agent of change (agen perubahan) yang diharapkan dapat memberikan
motivasi terhadap lingkungan untuk dapat menjaga kesehatan dengan mencegah
penyakit melalui kegiatan cuci tangan secara rutin.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi
dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lender.
Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare
setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon
(colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan
sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).
Diareadalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal > 3
kali/hari, serta perubahan isi/volume (>200 gr/hari) dan konsistensi feses cair
(Brunner dan Suddarth, 2002).

2.2 Klasifikasi

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat


kelompok yaitu:

a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari
(umumnya kurang dari tujuh hari).
b. Disentri: yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari
secara terus menerus.

3
d. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi
atau penyakit lainnya.
Menurut Suraatmaja, (2007) dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut dapat
mengakibatkan:

Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis ocialc dan hipokalemia,

Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat
diare dengan atau tanpa disertai muntah,

Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah (Soegijanto, 2002).

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan BB atau BB tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare
tersebut.

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:


a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

2.3 Etiologi
a. Infeksi virus(Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli, Salmonella,
Shigella, Vibrio dll), parasit (protozoa: E. hystolitica, G. lamblia; cacing:
Askaris, Trikurus; Jamur: Kandida) melalui fekal oral : makanan,
minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.
b. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
c. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan.
d. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : AIDS.

4
e. Faktor lingkungan dan perilaku.
f. Psikologi : rasa takut dan cemas (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)

2.4 Patofisiologi / Pathway

Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu


absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit. Ini
termasuk baik enterotoksin kolera dan E. Coli. Spesies E. Coli lain, beberapa
Shigella dan salmonella melakukan penetrasi mukosa usus kecil atau kolon dan
menimbulkan ulserasi mikroskopis. Muntah dan diare dapat menyusul keracunan
makanan non bakteri.Diare dan muntah merupakan gambaran penting yang
mengarah pada dehidrasi, akibat kehilangancairan ekstrvaskuler dan
ketidakseimbangan elektrolit.Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah
pada asidosis akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini tercermin dengan
pernafasan yang cepat.
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus,
memproduksi enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan
perlengketan mukosa yang disertai dengan kerusakan di menbran
mikrovili.Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina propria menimbulkan
suatu reaksi radang local yang hebat.Enterotoksin menyebabkan sekresi elektrolit
dan air dengan merangsang adenosine monofosfat siklik di sel mukosa usus
halus.Sitotoksin memicu peradangan dari sel yang cedera serta meluaskan zat
mediator radang.Perlengketan mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan
peradangan sel bulat di lamina propria. Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus
halus juga mengganggu mukosa usus. Bakteri menghasilkan enzim dan hasil
metabolisme untuk menghancurkan enzim glikoprotein pada tepi bersilia dan
menggangggu pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili
menyebabkan lesi mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili
subtotal dan respon radang subepitel yang mencolok. (Wahab, A Samih, 2000).

5
6
2.5 Manifestasi klinis

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer : Tinja
mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan
sekitarnya timbulluka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam
akibat laktosa yang tidak diabsorbsiusus selama diare.
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas
kulitmenurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa
kering.Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu
makan berkurang kemudian timbul diare.
c. Mual dan muntah:Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama
diare dan dapat disebabkan karenalambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
d. Kram abdominal, demam, menurun atau tidak ada pengeluaran urine :
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat
paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang
adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut.
e. Anoreksia,lemah,pucat, Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan
pernapasan cepat :Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat dan lemah bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun, klien
tampak lemah dengan kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan
meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).

7
Tabel 1.1 Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).
Penilaian Ringan Sedang Berat
Lesu, lunglai atau tidak
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel
sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Kering

Mulut dan lidah Basah Kering Tidak ada, sangat kering

Rasa haus Minum biasa, Haus, ingin minum Malas


tidak haus banyak

Turgor kulit Kembali kembali lambat Kembali sangat lambat

Hasil Dehidrasi ringan, bila Bila ada satu tanda ditambah


pemeriksaan Tanpa dehidrasi ada tanda ditambah satu satu atau lebih tanda lain
atau lebih tanda lain

2.6 Komplikasi

a. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic


b. Syok
c. Kejang
d. Sepsis
e. Gagal Ginjal Akut
f. Ileus Paralitik
g. Malnutrisi
h. Gangguan tumbuh kembang

2.7 Pemeriksaan Penunjang

8
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai
berikut:
a. Leukosit Feses (Stool Leukocytes):
Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses
menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan
parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam
keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang
tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada
pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
b. Volume Feses :
Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau
imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam
harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus
dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi
steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
c. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam:
Jika berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih
dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari
10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
d. Lemak Feses :
Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore,
lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merah orange per
½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif
dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk
mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir.
Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa
intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
e. Osmolalitas Feses:
Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare
sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.
Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses adalah
290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana

9
nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur,
metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai
untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di
kolon kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal
mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses bertahan
beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti tinggi.
Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan
diare sekretori.
f. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses:
Untuk menunjukkan adanya Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin.
Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda
asam.
g. Pemeriksaan darah :
Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan
hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan suatu
protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.Skrining awal
CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan
abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam
lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi
lemak pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi
limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun
tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah
mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau
obstruksi limfatik.
h. Tes Laboratorium lainnya:
Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa seperti serum VIP
(VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin (medullary
thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA
(carcinoid syndrome).
i. Diare Factitia:
Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses dengan
NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses

10
terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya.
Diantaranya MgSO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti
MgSO4, Mgcitrat Na2SO4 dan Na2PO4.

