BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat (Arif Mansjoer, et al, 2007). Diare juga
dapat definisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar
yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang
Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang
tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak,
bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Ai Yeyeh R, et al, 2010). Hingga kini
diare masih menjadi child killer (pembunuh anak- anak) peringkat pertama di
Indonesia. Semua kelompok usia dapat terserang diare, baik balita, anak-
anak, dan orang dewasa, tetapi penyakit diare berat dengan kematian
yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006).
9
10
1. Diare Akut
adalah dehidrasi. Rotavirus ditemukan pada lebih dari 50% kasus selain
2. Diare Kronik
lebih dari 14 hari secara terus menerus (11). Akibat diare persisten atau
berkisar antara 7-15% setiap tahun dan menyebabkan kematian sebesar 36-
1. Faktor Infeksi
Jenis- jenis infeksi yang umumnya menyerang dibagi menjadi dua, yaitu:
11
homonis.
terjadi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (Bambang S, et
al, 2010).
2. Faktor Malabsorbsi
Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah
lipase akan mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.
Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
12
muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Selain itu malabsorpsi
3. Faktor Makanan
4. Faktor Psikologis
rasa takut, cemas, dan tegang. Jika hal tersebut terjadi pada anak, dapat
menyebabkan diare kronis, tetapi jarang terjadi pada anak balita dan
umumnya terjadi pada anak yang lebih besar atau dewasa (Depkes RI,
2005).
diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta per tahun (Soewondo ES,
1. Gejala Umum
a. Buang air besar yang lebih sering dari biasanya, dengan tinja yang
disertai pula dengan mual dan muntah, panas, serta sakit kepala,
bahkan ada pula yang diarenya kemudian bercampur darah dan lendir
ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari
3. Gejala Spesifik
mengalami gejala ringan yang terdiri dari diare cair, mual, dan kejang
abdomen. Diare berat jarang terjadi, dimana pasien melakukan BAB lima
kali atau kurang dalam waktu 24 jam. Lamanya penyakit ini rata-rata 5
hari. Demam timbul pada kurang dari 1/3 pasien. Feses berlendir tetapi
14
sangat jarang terdapat sel darah merah atau sel darah putih (Umar Zein, et
al, 2004).
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi
terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang
penyimpanan;
atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
(Widoyono, 2008).
paska bencana di suatu lokasi bencana atau tempat pengungsian, maka perlu
dan faktor makanan. Aspek yang paling banyak terjadi diare pada
Host yaitu diare lebih banyak terjadi pada balita, dimana daya
daya tahan tubuh yang kurang. Pada tempat pengungsian status gizi
tempat pengungsian.
(Purnama, 2017).
17
Pengungsi.
virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula
bencana/tempat pengungsian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh sebab itu pada
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih
manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman,
sanitasi yang tidak memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas
keperluan minum tidak cukup. Dalam hal ini pengadaan air yang
lain:
liter perdetik.
2). Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari
500 meter.
5). Kualitas air berasal dari sumber harus layak diminum dan
pendek.
lain:
semua pasokan air pada waktu ada risiko atau sudah ada
Memenuhi Syarat
RI, 2007b) :
air tanah.
daerah tersebut.
atau lebih dari 100 meter jaraknya dari tempat sampah umum.
Syarat
b. Termasuk air hujan, air luapan dari sumber sumber air, limbah
medis.
c. Tidak boleh ada genangan air limbah di sekitar titik titik tempat
pemukiman.
harus terjaga dari segi hygiene dan sanitasi mulai dari pengolahan
mata normal, minum seperti biasa, turgor kulit kembali dengan cepat. Dosis
oralit yang dapat diberikan adalah untuk anak < 1 tahun sebanyak ¼ - ½
gelas setiap kali anak mencret, umur 1-4 tahun ½ - 1 gelas setiap kali anak
mencret dan untuk > 5 tahun 1 - 1½ gelas setiap kali anak mencret.
Apabila terdapat 2 (dua) tanda atau lebih seperti anak gelisah dan
rewel, mata cekung, ingin minum banyak, dan turgor kulit kembali lambat.
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 mg/kg berat badan dan
Bila terdapat 2 (dua) tanda atau lebih yakni : anak lesu, lunglai dan
tidak sadar, mata cekung, tidak bias minum atau malas minum dan turgor
kulit kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik). Penderita diare yang tidak
28
4. Seng (Zinc)
dengan dosis minimal setengah dari RDA Amerika Serikat untuk seng,
diare mencapai 25%. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF telah
mg per hari selama 10-14 hari, dan bayi <6 bulan dengan dosis 10 mg
Diberikan ekstra makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan
7. Terapi Medikamentosa
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna
dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu
formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
30
besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
diberikan.
2). Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-
ke dalam makanannya.
4). Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang
air;
mandi anak-anak;
d. Mencuci Tangan
sebesar 47%).
e. Menggunakan Jamban
Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit
pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara
benar.
2). Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di
jangkau olehnya.
3). Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti
4). Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan
dengan sabun.
mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit
34
juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24, 2007).
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
bumi pecah dan bergeser dengan keras. Penyebab gempa bumi dapat berupa
longsoran (di bawah muka air laut), ledakan bom nuklir di bawah permukaan
Berbeda dengan letusan gunung api dan bencana alam lain yang
sehingga menimbulkan kepanikan umum yang luar biasa karena sama sekali
tidak terduga sehingga tidak ada seorang pun yang sempat mempersiapkan
diri.
bahkan antar‐benua. Sifat getaran gempa bumi yang sangat kuat dan
yang terkuat sekalipun, sehingga tak ayal lagi sangat banyak memakan
korban nyawa manusia. Bahkan gempabumi sering kali diikuti oleh bencana
alam lanjutan yang jauh lebih dahsyat berupa tanah longsor dan gelombang
kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini
gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa
dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Dalam kulit bumi terus menerus terjadi
yang disebut dengna proses geologis yang memiliki akibat konsentrasi dan
pembentukan pegunungan-pegunungan.
yang besar dan terjadi berulang-ulang serta tidak dapat diprediksi dapat
terjadi.
bumi;
manusia.
Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada
aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang
Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa
akan terjadi.
dinding tubuh gunung api dan tekanan gas pada peledakan hebat;
yakni :
b. Tabrakan. Tabrakan benda langit atau sering juga disebut dengan meteori
oleh suatu alat pencatat getaran gempa bumi dan juga sangat jarang terjadi;
39
api dan juga tekanan gas yang meletus dengan kuat, atau terjadi suatu
d. Kegiatan Tektonik. Gempa yang memiliki efek besar yang berasal dari
bisu ketika terjadi sebuah dampak gempa bumi. Indonesia yang sering dilanda
dampak yang diterima oleh Indonesia akibat terjadinya proses gempa bumi.
Akibat gempa bumi atau dampak gempa bumi tersebut dibagi kedalam dua
a. Dampak Fisik
b. Dampak Sosial
1) Menimbulkan kemiskinan;
2) Kelaparan;
3) Menimbulkan penyakit;
kerusakan fasilitas umum seperti jalan, saluran air dan saluran pembuangan
meninggal dunia berjumlah 4.143 jiwa, kurban luka berat 12.026 jiwa,
fasilitas kesehatan yang rusak sebesar 94 buah dan rumah penduduk rusak
berat berjumlah 78.622. Salah satu akibat rusaknya fasilitas umum dan
kesehatan adalah munculnya kejadian luar biasa (KLB) diare dan disentri
yang dipengaruhi oleh ketersediaan sumber air minum yang sangat terbatas.
KLB di daerah bencana gempa bumi sering terjadi akibat kondisi lingkungan
yang kurang higienis, persediaan air terbatas serta jumlah jamban atau
fasilitas mandi cuci kakus (MCK) sangat terbatas. Sejak terjadi gempa,
yang rusak, terjadi pendangkalan, air menjadi keruh bahkan ada yang sama
41
sekali tak keluar air karena tanah dasar sumur naik. Banyak air sumur yang
dasar.
a. Trauma
atau tajam atau tumpul. Contoh trauma, antara lain: luka robek,
luka tusuk, luka sayat, dan fraktur. Pada umumnya kasus trauma
dan lain-lain.
b. Gangguan pernapasan
c. Luka bakar
trauma)
45
e. Korban meninggal
berikut: a). Kasus gawat darurat; b). Kasus gawat tidak darurat;
c). Kasus tidak gawat tidak darurat (non gawat darurat) dan d).
Kasus mati.
xeroftalmia.
lain-lain.
maupun kualitasnya;
a. Air Bersih
berbasis lingkungan.
49
liter/orang/hari.
sumur gali, sumur bor, mata air dan sebagainya, perlu segera
sumbernya
penampungan pengungsi.
50
karena itu apabila air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik
PDAM;
titik‐titik distribusi.
menggunakan:
digunakan;
awal;
klor;
54
meliputi:
pengolahan;
air baku air minum. Dengan demikian air bersih adalah air untuk
keperluan higiene.
2. E. coli CFU/100ml 0
Sumber : Permenkes No. 32 Tahun 2017
56
lain;
3). Jarak minimal antara jamban terhadap lokasi sarana air bersih
10 meter;
4). Konstruksi jamban harus kuat dan dilengkapi dengan tutup pada
keluarga;
hunian;
pembuangan akhir.
59
parit dengan ukuran dalam 2 meter lebar 1,5 meter dan panjang
pengungsi;
harus sesuai untuk konsumsi manusia baik dari segi gizi dan
budaya;
3). Stok harus dicek secara teratur dan pisahkan stok yang rusak;
9). Di daerah yang terkena banjir, makanan yang masih utuh harus
1. Organisasi
(a) Sekretariat
luas.
darurat bencana.
64
Komandan
Wakin Komandan
Perwakilan
Sekretariat
Dinas/Lembaga
Keselamatan dan
Humas
Keamanan
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
c) Pencegahan;
a) Kesiapsiagaan
b) Peringatan Dini
c) Mitigasi Bencana
koordinasi.
meliputi:
1). Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumber daya;
c. Paska Bencana
meliputi:
2). Rekonstruksi.
1). Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan pelaksana;
daerah.
prasarana.
komunikasi.
bencana.
penghuninya mengungsi.
1). Masyarakat
2). Swasta
darurat. Partisipasi yang lebih luas dari sektor swasta ini akan sangat
69
bencana.
paska bencana.
Untuk itu diperlukan kontribusi pemikiran dari para ahli dari lembaga-
5). Media
pada saat terjadi bencana dan pada paska bencana. Sistem manajemen
tepat tempat, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat
berdasar kepada:
2. Gudang utama
3. Gudang penyalur
1. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
4. Pendistribusian
5. Pengangkutan
6. Penerimaan di tujuan
7. Penghapusan
8. Pertanggungjawaban
Dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas digunakan
seluruh masyarakat.
73
permasalahan yang ada pada masyarakat, kita harus memahami dulu apa dan
yang diberikan oleh Thomas R.Dye ini memiliki ruang lingkup yang sangat
luas. Selain itu, kajiannya hanya terfokus pada negara sebagai pokok kajian.
suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang
diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu yang saling
didefinisikan sebagai apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan
Edward lebih lanjut menjelaskan bahwa kebijakan publik itu dapat diterapkan
masyarakat”.
kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau
tahapan.
mengambil tindakan.
adalah :
1. Perumusan masalah.
2. Agenda kebijakan.
4. Penetapan kebijakan.
sebagainya.
Edward III
memegang peran yang cukup vital dalam proses kebijakan. Tanpa adanya
masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak
Menurut teori Edward ada empat faktor atau variabel krusial dalam
1. Komunikasi (Communications)
a. Transmisi
kebijakan.
b. Kejelasan
c. Konsistensi
mencakup :
dukungan dari sumber daya manusia yang cukup secara kualitas dan
b. Anggaran (Budgetary)
c. Fasilitas (Facillity)
atau kebijakan.
3. Sikap (Dispositions)
fragmentasi.
bencana, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dapat
Bappeda
Dinkes-
Telkom
Dishub
Dinkes
Dinsos
BPBD
Media
Dinas
Toma
LSM
Toga
DLH
TNI/
Polri
PLN
Kec
tran
PU
Pilihan
Tindakan
Kegiatan
Pembuatan peta rawan (pelaksanaan
∆ ∆ ∆ ∆
Pra dan penegakan tata ruang)
Bencana Penyuluhan ∆ ∆
saat tidak Pelatihan dan pendidikan ∆ ∆ ∆
terjadi
Pengembangan SDM ∆ ∆
bencana
Analisis resiko dan bahaya ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆
Pra Pembentukan POSKO pengungsian ∆
bencana
saat Peringatan ∆
terdapat
potensi Rencana kontinjensi ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆
bencana
Pernyataan bencana (status keadaan
darurat bencana)
Bantuan darurat ∆ ∆ ∆ ∆
Pada saat Perlindungan terhadap kelompok
tanggap ∆ ∆
rentan
darurat Pemulihan dengan segera prasarana
∆ ∆ ∆ ∆
dan sarana vital
Penyelamatan dan evakuasi
∆ ∆ ∆ ∆
masyarakat terkena bencana
Kaji Bencana ∆ ∆
Paska Rehabilitas
∆ ∆
bencana i
Rekontrusksi ∆ ∆
84
bersih
Imunisasi campak
Pengkajian : lokasi, kerusakan dan Komunikasi Kejadian
sumber daya. Sumber Daya Diare
SAAT Penentuan status keadan darurat. Struktur pada
BENCANA Penyelamatan dan evakuasi korban. Birokrasi
balita
Pemenuhan kebutuhan dasar. Disposisi Faktor
Pelayanan psikososial dan kesehatan. Environment :
Penyediaan Air
Bersih
PASKA Rehabilitasi Penyediaan Jamban
BENCANA Rekonstruksi
Pengelolaan
Sampah
N NAMA
JUDUL METODE HASIL
O PENELITI
terjadinya diare akut pada
balita, variabel-variabel
tersebut adalah: 1) risiko
sarana air bersih, 2) total
coliform, 3) higiene
perorangan, dan 4) perebusan
air minum. Dua variabel
lainnya yaitu sarana
pembuangan tinja dan total E.
coli secara statistik
tidak bermakna sebagai faktor
risiko yang
berhubungan dengan
terjadinya diare akut pada
balita
di Kecamatan Umbulharjo
dan Kotagede karena p > 0,05
Analisis multivariate
Sarana air besih
Pada penelitian ini sebagian
besar responden
(95,2%) menggunakan sumur
(Sumur Pompa Lisrik/
SGL) sebagai sumber air
bersih yang digunakan untuk
mandi, mencuci, minum,
memasak dan hanya
4,8% responden yang
menggunakan air PDAM.
Berdasarkan uji statistik, ada
hubungan yang
bermakna antara inspeksi
sanitasi yang berisiko
tinggi dengan terjadinya diare
akut pada balita.
Sarana Pembuangan Tinja
Hasil penelitian menunjukkan
sarana
pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat
kesehatan yaitu yang tidak
tertutup dan mudah
dihinggapi lalat secara
statistik tidak berhubungan
O PENELITI
dengan kejadian diare akut
pada balita di Kecamatan
Umbulharjo dan Kotagede.
Hasil penelitian yang
sama yang dilakukan
Zakianis di Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok
tahun 20039,
menunjukkan bahwa sarana
pembuangan tinja yang
buruk tidak berhubungan
dengan kejadian diare pada
bayi dengan nilai p = 0,548,
OR = 1,115
Kualitas Bakteriologis Air
Bersih
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara
statistik ada hubungan yang
bermakna antara total
coliform yang tinggi dengan
kejadian diare akut pada
balita. Tingkat kualitas total
coliform (101 – 1000/ml)
bakteri air bersih
berhubungan dengan
terjadinya
diare pada balita.
Higiene Perorangan
Proporsi perilaku mencuci
tangan yang buruk
pada kasus (65,7%) lebih
tinggi jika dibandingkan
dengan kontrol (34,7%).
Berdasarkan uji statistik
perilaku mencuci tangan
ibu/pengasuh balita yang
buruk beresiko menyebabkan
diare akut pada balita
sebesar 2,45 kali jika
dibandingkan dengan
perilaku
mencuci tangan ibu/pengasuh
yang baik, nilai p = 0,003.
Pada analisis multivariat
perilaku cuci tangan
O PENELITI
pakai sabun ini merupakan
faktor paling dominan
menyebabkan diare akut pada
balita.17 Anak yang
kebiasaan ibunya mencuci
tangan setelah BAB tanpa
sabun, kemungkinan terjadi
diare akut 2,7 kali
dibanding dengan anak yang
kebiasaan ibunya
mencuci tangan pakai sabun,
p = 0,01. Anak berumur
kurang dari 15 tahun yang
menerima paket promosi
cuci tangan dan sabun
menderita diare hanya
setengah dari anak
tetangganya sebagai kontrol.
Perebusan Air Minum
Proporsi yang tidak merebus
air minum sampai
mendidih selama 1 – 3 menit
pada kasus lebih besar
(70,4%) dibanding kontrol
hanya 29,6%.
Berdasarkan uji statistik
perebusan air minum yang
tidak memenuhi syarat
kesehatan berisiko
menyebabkan diare pada
balita sebesar 2,62 kali jika
dibandingkan dengan
perilaku merebus air minum
sampai mendidih selama 1 –
3 menit, p = 0,042. Dari
266 ibu/pengasuh balita
hanya 50% yang merebus
air minum sesuai standar.
N NAMA
JUDUL METODE HASIL
O PENELITI
89
Karakteristik
1. Umur Balita
Berdasarkan golongan umur,
kasus diare balita terbanyak
ditemukan pada rentang umur
< 24 bulan (65,28 %) dan
terendah pada kelompok
umur 37 – 60 bulan (9,72 %).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa umur balita < 24 bulan
signifikan secara statistik
memiliki risiko lebih besar
untuk terkena diare
dibandingkan dengan umur ≥
24 bulan (p = 0,006,95 %,
CI : 1,21 – 3,13), risiko
menderita diare pada balita
umur , 24 bulan 1,95 kali
lebih besar dibandingkan
dengan balita umur ≥ 24
bulan. Berdasarkan analisis
multivariat dengan
menggunakan regresi
logistik berganda metode
backward conditional,
variabel umur balita
berpengaruh terhadap
kejadian diare pada balita
dengan nilai OR Adjudted =
3,18; 95 % CI : 1,78 – 5,68).
2. Status Gizi
Hasil analisis tabulasi silang
menunjukkan bahwa status
gizi balita yang kurang secara
N NAMA
JUDUL METODE HASIL
O PENELITI
statistik signifikan merupakan
91
N NAMA
JUDUL METODE HASIL
O PENELITI
balita dengan nilai OR
Adjudted = 2,75; 95 % CI :
92
1,37 – 5,52).
Hasil perhitungan OR
memberikan kesimpulan
bahwa pendidikan yang
rendah akan memperbesar
kemungkinan terjadinya
diare, sehingga dengan
perbaikan tingkat pendidikan
pengasuh balita diharapkan
insidensi diare pada balita
akan menurun.
B. Lingkungan
1. Pemanfaatan Sarana Air
Bersih
Hasil analisis bivariat pada 95
% CI : 1,41 – 4,62,
menunjukkan bahwa
frekuensi yang tinggi dalam
memanfaatkan sarana air
bersih merupakan faktor
protektif terhadap kejadian
diare pada balita. Balita
dengan frekuensi tinggi
dalam memanfaatkan
sarana air bersih memiliki
risiko lebih kecil untuk
terkena diare disbanding
dengan balita yang tidak
memanfaatkan sarana air
bersih.
Besar risiko balita frekuensi
rendah memanfaatkan sarana
air bersih adalah 2,55 kali
lebih besar dan pada
penelitian ini secara statistik
bermakna secara signifikan
dengan nilai p = 0,002.
Berdasarkan analisis
multivariat dengan
menggunakan regresi
logistik berganda metode
backward conditional,
variabel pemanfaatan sarana
N NAMA
JUDUL METODE HASIL
O PENELITI
air bersih berpengaruh
terhadap kejadian diare
93
2. Analisis hubungan
pembuangan sampah
terhadap kejadian Diare.
Bahwa kejadian Diare lebih
banyak pada pembuangan
sampah yang tidak memenuhi
syarat yaitu sebanyak 27
balita (23,9%) dibandingkan
dengan pembuangan sampah
yang memenuhi syarat
kejadian diare lebih sedikit
sebanyak 3 balita (2,7%).
Berdasarkan uji statistik di
dapatkan nilai p value =0.002
(p < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa ada
Hubungan pembuangan
sampah dengan kejadian diare
pada balita di wilayah kerja
Puskesmas pilolodaa Kota
Barat, Kota Gorontalo.