Peradilan
Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Notariat sudah dikenal di tanah air kita, semenjak Belanda menjajah Indonesia, karena
notariat adalah suatu lembaga yang sudah dikenal dalam kehidupan mereka di tanah
airnya sendiri. Keberadaan lembaga Notaris di Indonesia senantiasa dikaitkan dengan
keberadaan fakultas hukum, hal ini terbukti dari institusi yang mengahasilkan Notaris
semuanya dari fakultas hukum dengan kekhususan Program Pendidikan Spesialis Notaris
atau sekarang ini Program Studi Magister Kenotariatan. Keberadaan lembaga Notaris
muncul hadir di negara kita, karena untuk mewujudkan kepastian dan perlindungan
hukum bagi anggota masyarakat. Mengingat dalam wilayah hukum privat (perdata),
Negara menempatkan Notaris sebagai pejabat umum yang berwenangan dalam hal
pembuatan akta otentik, untuk kepentingan pembuktian atau alat bukti.
Kebutuhan hukum dalam masyarakat dapat dilihat dengan semakin banyaknya bentuk
perjanjian yang dituangkan dalam suatu akta Notaris, dimana Notaris merupakan salah
satu pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksudkan dalam undang-undang
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan
akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Dalam pembuatan
akta otentik ini ada yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dalam rangka
menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Notaris selain membuat
akta otentik sebagaimana diharuskan oleh undangundang, juga membuat akta otentik
berdasarkan keinginan dan kepentingan para pihak yang menginginkan adanya kepastian
hukum terhadap perbuatan hukum yang akan mereka lakukan atau juga perbuatan hukum
yang telah mereka lakukan dilegalisasikan kemudian oleh Notaris.
Tugas notaris memberikan bantuan tentang membuat akta otentik. Dan demikian,
penting bagi notaris untuk dapat memahami ketentuan yang diatur oleh undang-undang
supaya masyarakat umum yang tidak tahu atau kurang memahami aturan hukum, dapat
memahami dengan benar serta tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
hukum. Kepastian, ketertiban, dan pelindungan hukum menuntut, antara lain, bahwa lalu
lintas hukum dalam kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang
menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subyek hukum dalam
masyarakat
Jabatan notaris didasarkan kepercayaan antara notaris dan pihak yang menggunakan
jasanya. Karenanya, ia hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan
isi akta, grosse akta, minuta akta, salinan akta/kutipan akta kepada orang yang
berkepentingan langsung atau pihak-pihak yang disebut dalam akta, ahli waris.
Dalam Pasal 4 ayat (2) UUJN mengenai sumpah/janji Notaris ditegaskan ”bahwa saya
akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan
saya”, dan Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN, bahwa Notaris berkewajiban “merahasiakan
segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna
pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan
lain”.
Secara umum Notaris wajib merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pembuatan akta Notaris, kecuali diperintahkan oleh undang-undang bahwa Notaris
tidak wajib merahasiakan dan memberikan keterangan yang diperlukan yang berkaitan
dengan akta tersebut, dengan demikian batasannya hanya undang-undang saja yang dapat
memerintahkan Notaris untuk membuka rahasia isi akta dan keterangan/pernyataan yang
diketahui Notaris yang berkaitan dengan pembuatan akta yang dimaksud.
Setiap menjalankan tugas jabatannya dalam membuat suatu akta, seorang notaris
memiliki tanggung jawab terhadap akta yang dibuatnya sebagai suatu realisasi keinginan
para pihak dalam bentuk akta autentik. Tanggung jawab notaris berkaitan erat dengan
tugas dan kewenangan serta moralitas baik sebagai pribadi maupun selaku pejabat umum.
Notaris mungkin saja melakukan suatu kesalahan atau kekhilafan dalam pembuatan akta.
Apabila ini terbukti, akta akan kehilangan otentisitasnya dan batal demi hukum atau dapat
dibatalkan. Dalam hal ini apabila menimbulkan kerugian bagi pihak yang berkepentingan
dengan akta tersebut, Notaris dapat dituntut secara pidana ataupun digugat secara perdata.
Sanksi yang dikenakan secara pidana adalah menjatuhkan hukuman pidana dan sanksi
secara perdata adalah memberikan ganti rugi kepada pihak yang berkepentingan tersebut.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan, Hak dan Kewajiban Notaris dalam Proses Peradilan ditinjau
dari UU No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris?
PEMBAHASAN
Kedudukan Notaris dalam proses peradilan terkait dengan akta yang dibuat di
hadapannya erat kaitannya dengan pembuktian. Bahwa Ketika notaris dihadirkan dalam
tindak sebagai saksi dalam hal memberikan keterangan di hadapan hakim terkait akta
yang dibuat di hadapannya, yang dibutuhkan oleh penegak hukum untuk menemukan
kebenaran dalam perkara pidana. Dan ini memerlukan notaris sebagai pihak yang
mengkonstatir kehendak para pihak dan juga membutuhkan keterangan notaris terkait
akta-akta yang telah dibuatnya. Dalam kedudukan notaris memberikan keterangan di
depan hakim (perkara perdata) notaris dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk
membuat kesaksian. Karena jabatannya menurut Undang-Undang diwajibkan
merahasiakannya (Pasal 1909 ayat (3) KUH Perdata). Beberapa tindakan kedudukan
notaris dalam hal memberikan keterangan di depan hakim berkaitan dengan akta yang
dibuat di hadapannya dapat diatasi dengan memaksimalkan peran Majelis Pengawas yang
tetap eksis dalam melakukan pengawasan terhadap notaris karena masih banyak
kewenangan lain dibidang pengawasan yang diberikan oleh UUJN. Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dimana Notaris di dalam menjalankan
jabatannya di muka peradilan memiliki hak diam. Notaris berhak dalam perlindungan
hukum. Salah satu perlindungan hukum yang dimaksud adalah adanya mekanisme khusus
dalam memberikan izin pemeriksaan terhadap notaris yang diatur dalam Pasal 66 UUJN.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Jurnal:
Djoko Sukisno, Pengambilan Foto Copi Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris,
Mimbar Hukum Jurnal Berkala Fakultas Hukum UGM Volume 20, Nomor
1, Februari 2008.
Web: