Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER

Problematika Hukum Dalam Jabatan Notaris Dan PPAT

Dosen: DR. D. DJUNAEDI, S.H., Sp.N

Nama : Fatur Hernanto


NIM : 21302300050
Kelas : Kelas B Semester 1

Program Magister Kenotariatan


Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang

I
SOAL
1. Sebutkan, jelaskan dan analisis apa saja pasal-pasal yang sering menjerat dalam
menjalankan Profesi Notaris dan PPAT!
A. Pasal 372 ayat (1) KUHP. Pasal tersebut secara umum mengatur bahwa barangsiapa
dengan sengaja dan melawan hukum memiliki suatu benda yang seluruhnya atau
sebagian milik orang lain yang ada dalam kuasanya bukan karena kejahatan diancam
karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak Rp900 rupiah. Sebagai contoh, seorang notaris/PPAT menggelapkkan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang dibayarkan oleh klien.
B. Pasal 242 KUHP. Salah satu Notaris/PPAT diduga memberikan keterangan palsu di
atas sumpah dalam suatu persidangan pidana. Sebagaimana diketahui, pasal tersebut
berbunyi ‘Barangsiapa dalam keadaan dimana undang-undang menentukan supaya
memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan
yang demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu diatas sumpah, baik dengan
lisan atau tulisan secara pribadi ataupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu
diancam pidana penjara paling lama tujuh tahun’.
C. Pasal 1365 KUHPerdata mengenai perbuatan melawan hukum oleh pihak-pihak yang
merasa dirugikan. Demikian pula dalam kasus ini, unsur-unsur dari perbuatan melawan
hukum telah terpenuhi karena kelalaian PPAT. Adanya hubungan kausal antara
perbuatan dan kerugian. Hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian yaitu karena
perbuatan PPAT yang tetap membuat Akta Jual Beli meskipun Penggugat telah secara
langsung menyatakan kepada PPAT bahwa dirinya tidak menghendaki terjadinya jual
beli diantara dirinya dengan Tergugat I dan sertipikat yang dipegang oleh Tergugat I
tersebut adalah sebagai jaminan dari perjanjian utang piutang yang telah terjadi diantara
Penggugat dengan Tergugat I

2. Buatlah Paper dengan tema : Menganalisis perlindungan hukum dalam menjalankan


Profesi Notaris dan PPAT
Judul : Bebas (tidak keluar dari tema)
 Minimal 5 halaman maksimal 10 halaman, spasi 1 1 /2 , font Times New Roman, Ukuran 12
 Pendahuluan, permasalahan, pembahasan, kesimpulan, daftar pustaka.
 Refrensi minimal 80 % dari jurnal

II
Perlindungan Hukum dalam Menjalankan Profesi Notaris dan
PPAT di Indonesia

1) PENDAHULUAN
Profesi Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) memiliki peran strategis
dalam sistem hukum Indonesia, terutama dalam konteks pembuatan akta hukum yang
berkaitan dengan tanah dan properti. Keberadaan Notaris dan PPAT menjadi esensial dalam
memberikan kepastian hukum, melindungi hak-hak pihak yang terlibat, dan menjaga
ketertiban serta keadilan dalam transaksi properti. Menjalankan profesi Notaris dan PPAT di
Indonesia melibatkan aspek hukum yang mengatur kewenangan, tanggung jawab, dan
perlindungan terhadap Notaris dan PPAT. namun juga karena kehendak dari ketertiban, serta
perlindungan khususnya di bidang hukum untuk pihak-pihak yang menghendaki serta untuk
khalayak1.
Dalam menjalankan tugas dan kewenangan mereka, Notaris dan PPAT seringkali
menemui beberapa pasal yang sering menjerat, seperti Pasal 1365 KUHPerdata, Pasal 64 UU
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 264 ayat (1) KUHP, dan Pasal 5 ayat
(1) UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang. Oleh karena itu, Notaris dan PPAT harus memahami dan mematuhi
ketentuan hukum yang berlaku, serta menjaga kode etik dan standar profesi yang tinggi.
Pelanggaran terhadap ketentuan hukum tersebut dapat menjerat Notaris dan PPAT dalam
tuntutan hukum baik perdata, administrasi, dan pidana 2. Namun, Notaris dan PPAT juga
dilindungi oleh ketentuan hukum yang memberikan perlindungan terhadap tuntutan hukum
yang tidak beralasan. Dalam menjalankan tugas dan kewenangan mereka, Notaris dan PPAT
juga tunduk pada pengawasan yang ketat untuk memastikan penerapan prinsip mengenali
pengguna jasa dengan baik3, termasuk dalam upaya mencegah pencucian uang dan pendanaan
terorisme. Oleh karena itu, Notaris dan PPAT harus selalu berhati-hati dan memperhatikan

1
Khairunnisa Riani Putri dan Mela Ismelia Farma Rahayu, Analisa Perlindungan Hukum Dan PPAT Dalam Pembuatan
Akta Berdasarkan Keterangan Palsu, Jurnal Sosial Dan Teknologi (SOSTECH), hal 513 Volume 3, Number 6, Juni 2023
2
Darji Darmodiharjo Dan Shidarta, 2004, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa Dan Bagaimanafilsafat Hukum Indonesia,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Hal. 265
3
Khairunnisa Riani Putri dan Mela Ismelia Farma Rahayu, hal 514

1
ketentuan hukum yang berlaku dalam menjalankan tugas dan kewenangan mereka. Dalam hal
terjadi sengketa atau tuntutan hukum terhadap Notaris dan PPAT, maka mereka dapat
memperoleh perlindungan hukum dari asuransi profesi yang disediakan oleh pihak ketiga.
Asuransi profesi ini memberikan perlindungan terhadap tuntutan hukum yang timbul akibat
kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugas dan kewenangan mereka. Dalam
kesimpulannya, Notaris dan PPAT memiliki peran penting dalam menciptakan perlindungan
hukum, kepastian, serta ketertiban dalam pembuatan akta. Oleh karena itu, mereka harus
memahami dan mematuhi ketentuan hukum yang berlaku, serta menjaga kode etik dan standar
profesi yang tinggi. Pelanggaran terhadap ketentuan hukum tersebut dapat menjerat Notaris
dan PPAT dalam tuntutan hukum baik perdata, administrasi, dan pidana. Namun, Notaris dan
PPAT juga dilindungi oleh ketentuan hukum yang memberikan perlindungan terhadap
tuntutan hukum yang tidak beralasan.

2) RUMUSAN MASALAH
“Bagaimana pengawasan terhadap praktik profesi Notaris dapat memastikan terlaksananya
perlindungan hukum bagi Notaris dan PPAT itu sendiri?”

3) PEMBAHASAN
a. Penerapan Prinsip Kehati-hatian
Penerapan prinsip kehati-hatian ini sangat penting, karena jika seorang Notaris dalam
menjalankan tugas dan jabatannya tidak mengindahkan prinsip kehati-hatian, hal ini dapat
menimbulkan suatu kerugian baik bagi para pihak terkait dengan akta, maupun bagi Notaris
sendiri. Dalam penerapan prinsip kehati-hatian ini, sesuai dengan pasal 15 ayat (2) huruf e
Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014, Notaris seringkali mendapatkan
masalah baik dipengadilan maupun dalam melaksanakan kewenangannya. Sehingga Notaris
dituntut harus lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Prinsip kehati-
hatian juga berkontribusi dalam menjaga kualitas dan integritas profesi Notaris, serta
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat yang menggunakan jasa Notaris.
b. Peran Majelis Pengawas Notaris
Majelis Pengawas Notaris memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan
terhadap kepatuhan terhadap kode etik dan kinerja notaris. Melalui pengawasan ini, Majelis
Pengawas dapat memastikan bahwa Notaris menjalankan tugasnya sesuai dengan prinsip-

2
prinsip etika dan hukum yang berlaku4. Majelis Pengawas Notaris juga memiliki kewenangan
untuk memberikan sanksi atau tindakan disiplin terhadap Notaris yang melanggar kode etik
atau melakukan pelanggaran lainnya. Selain itu, pengawasan terhadap praktik profesi Notaris
juga dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM, yang meliputi perilaku Notaris dan
pelaksanaan dari jabatan Notaris.5 Dalam praktiknya, Majelis Pengawas Notaris berperan
penting dalam menjaga kualitas dan integritas profesi Notaris, serta memberikan perlindungan
hukum bagi masyarakat yang menggunakan jasa Notaris.
c. Pengawasan Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ)
Notaris sebagai salah satu pihak pelapor sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang notaris wajib menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa. Prinsip mengenali
Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat: identifikasi Pengguna Jasa; verifikasi
Pengguna Jasa; dan pemantauan Transaksi Pengguna Jasa6.
Dalam penerapan PMPJ, ketersediaan data nasabah atau Pengguna Jasa, jejak rekam
dan berbagai transaksi yang dilakukan, serta administrasi atau penatausahaan dokumen informasi yang
baik, dapat dimanfaatkan untuk melakukan berbagai kajian (riset) termasuk dalam riset pengembangan
usaha industri Pihak Pelapor. Akurasi data dan metode pengolahan data yang baik akan menghasilkan
bahan penting bagi manajemen dalam pengambilan keputusan secara akurat dan profesional
d. Pembinaan dan Pemantauan Profesionalisme
Pengawasan notaris juga melibatkan pembinaan dan pemantauan terhadap
profesionalisme dan kualitas kerja. Hal ini bertujuan untuk memberikan jaminan kepastian
hukum serta payung hukum bagi masyarakat dalam menggunakan jasa Notaris, sambil juga
menjaga harkat dan martabat profesi Notaris itu sendiri. Dengan adanya tuntutan fungsi dan
peranan Notaris maka diperlukan Notaris yang berkualitas baik kualitas ilmu, moral, amal,
iman, maupun taqwa serta menjunjung tinggi keluhuran martabat Notaris dalam memberikan
pelayanan jasa hukum bagi masyarakat. Untuk itu Notaris harus mampu memberikan
pelayanan yang baik atau profesional karena jasa Notaris dirasakan sangat penting bagi
masyarakat.7

4
Winda Oktavia Et.al, Kepastian Hukum Pengawasan Majelis Pengawas Notaris (Mpn) Terkait Notaris Yang Melakukan
Rangkap Jabatan, Vol 3, No 1, Januari 2004, hal 5581
5
Wan Annisa S. R. S., Fungsi Pengawasan Terhadap Notaris Ditinjau Dari Undang-undang Nomor 30 Tahun 20004
Tentang Jabatan Notaris Dan Peraturan Jabatan Notaris (Staatblad 1860 Nomor 3), Depok, 11 Juli 2021, hlm 120
6
https://jatim.kemenkumham.go.id/pusat-informasi/artikel/5792-pengawasan-notaris-terhadap-penerapan-prinsip-
mengenali-pengguna-jasa
7
Wan Annisa S. R. S., loc. Cit .hlm 4

3
e. Pemberian Sanksi yang Tepat
Pemberian sanksi yang tepat merupakan salah satu elemen kunci dalam sistem
pengawasan terhadap praktik profesi, termasuk untuk Notaris dan PPAT. Sanksi yang
diberikan harus seimbang, adil, dan mempertimbangkan tingkat pelanggaran serta potensi
dampaknya Berikut adalah beberapa poin penting dalam pemberian sanksi yang tepat:
i) Sanksi edukatif bagi notaris merupakan salah satu bentuk sanksi yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada notaris yang melakukan pelanggaran.
Meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai sanksi edukatif bagi notaris dalam
sumber yang disediakan, umumnya sanksi edukatif dapat berupa pembinaan, pelatihan,
atau program pengembangan diri yang ditujukan untuk memperbaiki kesalahan dan
mencegah terulangnya pelanggaran di masa depan. Sanksi edukatif ini dapat diberlakukan
oleh Majelis Pengawas Notaris atau lembaga yang berwenang melakukan pengawasan
terhadap notaris, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman etika, kedisiplinan, dan
pengetahuan hukum bagi notaris yang bersangkutan.
ii) Pengawasan oleh Menteri: Pengawasan yang dilakukan oleh Menteri merupakan suatu
pengawasan terhadap profesi Notaris yang meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan dari
jabatan Notaris. Menteri harus memastikan bahwa pemberian sanksi dilakukan dengan
transparansi dan sesuai dengan hukum8.
iii) Pelanggaran: Pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris dapat bervariasi, mulai dari
teguran lisan atau tertulis, atau peringatan hingga denda, pengurangan gaji, atau
pemecatan atau pencabutan izin praktik9

4) PENUTUP
a. Kesimpulan
Oleh karena itu, Notaris dan PPAT harus memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta menjaga standar etika dan profesionalisme yang tinggi. Dalam menjalankan
kewenangannya, Notaris dan PPAT harus diawasi secara ketat untuk memastikan terlaksananya
prinsip-prinsip identifikasi pengguna jasa yang benar, termasuk upaya pencegahan pencucian
uang dan pendanaan teroris. Oleh karena itu, Notaris dan PPAT harus selalu berhati-hati dan
mendengarkan peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam pekerjaannya serta hak-
haknya. Apabila terjadi perselisihan atau litigasi dengan Notaris dan PPAT, mereka dapat

8
Wan Annisa S. R. S., loc. Cit .hlm 42
9
Jeany Elly Wawolumaya, Studi Perbandingan Tentang Pengawasan Notaris Dengan Ppat, Program Studi Magister
Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang 2011

4
memperoleh perlindungan hukum melalui asuransi profesi yang disediakan oleh pihak ketiga.
Jenis asuransi profesional ini memberikan perlindungan terhadap tuntutan hukum yang timbul
karena kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Oleh karena itu,
mereka harus memahami dan mematuhi undang-undang terkait untuk menjaga standar etika dan
profesional yang baik. “Bagaimana pemeriksaan profesi notaris menjamin perlindungan hukum
bagi notaris dan PPAT itu sendiri?” Prinsip bela diri sangat penting untuk digunakan, karena jika
notaris tidak mengindahkan asas bela diri, maka semua orang yang terlibat dalam pekerjaan bisa
meninggal dunia, termasuk notaris. Tujuan perlindungan diri juga berfungsi untuk menjaga mutu
dan integritas pekerjaan pegawai negeri serta memberikan perlindungan hukum kepada mereka
yang menggunakan jasa Notaris. Selain itu, pengawasan terhadap profesi notaris dilakukan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang juga mencakup pekerjaan notaris dan
pengangkatannya. Secara historis, Dewan Pemeriksa Notaris mempunyai peranan penting dalam
menjunjung tinggi watak dan integritas profesi notaris serta memberikan perlindungan hukum
kepada pengguna jasa notaris. Tujuannya adalah untuk menjamin kepastian hukum dan
perlindungan hukum bagi setiap orang yang menggunakan jasa Notaris serta menjaga kehormatan
dan harkat dan martabat profesi Notaris. Oleh karena itu, Notaris harus memberikan pelayanan
yang berkualitas atau pelayanan profesional karena jasa Notaris penting bagi masyarakat. Majelis
Pemeriksa Notaris atau lembaga yang berwenang melakukan pemeriksaan Notaris dapat
menawarkan penelitian ini dengan tujuan untuk meningkatkan metode, penelitian, dan
pengetahuan hukum Notaris.

5
b. Daftar Pustaka
Darji Darmodiharjo Dan Shidarta, 2004, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa Dan Bagaimanafilsafat
Hukum Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Hal. 265
https://jatim.kemenkumham.go.id/pusat-informasi/artikel/5792-pengawasan-notaris-terhadap-
penerapan-prinsip-mengenali-pengguna-jasa
Jeany Elly Wawolumaya, Studi Perbandingan Tentang Pengawasan Notaris Dengan Ppat,
Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang
2011
Khairunnisa Riani Putri dan Mela Ismelia Farma Rahayu, Analisa Perlindungan Hukum Dan
PPAT Dalam Pembuatan Akta Berdasarkan Keterangan Palsu, Jurnal Sosial Dan Teknologi
(SOSTECH), hal 513 dan hal 514 Volume 3, Number 6, Juni 2023
Winda Oktavia Et.al, Kepastian Hukum Pengawasan Majelis Pengawas Notaris (Mpn) Terkait
Notaris Yang Melakukan Rangkap Jabatan, Vol 3, No 1, Januari 2004, hal 5581
Wan Annisa S. R. S., Fungsi Pengawasan Terhadap Notaris Ditinjau Dari Undang-undang
Nomor 30 Tahun 20004 Tentang Jabatan Notaris Dan Peraturan Jabatan Notaris (Staatblad 1860
Nomor 3), Depok, 11 Juli 2021, hal 120,hal 4 dan,hal 42

Anda mungkin juga menyukai