Anda di halaman 1dari 7

Keterlibatan Pejabat Notaris Terhadap Perbuatan Melawan...

(Abdul Jalal)

Vol 5 No 1 Maret 2018

Keterlibatan Pejabat Notaris Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Dan Turut Serta Melakukan
Tindak Kejahatan Dalam Pemalsuan Dokumen

Abdul Jalal*, Sri Endah Wahyuningsih**


*
Mahasiswa Program Magister (S2) Kenotariatan Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang email : e-mail
abduljalal@gmail.com
**
Dosen Fakultas Hukum UNISSULA

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keterlibatan pejabat notaris terhadap perbuatan melawan hukum
dan turut serta melakukan tindak kejahatan dalam pemalsuan dokumen dan menganalisis pertanggungjawaban
atas keterlibatan pejabat notaris terhadap perbuatan melawan hukum dan turut serta melakukan tindak
kejahatan dalam pemalsuan dokumen
Penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis-normatif yang bersumber dari pengumpulan data yang diperoleh
dari data primer dan data sekunder, kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah studi kepustakaan (undang-undang, pendapat para ahli dan literatur-literatur buku
mengenai penelitian ini). Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif.
Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa akibat hukum bagi notaris yang melakukan pemalsuan dokumen yaitu
pihak penghadap/korban mengalami derita kerugian atas terbuatnya suatu akta yang mengandung keterangan
palsu oleh notaris. Akta palsu yang telah dibuat dapat dibatalkan. Pembatalan akta adalah menjadi kewenangan
hakim perdata, yakni dengan mengajukan gugatan secara perdata kepengadilan serta menurut Undang-Undang
Jabatan Notaris (UUJN) dapat dikenakan Sanksi Administratif/Pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris berupa
teguran lisan, tertulis sampai dengan pemberhentian dengan tidak hormat dari Majelis Pengawas dan Sanksi
Keperdataan pasal 1365 KUHPerdata tentang ganti kerugian. Pertanggungjawaban pidana bagi seorang notaris
apabila terbukti notaris melakukan tindak pidana pemalsuan surat maka notaris bertanggungjawab secara pribadi
atas apa yang menjadi tugas serta kewenangnnya. Berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana, seorang
notaris dapat dikenakan pidana penyertaaan yang ada pada pasal 55 dan pasal 56 angka (1) dan (2), akibat
kelalaiannya atas pmalsuan surat yang dilakukan oleh pekerja notaris.
Kata Kunci : Notaris, Tindak Pidana, Pemalsuan Dokumen.

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the involvement of notary officials against unlawful acts and participate in
committing crimes in falsifying documents and analyzing the accountability of the involvement of notary officials
against unlawful acts and taking part in committing crimes in the forgery of documents
This research is a juridical-normative approach that comes from collecting data obtained from primary data and
secondary data, then analyzed by qualitative analysis method. Data collection techniques used are literature
studies (laws, expert opinions and book literature on this thesis). Data analysis techniques used qualitative data
analysis.
The findings of the researcher indicate that the legal consequences for the notary who do forgery of the
document that the victim / victim suffers from the loss of a deed containing false information by the notary. Fake
deeds that have been created can be canceled. The cancellation of the deed shall be the jurisdiction of civil
judges, namely by filing a civil lawsuit as well as according to the Notary Law (UUJN) Law may be liable to
Administrative Sanctions / Violations of the Notary Profession Code of Ethics in the form of oral reprimands,
written up to disrespectful discharge from the Supervisory Board and Civil Sanction article 1365 Civil Code about
compensation. Criminal liability for a notary if a notary is found to have committed a fraudulent crime of a letter,
the notary is personally liable for his or her duties and responsibilities. With regard to criminal liability, a notary
may be subject to criminal sanction in article 55 and article 56 numbers (1) and (2), due to his negligence on the
counterfeit letters made by notary workers.
Keywords: Notary, Crime, Document Fraud.

PENDAHULUAN perjanjian yang diterapkan. Perjanjian tersebut


makin berkembang seiring dengan perkembangan
Berkembangnya ilmu hukum dan kebutuhan
zaman, untuk mendapatkan kepastian dan
hukum dalam masyarakat semakin banyak bentuk
perlindungan hukum masyarakat menuangkan

227
Vol 5 No 1 Maret 2018: 227 - 233

perjanjian tersebut kedalam akta otentik. pihak atau salah satu pihak3. Notaris pada dasarnya
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana,
membuat akta otentik dan kewenangan lainnya karena Notaris hanya bertanggung jawab pada sisi
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang formal pembuatan akta.4 Terkait hal tersebut jika
nomor 2 Tahun 2014 atas perubahan Undang- adanya dugaan keterlibatan pejabat Notaris terhadap
Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan perbuatan melawan hukum dan turut serta
Notaris (selanjutnya disebut UUJNP). Di dalam melakukan kejahatan dalam pemalsuan dokumen.
penjelasannya disebutkan bahwa Notaris adalah Yang mana dalam hukum di Indonesia pemalsuan
pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta terhadap sesuatu merupakan salah satu bentuk
otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak tindak pidana yang telah diatur dalam kitab undang-
dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. undang hukum pidana (KUHP). Ketentuan mengenai
Perlunya perjanjian-perjanjian tertulis dibuat turut melakukan dan membantu melakukan dapat
dihadapan seorang notaris adalah untuk menjamin dilihat dalam Pasal 55 (turut melakukan) dan Pasal
kepastian hukum serta untuk memenuhi hukum 56 Kitab Undang-8QGDQJ +XNXP 3LGDQD ³.8+P)
pembuktian yang kuat bagi para pihak yang (membantu melakukan):
melakukan perjanjian. Pasal 55 KUHP:
Wewenang membuat akta otentik ini hanya 1) Dihukum sebagai orang yang melakukan
dilaksanakan oleh Notaris sejauh pembuatan akta peristiwa pidana:
otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat 1e.Orang yang melakukan, yang menyuruh
umum lainnya1. Dapat disimpulkan bahwa Notaris melakukan, atau turut melakukan perbuat-
adalah satu-satunya pejabat umum yang memiliki an itu;
wewenang untuk itu. 2e. Orang yang dengan pemberian, perjanjian,
Mengetahui pentingnya tugas dan kedudukan salah memakai kekuasaan atau pengaruh,
Notaris di tengah-tengah masyarakat dan kekuatan kekerasan, ancaman atau tipu daya atau
pembuktian dari akta otentik yang dibuatnya, dapat dengan memberi kesempatan, daya upaya
dikatakan bahwa jabatan Notaris merupakan jabatan atau keterangan, sengaja membujuk untuk
kepercayaan. Jabatan kepercayaan yang diberikan melakukan sesuatu perbuatan.
undang-undang dan masyarakat ini mewajibkan 2) Tentang orang-orang yang tersebut dalam sub
seseorang yang berprofesi sebagai Notaris 2e itu yang dipertanggungjawabkan kepadanya
bertanggung jawab untuk melaksanakan hanyalah perbuatan yang dengan sengaja
kepercayaan tersebut dengan sebaik-baiknya serta dibujuk oleh mereka itu, serta dengan akibatnya.
menjunjung tinggi etika hukum, martabat serta Pasal 56 KUHP:
keluhuran jabatannya. Dihukum sebagai orang yang membantu melakukan
Notaris seringkali dalam praktiknya terlibat kejahatan:
dengan perkara hukum baik sebagai saksi maupun 1) Barangsiapa dengan sengaja membantu
sebagai tersangka.2 Keterlibatan Notaris dalam melakukan kejahatan itu;
perkara hukum disebabkan adanya kesalahan pada 2) Barangsiapa dengan sengaja memberikan
akta yang dibuatnya, baik karena kesalahan Notaris kesempatan, daya upaya, atau keterangan untuk
itu sendiri maupun kesalahan para pihak atau salah melakukan kejahatan itu.
satu pihak yang tidak memberikan keterangan atau R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab
dokumen yang sebenarnya (tidak adanya iktikad baik Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
dari para pihak atau salah satu pihak) atau telah ada Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi
kesepakatan antara Notaris dengan salah satu pihak Pasal5 menjelaskan mengenai apa yang dimaksud
yang menimbulkan kerugian pada pihak lain (Notaris GHQJDQ ³RUDQJ \DQJ WXUXW PHODNXNDQ´
turut serta melakukan tindak kejahatan). (medepleger) dalam Pasal 55 KUHP. Menurut R.
Berhubungan dengan akta yang dibuatnya, 6RHVLOR ³WXUXW PHODNXNDQ´ GDODP DUWL NDWD ³EHUVDPD-
Notaris harus dimintakan pertanggungjawaban
pidananya karena menimbulkan kerugian bagi para 3
Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, 2009, Ke Notaris,
Jakarta : Raih Asa Sukses (RAS), hlm. 82
4
Pieter Latumaten, 2009, Kebatalan dan Degredasi
1
Habib Adjie, 2009, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Kekuatan Bukti Akta Notaris Serta Model Aktanya, Makalah
Tematik Terhadap Undang-Undang Jabatan Nomor 30 yang disampaikan pada Kongres XX Ikatan Notaris
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Cetakan 2, Bandung Indonesia di Surabaya.
5
: PT.Refika Aditama, hlm. 40 R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2
Mulyoto, 2010, Kesalahan Notaris dalam Pembuatan Akta (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Perubahan Dasar CV. Jakarta: Cakrawala Media, hlm. 2 Pasal. Jakarta : Politeia.

228
Keterlibatan Pejabat Notaris Terhadap Perbuatan Melawan...
(Abdul Jalal)

Vol 5 No 1 Maret 2018

VDPD PHODNXNDQ´ 6HGLNLW-dikitnya harus ada dua keterangan ahli yang dihadirkan di pengadilan.7 Bila
orang, ialah orang yang melakukan (pleger) dan dalam penyelidikan dan penyidikan pihak kepolisian
orang yang turut melakukan (medepleger) peristiwa ternyata didapati bukti permulaan yang cukup atas
pidana. Di sini diminta bahwa kedua orang itu keterlibatan Notaris dalam memasukkan keterangan
semuanya melakukan perbuatan pelaksanaan, jadi palsu dalam akta otentik yang dibuatnya tersebut,
melakukan anasir atau elemen dari peristiwa tindak maka tidak tertutup kemungkinan Notaris tersebut
pidana itu. misalnya hanya melakukan perbuatan dapat dijadikan tersangka.
persiapan saja atau perbuatan yang sifatnya hanya UUJN dan UU Perubahan atas UUJN tidak
menolong, sebab jika demikian, maka orang yang mengatur mengenai tanggungjawab pidana seorang
PHQRORQJ LWX WLGDN PDVXN ³medepleger´ DNDQ WHWDSL notaris dari akta yang telah dibuatnya berdasarkan
GLKXNXP VHEDJDL ³PHPEDQWX PHODNXNDQ´ data dan informasi yang dipalsukan oleh para pihak.
(medeplichtige) dalam Pasal 56 KUHP. Sedangkan Sehingga timbul kekosongan norma hukum dalam
mengenai Pasal 56 KUHP, R. Soesilo menjelaskan UU Perubahan atas UUJN yang berkaitan dengan
EDKZD RUDQJ ³PHPEDQWX PHODNXNDQ´ jika ia sengaja tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta
memberikan bantuan tersebut, pada waktu atau berdasarkan data dan informasi yang dipalsukan oleh
sebelum (jadi tidak sesudahnya) kejahatan itu para pihak atau keterlibatan pejabat Notaris terhadap
dilakukan. Bila bantuan itu diberikan sesudah perbuatan melawan hukum dan Turut Serta
kejahatan itu dilakukan, maka orang tersebut Melakukan Kejahatan dalam pemalsuan dokumen.
PHODNXNDQ SHUEXDWDQ ³VHNRQJNRO´ DWDX ³WDGDK´ Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin
melanggar Pasal 480 KUHP, atau peristiwa pidana meneliti suatu kasus yang akan dibahas dalam
yang tersebut dalam Pasal 221 KUHP. penelitian ini yang diberi judul : ³Tinjauan Yuridis
Dalam penjelasan Pasal 56 KUHP ini dikatakan Dalam Keterlibatan Pejabat Notaris Terhadap
EDKZD HOHPHQ ³VHQJDMD´ KDUXV DGD VHKLQJJD RUDQJ Perbuatan Melawan Hukum Dan Turut Serta
yang secara kebetulan dengan tidak mengetahui Melakukan Tindak Kejahatan Dalam Pemalsuan
telah memberikan kesempatan, daya upaya, atau 'RNXPHQ´
keterangan untuk melakukan kejahatan itu tidak Berdasar latar belakang tersebut dapat
GLKXNXP ³1LDW´ XQWXN PHODNXNDQ NHMDKDWDQ LWX harus dilakukan Perumusan masalah: 1) Bagaimana akibat
timbul dari orang yang diberi bantuan, kesempatan, keterlibatan pejabat notaris terhadap perbuatan
daya upaya atau keterangan itu. Jika niatnya itu melawan hukum dan turut serta melakukan tindak
timbul dari orang yang memberi bantuan sendiri, kejahatan dalam pemalsuan dokumen? 2)
maka oraQJ LWX EHUVDODK EHUEXDW ³PHPEXMXN Bagaimana pertanggungjawaban atas keterlibatan
PHODNXNDQ´ uitlokking). pejabat notaris terhadap perbuatan melawan hukum
Kedudukan seorang notaris sebagai dan turut serta melakukan tindak kejahatan dalam
fungsionaritas dalam masyarakat dianggap sebagai pemalsuan dokumen?
seorang pejabat tempat seorang dapat memperoleh
Metode Penelitian
nasihat yang boleh diandalkan dan pembuatan
dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum. Metode pendekatan yang digunakan adalah
Masyarakat membutuhkan seorang (figure) yang metode pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan
ketentuan-ketentuannya dapat diandalkan, dapat mengkaji peraturan perundang-undangan, teori-teori
dipercaya, yang tanda tangannya serta segalanya hukum dan yurisprudensi yang berhubungan dengan
(capnya) memberikan jaminan dan bukti kuat, permasalahan yang dibahas.
seorang ahli yang tidak memihak dan penasihat yang Penelitian ini menggunakan jenis sumber data
tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau sekunder, yaitu : data yang mendukung keterangan
unimpeachable), yang tutup mulut, dan membuat atau menunjang kelengkapan data primer yang
suatu perjanjian yang dapat melindunginya di hari diperoleh dari perpustakaan dan koleksi pustaka
yang akan datang.6 pribadi penulis yang dilakukan dengan cara studi
Notaris yang membuat akta otentik pustaka atau literatur.
sebagaimana dimaksud di atas meskipun ia tidak Data yang diperoleh, baik dari studi lapangan
terlibat dalam pemalsuan keterangan dalam maupun studi pustaka, dianalisis secara analisis
pemalsuan akta otentik tersebut dapat saja dilakukan normatif, yaitu data yang terkumpul dituangkan
pemanggilan oleh pihak penyidik Polri dalam
kapasitasnya sebagai saksi ataupun sebagai 7
PAF Lamintang, 1991. Delik-delik Khusus (Kejahatan-
kejahatan Membahayakan Kepercayaan Umum Terhadap
6
Kie, Tan Thong. 2000. Studi Notariat Serba Serbi Praktek Surat-surat, Alat-alat Pembayaran, Alat-alat Bukti dan
Notaris, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, hlm. 162 Peradilan), Bandung : Mandar Maju, hlm. 83

229
Vol 5 No 1 Maret 2018: 227 - 233

dalam bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya perbuatan melawan hukum menurut pasal 1365
dianalisis untuk memeperoleh kejelasan penyelesaian Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara
3. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju
ke hal yang bersifat khusus. 4. Sanksi pidana merupakan ultimum remedium
yaitu obat terakhir, apabila sanksi atau upaya-
upaya pada cabang hukum lainnya tidak mempan
PEMBAHASAN
atau dianggap tidak mempan.
Akibat Keterlibatan Pejabat Notaris Terhadap Bagi notaris yang melakukan tindak pidana
Perbuatan Melawan Hukum Dan Turut Serta dapat dilakukan pemberhentian oleh Menteri dengan
Melakukan Tindak Kejahatan Dalam alasan notaris telah terbukti bersalah dan dikenakan
Pemalsuan Dokumen ancaman pidana penjara, yang diatur dalam
Keputusan Menteri tahun 2003 tentang Kenotariatan
Adapun beberapa penerapan sanksi Jika notaris
pasal 21 ayat (2) sub b yaitu
terbukti telah melakukan suatu pemalsuan akta
Notaris terbukti bersalah yang berkaitan
otentik maka sanksi yang dapat dikenakan kepada
langsung dengan jabatannya atau tindak pidana lain
Notaris yang melakukan pelanggaran hukum yaitu:
dengan ancaman pidana 5 (lima) tahun penjara.
1. Menurut Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Dalam Penjatuhan sanksi perdata, administratif
tentang Jabatan Notaris yaitu penerapan sanksi bahkan pidana mempunyai sasaran, sifat, dan
Administratif atau Kode Etik Notaris prosedur yang berbeda. Sanksi Administratif maupun
Secara Administratif instrumen penegakan Sanksi Perdata dengan sasaran yaitu perbuatan yang
hukum dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, dilakukan oleh yang bersangkutan dan sanksi pidana
meliputi langkah preventif (Pengawasan) dan dengan sasaran yaitu pelaku (orang) yang
langkah represif (Penerapan sanksi). Langkah melakukan tindakan hukum tersebut.
preventif dilakukan melalui pemeriksaan protocol Ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
notaris secara berkala dan kemungkinan adanya 2014 tentang Jabatan Notaris yang menyatakan
pelanggaran kode etik dalam pelaksanaan jabatan bahwa ³,VL DNWD WLGDN EROHK GLXEDK DWDX GLWDPEDK
notaris. Sedangkan langkah represif dilakukan baik berupa penulisan tindih, penyisipan, pencoretan,
melalui penjatuhan sanksi oleh: atau penghapusan dan menggantinya dengan yang
a. Majelis Pengawas Wilayah, berupa teguran lisan ODLQ ´
dan teguran tertulis serta berhak mengusulkan Pasal 84 dan Pasal 85 Undang-Undang No. 2
kepada Majelis Pengawas Pusat pemberhentian Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-
sementara (Tiga) 3 bulan sampai dengan (Enam) Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
6 bulan dan pemberhentian tidak hormat. diatur bahwa ketika Notaris dalam menjalankan
b. Majelis Pengawas Pusat, berupa pemberhentian tugas jabatannya terbukti melakukan pelanggaran,
sementara serta berhak mengusulkan kepada maka notaris dapat dikenai atau dijatuhi sanksi,
menteri berupa pemberhentian dengan tidak berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik
hormat. jabatan Notaris, dan sanksi-sanksi tersebut telah
c. Menteri, berupa pemberhentian dengan tidak diatur sedemikianrupa, baik sebelumnya dalam
hormat dan pemberhentian tidak hormat. Peraturan Jabatan Notaris, dan sekarang dalam
UUJN dan Kode Etik Jabatan Notaris, dan tidak
2. Menurut BW dalam Kitab Undang-Undang Hukum
mengatur adanya sanksi pidana terhadap notaris.
Perdata
UUJN tidak menyebutkan adanya penerapan
Perbuatan pemalsuan akta otentik yang
sanksi pidana tetapi suatu tindakan hukum terhadap
dilakukan oleh notaris, juga memenuhi unsur-unsur
pelanggaran yang dilakukan Notaris tersebut
Perbuatan Melawan hukum sesuai dengan unsur-
mengandung unsur-unsur pemalsuan atas
unsur yang terkandung dalam pasal 1365 Kitab
kesengajaan/kelalaian dalam pembuatan akta otentik
Undang-Undang Hukum Perdata dapat diuraikan dan
yang keterangan isinya palsu maka Notaris dapat
dipenuhi agar suatu perbuatan itu bisa dikategorikan
dikenai pemidanaan.
sebagai perbuatan melanggar hukum yaitu:
Akan tetapi Notaris tersebut dapat dikenakan
a. Harus ada Perbuatan (Daad)
sanksi dari pasal 264 KUHP, sebab pasal 264 KUHP
b. Perbuatan itu harus melanggar hukum
merupakan Pemalsuan surat yang diperberat
(Onrectmatig)
dikarenakan obyek pemalsuan ini mengandung nilai
Unsur melawan atau melanggar hukum dalam
kepercayaan yang tinggi. Sehingga semua unsur
kategori perdata, maka dasar terhadap unsur
yang membedakan antara pasal 263 dengan pasal

230
Keterlibatan Pejabat Notaris Terhadap Perbuatan Melawan...
(Abdul Jalal)

Vol 5 No 1 Maret 2018

264 KUHP hanya terletak pada adanya obyek Pertanggungjawaban Atas Keterlibatan
SHPDOVXDQ \DLWX ³0DFDP VXUDW GDQ VXUDW \DQJ Pejabat Notaris Terhadap Perbuatan Melawan
mengandung kepercayaan yang lebih besar akan Hukum Dan Turut Serta Melakukan Tindak
NHEHQDUDQ LVLQ\D´ Kejahatan Dalam Pemalsuan Dokumen
Rumusan pasal 264 (2) KUHP adalah sama Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 jo
dengan rumusan pasal 263 (2) KUHP. Perbedaannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
hanya pada jenis surat yang dipakai. Pasal 263 (2) Jabatan Notaris diatur bahwa ketika Notaris dalam
KUHP adalah surat pada umumnya, sedangkan pasal menjalankan tugas jabatannya telah melakukan
264 (2) KUHP adalah surat-surat tertentu yang pelanggaran yang menyebabkan penyimpangan dari
mempunyai derajat kebenaran yang lebih tinggi dan hukum maka Notaris dapat dijatuhi sanksi yaitu
kepercayaan yang lebih besar dari surat pada berupa Sanksi Perdata, Administratif /Kode Etik
umumnya. Sedangkan pelaku yang menyuruh notaris Jabatan Notaris. Sanksi-sanksi tersebut telah diatur
membuat akta palsu dapat dikenakan sanksi pidana sedemikian rupa baik sebelumnya dan sekarang
pasal 266 KUHP. dalam Undang-Undang Jabatan Notaris terkait Kode
Unsur kesalahan dalam kejahatan pasal 266 (1) Etik profesi Jabatan Notaris dimana tidak adanya
KUHP adalah dengan maksud untuk memakai akta keterangan sanksi pidana melainkan organisasi
yang memuat kejadian palsu yang demikian itu Majelis pengawas Notaris yang berkewenangan
seolah-olah keterangan dalam kata itu sesuai dengan memberikan hukuman kepada notaris.
kebenaran. Mengenai unsur kesalahan ini pada Demikian disimpulkan bahwa walaupun didalam
dasarnya sama dengan unsur kesalahan dalam pasal Undang-undang jabatan notaris (UUJN) tidak
263 (1) KUHP yang sudah diterangkan dibagian menyebutkan adanya penerapan sanksi pemidanaan
muka. tetapi suatu tindakan hukum terhadap pelanggaran
'HPLNLDQ MXJD PHQJHQDL XQVXU ³-LND SHPDNDLDQ yang dilakukan oleh Notaris tersebut mengundang
itu menimbulkan kerugian, sudah diterangkan secara unsur-unsur pemalsuan atas kesengajaan/kelalaian
cukup dalam pembicaraan terhadap pasal 263 dan dalam pembuatan surat/akta otentik yang
264 KUHP. keterangan isinya palsu maka setelah dijatuhi sanksi
Mengenai kejahatan dalam ayat (2) pasal 266 administratif/kode etik profesi jabatan notaris dan
pada dasarnya sama dengan kejahatan dalam ayat sanksi keperdataan kemudian dapat ditarik dan
(2) pasal 263 dan ayat (2) pasal 264 KUHP. dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang
Perbedaannya hanya terletak pada obyek dilakukan oleh Notaris yang menerangkan adanya
kejahatan. Pada pasal 263 (2) KUHP yakni surat bukti keterlibatan secara sengaja melakukan
palsu dan surat dipalsu, pasal 264 (2) KUHP adalah kejahatan pemalsuan akta otentik9.
akta-akta tertentu palsu dan akta-akta tertentu Notaris memikul tanggung jawab atas setiap
dipalsu dan pasal 266 (2) KUHP ialah akta otentik pekerjaan yang diberikan oleh klien kepadanya.
yang isinya memuat sesuatu kejadian yang palsu. Setiap pekerjaan akan selalu dibarengi dengan hal-
Dengan demikian pemidanaan terhadap notaris hal yang menjadi tanggung jawabnya. Tanggung
dapat saja dilakukan dengan batasan jika: jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah
1) Ada tindakan hukum dari notaris terhadap aspek kesadaran manusia akan tingkah laku atau
formal akta yang sengaja, penuh kesadaran dan perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak
keinsyafan serta direncanakan, bahwa akta yang disengaja10. Tanggung jawab juga berarti berbuat
dibuat dihadapan notaris atau oleh notaris sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
bersama-sama (sepakat) untuk dijadikan dasar Tanggung jawab dapat diartikan juga dengan
untuk melakukan suatu tindakan pidana; bertindak tepat tanpa perlu diperingatkan.
2) Ada tindakan hukum dari notaris dalam membuat Sedangkan bertanggung jawab merupakan sikap
akta dihadapan atau oleh notaris yang bila diukur tidak tergantung dan kepekaan terhadap orang lain.
berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris Dapat diartikan juga bahwa tanggung jawab
(UUJN) tidak sesuai dengan UUJN tersebut dan; merupakan kesadaran yang ada pada diri seseorang
3) Tindakan notaris tersebut tidak sesuai menurut bahwa setiap tindakannya akan berpengaruh
instansi yang berwenang untuk menilai suatu terhadap orang lain ataupun pada dirinya sendiri.
tindakan notaris, hal ini disebutkan dalam Majelis Pertanggungjawaban mengandung asas
Pengawas Notaris8.
9
Habib adjie, Hukum Notaris Indonesia, Bandung: Refika
Aditama, 2008, hlm. 25
8 10
Habib Adjie, Jurnal Renvoi, Nomor 10-22 Tanggal 3 Maret Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
2005,hlm. 123-125 Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

231
Vol 5 No 1 Maret 2018: 227 - 233

kesalahan (asas culpabilitas), yang didasarkan pada pelanggaran kode etik atau bahkan dibenarkan oleh
keseimbangan monodualistik bahwa asas kesalahan UU Perubahan atas UUJN, maka mungkin hal ini
yang didasarkan pada nilai keadilan harus dapat menghapuskan sifat melawan hukum suatu
disejajarkan berpasangan dengan asas legalitas yang perbuatan dengan suatu alasan pembenar.
didasarkan pada nilai kepastian. Walaupun Konsep Pasal 55 dan pasal 56 angka (1) dan angka (2)
berprinsip bahwa pertanggungjawaban pidana KUHP yang merumuskan mengenai penyertaan
berdasarkan kesalahan, namun dalam beberapa hal dalam tindak pidana dapat di kenakan kepada notaris
tidak menutup kemungkinan adanya apabila pekerja notaris melakukan tindak pidana.
pertanggungjawaban pengganti (vicarious liability) Penyertaan pada suatu kejahatan terdapat apabila
dan pertanggungjawaban yang ketat (strict liability). dalam satu tindak pidana tersangkut beberapa orang
Masalah kesesatan (error) baik kesesatan mengenai atau lebih dari seorang. Hubungan tersebut12:
keadaannya (error facti) maupun kesesatan 1) Beberapa orang bersama-sama melakukan satu
mengenai hukumnya sesuai dengan konsep alasan tindak pidana;
pemaaf sehingga pelaku tidak dipidana kecuali 2) Mungkin hanya satu orang yang mempunyai
kesesatannya itu patut dipersalahkan11. ³NHKHQGDN´ GDQ ³PHUHQFDQDNDQ´ WLQGDN SLGDQD
Diruang lingkup Notaris kita mengenal adagium akan tetapi tindak pidana tersebut tidak
EDKZD ³6HWLDS RUDQJ \DQJ GDWDQJ PHQJKDGDS dilakukan sendiri, tetapi ia mempergunakan
Notaris telah benar berkata. Sehingga benar berkata orang lain untuk melakukan tindak pidana
EHUEDQGLQJ OXUXV GHQJDQ EHUNDWD EHQDU´ -LND EHQDU tersebut;
berkata, tidak berbanding lurus dengan berkata 3) dapat juga terjadi bahwa seorang saja yang
benar yang artinya suatu kebohongan atau melakukan tindak pidana, tetapi ia
memberikan keterangan palsu, maka hal itu menjadi mempergunakan orang lain itu dalam
tanggungjawab yang bersangkutan. Jika hal seperti melaksanakan tindak pidana.
itu terjadi, maka seringkali Notaris dilaporkan kepada Apabila setelah memberikan keterangan perihal
pihak yang berwajib dalam hal ini adalah Aparat suatu kejadian yang diminta dengan memasukkan
Kepolisian. Dalam pemeriksaan Notaris dicercar kedalam akta otentik kepada pejabat pembuatnya,
dengan berbagai pertanyaan yang intinya Notaris sedang akta itu sendiri belum dibuatnya atau
digiring sebagai pihak yang membuat keterangan keterangan perihal kejadiaan itu belum dimasukkan
palsu. Penjatuhan sanksi pidana terhadap notaris kedalam akta, kejahatan itu belum terjadi secara
dapat dilakukan sepanjang batasan-batasan sempurna, melainkan baru terjadi percobaan
sebagaimana tersebut diatas dilanggar, artinya kejahatan saja.
disamping memenuhi rumusan pelanggaran yang Obyek kejahatan ini adalah keterangan palsu,
disebutkan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris artinya suatu keterangan yang bertentangan dengan
(UU Perubahan atas UUJN) dan Kode Etik profesi kebenaran, keterangan mana mengenai sesuatu
Jabatan Notaris yang juga harus memenuhi rumusan hal/kejadian. Tidak Semua hal/kejadian berlaku
dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP). disini, melainkan kejadian yang harus dibuktikan oleh
Dengan adanya penjelasan diatas notaris bisa akta otentik itu. Sama halnya dengan obyek surat
saja dihukum pidana, jika dapat dibuktikan yang diperuntukkan untuk membuktikan suatu hal
dipengadilan, bahwa secara sengaja Notaris dari Pasal 263 KUHP, unsur sesuatu hal dari pasal ini
bersama-sama dengan para pekerjanya untuk sama pengertiannya dengan suatu hal dari Pasal 266
membuat akta dengan maksud dan tujuan untuk KUHP itu. Suatu hal atau kejadian yang dimaksudkan
menguntungkan pihak atau penghadap dengan cara adalah sesuatu hal yang menjadi isi pokok dari akta
merugikan pihak penghadap yang lain. Jika hal ini otentik yang dibuat itu.
terbukti maka pihak penghadap yang merugikan
PENUTUP
pihak lain beserta Notaris tersebut wajib dihukum.
Notaris dapat dikatakan melakukan perbuatan Akibat hukum bagi notaris yang melakukan
penyertaan dan melakukan perbuatan melawan pemalsuan dokumen yaitu pihak penghadap/korban
hukum dalam konteks Hukum Pidana sekaligus juga mengalami derita kerugian atas terbuatnya suatu
melanggar kode etik dan UU Perubahan atas UUJN, akta yang mengandung keterangan palsu oleh
sehingga syarat pemidanaan menjadi lebih kuat. notaris. Akta palsu yang telah dibuat dapat
Apabila hal tersebut tidak disertai dengan dibatalkan. Pembatalan akta adalah menjadi
kewenangan hakim perdata, yakni dengan
mengajukan gugatan secara perdata kepengadilan
11
Nawawi Arief Barda. Masalah Penegakan Hukum dan
Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, (Bandung: Citra
12
Aditya Bakti, 2001), hlm. 23 Didik Endro P, op.cit., hlm. 55

232
Keterlibatan Pejabat Notaris Terhadap Perbuatan Melawan...
(Abdul Jalal)

Vol 5 No 1 Maret 2018

serta menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Habib Adjie, 2009, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir
(UUJN) dapat dikenakan Sanksi Administratif/ Tematik Terhadap Undang-Undang Jabatan
Pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris berupa Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
teguran lisan, tertulis sampai dengan pemberhentian Notaris, Cetakan 2, Bandung : PT.Refika
dengan tidak hormat dari Majelis Pengawas dan Aditama
Sanksi Keperdataan pasal 1365 KUHPerdata tentang Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, 2009, Ke
ganti kerugian. Notaris, Jakarta : Raih Asa Sukses (RAS)
Pertanggungjawaban pidana bagi seorang Kie, Tan Thong. 2000. Studi Notariat Serba Serbi
notaris apabila terbukti notaris melakukan tindak Praktek Notaris, Jakarta : Ichtiar Baru Van
pidana pemalsuan surat maka notaris Hoeve
bertanggungjawab secara pribadi atas apa yang Mulyoto, 2010, Kesalahan Notaris dalam Pembuatan
menjadi tugas serta kewenangnnya. Berkaitan Akta Perubahan Dasar CV. Jakarta: Cakrawala
dengan pertanggungjawaban pidana, seorang notaris Media
dapat dikenakan pidana penyertaaan yang ada pada Nawawi Arief Barda. Masalah Penegakan Hukum dan
pasal 263,jo 55 dan pasal 56 angka (1) dan (2) Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,
KUHPidana, akibat kelalaiannya atas pemalsuan surat (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001)
yang dilakukan oleh pekerja notaris.dengan ancaman PAF Lamintang, 1991. Delik-delik Khusus (Kejahatan-
pidana maksimal 5 tahun. kejahatan Membahayakan Kepercayaan
Pemerintah hendaknya memberikan pelatihan Umum Terhadap Surat-surat, Alat-alat
khusus terhadap notaris secara berkala agar tidak Pembayaran, Alat-alat Bukti dan Peradilan),
melakukan kesalahan yang fatal dimana membawa Bandung : Mandar Maju
dampak pengaruh buruk yang dapat merugikan baik Pieter Latumaten, 2009, Kebatalan dan Degredasi
dari para pihak-pihak tertentu maupun diri sendiri Kekuatan Bukti Akta Notaris Serta Model
dalam pembuatan akta otentik dan menindak secara Aktanya, Makalah yang disampaikan pada
tegas perbuatan notaris dimana diduga melakukan Kongres XX Ikatan Notaris Indonesia di
pelanggaran kode etik profesi notaris yang dapat Surabaya.
dikualifikasikan dalam tersangka tindak pidana. R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
DAFTAR PUSTAKA Lengkap Pasal Demi Pasal. Jakarta : Politeia.

233

Anda mungkin juga menyukai