Anda di halaman 1dari 37

Hukum Acara

Peradilan Tata Usaha Negara

Oleh:
Dr. HERMAN KADIR, SH., M.Hum
PROSES MENJADI ADVOKAT

Mahasiswa Wisuda S1 Pendidikan Advokat & Pengacara /


Fakultas Hukum Magang di Kantor Pengacara Advokat
Yang Harus Disiapkan Calon Advokat

Pemahaman Teori
Hukum Acara Tata Usaha Negara

Pemahaman Etika Profesi Advokat

Tekad yang kuat menjalani profesi advokat


Pemahaman Teori
Yang Harus Disiapkan Calon Advokat

Advokasi dan menggali


permasalahan klien

Mempelajari data yang


dimiliki oleh klien

Membuat surat kuasa


khusus

Membuat surat gugatan


Undang-undang yang berlaku dalam beracara di
Peradilan Tata Usaha Negara

Undang-Undang no 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (*)

Undang-Undang No 9 Tahun 2004 tentang Perubahan I UU Peratun (**)

Undang-Undang No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan II UU Peratun (***)

Undang-Undang No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan


Fungsi adanya Peratun
Untuk mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Pejabat Tata Usaha
Negara. (Pemerintah selaku pelaksana kekuasaan bidang Eksekutif) :

Agar Badan Pejabat TUN tidak bertindak sewenang-wenang melakukan


perbuatan yang dapat merugikan warga Negara.

Agar Badan Pejabat TUN benar-benar melaksanakan tugas dan kewajiban


yang diberikan oleh Undang-Undang kepadanya.

Agar Badan Pejabat TUN dalam mengeluarkan produk berupa Surat


Keputusan sesuai dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik
(AAUPB).
Perbedaan Hukum Acara Peratun dengan
Hukum Acara Perdata
1.Para pihak yang dapat beracara di Peratun ditentukan oleh UU (Pasal 1 angka 12
UU Peratun) sedangkan dalam Perdata Para pihaknya bebas, akibat Hukumnya
tidak dikenal Gugatan Rekonpensi sebagaimana dlm Hukum Acara Perdata.
2.Objek dalam perkara TUN berupa Keputusan Tata Usaha Negara (produk hkm
atau tindakan dari Badan Pejabat TUN) (Pasal 1 angka 9 UU No 51 Tahun 2009 , Pasal 3
UU no 5 Tahun 1986 Peratun jo Pasal 53 ayat(3) UU No 30 Tahun 2014
3.Tuntutan pokok gugatan TUN agar dinyatakan Batal/tidak sahnya KTUN yang
dikeluarkan oleh Badan/Pejb. TUN (Pasal 53 ayat (1) UU Peratun bukan ttg Ganti kerugian
(perdata)
4.Jangka waktu mengajukan gugatan TUN dibatasi oleh UU (Pasal 55 Peratun) 90
hari, dpt membuat gugatan Preforma sedangkan gugatan Perdata tidak
dibatasi oleh waktu.
5. Alasan mengajukan gugatan TUN ditentukan oleh UU
( Pasal 53 ayat (2) Peratun) KTUN bertentangan dgn UU atau KTUN tidak
mengindahkan AAUPB
6. Penulisan identitas Penggugat dan Tergugat ditentukan oleh UU (Pasal
56 UU Peratun)
7.Tidak semua daerah mempunyai PTUN dan PTTUN
8.Ganti rugi di Peratun dibatasi hanya Rp 5 juta
9.Penyelesaian sengketa ada 3 tahapan ( dismissal proses, pemeriksaan
persiapan,permeriksaan persidangan), kalau perdata langsung pemeriksaan
persidangan
PARA PIHAK YANG TERKAIT DALAM BERACARA DI
PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

Pasal 1 angka 12
UU No 51 thn 2009 (***)

Penggugat adalah individu atau badan hukum


perdata yang mengalami kerugian atas
dikeluarkannya keputusan TUN/ produk dari
Badan Pejabat TUN

Tergugat adalah Badan atau Pejabat TUN yang


mengeluarkan Keputusan TUN berdasarkan
wewenang yang ada padanya atau yang
dilimpahkan kepadanya.
Pasal 87 UU No 30/2014 mengatakan dengan berlakunya UU ini
Keputusan TUN sbgimana UU no 5 /1986 jo UU no 9 /2004 jo UU no
51/2009 harus dimaknai

• 1. Penetapan Tertulis yang juga mencakup tindakan


factual;
• 2.Keputusan Badan Pjabat TUN dilingkungan Eksekutif
Legislatif yudikatif dan penyelenggaraan negara lainnya
• 3.Berdasarkan per-UU-an dan AAUPB
• 4.bersifat final dalam arti lebih luas
• 5.Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat
hukum;
• 6.Keputusan yang berlaku bagi warga masyarakat
Yang tidak dapat dijadikan objek gugatan TUN
(Pasal 2 UU no 9 Tahun 2004 tentang Perubahan
PERATUN (pengecualian)
1.KTUN yang merupakan Perbuatan Hukum Perdata;
2.KTUN yang merupakan pengaturan yang bersifat
umum;
3.KTUN yang masih memerlukan persetujuan;
4. KTUN yang dikeluarkanberdasarkan Peraturan per
UU bersifat Pidana;
5. KTUN yang dikeluarkan oleh hasil Peradilan;
6. KTUN mengenai Tata Usaha ABRI;
7. KTUN Panitia Pemilihan Hasil Pemilu
Perkembangan Hukum dengan adanya Undang-Undang No 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 21 ayat ( 2)
menentukan :
Badan dan/atau pejabat pemerintahan dapat mengajukan
permohonan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menilai
ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan wewenang dalam
Keputusan dan/atau tindakan.
Badan/pejabat pemerintah tidak hanya dapat berkedudukan
sebagai Tergugat dalam beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara,
akan tetapi dengan adanya ketentuan UU no 30 Tahun 2014
Badan/pejabat pemerintah juga dapat menjadi pihak pengaju/
pemohon untuk memperoleh putusan ada tidak adanya
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Badan/Pejabat
pemerintah tersebut.
Badan dan/atau pejabat pemerintahan yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh hasil pengawasan dari Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) misalnya BPK, BPKP
Dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) untuk menilai ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan
wewenang dalam keputusan dan atau Tindakan, dengan catatan
sebelum ditetapkan Badan/ Pejabat Pemerintah tersebut sebagai
Tersangka.
Objek sengketa TUN
Keputusan Tata Usaha Negara, yang dapat berupa :

1. Keputusan Tertulis/Konkrit (Pasal 1 angka 9 ***)

2. Keputusan bersifat Fiktif Negatif (pasal 3*)


berubah menjadi Keputusan Fiktif Positif (Pasal
53 (3) UU No 30/2014)
Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN)
Surat Keputusan (KTUN Tertulis) menurut Pasal 1 angka 9 UU no
51 Tahun 2009 memenuhi unsur-unsur sbb:
1. Penetapan Tertulis;
2. Dikeluarkan oleh Badan Pejabat TUN;
3. Berisi Tindakan Hukum;
4. Berdasarkan Perat perUU an;
5. Bersifat Konkrit,Individual,Final
6. Menimbulkan Akibat Hukum;
7. Ditujukan Kepada individu/Badan Hukum Perdata
Objek sengketa TUN
KTUN bersifat Fiktif Negatif
(Pasal 3 UU no 5 Thn 1986)

Objek sengketa TUN bukan saja merupakan Produk Badan Pejabat TUN
(Beschikking) tetapi Tindakan dari Badan Pejabat TUN yang tidak
melaksanakan kewajibannya melayani masyarakat dapat dijadikan Objek
sengketa TUN yaitu:
Fiktif Negatif;

(Fiktif )Badan Pejabat TUN tidak mengeluarkan Produk (DIAM)saja, tindakan


diamnya Badan Pejabat TUN tsb dianggap tidak melaksanakan kewajibannya
yang menimbulkan Kerugian bagi Individu/Badan Hukum perdata
(Negatif) tidak mengeluarkan Keputusan tapi dianggap mengeluarkan
Keputusan yang bersifat negatif (penolakan)
Perkembangan Objek gugatan
yang tadinya bersifat Fiktif Negatif berubah menjadi Fiktif Positif
yaitu dengan hadirnya UU no 30 Tahun 2014 dalam pasal 53
ayat(2) mengatakan jika ketentuan UU tidak menentukan batas
waktu kewajiban untuk menjawab suatu permohonan, maka
Badan/pejabat pemerintahan wajib mengeluarkan keputusan/
tindakan paling lama 10 hari kerja.
Apabila lewat batas waktu yang ditentukan Pejabat pemerintah
tidak menetapkan atau melakukan tindakan maka dianggap
dikabulkan secara Hukum mengeluarkan Keputusan Fiktif Positif
(Pasal 53 ayat (3) UU No. 30 Tahun 2014)
Pemohon mengajukan kepada PTUN untuk memperoleh putusan
penerimaan permohonan, dan Pengadilan wajib memutus paling lama
21 hari kerja sejak permohonan diterima.
 Pedoman beracaranya PERMA No 5 TAHUN 2015 tentang
Pedoman Beracara untuk Memperoleh Putusan Penerimaan
Permohonan

-Ketua PTUN Jakarta mengeluarkan SK.W2.TUN.1/54a/I/2015


tentang Prosedur penerimaan dan pemeriksaan Permohonan atas
Dasar Pasal 21 dan pasal 53 UU No 30 Tahun 2014.

-Kode register untuk permohonan Fiktif Positif yang terdaftar di


PTUN dengan nomor…./P/FP/(tahun)/PTUN-JKT
Pasal 70 UU no 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan
Keputusan dan/atau tindakan tidak sah apabila:
• 1. Dibuat oleh Badan/Pejabat pemerintah yang tidak
berwenang
• 2.Dibuat oleh Badan/pejabat Pemerintah yang
melampaui kewenangannya;
• 3.Dibuat oleh Badan/Pejabat Pemerintah yang bertindak
sewenang-wenang.
• Akibat hukumnya
• Tidak mengikat sejak ditetapkan,segala akibat hukum yg
ditimbulkan dianggap tidak pernah ada.
Pencabutan Keputusan dapat dilakukan oleh:
Pasal 64 ayat (3)
• 1. Pejabat Pemerintahan yang menetapkan
Keputusan;
• 2. Atasan Pejabat yang menetapkan keputusan
• 3. Perintah Pengadilan

• Untuk 1 dan 2 dilakukan paling lama 5(lima) hari


kerja sejak ditemukannya dasar pencabutan
• Untuk 3. paling lama 21 hari kerja sejak adanya
perintah dari Pengadilan.
Penyelesaian sengketa TUN
1. Melalui Upaya Administratif lebih dahulu apabila masih tidak
puas baru dapat mengajukan Gugatan ke PT.TUN sebagai
Pengadilan TUN Tingk. I ( Pasal 48 jo 51 ayat3 *)
pasal 75-78 UU no 30/Tahun 2014 Administrasi Pemerintahan

2. Langsung mengajukan Gugatan ke PTUN

Catatan : Untuk menentukan dapat melihat objek


sengketanya, apabila dalam KTUN ada tertulis “apabila
ada keberatan atas Keputusan ini dapat diselesaikan
melalui Upaya administratif lebih dahulu”.
Peranan Advokat sebagai kuasa hukum Penggugat dalam
memperjuangkan hak dan kepentingan client

Advokat dapat bertindak untuk dan atas nama


serta mewakili clientnya harus dipenuhi syarat:

1. Adanya Surat Kuasa Khusus


2. Seorang Advokat harus Sarjana Hukum dan memiliki ijin
beracara / yang disumpah oleh Pengadilan Tinggi.

Pemberian kuasa (Pasal 57 ayat 2 *) selain tertulis dapat juga


berupa lisan yang diberikan dimuka sidang
Unsur-unsur Muatan Surat Kuasa Khusus
1. Judul “”Surat Kuasa Khusus” 1. Agar dinyatakan batal/tidak sah Keputusan
2. Identitas Pemberi Kuasa (ditambah WNI) Tata Usaha Negara (Objek Sengketa)
3. Selanjutnya disebut sebagai “Pemberi 2. Yang dikeluarkan oleh …… (identitas
Kuasa:” Tergugat ditambah berkedudukan)
4. Bersama ini “memilih Domisili Hukum” 3. “Selaku Tergugat”
5. Identitas Advokat dan para advokat 4. Diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(ditambah WNI) atau Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
6. Bertindak “baik sendiri-sendiri maupun 5. Melakukan segala tindakan untuk membela
bersama-sama” kepentingan Pemberi Kuasa
7. Selanjutnya disebut sebagai “Penerima 6. Hak Substitusi
Kuasa” atau “Para Penerima Kuasa” 7. Tanggal dibuat suratkuasa + tempat
8. Ada kata “KHUSUS” 8. Tanda tangan Pemberi Kuasa + Materai
9. Bertindak untuk dan atas nama “Pemberi 6000,-
Kuasa” 9. Tanda tangan Penerima Kuasa.
10. Mengajukan “Gugatan Sengketa Tata
Usaha Negara”
Contoh : SURAT KUASA PENGGUGAT
(Objek Sengketa Keputusan Konkret)
S U RAT K UASA K H U S U S
Yang bertanda tangan di bawah ini
Komaruddin, WNI, swasta, bertempat tinggal di Jl. Dahlia No.10 Jakarta Selatan.
untuk selanjutnya disebut Pemberi Kuasa.
Dengan ini menyatakan memilih domisili hukum di kantor kuasanya dan memberi kuasa kepada :
• Soenarto, SH MH
• Suwanti, SH
Para Advokat dari Law Firm Soenarto & Rekan, keduanya WNI, beralamat di Jl. Kapt. Tendean No.21 Jakarta
Selatan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, untuk selanjutnya disebut Para Penerima
Kuasa.

------KHUSUS------
Bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Pemberi Kuasa selaku Penggugat guna mengajukan gugatan TUN
agar dinyatakan batal/tidak sah Keputusan Tata Usaha Negara berupa Surat Keputusan No. 212/S.K.Jks/VII/2014
tertanggal 10 Juli 2014 tentang Pengosongan rumah a.n pemilik Komaruddin yang dikeluarkan oleh Walikota
Jakarta Selatan,berkedudukan Gd.Walikota Jakarta Selatan jln.Antasari Kav.20 Jaksel selaku Tergugat. Gugatan ini
diajukan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta.
Sehubungan dengan hal tersebut Para Penerima Kuasa diberi Hak untuk mengajukan Gugatan,Replik, Pembuktian
Kesimpulan, menghadiri persidangan dan untuk mengambil tindakan hukum yang dianggap perlu dan harus dilakukan
menurut Undang-Undang.
Surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi.
Jakarta, 9 Agustus 2014
Pemberi Kuasa Para Penerima Kuasa
Materai
Setelah Menerima Kuasa, Advokat harus
Mempersiapkan Dokumen-dokumen Hukum

 Gugatan TUN (isi Gugatan ditentukan oleh Undang-Undang


Peratun )
 Gugatan dalam pemeriksaan di Pengadilan TUN ada 2 yaitu
Gugatan awal dan Gugatan yang sudah disempurnakan oleh
Majelis Hakim dalam Pemeriksaan Persiapan. (Hakim
bersifat Aktif)
 Gugatan yang sudah disempurnakan dalam pemeriksaan
Persiapan yang diserahkan kepada Tergugat untuk
ditanggapi (dalam bentuk Surat Jawaban)
BUKTI UNTUK MENDUKUNG GUGATAN :

1. Surat Keputusan yang dijadikan objek gugatan

2. Alat bukti lainnya sesuai Pasal 100 *


Alat bukti surat harus dimeteraikan (Nagseglen)
Hakim menyarankan kuasa hukum membuat DaftarBukti.

3. Membuat Replik
(tanggapan Penggugat terhadap surat Jawaban dari Tergugat )

4. Kesimpulan
Untuk memudahkan Majelis Hakim Para pihak diminta
membuat Kesimpulan
Intervensi
masuknya pihak ketiga yang berkepentingan kedalam
suatu perkara yang sedang diperiksa

Pihak ke tiga dapat masuk dalam sengketa bertindak sebagai:


 Pihak yang membela Hak nya (tussenkomst)
 A (selaku P) mengajukan Gugatan agar BPN selaku T
membatalnya sertifikat a.n B,
 B sebagai pemilik sertifikat dapat mengajukan
permohonan Intervensi untuk mempertahankan haknya.
 Voeging
Masuknya Pihak ketiga atas permintaan salah satu pihak
(Penggugat / Tergugat)

 Misalkan A. Pihak Penggugat meminta agar B selaku pihak


ketiga masuk dalam perkara yang sedang diperiksa di PTUN
yaitu gugatan antara A melawan Walikota Jakarta Selatan
sehubungan dikeluarkannya SK Pembongkaran Ruko, karena
kepemilikan Ruko yang akan dibongkar milik berdua ( A dan B).
 Atau bisa saja Majelis Hakim menarik B (pihak ke 3) untuk
menjadi pihak Intervensi karena sertifikat Ruko a.n A dan B.
Anatomi Surat Gugatan TUN
Tanggal ………..
Kepada Yang Terhormat
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara .......
beralamat di .......... (Penjelasan kemana Gugatan tersebut diajukan )

Identitas PENGGUGAT
Nama, Kewarganegaraan, Tempat tinggal dan Pekerjaan Penggugat atau Kuasa Hukum Penggugat.

Identitas TERGUGAT
Nama Jabatan dan tempat kedudukan Tergugat.
Untuk Kewarganegaraan Tergugat tidak perlu dicantumkan, karena Tergugat sudah pasti Warga Negara Indonesia.

Dasar Gugatan (fundamentum petendi atau posita) :


a. Penjelasan mengenai hubungan hukum yang timbul antara Penggugat dengan Tergugat.
b. Penjelasan mengenai objek sengketa. Penggugat dapat pula menjelaskan kronologis (urutan-urutan peristiwa) hingga Ia menerima
objek sengketa dan mengajukan Gugatan terhadapnya.
c. Penjelasan mengenai tenggang waktu mengajukan Gugatan.
d. Penjelasan mengenai alasan Gugatan.
e. Perincian kerugian yang diderita oleh Penggugat (kalau ada).
f. Permohonan penundaan pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang sedang di gugat (kalau ada).

Hal-hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan (Petitum).


a. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
b. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Tergugat.
c. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan No. : … tertanggal : …perihal ………yang dikeluarkan oleh Tergugat.
d. Mewajibkan Tergugat menerbitkan Keputusan TUN yang baru atau menjawab permohonan yang diajukan oleh Penggugat
e. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada Penggugat sejumlah Rp ……. dan menghukum Tergugat untuk
membayar biaya perkara yang timbul.

Tanda tangan
Pihak Penggugat
Muatan Gugatan TUN
(Isi Gugatan TUN ditentukan Oleh UU Peratun)

1. Tanggal Gugatan (berkaitan dengan Pasal 55 )


2. Penjelasan kemana gugatan ditujukan (pasal 54)
3. Identitas Penggugat (Pasal 56) : Nama, Kewarganegaran,
tempat tinggal, pekerjaan Penggugat dan Kuasa Hukum
Penggugat.
4. Untuk selanjutnya disebut PENGGUGAT
5. Identitas Tergugat ( jabatan, tempat kedudukan Tergugat)
6. Untuk selanjutnya disebut TERGUGAT
7. Menjelaskan dasar gugatan/fundamentum petendi
8. Penjelasan Hubungan Hukum antara Penggugat dengan
Tergugat
9. Penjelasan mengenai Objek sengketa dan urutan peristiwa
(pasal 1 angka 9)
10. Penjelasan mengenai tenggang waktu mengajukan gugatan
(pasal 55)
11. Penjelasan mengenai alasan mengajukan Gugatan (pasal 53
ayat 2)
12. Perincian kerugian yang diderita oleh Penggugat
13. Petitum (hal-hal yang diminta dalam gugatan)
14. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya
15. Menyatakan Batal atau tidak sahnya Keputusan TUN yang
dikeluarkan oleh Tergugat (pasal 53 ayat 1)
16. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Keputusan TUN
No... tertanggal... perihal.. yang dikeluarkan oleh Tergugat
(Pasal 97 Ayat 9)
17. Mewajibkan Tergugat untuk menerbitkan Keputusan yang
baru (Pasal 97 ayat 9 B)
18. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian
Penggugat sejumlah Rp..(Pasal 97 Ayat 10 )
19. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara
20. Tanda Tangan Kuasa Hukum Penggugat.
PERANAN ADVOKAT
SEBAGAI KUASA HUKUM TERGUGAT

 Harus memperjuangkan clientnya agar gugatan yang


ditujukan kepadanya “ditolak oleh Majelis Hakim

 Sama seperti kuasa hukum Penggugat harus memiliki surat


kuasa untuk dan atas nama serta mewakili Tergugat + ijin
beracara

 Membuat Surat jawaban (tanggapan Tergugat terhadap


gugatan Penggugat)
 Mempersiapkan bukti-bukti untuk mendukung surat
Jawaban sebagai mana alat bukti yang diatur dalam Pasal
100 *
(surat/tulisan,Keterangan Ahli, Keterangan Saksi,Pengakuan
Para pihak dan Pengetahuan Hakim)

 Membuat Duplik (tanggapan terhadap Replik Penggugat)

 Mempersiapkan Bukti-bukti dan daftar bukti

 Membuat Kesimpulan
Upaya Hukum Biasa
 Upaya Hukum Banding diatur dalam Pasal 122 s/d Pasal 130 *
 Jangka waktu mengajukan Banding 14 Hari setelah putusan
dibacakan (sama dengan perkara perdata )
 Pemohon Banding membuat memori Banding
 Termohon Banding(Terbanding) membuat Kontra Memori
Banding.
 Upaya Hukum Kasasi pengaturannya sama dengan perkara
perdata yaitu tunduk pada UU Mahkamah Agung
 PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG ADALAH PUTUSAN
YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP
(INKRACH)
 Putusan atas permohonan ada tidaknya penyalahgunaan
wewenang, harus diputus dalam jangka waktu paling
lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan
diajukan. Menurut pasal 21 ayat (4) Undang-Undang N0
30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan,
Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut
dapat diajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara, dan putusannya bersifat final dan mengikat.

Anda mungkin juga menyukai