A. Judul
DI KOTA MATARAM
B. Latar Belakang
peraturan yang berlaku yaitu Kode Etik Notaris (KEN) dan Undang-Undang
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN Baru), peraturan tersebut telah
yang sempurna. Dimana akta autentik memiliki peran penting dalam hal
menentukan secara jelas hak dan kewajiban para pihak serta dapat pula
perkara. Oleh karena itu apa yang dinyatakan dalam akta autentik, harus
diterima sepenuhnya oleh para pihak yang membuatnya, kecuali salah satu
KEN dan UUJN Baru. Kesalahan tersebut terjadi akibat dari Notaris itu sendiri
dalam pengawasan suatu Lembaga yang netral dan mandiri atau independen.
dilaporkan ke penegak hukum oleh para pihak atau oleh para masyarakat
pada umumnya.2
Sehingga dalam hal ini perlu ada lembaga yang berfungsi melakukan
(tiga) orang dan ahli atau akademisi sebanyak 3 (tiga) orang dengan
Ibukota.4
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notari (UUJN Lama), yaitu sebagai
berikut :
kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu;
bersangkutan;
terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau
lebih;
3
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Gramedia
Pustaka, Jakarta, Hal.228
4
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditaman, Bandung, 2011,
Hal.173
4
merupakan suatu hal penting yang harus dilakukan karena Majelis Pengawas
laporan kepada MPN. Sehingga bila terjadi pelanggaran, maka telah diatur
atau tidak.
Peraturan Perundang-Undangan.
dan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh MPN dalam menerapkan sanksi
khusus di Kota Mataram, oleh karena hal tersebut maka menjadi alasan yang
C. Perumusan Masalah
Terhadap Notaris Yang Melanggar Kode Etik dan Jabatan Notaris di Kota
Mataram?
1. Tujuan Penelitian
Mataram.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
E. Originalitas
membuat atau
mengeluarkan Surat
Keputusan atau
ketetapan berkaitan
dengan hasil
pembinaan dan
pengawasan terhadap
Notaris, sehingga
keputusan atau
ketetapan ini
merupakan objek
sengketa TUN.
Undang-Undang PTUN
menyatakan bahwa
“Jika suatu Badan atau
Pejabat TUN tidak
mengeluarkan
keputusan yang
dimohon, sedangkan
jangka waktu
sebagaimana
ditentukan dalam
peraturan Perundang-
Undangan dimaksud
telah lewat maka
Badan atau Pejabat
TUN tersebut telah
menolak
mengeluarkan
keputusan yang
dimaksud”.
2. Kewenangan 1. Bagaimanakah 1. Majelis Pengawas
10
pemberhentian
sementara,
pemberhentian
dengan hormat dan
pemberhentian
dengan tidak hormat.
2. Mekanismenya,
adanya laporan
pelanggaran kode etik
atau pelanggaran
pelaksanaan jabatan,
Majelis Pengawas
Notaris (MPD, MPW,
MPP) membentuk
Majelis Pemeriksa,
selanjutnya melakukan
pada tingkatan Majelis
Pemeriksa Daerah
melakukan
pemanggilan para
pihak dan membuat
berita acara
pemeriksaan, pada
tingkat Majelis
Pengawas Wilayah
melakukan siding
pemeriksaan dan
membacakan putusan
hasil pemeriksaan,
apabila ada keberatan
hasil putusan MPW,
maka banding
12
perkumpulan dan
pemberhentian
dengan tidak hormat
dari keanggotaan
perkumpulan. Namun
sanksi pemecatan
yang diberikan
terhadap Notaris yang
melakukan
pelanggaran Kode Etik
bukanlah berupa
pemecatan dari
jabatan Notaris
melainkan pemecatan
dari keanggotaan
Ikatan Notaris
Indonesia sehingga
walaupun Notaris yang
bersangkutan telah
terbukti melakukan
pelanggaran Kode
Etik, Notaris tersebut
masih dapat membuat
akta dan menjalankan
kewenangan lainnya
sebagai Notaris,
dengan demikian
sanksi berupa
pemecatan dari
keanggotaan
perkumpulan tentunya
tidak berdampak pada
14
jabatan seorang
Notaris yang telah
melakukan
pelanggaran Kode
Etik, karena sanksi
tersebut bukanlah
berarti secara serta
merta Notaris tersebut
diberhentikan dari
jabatannya, karena
hanya Menteri yang
berwenang untuk
memecat Notaris dari
jabatannya dengan
mendengarkan laporan
dari Majelis Pengawas.
Sehingga sanksi
tersebut terkesan
kurang mempunyai
daya mengikat bagi
Notaris yang
melakukan
pelanggaran Kode
Etik.
2. Upaya hukum yang
dilakukan oleh Notaris
yang dikenakan sanksi
terhadap pelanggaran
Kode Etik adalah
Notaris dapat
mengajukan keberatan
atas putusan yang
15
1. Persamaan
2. Perbedaan
3. Nilai Kebaruan
Nilai kebaruan dalam tesis ini adalah penelitian ini baru pertama
1. Kerangka Teori
17
penelitian hukum.5
berikut :
a. Teori Peran
informal.7
5
Salim HS, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Rajawali Press, Jakarta,
2010, Hal.54
6
Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis , Andi,
Yokyakarta, 2006, Hal.6
7
Salim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Disertasi dan Tesis (buku kedua), Rajawali Press, Jakarta, 2014, Hal.141
18
yang terwujud dalam gerakan (sikap), tetapi juga gerakan badan atau
1) Institusi Formal
Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
8
b. Teori Fungsi
Menurut Sutarto, fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat
Moekijat, fungsi adalah sebagai suatu aspek khusus dari suatu tugas
tertentu.10
9
Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, UGM Press, Yogyakarta, 2010, Hal.22
10
Moekijat, Peran dan Fungsi Manajemen, Remaja Rosdakarya, 2012, Hal.95
20
suatu peran. Dengan kata lain, peran berkaitan dengan suatu posisi,
fungsi.12
Majelis Pengawas.
ditentukan, bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan
c. Teori Pengawasan
11
Wrenn, C.G, The World of The Contemporary Counselor, Boston, 2011, Hal.35
12
Ibid
21
pengawasan.14
13
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2003,
Hal.112
Julitriarsa, Manajemen Umum, BPPT, Yogyakarta, 1988, Hal.101
14
1987, Hal.63
16
Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1983, Hal.12
17
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2002,
Hal.311
22
2. Kerangka Konseptual
dengan istilah yang ingin diteliti, baik dalam penelitian normatif maupun
atau penafsiran dari suatu istilah yang dipakai. Adapun konseptual dari
a. Notaris
b. Majelis Pengawas
1) Pembinaan;
2) Pengawasan;
c. Pengawasan
20
Salim HS, Peraturan Jabatan Notaris, Sinar Grafika, Jakarta, 2018, Hal.170
24
masyarakat.
d. Pembinaan
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
tujuan.
21
Anonim, http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html , diakses pada
tanggal 15 Desember 2018, pukul 20.00 WITA
25
mandiri.22
berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota
G. Metode Penelitian
berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum ini adalah yuridis empiris, yang terdiri dari
24
Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara,
Jakarta, 2003, Hal.1
25
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan ke-3, UI Press,
Jakarta, 2007, Hal.3
26
Salim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Rajawali Pers, Jakarta, 2017, Hal.20
27
a. Data Primer, adalah data yang berasal dari data lapangan dan data ini
3. Metode Pendekatan
ditangani.27
4. Lokasi Penelitian
27
Ibid, Hal.17-18
28
Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Op.Cit, Hal.47-49
28
a. Populasi
tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi itu tetapi cukup diambil
Tenggara Barat.
b. Sampel
Sampling yaitu teknik yang biasa dipilih karena alasan waktu dan
29
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1985, Hal.44
29
a. Penelitian Lapangan
b. Studi Kepustakaan
Notaris;
Notaris;
yang diteliti.
diteliti.
7. Analisis Data
30
M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta,
2007, Hal.133