2.8 Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan
mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat
kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta.Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus
rasional.

2.9 Pencegahan Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah: (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
a. Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.ASI saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku
pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian
terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI
diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan
pendamping ASI, yaitu:
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan
dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan

11
setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih
sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan
biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur,
ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran
berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak.
Suapi anak dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat
yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak.
e. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :


a. Ambil air dari sumber air yang bersih.
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk
mandi anak-anak.
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air
yang bersih dan cukup.

3. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci
tangan.Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air
besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%).

12
4. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan risiko terhadap penyakit diare.Keluarga yang tidak
mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus
buang air besar di jamban.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan


dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

5. Membuang Tinja Bayi Yang Benar


Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak
berbahaya.Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula
menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.Tinja bayi
harus dibuang secara benar.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban


b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan
mudah di jangkau olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja
seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci
tangan dengan sabun.

b. Penyehatan Lingkungan

1. Penyediaan Air Bersih

13
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik
secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air
bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia.Disamping itu
perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.

2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb.Oleh karena itu
pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit
tersebut.Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan
setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.

3. Sarana Pembuangan Air Limbah


Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan
bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit
seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria.

14
BAB III
PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

3.1 SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Pokok Bahasan : Diare


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan penyebab
Diare.
2. 7 langkah cara mencuci tangan yang benar.
Waktu : 30 Menit

15
Sasaran : Mahasiswa

Hari / Tanggal : Senin, 22 April 2019

Tempat : Gedung kuliah Universitas Andalas

Pelaksana : Echia Srikandi Permai


Sekar Ayu Larasati
Agnesia Chelsea
Intan Olivia Risca
Isra Rizantiva
Popy Wahyu Pratama
Rosyi Aulia
Yola Fitria
Yurniati

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan mahasiswa di
Universitas Andalas dapat menjelaskan kembali tentang penyakit diare, dan dapat
mengubah perilaku mereka menjadi seorang yang lebih bersih dan sehat, serta
dapat mendemonstrasikan 7 langkah cara mencuci tangan yang benar.

Tujuan Instruksional Khusus :


a. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan
pengobatan dari penyakit Diare?
b. Menyebutkan dan mendemonstrasikan 7 langkah cara mencuci
tangan dengan benar?

Metode : Ceramah, demonstrasi, tanya jawab

Media : Laptop, Power Point, LCD.

16
Materi :
A. Definisi
Diare adalah buang air besar lebih dari 3x dalam sehari dan cair.

B. Faktor Penyebab
a. Virus dan bakteri
b. Makanan yang kurang bersih dan pedas
c. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun BAB
d. Tidak menggunakan air yang bersih
e. Tidak menggunakan jamban yang sehat
f. Keadaan yang stress dan cemas
g. Membuang sampah disembarang tempat

C. Tanda dan Gejala


a. Sering BAB dan bentuknya cair
b. Sakit perut
c. Demam
d. Mual dan muntah
e. Nafsu makan menurun
f. Kulit dan bibir kering, mata cekung dan terlihat lemas dan pucat
g. Nadi dan pernapasan cepat

D. Pencegahan
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun BAB
b. Biasakan BAB dijamban yang bersih
c. Hindari makanan yang pedas dan makanan yang kurang bersih
d. Minum air yang sudah direbus
e. Buanglah sampah pada tempatnya

E. 7 Langkah Mencuci Tangan yang Benar

17
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai
air yang mengalir, ambil sabun kemudian sap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari sampai bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian
dengan cara memutar, kemudian diakhiri dengan membilas
seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.

F. Pengobatan Diare di Rumah


Pengobatan sederhana diare di rumah bisa diberikan larutan gula garam
(oralit). Manfaatnya yaitu :
a. Untuk penanganan pertama terjadi diare di rumah.
b. Agar buang air besar (BAB) tidak cair lagi.

Kegiatan Belajar :

TAHAP KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN WAKTU


KEGIATAN
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam

Pendahuluan 2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan


3. Apersepsi 3. Mendengarkan 5 Menit

4. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan

1. Penyampaian Materi 1. Mendengarkan

a. Pengertian diare

18
b. Penyebab diare

c. Tanda dan gejala diare

d. Pencegahan diare 15 Menit

Penyajian e. Cara mencuci tangan yang


Materi benar
f. Pengobatan diare dirumah

2. Memberi kesempatan untuk 2. Bertanya

audien untuk bertanya dan

mencoba melakukan

demonstrasi

1. Menyimpulkan Materi 1. Mendengarkan

Penutup 2. Memberikan pertanyaan 2. MenjawabPertanyaan


Evaluasi 10 Menit

3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam

Pertanyaan Evaluasi :

1. Apa yang dimaksud dengan diare?


2. Apa saja faktor penyebab dari diare?
3. Apa saja tanda dan gejala dari diare?
4. Bagaimana pencegahan diare?
5. Bagaimana 7 langkah mencuci tangan yang benar?

3.2 SETTING TEMPAT KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

19
Keterangan :

Penyaji terdiri dari 3 orang pemateri teori dan 2 orang sebagai


peraga (demonstrasi)

Moderator / notulen

Dokumentasi / observer

Peserta (Mahasiswa) terdiri dari 20 siswa

Fasilitator

20
DAFTAR PUSTAKA

Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima


Medika.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008.
Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
BRUNNER AND SUDDARTH
WONGS

Anda mungkin juga menyukai