Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Diare

2.1.1 Definisi Diare

Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan intensitas

feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali

dalam 24 jam. Apabila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai

diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare

kronik, feses dapat dengan atau tanpa lendir (Amin, 2015). Diare adalah keluarnya

tinja yang berbentuk lebih cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari atau

terjadi lebih sering dari biasanya pada seseorang, yang umumnya merupakan gejala

infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh mikroorganisme akibat

kontaminasi makanan, air minum, ataupun langsung dari orang ke orang akibat dari

kurangnya sanitasi (WHO, 2016).

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak

atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.

Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja

>10 g/kgBB/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-

10 g/kgBB/ 24 jam (Juffrie, 2010).

14
2.1.2 Etiologi Diare

Etiologi adalah studi yang mempelajari tentang sebab dan asal muasal dari

suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Etiologi atau agen penyebab kejadian

diare dapat berupa agen biologis seperti mikroorganisme maupun agen kimia. Pada

dasarnya, diare secara klinis dapat disebabkan oleh infeksi, malabsorbsi, alergi,

keracunan, defisiensi imunisasi dan sebab lainnya, namun penyebab yang paling

umum ditemukan adalah diare yang disebabkan oleh infeksi atau diare infeksius

dan keracunan akibat bahan kimia tertentu (Koletzko & Osterrieder, 2009).

Diare infeksius merupakan suatu gejala akibat adanya infeksi pada saluran

pencernaan yang disebabkan oleh berbagai macam organisme seperti bakteri, virus,

maupun parasit (WHO, 2013). Jenis virus yang paling sering menjadi penyebab diare

pada bayi dan anak khususnya di daerah berkembang adalah rotavirus (Gillespie &

Bamford, 2009). Rotavirus di lingkungan dapat ditemukan pada tangan, permukaan

benda, makanan, dan air yang terkontaminasi. Bayi dan anak-anak merupakan

kelompok yang paling rentan terhadap pajanan dari rotavirus (CDC, 2014). Adapun

bakteri yang paling umum menjadi penyebab penyakit diare pada anak-anak adalah

bakteri Eschericia coli yang dapat ditularkan melalui makanan atau air yang

terkontaminasi tinja (CDC, 2014).

2.1.3 Klasifikasi Diare

Organisme penyebab diare biasanya berbentuk renik dan mampu

menimbulkan diare yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan gejala

klinisnya antara lain:

1. Diare cair akut


Dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar

sehingga mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat.

2. Disentri

Diare ini ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang disebabkan akibat

kerusakan usus. Balita yang menderita diare berdarah akan menyebabkan

kehilangan zat gizi yang berdampak pada penurunan status gizi.

3. Diare persisten

Dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini sering

terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi infeksi,

(Iskandar, 2015).

Menurut Suraatmaja (2007), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :

1. Lama waktu diare

a. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan

menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines diare akut

didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih

banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya

sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa

terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).

b. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

2. Mekanisme patofisiologik

a. Diare sekretorik (secretory diarrhea)

Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang terjadi

akibat gangguan absorpsi natrium oleh villus saluran pencernaan, sedangkan


sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini

menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare

sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akibat

rangsangan pada mukosa usus oleh toksin, misalnya toksin E. Coli atau V.

Cholera (Kemenkes RI, 2011).

b. Diare Osmotik (osmotic diarrhea)

Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air dan

elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara

lumen lumen usus dan cairan ekstrasel. Oleh karena itu, bila di lumen usus

terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap akan

menyebabkan diare. Bila bahan tersebut adalah larutan isotonik, air atau

bahan yang larut maka akan melewati mukosa usus halus tanpa diabsorpsi

sehingga terjadi diare (Kemenkes RI, 2011).

2.1.4 Gejala Diare Pada Balita

Gejala diare mula-mula anak menjadi, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja

cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah

menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam

sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak

dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan


keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan

cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun,

turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput

lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan

yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Sedangkan

berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik,

dan hipertonik (Meijers, 2015).

Sedangkan pendapat lain menyebutkan gejalanya yaitu feses yang

konsistensinya lembek sampai cair dengan frekuensi pengeluaran feses sebanyak 3

kali atau lebih dalam sehari serta dapat mengakibatkan demam, sakit perut,

penurunan nafsu makan, rasa lelah dan penurunan berat badan dan dapat

menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, sehingga dapat

terjadi berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik,

kerusakan organ bahkan sampai koma (Sampul, 2015).

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah – muntah dan

demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang

berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat

menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan

renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik

yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan

berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit

menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air

yang isotonik. Selain itu, gejala bisa berupa tinja bayi encer, berlendir atau
berdarah, warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, dan

lecet pada anus (Ridha, 2014).

2.1.5 Patogenesis Diare

Patogenesis merupakan keseluruhan proses berkembangnya penyakit

termasuk setiap tahap perkembangan, rantai kejadian yang menuju kepada

terjadinya penyakit tersebut dan serangkaian perubahan struktur dan fungsi setiap

komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sel, jaringan tubuh, organ, oleh stimulasi

faktor-faktor eksternal seperti faktor mikrobial, kimiawi dan fisis. Menurut Setadi

(2013), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari

usus halus yang disebabkan oleh zat kimia yang hiperosmotik malabsorpsi umum

dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase,

malabsorpsi glukosa/galaktosa.

2. Gangguan sekresi

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari

usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan

diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung

walaupun dilakukan puasa makan/minum.

3. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus

sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara

lain Diabetes mellitus, Pasca vagotomi, Hipertiroid.


4. Malabsorpsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi

micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

5. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+

K+ ATP di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.

6. Gangguan permeabelitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan

adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

2.1.6 Epidemiologi Diare

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit

diare serta faktor yang terkait di tingkat populasi. Penyakit diare lebih banyak

menyerang balita dan anak pada daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya

kejadian luar biasa (KLB) dapat menyerang semua golongan umur. Penyebaran

diare di suatu tempat dangan tempat lainnya berbeda. Perbedaan tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare seperti

keadaan geografis, aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan pelayanan

kesehatan. Frekuensi kejadian dan penyebaran diare memiliki pola waktu tertentu,

variasi kejadian diare tersebut berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya

tergantung kondisi cuaca. Peningkatan kunjungan ke rumah sakit dan puskesmas

karena kasus diare di Indonesia terjadi pada musim hujan, yaitu September- Januari

(Kementrian Kesehatan RI, 2011).


2.1.7 Patofisiologi Diare

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme

yang sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan dan akibat. Virus atau

bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman. Virus atau

bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel usus halus dan akan menyebabkan

infeksi, sehingga dapat merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel epitel yang rusak

akan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga fungsi sel–sel ini

masih belum optimal. Selanjutnya, vili–vili usus halus mengalami atrofi yang

mengakibatkan tidak terserapnya cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan

makanan yang tidak terserap akan terkumpul di usus halus dan tekanan osmotik

usus akan meningkat. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen

usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan terdorong keluar melalui

anus dan terjadilah diare (Sodikin, 2011).

2.1.8 Cara Penularan Diare Pada Balita

Penyebaran kuman menyebabkan diare pada balita biasanya menyebar

melalui fecal oral (masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan dan

minuman yang tercemar tinja penderita). Jalur masuknya virus, bakteri atau kuman

penyebab diare ketubuh manusia dapat mudah dihafal dengan istilah 4F (Wagner,

1985). 4F adalah singkatan dari fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), fingers

(tangan). Menurut Wagner dan Lenoix, tahapannya dimulai dari cemaran yang

berasal dari kotoran manusia (feces) yang mencemari 4F, lalu cemaran itu

berpindah kemakanan yang kemudia disantap manusia (Sidiartha, 2010).


2.1.9 Pencegahan Diare Pada Balita

Menurut Dahlan (2013) dalam usaha agar balita tidak terserang penyakit

diare maka upaya yang dilakukan dapat berpedoman pada:

1. Air yang bersih

Gunakan sumber air minum yang bersih seperti air pipa, air pancuran dari

mata air, sumur pompa tangan, air sumur gali yang baik, air hujan. Pembuatan

sumur hendaknya berjarak sedikitnya 10 meter dari jamban. Sebagian besar kuman

infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral (masuk ke dalam saluran

pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja penderita). Mereka

dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang

tercemar dengan tinja, misalnya, air minum, jari-jari tangan, makanan yang

disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air yang tercemar. Masyarakat yang

terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko

menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapat air

bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare, yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi dari

sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

2. Makanan dan minuman yang dimasak

Sebelum memasak cucilah tangan dengan sabun, biasakanlah memakan

makanan dan minuman air yang telah dimasak. Minum air mentah dan makan

makanan yang tidak dimasak terlebih dahulu adalah kebiasaan yang tidak baik.

Jagalah agar anak-anak tidak meminum air mentah. Panaskan sisa makanan yang

akan dimakan kembali terutama pada anak. Untuk buah-buahan dan sayuran yang
dimakan mentah cucilah terlebih dahulu dengan air bersih. Makanan yang telah

basi jangan dimakan lagi karena dapat menyebabkan penyakit diare. Simpanlah

makanan di tempat yang tertutup supaya terhindar dari lalat. Cuci tangan dengan

sabun sebelum memegang makanan.

3. Buang air besar

Buang air besar di jamban atau di kakus yang sehat, jangan sekali-kali buang

air besar di sembarang tempat seperti di kebun atau di sungai.

4. Kebersihan perorangan

Pengobatan diare penting jika seseorang telah menderita diare. Akan tetapi

bagi anak yang masih sehat akan lebih bermakna jika pencegahan diare dapat

dilakukan. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Mencuci tangan

dengan sabun telah terbukti mengurangi kejadian penyakit diare kurang lebih 40%.

Mencuci tangan disini lebih ditekankan pada saat sebelum makan maupun sesudah

buang air besar. Cuci tangan menjadi salah satu intervensi yang paling cost effective

untuk mengurangi kejadian diare pada anak. Selain mencuci tangan, pencegahan

diare dapat dilakukan dengan meningkatkan sanitasi dan peningkatan sarana air

bersih sebab 88% penyakit diare yang ada di dunia disebabkan oleh air yang

terkontaminasi tinja , sanitasi yang tidak memadai maupun hygiene perorangan

yang buruk (WHO, 2009).

5. Menjaga Kebersihan Alat-alat Rumah Tangga

Jangan mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya.

biasakanlah mencuci alat-alat makan dan minum dengan sabun, letakkan di atas rak

piring.
6. Makanan yang bergizi

Makanan yang bergizi bukan berarti makanan yang mahal. Tahu, tempe,

ikan, daging, sayur, buah-buahan adalah makanan yang bergizi, yang selalu ada dan

terbeli oleh masyarakat. Gizi kurang memiliki daya tahan kurang, sehingga lebih

peka terhadap penyakit. Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan

berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan beratnya penyakit infeksi.

Infeksi dapat mengakibatkan penderita kehilangan makanan, muntah, dan diare.

7. Lingkungan yang sehat

Jagalah supaya halaman rumah tetap bersih dari sampah serta kotoran

lainnya, buatlah jamban yang berjauhan dengan sumber air minum, yaitu paling

sedikit 10 meter.

2.1.10 Penanganan Diare Pada Balita

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare adalah

masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak

segera diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi anak-anak. Bagi penderita

diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan

cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam menanggulangi

kehilangan cairan tubuh adalah pemberian makanan kembali (refeeding) sebab

selama diare pemasukan makanan akan sangat kurang karena akan kehilangan

nafsu makan dan kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau muntah

dan peningkatan metabolisme selama sakit (Sitorus, 2008).


2.2 Balita

2.2.1 Definisi Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan

BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2

tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih

2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2001).

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima

tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan

kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak) di ruang lingkup dinas kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan

tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya.

Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini

pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan

kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia

berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya

(Supartini, 2004). Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi

sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima

tahun, atau bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan (Supartini,

2004).

2.2.2 Perkembangan Fisik Balita

Pada balita, pertambahan berat badan balita adalah satu periode usia

manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun, ada juga yang menyebut
dengan periode usia prasekolah. Pada fase ini anak berkembang dengan sangat

pesat (Choirunisa, 2009). Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan

menurun disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.

2.2.3 Perkembangan Psikologi Balita

Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakannya

(lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,

menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan

mempertahankan rentang atensi. Pada akhir periode balita kemampuan motorik

halus anak juga mulai terlatih seperti menulis, menggambar, menggunakan gerakan

pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari

seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan

menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu. Kemampuan bahasa

balita tumbuh dengan pesat. Pada periode awal balita yaitu usia dua tahun kosa

kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000

kosa kata. Pada usia tiga tahun balita mulai berbicara dengan kalimat sederhana

berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya (Choirunisa,

2009).

2.2.4 Perkembangan Komunikasi Balita

Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia dibawah 3 tahun atau

todler) sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan takut pada

ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan terjadi

pada dirinya. Aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih, oleh karena

itu, saat menjelaskan, gunakan kata yang sederhana, singkat, dan gunakan istilah
yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara pada anak adalah jongkok,

duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar

dengannya. Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan

dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah

dicapainya atau ditunjukkannya terhadap orang tuanya (Supartini, 2004).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air

besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat

makanan dan minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit. Ada beberapa

jenis diare diantaranya dalah diare akut dan diare kronis. Diare akut adalah buang-

buang air yang berlangsung selama kurang lebih 3 hari hingga seminggu.

Kebanyakan orang mengalami mencret jangka pendek karena adanya infeksi pada

saluran pencernaan. Sedangkan diare kronis adalah buang-buang air yang

berlangsung lebih dari 4 minggu atau bahkan lebih. Kondisi ini kurang umum dan

biasanya disebabkan oleh kondisi medis, alergi, obat-obatan, atau infeksi kronis.

Diare adalah kondisi yang sangat umum terjadi pada orang dewasa maupun

anak-anak, tanpa kenal jenis kelamin dan usia. Apabila mencret berlangsung terlalu

lama tanpa ditangani, kemungkinan besar merupakan pertanda kondisi serius.

Namun, gejala diare tidak hanya itu saja. Berikut ini gejala diare yang umumnya

terjadi adalah: feses lembek dan cair (mencret), sakit perut, kram perut, mual dan

muntah, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, haus terus menerus, demam,

dehidrasi, darah pada feses, feses yang dihasilkan banyak, terus menerus ke toilet.
Penyebab utama dari diare adalah gangguan pencernaan. Gangguan

pencernaan yang menyebabkan mencret, meliputi:

1. Keracunan makanan

Makanan yang tidak steril dan terkontaminasi bakteri adalah penyebab

diare. Makanan ini dapat menyebabkan sakit perut melilit, mual, dan buang-buang

air. Hal ini terjadi karena racun yang dikeluarkan bakteri menginfeksi organ dalam

sistem pencernaan.

2. Infeksi bakteri, parasit, virus

Kuman yang dapat menyerang pencernaan sampai menyebabkan diare

adalah bakteri (C. difficile, E. coli, Salmonella, Shigella, dan Campylobacter), parasit

atau amuba (Giardia dan Entamoeba histolytica), dan virus (Rotavirus, norovirus,

adenovirus, dan astrovirus). Kuman-kuman tersebut dapat masuk ke dalam

pencernaan melalui makanan dan air yang terkontaminasi.

3. Intoleransi laktosa

Laktosa adalah gula alami yang ditemukan dalam susu dan produk olahan susu.

Intoleransi laktosa merupakan gangguan sistem pencernaan yang terjadi ketika

tubuh tidak mampu memecah gula alami tersebut. Kondisi ini adalah salah satu

penyebab dari diare.

Ketika gangguan pencernaan ini terjadi, laktosa yang tidak bisa dicerna akan

masuk ke usus besar. Bakteri di usus besar akan berinteraksi dengan laktosa

sehingga menyebabkan gejala seperti kembung dan mencret. Risiko intoleransi

laktosa dapat meningkat seiring bertambahnya usia. Ini karena kadar enzim yang

membantu mencerna laktosa turun setelah masa kanak-kanak.


4. Fruktosa

Fruktosa adalah gula yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan dan

madu. Terkadang ditambahkan sebagai pemanis untuk minuman tertentu. Fruktosa

yang tidak dicerna dengan baik adalah satu penyebab diare pada orang-orang

tertentu.

5. Pemanis buatan

Mengonsumsi sorbitol dan manitol atau pemanis buatan lainnya adalah

pemicu diare. Pemanis buatan tersebut banyak ditemukan pada permen karet dan

produk permen lainnya.

6. Mengonsumsi obat tertentu

Mencret dapat terjadi karena efek samping mengonsumsi beberapa jenis obat.

Obat yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan tersebut

7. Penyakit radang usus (IBD)

Penyakit Crohn dan kolitis ulserativa adalah kondisi yang bisa menyebabkan

diare kronis. Selain mencret, Anda juga bisa mengalami sakit perut, perdarahan

yang keluar dari anus, demam, dan penurunan berat badan. Selain penyakit medis,

beberapa kebiasaan dapat menyebabkan mencret.

Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya diare antara lain adalah:

1. Jarang mencuci tangan pakai sabun

2. Penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih

3. Jarang membersihkan dapur dan toilet


4. Sumber air yang tidak bersih

5. Makan makanan sisa yang sudah dingin

6. Fasilitas jamban yang tidak memadai

7. Kebiasaan jajan sembarangan

Selain faktor risiko di atas, perubahan pola makan baru-baru ini juga dapat

menyebabkan diare akut. Ini termasuk asupan kopi, teh, minuman bersoda, atau

permen karet yang mengandung gula yang sulit diserap. Infeksi diare dapat terjadi

ketika mereka minum atau makan makanan terkontaminasi, serta makan makanan

mentah. Pengobatan diare dapat dilakukan antara lain:

1. Minum air yang banyak

Mencret menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan. Maka dapat

memberikan cairan elektrolit atau oralit. Cairan ini umum digunakan sebagai

pertolongan pertama masalah buang-buang air. Cairan elektrolit dapat memberikan

tubuh asupan glukosa, garam dan mineral penting lainnya yang hilang selama

mengalami dehidrasi. Cairan rehidrasi cocok diberikan untuk anak-anak dan orang

tua.

2. Istirahat

Saat terserang diare, diusahakan untuk beristirahat sebanyak mungkin.

Orang yang terkena atau sedang mengalami kondisi ini, harus berhenti beraktivitas

sementara. Gunanya untuk memulihkan tenaga yang habis untuk bolak-balik ke

toilet.

3. Makan makanan sehat


Saat mencret, sebaiknya berikan makanan yang mudah dicerna lewat menu

makan BRAT (banana, rice, applesauce, and toast), yakni nasi, saus apel, dan roti.

Makanan tersebut baik dikonsumsi anak-anak atau orang dewasa saat sedang

buang-buang air. Pola makan BRAT terdiri dari makanan berserat rendah dengan

rasa hambar yang mudah dikunyah sampai halus. Jenis makanan ini baik bagi organ

pencernaan yang sedang bermasalah. Dan juga menghindari makanan pedas,

berminyak, atau berlemak.

4. Obat-obatan

Pemberian obat diare untuk memperlambat pergerakan pada sistem

pencernaan Anda yang biasanya diresepkan untuk diare. Obat ini memungkinkan

lebih banyak cairan yang diserap oleh tubuh dan membuat feses kembali padat.

Obat mencret umumnya mengandung zat yang bekerja dengan merangsang

pencernaan, terutama usus, dapat menyerap cairan lebih banyak.

Diare jika tidak ditangani akan menyebabkan diare kronis dengan risiko

berikut:

1. Kehilangan banyak nutrisi

Mencret yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi. Buang

air berlebih dalam waktu lebih dari sebulan bisa menyebabkan tubuh kehilangan

terlalu banyak cairan, vitamin, mineral, protein, dan lemak ketika terkena kondisi

ini. Diare kronis juga dapat menurunkan berat badan jika tubuh tidak menyerap

cukup karbohidrat dan kalori dari makanan yang makan.

2. Perdarahan dan iritasi


Diare kronis dapat menyebabkan iritasi pada usus besar atau rektum. Iritasi

bisa berupa luka yang menyebabkan jaringan di usus rapuh. Iritasi ini juga dapat

membuat perdarahan di usus maupun pada feses yang keluar.

3. Dehidrasi

Ketika sedang buang-buang air dapat mengalami dehidrasi karena

kehilangan banyak cairan tubuh. Dehidrasi ringan dapat mudah diatasi dengan

memperbanyak asupan cairan. Baik dari air putih, oralit, atau makanan berkuah.

Namun, diare kronis dapat menyebabkan dehidrasi parah yang mengakibatkan

penurunan volume urin, urin gelap, kelelahan, sakit kepala ringan, dan tekanan

darah rendah.

Selama masih mencret, hindari makanan dan minuman yang dapat

memperburuk kondisi tubuh seperti mengkonsumsi minuman dan makanan yang

terbuat dari susu, makanan berat, berlemak, berminyak, pedas, minuman yang

mengandung kafein, seperti kopi, teh, cola. Selama masa penyembuhan, tubuh

memerlukan nutrisi dari makanan. Untuk itu, pilih makanan yang sehat. Selain itu,

pastikan cukup minum dan istirahat. Perawatan di rumah ini bisa mendukung

pengobatan dokter yang Anda lakukan. Diare dapat menyerang saja apabila tidak

menjaga kebersihan dari diri sendiri, memperhatikan makanan dan minuman yang

dikonsumsi

2.4 Hubungan Kualitas sumber air bersih Dengan Penyakit Diare

Sumantri (2010), penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan

menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang
ditularkan melalui air disebut sebagai waterborne disease atau waterrelated

disease. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan

terkadang vektor. Berikut beberapa penyakit yang dapat ditularkan lewat air

bedasarkan tipe agen penyebabnya:

1. Penyakit viral, misalnya, Hepatitis Viral, Poliomielitis.

2. Penyakit bakterial, misalnya, Kolera, Disentri, Diare.

3. Penyakit protozoa, misalnya, Amebiasis, Giardiasis.

4. Penyakit helmintik, misalnya, Askariasis, Whip worm, Hydatid disease.

Menurut Sumantri (2010) Kira-kira terdapat 20 sampai 30 macam penyakit

infeksi yang dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Biasanya penyakit-

penyakit itu diklasifikasikan menurut mikroba penyebab yaitu: virus, bakteri,

protozoa, dan cacing. Akan tetapi, cara ini tidak banyak menolong dalam

memahami efek perbaikan penyediaan air. Sementara penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan air dalam dibagi dalam kelompok-kelompok bedasarkan cara

penularannya.

2.5 Hubungan Standar jamban Dengan Penyakit Diare

Pemanfaatan jamban berarti penggunaan atau pemakaian jamban oleh

masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Berdasarkan pengertian di

atas maka pemanfaatan jamban adalah perbuatan masyarakat dalam

memanfaatkan atau menggunakan jamban ketika membuang air besar. Atau

dengan kata lain pemanfaatan adalah penggunaan jamban oleh masyarakat dalam

hal buang air besar. Pemanfaatan fasilitas jamban berhubungan erat dengan

bahaya yang dapat diakibatkan oleh penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh
adanya kotoran tinja manusia yang dapat menjadi sumber penyakit diantaranya

penyakit diare. Tinja yang tidak tertampung di tempat tertutup dan aman dapat

menyebabkan beberapa penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A, diare

dan lainnya. Merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar

seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya

air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan

manusia (Sutedjo, 2003).

Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang di keluarkan manusia

sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara

lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Proses penularan

penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :

1. Kuman penyebab penyakit

2. Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab

3. Cara keluar dari sumber

4. Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial

5. Cara masuk ke inang yang baru

6. Inang yang peka (suscaptible).

Bahaya buang air besar sembarangan oleh Notoatmodjo (2003),

digambarkan melalui rantai penyebaran penyakit melalui kotoran tinja dan urine.

Peranan tinja dalam penyebaran penyakit cukup besar, selain dapat langsung

mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya juga mencemari air,

tanah, serangga dan bagian tubuh manusia. Beberapa penyakit yang dapat

disebarkan oleh kotoran tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.6 Kerangka Teori

Dari teori yang dikemukakan WHO (2010), diare adalah keluarnya tinja yang

berbentuk lebih cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari atau terjadi lebih

sering dari biasanya pada seseorang, yang umumnya merupakan gejala infeksi

saluran cerna yang disebabkan oleh mikroorganisme akibat kontaminasi makanan,

air minum, ataupun langsung dari orang ke orang akibat dari kurangnya sanitasi.

Cuci tangan menjadi salah satu intervensi yang paling cost effective untuk

mengurangi kejadian diare pada anak. Selain mencuci tangan pencegahan diare

dapat dilakukan dengan meningkatkan sanitasi dan peningkatan sarana air bersih

sebab 88% penyakit diare yang ada di dunia disebabkan oleh air yang

terkontaminasi tinja, sanitasi yang tidak memadai maupun hygiene perorangan

yang buruk (WHO, 2009). Sumantri (2010) Air yang diperuntukan bagi konsumsi

harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Sumantri (2010), penyakit yang

menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak

langsung melalui air, maka kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut:
Faktor-Faktor Penyebab
Diare

Kualitas sumber air


bersih Sumantri (2010)
Diare Pada
Kualitas Fisik Air LINGKUNGAN Balita Usia
(0-59 Bulan)
Kondisi Jamban

Status Gizi

Umur Nelly, dkk (2013)

Jenis Kelamin KARAKTERISTIK


INDIVIDU
Kebiasaan Jajan

Kebiasaan Cuci Tangan

Pengetahuan Ibu Notoatmodjo (2011)

Status Pekerjaan Ibu


KARAKTERISTIK IBU
Tingkat Pendapatan

Gambar 1. Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai