Anda di halaman 1dari 5

Perlindungan Hukum bagi Notaris dalam Menjaga Rahasia Minuta Akta

Nabila Khoirunnisa
Universitas Diponegoro
nblkhrs@gmail.com

A. Pendahuluan
Eksistensi notaris sangat penting sebagai sarana asistensi bagi parak pihak yang
membutuhkan kekuatan pembuktian perdata yang kuat apabila terdapat sengketa di antara
salah satu pihak. Secara prinsip, notaris adalah salah satu jabatan dengan kewenangan dalam
hal pembuatan akta otentik. Dalam menjalankan profesinya, notaris dibantu oleh para
pekerjanya untuk memenuhi kebutuhan notaris dalam penyusunan sebuah akta otentik hingga
penyimpanan akta yang telah ditandatangani para pihak dengan minuta akta. Sesuai dengan
kewajiban notaris dalam Pasal 4 tentang sumpah dan janji notaris dan Pasal 16 ayat (1) huruf
f UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris mewajibkan Notaris untuk menjaga
kerahasiaan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang
diperoleh guna pembuat akta sesuai dengan sumpah janji jabatan kecuali undang-undang
menentukan lain. Pasal ini menekankan agar para notaris wajib merahasiakan isi akta, tak
hanya apa yang dicantum dalam akta terebut, tetapi juga semua yang diberitahukan atau
disampaikan kepadanya dalam kedudukannya sebagai notaris, sekalipun itu tak tercantum
dalam akta-aktanya1 Di Indonesia sendiri, profesi notaris sangat dipengaruhi oleh tradisi sistem
civil law.2 Dalam tradisi tersebut, notaris merupakan pejabat umum yang diberikan delegasi
kewenangan secara hukum untuk membuat akta-akta yang isinya meliputi kekuatan bukti
formal dan berdaya eksekusi. Sehingga sebagai salah satu perangkat hukum, notaris
mempunyai hak ingkar sebagai pejabat umum yang professional dengan harus memegang
sumpah jabatannya untuk merahasiakan isi aktanya. Di sisi lain, notaris harus mengutamakan
pada kepentingan negara.

1
Prasetya Agung Laksana, “Batas-Batas Kewajiban Menjaga Kerahasiaan Notaris dalam Kaitannya Hak Ingkar
Notaris Berdasarkan Undang-Undang tentang Jabatan Notaris”, Jurnal Akta (2016): 1-8

2
Ibid.
B. Pembahasan
Munculnya problematika hukum antara kewjaiban Notaris dalam menjaga kerahasian akta
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menggugurkan hak ingkar. Menurut
Herlien Budiono, dalam lalu lintas hubungan-hubungan hukum privat, Notaris memiliki
kewenangan eksklusif untuk membuat akta-akta otentik. Terhadap akta otentik tersebut
diberikan kekuatan bukti yang kuat dalam perkara-perkara perdata. Dalam banyak hal Notaris
berkedudukan sebagai penasehat terpercaya dari orang-orang yang memerlukan bantuan
hukum dan bagi klien dapat berperan sebaga penunjuk arah. 3 Notaris tentunya memerlukan
perlindungan hukum untuk menjaga rahasia jabatannya terkait denga nisi aktanya dalam hal
pemeriksaan terhadap notaris tersebut pada tahap penyidikan hingga tahap pengadilan dalam
perkara pidana. Selain sesuai kewajiban notaris dalam UU tentang Jabatan Notaris, Adapun
suatu pasal yang menekankan tentang hubungan dengan kerahasiaan akta yaitu dalam Pasal 14
ayat (2) UUD RI Tahun 1945 tentang HAM yang menyatakan bahwa,
“setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia.”
Dengan memuatkan kalimat “menyimpan” dalam pasal tersebut telah jelas bahwa sebagai tiap
orang memilik hak untuk menyimpan informasi itu sendiri yang dalam arti memegang rahasia.
Hal ini sangat berlaku pula pada notaris untuk menjaga informasi tersebut, sebagai hak-hak
privasi.
Dalam etika profesi hukum sebagai notaris, terdapat beberapa tanggung jawab yang harus
dilakukan notaris diantara lain sebagai berikut4:
a) Notaris diharuskan untuk melakukan pembuatan akta yang baik dan benar, maksudnya
akta yang dibuat itu memenuhi unsur ataupun kehendak hukum dan keinginan pihak yang
berkepentingan karena jabatannya.

3
Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, (Yogyakarta: Andi, 2005), hlm. 30.

4
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006),
hlm. 93-94.
b) Notaris diharuskan membuat akta yang berkualitas tinggi maksudnya akta yang dibuatnya
harus sesuai dengan faedah faedah atau aturan hukum yang diinginkan para pihak dalam
arti yang sebenarnya, tidak ada rekayasa dalam pembuatan akta tersebut.
c) Berdampak positif maksudnya bagi siapapun yang akan mengakui akta notaris
mempunyai kekuatan pembuktian sah dan sempurna.
Jika dilihat lebih lanjut dalam pertanggungjawaban notaris, bentuk jawab profesi notaris
termasuk dalam bentuk liability, dimana dalam hal ini juga dikenal sebagai tanggung gugat
mempunyai pengertian praktis yaitu menunjuk pada suatu pertanggung hukum, yakni tanggung
gugat akibat kekeliruan atau kesalahan yang diperbuat oleh subyek hukum dan yang dimaksud
dengan kekeliruan atau kesalahan yang diperbuat subjek hukum disini ialah kesalahan yang
dilakukan pihak notaris dimana ia tidak mampu menjaga kerahasiaan suatu akta yang dimana
notaris telah diwajibkan untuk menjaga kerahasiaannya dari suatu akta sesuai dalam regulasi
hukum. Menurut Kranenburg dan Vegtig terdapat dua landasan dalam pertanggungjawaban
pejabat dalam menjalankan jabatannya, yaitu 5:
1. Teori Fautes Personalis, teori ini menjelaskan bahwa tanggung jawab akan dibebankan
pada pejabat itu sendiri jika karena menjalankan jabatannya, pejabat tersebut merugikan
pihak ketiga atau dengan kata lain pembebanan tanggung jawab dibebankan kepada
manusia selaku pribadi.
2. Teori Fautes De Service, teori ini menjelaskan bahwa tanggung jawab terhadap kerugian
pihak ketiga akan dibebankan kepada instansi dimana pejabat tersebut melaksanakan
jabatannya. Dalam penerapan pembebanan tanggung jawab disini akan sesuai dengan besar
kecil suatu kesalahan yang telah diperbuat pejabat tersebut.
Pertanggungjawaban perdata notaris akibat penyalahgunaan minuta akta yang dilakukan oleh
pekerja notaris dianggap tergolong dalam Teori Fautes Personalis, dimana notaris sebagai pejabat
negara atau bagian dari pemerintah ini kurang berhati-hati dan lalai sehingga menyebabkan tidak
terjaganya kerahasiaan atau terganggungnya hak privasi minuta akta yang disebabkan oleh
penyalahgunaan kerahasiaan minuta akta tersebut oleh pekerjanya. 6 Sebagai notaris dalam
sumpahnya melalui janji akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam

5
Muhkam Arief Widodo, S.H. “Pertanggungjawaban Perdata Notaris Akibat Penyalahgunaan Kerahasiaan”,
Universitas Brawijaya
6
Ibid.
pelaksanaan jabatannya sesuai dengan pernyataan dalam Pasal 4 ayat (2) UU tentang Jabatan
Notaris. Sehingga dalam proses penyidikan, penuntutan, maupun pemeriksaan di sidang
pengadilan, selain mempunyai Hak Ingkar sebagai notaris, notaris juga memiliki kewajiban untuk
merahasiakan segala isi akta dan segala keterangan yang diperoleh dalam pembuatan akta tersebut,
sebagai hal ini ditekankan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN. Hal ini juga diperkuat dalam
Pasal 54 ayat (1) UU tentang Jabatan Kerja yang menyatakan bahwa notaris hanya dapat
memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan akta, atau
kutipan akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang
memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

C. Kesimpulan
Notaris sebagai pejabat umum memiliki kewenangan untuk membuat alat bukti tertulis
berupa akta otentik yang dapat mewujudkan pembuktian sempurna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan di muka hukum. Sebagai profesi yang memiliki peranan besar dalam
mengakomodasi perbuatan hukum di lingkup masyarakat, kewenangan dan perlindungan hukum
notaris sudah seharusnya bersifat kuat demi melindungi dan menjaga rahasia serta hak privasi.
Perlindungan hukum terhadap notaris yang menjalankan sumpah dan kewenangannya memiliki
hak dan kewajiban dalam merahasiakan tiap informasi di dalam akta yang dibuatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Laksana, Prasetya Agung, “Batas-Batas Kewajiban Menjaga Kerahasiaan Notaris dalam


Kaitannya Hak Ingkar Notaris Berdasarkan Undang-Undang tentang Jabatan Notaris”,
Jurnal Akta (2016): 1-8

Untung, Budi. Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia. Yogyakarta: Andi, 2005.

Muhammad, Abdulkadir. Etika Profesi Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

Widodo, Muhkam Arief. “Pertanggungjawaban Perdata Notaris Akibat Penyalahgunaan


Kerahasiaan”, Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai