Anda di halaman 1dari 18

DIARE

DALAM ASUHAN KEFARMASIAN

OLEH :
FAUZIAH AFDALLENI
NIM:202016

DOSEN PENGAMPU :
APT. VIVALDI ERSIL, M.FARM
DIARE
DALAM ASUHAN KEFARMASIAN

01 Pengertian Diare 03 Gejala Diare

02 Penyebab Diare 04 Obat Dalam Pengobatan Diare

05 Asuhan Kefarmasian Dalam Pengobatan Diare


01. PENGERTIAN DIARE
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang
berdarah (WHO, 2017). Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes,
2011).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang
berdarah (WHO, 2017). Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes,
2011).
Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan yang menjadi masalah kesehatan di dunia
termasuk Indonesia. Menurut WHO dan UNICEF, terjadi sekitar 2 milyar kasus diare dan 1,9 juta anak balita meninggal
karena diare di seluruh dunia setiap tahun. Dari semua kematian tersebut, 78% terjadi di negara berkembang, terutama di
wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyebutkan prevalensi diare untuk semua kelompok
umur sebesar 8 % dan angka prevalensi untuk balita sebesar 12,3 %, sementara pada bayi, prevalensi diare sebesar 10,6%.
Sementara pada Sample Registration System tahun 2018, diare tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian pada
neonatus sebesar 7% dan pada bayi usia 28 hari sebesar 6%.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2020, Penyakit infeksi khususnya diare menjadi penyumbang kematian
pada kelompok anak usia 29 hari - 11 bulan. Sama seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2020, diare masih menjadi masalah
utama yang meyebabkan 14,5% kematian. Pada kelompok anak balita (12 – 59 balita), kematian akibat diare sebesar 4,55%.
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten dan diare kronik.(24) Klasifikasi diare
berdasarkan lama waktu dapat dikelompokkan menjadi :
1)Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan
bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare akut berlangsung kurang dari 14
hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari.
2)Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara
diare akut dan kronik.
3)Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbull, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit
sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik
adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare dapat dibedakan dalaM empat
kategori, yaitu: a) Diare tanpa dehidrasi, b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 2-5% dari berat
badan, c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, d) Diare dengan
dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% dari berat badan.
MEKANISME TERJADINYA DIARE
02. PENYEBAB TERJADINYA DIARE
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan meyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan
ekstraseluler. Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan
isotonik dan hipertronik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga
terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan elektronik akan pindah dari cairan
ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah sehingga
terjadi diare.
2)Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
3)Gangguan Sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin yang menyebabkan
villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal
ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi, malabsorpsi, keracunan,
obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah
infeksi virus terutama Rotavirus (Permatasari, 2012). Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh infeksi.
• Virus : Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus penyebab diare
akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9 pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe
40,41), Small bowel structure virus, Cytomegalovirus.
• Bakteri : Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC). Enteroaggregative E.coli
(EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC), Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp.,
Camphylobacterjejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella (non-
thypoid).
• Parasit : Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli, Cryptosporidium,
Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora cayatanensis.
• Heliminths : Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis, Trichuris trichuria.
• Non Infeksi : Malabsorbsi, Keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imonodefisiensi, obat dll.
Kondisi lambung pada penderita diare akibat bakteri
03. GEJALA TERJADINYA DIARE
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lender atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan
tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit (Kliegman, 2006).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang
perut. Diare yang berlangsung beberapa saat tanpa penanggulangan medis adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
lanjut.
Kehilangan cairan menyebabkan haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun, serta suara serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan bikarbonat akan menurunkan
Ph darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan, sehingga frekuensi napas lebih cepat dan lebih dalam (Kussmaul).
Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonat agar pH dapat naik kembali normal.
Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standar juga rendah, pCO2 normal, dan base excess
sangat negatif. Gangguan kardiovaskuler pada hipovolemia berat dapat berupa renjatan dengan tanda denyut nadi cepat, tekanan
darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, wajah pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis.
Kehilangan kalium juga dapat menimbulkan aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
dan akan timbul anuria, bila tidak segera diatasi akan menyebabkan timbulnya penyakit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang
berarti gagal ginjal akut.
Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi pemutusan sirkulasi paru-paru dan dapat menyebabkan
edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali (Amin, 2015). Diare merupakan gejala nonspesifik
yang merupakan manifestasi umum gangguan GI, termasuk penyakit inflamasi perut, sindrom iritasi perut, keganasan saluran
cerna, sindrom berbagai macam malabsorbsi, dan infeksi intestinal akut atau subakut dan gangguan-gangguanya. Diare dapat juga
merupakan efek yang tidak dikehendaki pada banyak obat (Wiffen et al, 2014).
04. OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN
DALAM PENGOBATAN DIARE
Pengobatan utama diare adalah mencegah dehidrasi. Untuk pencegahannya penderita dapat meminum cairan
elektrolit, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare. Selain itu, konsumsi makanan lunak, suplemen probiotik,
dan obat anti diare bisa didapatkan di apotek atau toko obat, juga disarankan untuk mempercepat pemulihan diare.

