Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN NOTARIS DALAM PROSES

PEMBUATAN AKTA AKUISISI PERSEROAN TERBATAS PADA AKTA


JUAL BELI SAHAM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40
TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

( Studi Kasus di PT. SLS )

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program
Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Disusun Oleh:
Nama : Sarnimah
NIM : 1111190027
Bidang : Hukum Perdata

Dibimbing Oleh:
Pembimbing I : H. Aceng Asnawi Rohani, S.H,.M.H
Pembimbing II : Dr. Rani Sri Agustina, S.H,.M.H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN NOTARIS DALAM PROSES
PEMBUATAN AKTA AKUISISI PERSEROAN TERBATAS PADA AKTA
JUAL BELI SAHAM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40
TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

( Studi Kasus di PT. SLS )

A. Latar Belakang
Dalam dunia usaha, masyarakat pada umumnya akan sangat memerlukan Jasa
Notaris dalam melakukan kegiatan bisnis ataupun suatu perbuatan hukum sehingga
dapat memberikan rasa perlindungan hukum. Karena pada dasarnya ketika terjadi
sengketa atau permasalahan yang membutuhkan bukti tertulis dalam proses
pembuktian, seorang Notaris dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sejatinya tidak
hanya kebutuhan dunia usaha, kebutuhan terhadap jasa Notaris juga mencakup hingga
kebutuhan pribadi, seperti akta waris, akta hibah, balik nama sertifikat dan lain-lain.
Karena notaris memiliki fungsi membuat dan memberikan dokumen akta Otentik
sehingga dapat menjadi alat bukti yang kuat dan dapat memberikan perlindungan
hukum bagi pemegangnya maupun pihak-pihak yang terkait.
Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat
akta-akta tentang segala tindakan, perjanjian dan kepustakaankepustakaan yang oleh
perundang-undangan umum diwajibkan, atau para yang bersangkutan supaya
dinyatakan dalam suatu surat otentik, menetapkan tanggalnya, menyimpan aktanya
dan memberikan salinan sah, salinan dan kutipannya, semua itu sepanjang pembuatan
akta-akta itu tidak juga diwajibkan kepada pejabat atau khusus menjadi kewajibannya.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
mendefinisikan notaris yaitu, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini.
Ketentuan diatas menjelaskan bahwa tugas pokok dari notaris adalah membuat
akta-akta otentik. Dalam kaitannya dengan pembuktian kepastian hukum termasuk
didalamnya adalah hak serta kewajiban seseorang membutuhkan peran Notaris. Peran
notaris terkait bantuan memberi kepastian hukumnya dan perlindungan hukumnya
bagi masyarakat sangatlah penting. Peran Notaris ini lebih bersifat pencegahan atau
preventif akan terjadinya masalah hukum dimasa datang dengan membuat akta otentik

1
terkait dengan status hukum, hak dan kewajiban seseorang dalam hukum, dan lain
sebagainya yang berfungsi sebagai alat bukti yang paling sempurna di pengadilan
yaitu dalam hal terjadi sengketa hak dan kewajiban.1
Tugas notaris memberikan bantuan tentang membuat akta otentik. Dan
demikian, penting bagi notaris untuk dapat memahami ketentuan yang diatur oleh
Undang-undang supaya masyarakat umum yang tidak tahu atau kurang memahami
dengan benar serta tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum.2
Kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum menuntut, antara lain, bahwa
lalu lintas hukum dalam kehidupan masyarakat memerlukan alat bukti yang
menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subyek hukum dalam
masyarakat.
Berkenaan dengan kewenangan notaris secara khusus diatur dalam Pasal 15
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris:
Ayat 1. “Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perubahan,
perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta
otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta tidak ditugaskan atau di
kecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang”.
Disinilah letak begitu sangat penting dari profesi notaris yaitu notaris diberi
wewenang menciptakan alat pembuktian yang mutlak oleh Undang-undang, dalam
pengertian bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik tersebut dianggap benar. Hal
ini sangat penting bagi pihak-pihak yang membutuhkan akta sebagai alat pembuktian,
baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan suatu usaha yang kegiatan
dibidang usaha.3
Dunia bisnis berkembang dengan sangat pesat, seiring dengan kemajuan
zaman perusahaan-perusahaan semakin bertebaran disegala penjuru sebagai sebuah
pranata hukum yang bergerak dalam bidang usaha barang dan jasa khususnya badan
hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas, yang tidak pernah lepas dari peran

1
Sjaifurahman, Aspek pertanggungjawaban notaris dalam pembuatan akta. Bandung.CV, mandar
maju. 2011, Hlm. 7-8
2
Komar Andasasmita, Notaris Selayang Pandang, Bandung 1983, Hlm 2
3
R. Soegando Notodisoejo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta: CV.
Rajawali,1982,hlm 8

2
seorang Notaris. Kebutuhan akan Notaris terutama pada tumbuh kembangnya
perseroan terbatas khususnya pada proses pendiriannya merupakan kebutuhan pokok
bagi masyarakat pebisnis saat ini. Karena dengan adanya Notaris Perlindungan hukum
dapat terwujud bagi Perseroan Terbatas yang juga telah menjadi ketentuan dari
peraturan perundang-undangan dalam proses pendirian dan proses yang lainnya dalam
Perseroan Terbatas.
Perseroan Terbatas yang merupakan salah satu bentuk perusahaan yang
dikenal saat ini dalam sistem hukum Indonesia sebagai diatur dalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Definisi dari Perseroan terbatas
berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2017 tentang Perseroan
Terbatas adalah:
Badan Hukum yang merupakan persekutuan Modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan-kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Undang-
undang ini dan peraturan pelaksananya.
Perseroan terbatas sebagai salah satu perusahaan yang diakui dalam sistem
Hukum Indonesia, dalam kegiatan usahanya Perseroan Terbatas seringkali melakukan
tindakan-tindakan korporasi yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu
dianggap dapat memberikan keuntungan bagi perseroan terbatas itu sendiri, maupun
pihak-pihak lain yang terkait. Salah satu bentuk tindakan korporasi perseroan terbatas
sebagai mana dimaksud, adalah Akuisisi, baik akuisisi atas saham maupun akuisisi
atas aset yang dimiliki oleh Perseroan Terbatas lain atau subyek hukum lainnya.
Istilah Akuisisi berasal dari bahasa inggris “Acquisition” adalah pengambilan
yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan cara membeli saham mayoritas
perusahaan sehingga mengambil alih kontrol modal atas perusahaan lain. 4Secara
yuridis cara yang ditempuh untuk mengambil alih suatu perusahaan adalah dengan
membeli saham-saham baik sebagian maupun atau seluruhnya dari perusahaan
tersebut.5Pengambil alihan perusahaan atau akuisisi dapat dilakukan secara internal
dan eksternal, akuisisi internal adalah akuisisi perusahaan dalam kelompok sendiri,
sedangkan akuisisi eksternal adalah akuisisi terhadap perusahaan diluar kelompok

4
Iswi Haryani,dkk,Konsolidasi, Akuisisi, dan pemisahan Perusahaan, Jakarta selatan:
Visimedia,2011,hlm 22
5
Abdul R Saliman, Hukum bisnis Untuk Perusahaan, Jakarta, Kencana Perenadamedia group,2005, hlm
112

3
atau perusahaan dari kelompok lain.6Perusahaan pengakuisisi biasanya perusahaan
besar yang memiliki dana yang kuat, manajamen yang baik, dan jaringan yang luas
serta terkelompok dalam konglomrasi.
Dengan terjadinya Akuisisi, tentu akan memunculkan kunsekuensi dan
hubungan hukum yang akan melahirkan hak dan kewajiban setalah terjadinya
perikatan, dan berpengaruhnya hubungan hukum perusahaan-perusahaan yang
melakukan akuisisi terhadap pihak ketiga. Bagi profesi notaris, tindakan akuisisi yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan telah berpengaruh bagi pekerjaan Notaris,
khususnya dalam rangka pembuatan akta notaris yang berkaitan dengan konsekuensi
hukum yang ditimbulkan dalam kegiatan akuisisi, namun dalam pelaksanaanya
Notaris maupun para pemegang kebijakan dalam perusahaan tersebut kadang lalai
dengan beberapa ketentuan yang harus dilakukan baik pada tahap persiapan,
pelaksanaan maupun setelah akuisisi.Perusahaan-perusahaan dalam melakukan
akuisisi haruslah sangat memperhatiakan ketentuan-ketentuan yang berlaku, agar
proses melakukan akuisisi tidak terjadinya pelanggaran yang dapat menimbulkan
masalah dan membatalkan akuisisi.
Contoh kasusnya pembatalan akta jual beli saham dalam pelaksanaan akuisisi
PT SLS putusan nomor 3201 K/PDT/2019. Notaris harus mengacu pada UUPT
karena UUPT lebih tinggi tingkatannya dalam
hierarki peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, pelaksanaan akuisisi PT SLS
yangdilakukan oleh PT GKP yang sekaligus mengakusisi anak PT AF, tidak
memenuhi tatacara pelaksanaan akuisisi dalam UUPT. Bentuk kelalaian Notaris
adalah melanggar.
kewajiban Notaris dalam Pasal 16 ayat 1 huruf a untuk bertindak saksama
yaitu teliti dancermat. Notaris tidak teliti dalam menerapkan peraturan dalam
pelaksanaan akuisisi.Notaris lalai dalam meminta kelengkapan dokumen yang harus
dipenuhi PT Pengakuisisi sebelum penandatangan akta jual beli saham yaitu akta
persetujuan RUPS untuk akuisisidan bukti pengumuman kesepakatan akuisisi. Hal ini
disebabkan adanya ketidak harmonisan peraturan terkait pelaksanaan akuisisi
langsung ke pemegang saham.
Ketentuan penyampaian dokumen di SABH untuk akuisisi tanpa disertai
perubahananggaran dasar harus diatur lebih lengkap dalam Permenkumham SABH
PT. Tata carapelaksanaan akuisisi dalam UUPT harus sejalan dalam Permenkumham
6
bid,hlm.113

4
SABH PT. Olehkarena itu, tidak ada celah dalam peraturan terkait akuisisi yang
mengakibatkan parapihak mengabaikan ketentuan tersebut.7
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penuis tertarik untuk
melakukan penelitian membuat laporan dalam bentuk skripsi yang berjudul:
“ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN NOTARIS DALAM PROSES
PEMBUATAN AKTA AKUISISI PERSEROAN TERBATAS PADA AKTA
JUAL BELI SAHAM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40
TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Kasus di PT. SLS)”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diurakan diatas maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana proses dan tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta akuisisi
perseroan terbatas berdasarkan undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang
perseroan terbatas dan undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang tanggung jawab
notaris?
2. Bagaimana akibat hukum jual beli saham yang terjadi pada PT. SLS berdasarkan
perundang-undangan.

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisa tanggung jawab notaris dalam pembuatan
akta akuisisi perseroan terbatas berdasarkan undang-undang nomor 40 tahun 2007
tentang perseroan terbatas dan undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang
tanggung jawab notaris.
2. Untuk mengetahui akibat hukum jual beli saham yang terjadi pada PT. SLS
berdasarkan perundang-undangan.

D. Kegunaan Penelitian
7
Hertaty Sianturi.dkk.,2021.Pembatalan Akta Jual Beli Saham DalamPelaksanaan Akuisisi PT SLS.
Tersedia di link http://notary.ui.ac.id/index.php/home/article/view/2019. Diakses 18 Oktober 2022 Pukul 9.15
Wib.

5
Dari uraian di atas yang sudah di paparkan, penulis memberikan kontribusi
yang bermanfaat bagi para pembaca agar memahami kegunaan penelitian. Secara
umum penulis menyajikan manfaat dari penelitian ini dalam 2 macam, yaitu sebagai
berikut:
1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan terobosan secara ilmiah

dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan ilmu

hukum khususnya dalam kajian ilmu hukum perdata mengenai penyalahgunaan

hak dalam jual beli saham yang dilakukan perusahaan.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu untuk dapat memberikan kemanfaatan bagi

perusahaan dalaakuisis saham membeli dan menjual saham perusahaan sehingga

tidak terjadi yah penyalah gunaan kekuasaan dan penyelewengan wewenang dan

untuk menghindari konflik baik internal maupun ekstrenal di perusahaan,

meminimalisir pengkhianatan dan penipuan dalam hal akusisi saham

kepemilikian PT. Dan tidak hanya itu memberikan pengetahuan terutama kepada

notaris dalam mengemban pekerjaan yah secara professional sebagai pejabat

publik dan memperhatikan unsur-unsur keteledoran pada akta akusisi saham

dengan memperhatikan sumber peraturan yaitu undang-undang.

E. Kerangka Pemikiran
Sebelum penulis mengulas dan masuk dalam pembahasan permasalahan lebih
jauh, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian-pengertian dan
peristilahan-peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Jual Beli menurut Pasal 1457 KUH Perdata adalah suatu perjanjian dengan mana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan
pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.8

8
https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/ISI%20KOmplet-2_hal%20%20405.pdf.Di akses 14
November 2022 pukul 16.24 Wib

6
2. Saham menurut bursa efek adalah salah satu instrumen pasar keuangan yang
paling popular menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan
ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan.9
3. Akta menurut KBBI adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan,
pengakuan, keputusan, dan sebagainya) tentang peristiwa hukum yang dibuat
menurut peraturan yang berlaku, disaksikan dan disahkan oleh pejabat resmi.10
4. Akuisis menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) adalah suatu
penggabungan usaha di mana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer)
memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi
(acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau
mengeluarkan saham.11
5. Proses pengambilalihan saham melaui direksi perseroan dalam UUD No 40 tahun
2007 tentang perseoran terbatas adalah sebagai berikut :
1. Keputusan RUPS 170
2. Pemberitahuan kepada direksi Perseroan
3. Penyusunan Rancangan Pengambilihan
4. Pengambilalihan Ringkasan Rancangan
5. Pengajuan Keberatan Kreditor
6. Pembuatan Akta Pengambialihan di hadapan Notaris
7. Pemberitahuan kepada Menteri
8. Pengumuman Hasil Pengambilalihan
6. Proses pengambilalihan secara langsung dari pemegang saham menurut UUD No
40 tahun 2007 tentang perseoran terbatas adalah sebagai berikut :
1. Akuisisi saham wajib memperhatikan ketentuan pemindahan hak atas saham
dalam Anggaran Dasar, serta mendapat persetujuan rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). RUPS wajib dilakukan paling lambat 30 tiga puluh hari
setelah pengumuman, (Pasal 126 ayat (6) dan (7) UUPT).
2. Direksi perseroan yang akan melakukan akuisisi wajib mengumumkan
ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) surat kabar dan
mengumumkan secara tertulis kepada karyawan dari perseroan dalam waktu

9
https://www.idx.co.id/id/produk/saham. Di akses 14 November 2022 pukul 16.24 Wib
10
https://kamus.tokopedia.com/a/akta/. Di akses 14 November 2022 pukul 18.16 Wib
11
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-akuisisi-manfaat-dan-klasifikasinya. Diakses 14
November 2022 pukul 16.24 Wib

7
paling lambat 30 hari sebelum pemanggilan RUPS, (Pasal 127 ayat (8)
UUPT).
3. Kreditor dapat mengajukan keberatan kepada perseroan dalam waktu paling
lambat 14 hari setelah pengumuman mengenai akuisisi sesuai dengan
rancangan dimaksud. Apabila kreditor tidak mengajukan keberatan dlm
jangka waktu tersebut maka kreditor dianggap mneyetujui akuisisi. dalam hal
kebeartan dari kreditor sampai dengan tanggal diselenggarakannya RUPS
tidak dapat diselesaikan oleh Direksi perseroan maka keberatan tersebut harus
disampaikan dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Sebelum keberatan
ini diselesaikan maka akuisisi tidak dapat dilaksanakan (Pasal 127 ayat (2) (3)
(5) (6) dan (7) UUPT.
4. Akta pemindahan hak atas saham wajib dinyatakan dengan akta notaris dan
dalam bahasa Indonesia (pasal 128 ayat (2) UUPT).
5. Salinan dari kata pemindahan hak atas saham wajib dilampirkan pada
penyampaian pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
tentang perubahan Struktur Pemegang Saham Perseroan (Pasal 131 ayat (2)
UUPT).
6. Direksi perseroan wajib mengumumkan hasil akuisisi dalam 1 surat kabar
atau lebih dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak tanggal
pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ataus ejak
tanggal persetujuan perubahan Anggaran Dasar oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia (Pasal 133 ayat (2) UUPT).12

F. Metode penelitian
Pada bagian metodologi ini terdiri dari pendekatan, metode, dan teknik yang
digunakan untuk memenuhi tujuan yang ingin dipenuhi sebelumnya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi instrument pengambilan data, teknik
analisisnya, serta alat ukurnya.13 Menurut Sugiyono bahwa secara umum metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.14 Sedangkan menurut I made wirartha metode penelitian adalah

12
Abdul Moin, merger, Akuisisi dan Divestaqsi, jilid Pertama , Yogyakarta, PT. Ekonosia, 2004 hal 10
13
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu,Yogyakarta, 2006, hlm.
254.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 3.

8
suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara
melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat,
merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta
atau gejala-gejala secara ilmiah.15
Penelitian hukum menurut Peter Mahmud Marzuki, pengertian penelitian
hukumadalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, maupun doktrin-
doktrinhukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.16 Sedangkan Erwin Pollack
memberikan pengertian penelitian hukum sebagai suatu penelitian untuk menemukan
inkonkrito, yang meliputi berbagai kegiatan untuk menemukan apakah yang
merupakan hukum yang layak untuk diterapkan secara inkonkrito untuk
menyelesaikan perkara tertentu.17Pollack memberikan pengertian penelitian hukum
dengan menekankan pada aspek praktis yaitu untuk menemukan hukum yang dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan suatu peristiwa konkrit.
1. Metode

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode yuridis normatif dan yuridis
empiris, metode penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang memiliki
makna pencarian sebuah jawaban tentang suatu masalah. 18 Adapun tahap-tahap dan
analisis yuridis normatif adalah:
a. Merumuskan asas-asas hukum, baik dari data sosial maupun dari data hukum
positif tertulis
b. Merumuskan pengertian-pengertian hukum
c. Pembentukan standar-standar hukum
d. Perumusan kaidah-kaidah hukum.19
Sedangkan Penelitian yuridis empiris adalah penelitian hukum mengenai
pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada
setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.20Atau dengan kata lain
yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan
nyata yang terjadi dimasyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan
15
I Made Wirartha, Penelitian Kualitatif, Alfabeta, (bandung :2006), h. 66
16
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum.(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005), hal.35
17
Soejono, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Cetakan Kedua, Jakarta, Hal. 110.
18
Valerine J.K.L, Metode Penelitian Hukum Kumpulan Tulisan, Program Sarjana FHUI, Depok, 2005,
hlm. 155.
19
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2004, hlm. 43.
20
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum , Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm
134

9
fakta fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul
kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada
penyelesaian masalah.21

2. Spesifikasi Penelitian

Berdasarkan prosedur di atas mengenai penelitian yuridis normatif, dalam

penelitian ini penulis meggunakan Pendekatan Perundang-Undangan (Statute

Approach), Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach), Pendekatan Kasus (Case

