Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap


kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang
masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang
buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit
yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara
langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan
suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare
masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia
Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak
mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter Sumeria
pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare
atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah utama negara
perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman, 2003).
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan
dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian
pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit
pada tinja diare (Depkes RI, 1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong
50-60% diantaranya dapat meninggal.
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem
ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di
antaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia,
gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk

1
mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang ditibulkan, serta upaya
penanganan dan pencegahan komplikasinya.

1.2 Tujuan Makalah


1. Mengetahui dan memahami mengenai penyakit diare mulai dari penyebab
hingga cara pencegahannya
2. Mengetahui jenis mikroorganisme penyebab diare

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit diare?
2. Apa pathogenesis dari diare?
3. Apa etiologi penyakit diare?
4. Apa saja jenis penyakit diare?
5. Apa saja bakteri penyebab diare?
6. Bagaimana gejala diare?
7. Bagaimana cara pencegahan penyakit diare?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan rheein,
yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang yang
menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer” (Goodman dan
Gilman, 2003).
Diare adalah adalah kondisi di mana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal
(lebih dari 3 kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram per hari)
dan konsistensi (feses cair). Pada definisi ini jelas menyebutkan frekuensi diare
terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari. (Smeltzer,2002).
Diare juga merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (WHO,1980).
Definisi diare yang diberikan oleh Depkes RI (2003) adalah penyakit yang
ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih banyak dari biasanya
(lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya
encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga
diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita
diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan
kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ummuauliya.
2008).
Beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, menjelaskan definisi diare
berdasarkan konsistensi dan bentuk tinja (feses) yang melembek dengan atau tanpa
menunjuk pada frekuensi diarenya. Bahkan definisi diare yang diberikan WHO secara

3
spesifik juga menyebutkan diare dengan feses yang berwarna hijau, bercampur lendir
dan atau darah. Dengan demikian, secara umum berdasarkan beberapa definisi diare
dapat disebutkan bahwa diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar
yang sering melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek
sampai cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja,

2.2 Patofisiologi Diare


Wabah diare pada bayi, anak-anak dan dewasa biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang menyebar melalui air atau makanan yang sudah tercemar oleh
tinja yang terinfeksi. Infeksi juga dapat ditularkan dari orang ke orang, yaitu bila
seorang penderita diare tidak mencuci tangannya dengan bersih, setelah buang air
besar (Setiawan, 2005) Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, reaksi obat-
obatan, dan juga faktor psikis. Klasifikasi dan patofisologi diare akut yang
disebabkan oleh proses infeksi pada usus atau Enteric infection. Pendekatan klinis
yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut berdasarkan proses
patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme
Inflammatory, Non inflammatory, dan Penetrating (Zeina , 2004). Inflamatory
diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan manifestasi sindroma
disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea).
Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mulas
sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, serta gejala dan tanda dehidrasi
(Zeina , 2004). Non Inflammatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus
halus bagian proksimal. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama
sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang
tidak segera mendapat cairan pengganti.

4
Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini disebut
juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare.
Tabel 1 . Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut

Diare akut mengakibatkan terjadinya:


1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemik.
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau
prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa dehidrasi dengan
muntah, perdarahan otak dapat terjadi, kesadaran menurun dan bila tak
cepat diobati penderita dapat meninggal.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena
diare dan muntah

2.3 Etiologi Diare


Penyakit diare akut dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Infeksi
a. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Rotavirus serotype 1, 2, 8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati
pada hewan dan manusia, dan serotype 5, 6, dan 7 didapati hanya pada
hewan. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat fool
borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person
to person.

5
b. Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang
penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat
pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat
stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang
menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush
border atau menginvasi mukosa. Enterophatogenic E.coli (EPEC).
Mekanisme terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses perlekatan
EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membran mikro vili
yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Shigella menginvasi dan multiplikasi sel epitel kolon, menyebabkan
kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk ke
dalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk: smooth lipopolysaccharide
cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu
proses invasi dan toksin yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan
mungkin menimbulkan watery diarrhea (Zeinª, 2004).
c. Protozoa
Entamoeba histolytica prevalensi. Disentri amoeba ini bervariasi,
namun penyebarannya di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan
bertambahnya umur, dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90%
infeksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik.
Amobiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten
sampai disentri yang fulminant (Zeinb , 2004). Cryptosporidium. Di
negara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 –15% dari kasus diare pada
anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak
yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe
watery diarrhea, ringan dan biasanya selflimited. Pada penderita dengan
gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS,

6
cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih
berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik (Zeinª, 2004).
2. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein
3. Makanan basi, beracun, makanan pedas.
4. Psikologis contohnya rasa takut dan cemas (Arif dkk, 2000)

2.4 Jenis-Jenis Diare


1) Diare menurut sifatnya
a. Diare akut 9 Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek dan cair, bersifat mendadak datangnya
dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
b. Diare kronis Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu ( Suharyono,
2008).
2) Diare menurut mekanismenya
a. Diare sekretori Diare yang umumnya terjadi bila telah timbul cedara pada
usus dan terjadi sekresi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus.
b. Diare osmotik Diare yang biasanya disebabkan oleh solut yang sulit
diabsorbsi di dalam usus. Penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa
dan penelanan laksatif asmotik.

2.5 Bakteri Penyebab Diare


1. Bakteri jenis Compylobacter jejui
Bakteri ini adalah bakteri prenyebab diare yang dapat hidup dan berkembang
pada makanan jenis daging dagingan misalnya daging ayam mentah, Ikan atau jenis
unggas yang diolah dengan dipanggang dan dibakar, Susu yang belum direbus dan air
mentah. Jika masuk ketubuh manusia maka akan menyebabkan diare dan sakit perut .
Tinja yang keluar dari saluran pembuangan akan bercampur lendir berupa darah.

7
Klasifikasi compylobacter
Kingdom Bacteria
Filum Proteobacteria
Kelas Epsilonproteobacteria
Ordo Campylobacterales
Famili Campylobacteraceae
Genus Campylobacter
Sebald dan Véron
1963
2. Bakteri jenis Salmonella spp
Bakteri ini ada dalam tubuh unggas seperti burung, bebek, Itik, Soang dan lain
lain dan terdapat banyak pada daging babi yang jika dimakan berlebihan dapat
menyebabkan diare dan kejang. Untuk menghindari bakteri penyebab diare ini
sebaiknya masaklah daging unggas atau babi sampai benar benar matang dan lebih
baik jika proses perebusannya melebihi 100 derajat celsius.
Bakteri salmonella typhi berbentuk batang, bakteri gram negatif, fakultatif
aerob, bergerak dengan flagel peritrich, mudah tembus pada pembenihan biasa dan
tumbuh dengan baik pada perbenihan yang mengandung empedu. Di alam bebas,
Salmonella typhi dapat bertahan hidup lama di dalam air, tanah atau pada bahan
makanan. Dalam fases diluar tubuh manusia tahan hidup 1 sampai 2 bulan dan
dalam air susu dapat berkembang biak dan hidup lebih lama sehingga sering
merupakan jalan untuk penularan penyakit (Entjang, 2003).
Adapun klasifikasi Salmonella typhi sebagai berikut:
Kingdom Bacteria
Divisi Protobacteria
Kelas Gamma Proteobacteria
Ordo Enterobacteriales
Famili Enterobacteriaceae
Genus Salmonella
Spesies Salmonella typhi (Breed,
dkk, 1975)

8
3. Bakteri jenis Shigella dysentrial
Bakteri shigella adalah salah satu bakteri penyebab diare berbahaya
karena dapat mengiritasi saluran dan dinding pencernaan manusia sekaligus
dan paling sering menyerang pada bagian ileum atau lebih dikenal sebagai
usus penyerapan yang terakhir dibagian usus halus. Ketika bagian tersebut
terinfeksi shigella maka seseorang akan menderita sakit perut yang luar biasa
dan mengalami buang air besar bercampur darah.
4. Bakteri jenis Estamoeba histolytica
Bakteri estamoeba histolytica merupakan bakteri penyebab diare yang
terdapat pada parit, Selokan, Kubangan air, Sumur yang airnya cenderung
berbau logam dan lain lain. Bakteri Penyebab diare ini sering menyerang lalu
meracuni usus besar yang menyebabkan nyeri, Kram perut dan diare yang
berkepanjangan.
5. Bakteri jenis Escherichia coli atau E-coli
Bakteri escherichia coli paling banyak terdapat pada tanah, Kubangan
kerbau, Air, pasir atau lumpur yang telah terkontiminasi dengan kotoran manusia
atau hewan yang tanpa sengaja masuk kedalam tubuh melalui makanan, Udara
atau ketika anak anak bermain. Bakteri penyebab diare yang satu ini juga terdapat
pada makanan sampah jenis junkfood dan makanan yang dikonsumsi secara
mentah. bakteri e-coli. Bakteri Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies
utama bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek (kokobasik) ditemukan
oleh Theodor Escherich (tahun 1885). Escherichia coli dapat bertahan hingga
suhu 60°C selama 15 menit atau pada 55°C selama 60 menit. Hidup pada tinja
dan menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber
serta masalah pencernaan lainnya.
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di
dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak, seperti juga
kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus.

9
Klasifikasi Bakteri Escherichia coli

Filum Bacteria
Divisi Protobacteria
Kelas Gamma Proteobacteria
Ordo Enterobacteriales
Famili Enterobacteriaceae
Genus Escherichia
Spesies Escherichia coli

2.6 Gejala Diare


Pada tiap penderita, gejala diare bisa berbeda-beda. Salah satu gejala diare
adalah mengeluarkan feses yang sangat encer. Namun, tidak semua penderita diare
menunjukkan gejala ini. Bisa saja penderita diare lainnya mengeluarkan feses yang
tak terlalu encer. Berikut ini adalah tanda-tanda atau gejala diare yang Anda alami
bertambah parah.

 Air kencing kental dan berwarna kuning, frekuensi berkemih kurang dari
4 kali per hari disertai demam, mata cekung, dan kulit kering.

 Diare tetap bertahan di atas 2 minggu.


 Kram.
 Sakit perut
 Kembung.
 Mual.
 Demam
Gejala diare yang parah seperti ini bisa jadi merupakan tanda-tanda kondisi
seperti infeksi, penyakit iritasi usus, pankreatitis, kanker usus, atau penurunan kondisi
kekebalan tubuh. Meski begitu, penyakit diare dapat hilang dengan sendiri dalam waktu
48 jam. Hal yang paling penting yang dapat dilakukan saat diare adalah tetap terhidrasi

10
dengan baik, menghindari makanan-makanan pemicu penyakit diare seperti makanan
pedas dan berserat.
Perlu diketahui, pengeluaran cairan melalui feses yang berlebihan ditambah
dengan hilangnya nafsu makan dapat berdampak dehidrasi. Kondisi ini harus segera
ditangani karena bisa berakibat fatal. Dehidrasi sendiri lebih mudah terjadi pada anak-
anak. Hal ini dikarenakan ketahanan anak-anak terhadap dehidrasi yang lebih rendah
ketimbang orang dewasa.

2.7 Pencegahan Diare


Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang
bersih dan sehat.
a. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
b. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
c. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
d. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
e. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan
muka.
f. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
g. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
h. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur
atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi.
Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Burton. 2011. The effect of handwashing with water or soap on bacterial contamination of
hands. Int. J. Environ. Res. Public Health, 8 , 97-104. doi:10.3390/ ijerph8010097.
Depertemen Kesehatan RI. 2009. Tatalaksana Penderita Diare. Diakses 25
Agustus 2018.
Depertemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen
PPM dan PL.
Myrnawati. 2004. Buku Ajar Epidemiologi. Jakarta: FK Yarsi.
Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta.
Wijaya. 2012 Faktor Risiko Kejadian Diare Balita di Sekitar TPS Banaran Kampus
UNNES.Unnes Journal of Public Health.Vol.2. Nomor.1.

12

Anda mungkin juga menyukai