Obat-obatan yang dapat digunakan dalam pengobatan diare yaitu:


1.Obat diare golongan adsorben(penyerap) dan pembentuk massa. Contoh obatnya : Kaolin 1-4 sendok makan,
Kombinasi kaolin dan pektin tablet 750mg, Attapulgit tablet 600mg, dan Karbo adsorben tablet 250mg
2.Obat diare golongan antimotilitas
Antimotilitas adalah obat-obatan yang dapat menghambat gerakan usus, sehingga usus dilumpuhkan dan frekuensi diare
berkurang. Contoh motilitas yang biasa digunakan yaitu:
Co-Fenotrop(campuran difenoksilat Hcl dan Atropin Sulfat 100:1) tablet,Kodein fosfat tablet 30g, Loperamide Hidroklorida
tablet 2-4 mg, Morfin tablet 30-60 mg
3.Obat diare golongan larutan rehidrasi oral
Larutan rehidrasi oral tidak menghentikan diare tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang bersama feses. Dengan
menggantikan cairan tubuh tersebut, dehidrasi dapat dihindarkan. Larutan rehidrasi oral tersedia dalam bentuk serbuk untuk
dilarutkan dan dalam bentuk larutan yang diminum perlahan-lahan.

Formula Larutan rehidrasi oral menurut panduan WHO dan UNICEF, Desember 2006
Komposisi dalam Gram/liter % Komposisi dalam mmol/liter
Natrium klorida 2,6 12,683 Natrium 75
Glukosa, anhidrat 13,5 65,854 Klorida 65
Kalium klorida 1,5 7,317 Glukosa, anhidrat 75
Trisodium sitrat, anhidrat 2,9 14,146 Kalium 20
Sitrat 10
Total 20,5 100,00 Total osmolaritas 245

Contoh obat berdasarkan golongan larutan rehidrasi oral yang sering digunakan adalah oralit, ramolit, pamolit,
dan sejenisnya. Dengan Berat Kurang lebih 4.1g dengan konsentrasi 200ml .
05. ASUHAN KEFARMASIAN DALAM PENGOBATAN DIARE
A. Anjuran Yang Dapat Dilakukan oleh Penderita Diare
Jika diare tidak disertai gejala berat, Anda dapat melakukan perawatan mandiri, seperti:
1.Jaga asupan cairan untuk mencegah dehidrasi. Cairan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia penderita,
misalnya air putih, oralit, jus, kaldu, atau
2. Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung banyak air, seperti sup. Disarankan untuk mengonsumsi makanan
yang lunak agar lebih mudah dicerna.
4. Minumlah suplemen makanan, seperti probiotik yang mengandung Lactobacillus acidophilus, untuk mempercepat
penyembuhan diare, terutama diare akibat efek samping antibiotik.
5. Minumlah obat antidiare yang dapat dibeli di apotik, seperti attapulgite, pektin, kaolin, dan diosmectite.
Makanan yang dianjurkan untuk penderita diare:
1.Buah buahan dan sayuran yang rendah serat
2.Bubur dan nasi putih
3.Makanan berkuah dan makanan berprobiotik
4.Roti tawar serta telur
B. Hal Yang Dilarang Dilakukan Oleh Penderita Diare
1.Jangan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat
2.Jangan mengkonsumsi makanan yang memiliki rempa-rempah kuat
3.Jangan mengkonsumsi makanan yang berminyak dan berlemak
4.Jangan mengkonsumsi makanan yang berasal dari olahan susu
5.Jangan mengkonsumsi alkohol dan kafein
6.Jangan mengkonsumsi sayuran yang mengandung gas seperti kol,kacang polong,dll
7.Jangan mengkonsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan
8.Jangan mengkonsumsi makanan yang pedas
Saat menderita diare, harus lebih cermat dalam memilih makanan untuk diare agar kondisi yang dialami cepat
membaik. Jika diare semakin parah atau disertai gejala lain, misalnya adanya darah pada tinja, muntah terus-menerus, atau
demam, segera periksakan diri kedokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
KESIMPULAN
Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan peningkatan volume dan keenceran
feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa lendir
darah.Jenis diare ada dua, yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementaradiare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004). Mekanisme terjadinya diare dan termaksut juga peningkatan
sekresi atau penurunan absorbsi cairan dan elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi
mukosa intestinal (Wiffen et al, 2014).
THANKS

Anda mungkin juga menyukai