Approach).

a. Pendekatan Perundang-undangan

Pendekatan Perundang-Undangan (statute approach) dilakukan dengan

mengkaji undang-undang khusus yah Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas dan regulasi yang bersangkutan dengan masalah hukum yang

sedang diteliti yaitu akuisis akta jual beli saham pada PT. Dalam penelitian ini

penulis mencoba menganalisis mengenai pertanggung jawaban notaris dalam

membuat akta akuisi jual beli saham PT dengan dihubungkan dengan KUH

Perdata.

b. Pendekatan Kasus

Pendekatan Kasus (case approach) adalah pendekatan yang mencoba


membangun argumentasi hukum dalam perspektif kasus konkrit yang terjadi
dilapangan, tentunya kasus tersebut erat kaitannya dengan kasus atau peristiwa
hukum yang terjadi di lapangan.22
3. Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui studi

lapangan yaitu data yang dapat diperoleh dengan melalui obervasi dan wawancara
21
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 15
22
https://www.saplaw.top/pendekatan-perundang-undangan-statute-approach-dalam-penelitian-hukum.
Diakses 14 November 2022 pukul 19.47 Wib

10
secara langsung dan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan dengan cara mengamati, mempelajari, membaca bahan-bahan hukum

maupun keputusan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

Adapun bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat seperti KUH Perdata,

putusan pengadilan, peraturan dalam perusahaan, akad-akad dalam akuisisi jual

beli saham, dokumen penting yang berkaitan dengan kebijakan hukum yang

relevan dengan jual beli saham yang tidak bertentangan dengan KUH Perdata

dalam peraturan perundang-undangan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terkait bahan hukum primer yang

dapat membantu menganalisa, memahami, dan menjelaskan bahan hukum

primer, seperti buku-buku, jurnal, internet, rancangan undang-undang, hasil-

hasil penelitian dan pendapat pakar hukum.23

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Ensiklopedia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan data

primer, penulis melakukan pengumpulan data secara langsung dengan cara

observasi dan wawancara (interview) secara terstruktur dengan pihak yang terkait

23
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006, hlm. 32.

11
yaitu dengan notaris dan pihak perusahaan yang terlibat dalam jual beli saham di PT

SLS tersebut.

Sedangkan dalam mengumpulkan data sekunder penulis menggunakan

teknik pengumpulan data dengan melalui studi kepustakaan (library research),

teknik ini mengadakan studi penelaahan terhadap dokumen-dokumen penting dalam

perusahan, catatan-catatan hukum tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

5. Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai pembanding dua hal untuk mengetahui

selisih kemudian meyimpulkan, memecahkan atau menguraikan suatu keseluruhan

menjadi bagian lebih kecil, dan juga memperkirakan kuatnya hubungan, atau

pengaruh antara suatu hal dengan hal lain kemudian memperkirakannya. 24 Analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara kualitatif.

Yaitu data yang diperoleh diperpustakaan ataupun dengan memahami dan

merangkai data yang telah dikumpulkan secara sistematik.

Data dianalisis dengan cara melakukan interpretasi atas peraturan

perundang-undangan dan dikualifikasikan dengan tidak menggunakan rumus

matematika dan statistika. Sehingga dari data tersebut diperoleh gambaran yang

menyangkut masalah-masalah yang sedang diteliti. Dalam menganalisa penulis

menggunakan metode kualitatif yaitu mengumpulkan data yang telah diperoleh dari

penelitian, yang kemudian dihubungkan dengan menggunakan penalaran untuk

menarik kesimpulan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian.

6. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini yaitu lokasi yang di gunakan

sebagai sarana mencari data yaitu Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sultan

24
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Adhi Mahasatya, Jakarta, 2003, hlm.210-211.

12
Ageng Tirtayasa, pihak pembuat akta jual beli yakni Notaris, Pihak yang melakukan

transaksi jual beli saham PT SLS

7. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, Identifikasi Masalah, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN TEORI HUKUM AKUSISI JUAL BELI SAHAM PADA

PERSEROAN TERBATAS

Dalam Bab Ini Berisi Uraian Mengenai Hukum Akusisi Saham Yang

Pembahasannya Terdiri Atas Pengertian Akuisisi Saham, Jenis-Jenis Saham,

Sumber Hukum PT, Pejabat Pembuat Akta Akusisi Saham, Dibahas Juga

Mengenai Pengertian Jual Beli, Syarat Sah Jual Beli, Dasar Hukum Jual Beli,

Transaksi Jual Beli Saham.

BAB III TINJAUAN UMUM AKTA JUAL BELI SAHAM

Dalam Bab Ini Penulis Akan Menguraikan Gambaran Umum PT SLS Dasar

Hukum Jual Beli Saham Kasus Perbuatan Kesalahan Notaris Dalam

Menunaikan Tanggung Jawabnya.

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN NOTARIS DALAM

PEMBUATAN AKTA JUAL BELI SAHAM

Dalam bab ini berisi tentang analisis dan hasil penelitian untuk mengetahui

bagaimana pertanggung jawaban Notaris dalam membuat akta akuisis jual

beli saham pada PT SLS

13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan sebagai hasil penelitian dan saran dari pembahasan yang

telah diuraikan dan juga jawaban dari permasalahan serta penambahan saran-

saran dari jawaban permasalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Sjaifurahman, Aspek pertanggungjawaban notaris dalam pembuatan akta. Bandung.CV,


mandar maju. 2011, Hlm. 7-8
Komar Andasasmita, Notaris Selayang Pandang, Bandung 1983, Hlm 2
R. Soegando Notodisoejo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta: CV.
Rajawali,1982,hlm 8

Iswi Haryani,dkk,Konsolidasi, Akuisisi, dan pemisahan Perusahaan, Jakarta selatan:


Visimedia,2011,hlm 22
Abdul R Saliman, Hukum bisnis Untuk Perusahaan, Jakarta, Kencana Perenadamedia
group,2005, hlm 112

Iswi Haryani,dkk,Konsolidasi, Akuisisi, dan pemisahan Perusahaan, Jakarta selatan:


Visimedia,2011,hlm 22
Abdul R Saliman, Hukum bisnis Untuk Perusahaan, Jakarta, Kencana Perenadamedia
group,2005, hlm 112

https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/ISI%20KOmplet-2_hal%20%20405.pdf.Di
akses 14 November 2022 pukul 16.24 Wib
https://www.idx.co.id/id/produk/saham. Di akses 14 November 2022 pukul 16.24 Wib
https://kamus.tokopedia.com/a/akta/. Di akses 14 November 2022 pukul 18.16 Wib
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-akuisisi-manfaat-dan-klasifikasinya. Diakses
14 November 2022 pukul 16.24 Wib

Abdul Moin, merger, Akuisisi dan Divestaqsi, jilid Pertama , Yogyakarta, PT. Ekonosia,
2004 hal 10
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu,Yogyakarta,
2006, hlm. 254.

14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 3.
I Made Wirartha, Penelitian Kualitatif, Alfabeta, (bandung :2006), h. 66
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum.(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005),
hal.35
Soejono, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Cetakan Kedua, Jakarta, Hal. 110.
Valerine J.K.L, Metode Penelitian Hukum Kumpulan Tulisan, Program Sarjana FHUI,
Depok, 2005, hlm. 155.
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm. 43.

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum , Bandung, Citra Aditya Bakti,
hlm 134
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 15
https://www.saplaw.top/pendekatan-perundang-undangan-statute-approach-dalam-penelitian-
hukum. Diakses 14 November 2022 pukul 19.47 Wib

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006, hlm. 32.

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Adhi Mahasatya, Jakarta, 2003,
hlm.210-211.

15

Anda mungkin juga menyukai