Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TANAH NEGARA YANG DIMINTAKAN UNTUK MENJADI HAK


MILIK PERSEORANGAN
(Studi Kasus : Penetapan No. 336/Pdt.P/2013/PN.Jr)

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Hukum Agraria

Dosen Pengampu: Kukuh Budi Mulya, S.H., M.Si.

Oleh
WAHYUDI PRASETYO
NIM 200710101141

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan sesuai dengan
yang di harapkan. Makalah ini membahas tentang “Tanah Negara Yang Dimintakan
Untuk Menjadi Hak Milik Baik Kelompok Maupun Perseorangan”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman saya tentang


Mata Kuliah Hukum Agraria dengan materi Ketentuan Pokok Hak-Hak Penguasaan
Atas Tanah.

Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan


bimbingan, arahan koreksi, dan saran. Untuk itu, rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya saya sampaikan kepada Bapak Kukuh Budi Mulya, S.H., M.Si. selaku
dosen mata kuliah Hukum Agraria.

Materi yang saya paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan
untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini saya buat semoga
bermanfaat.

Banyumas, 25 September 2021

Penyusun

Wahyudi Prasetyo

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Pengertian Tanah, Tanah Negara, Hak Milik, dan Eigendom


Verponding.......................................................................................................5
B. Prosedur Peralihan Hak Atas Tanah Negara Menjadi Hak Milik
Perorangan........................................................................................................9
C. Implementasi Prosedur Peralihan Hak Atas Tanah Negara Menjadi Hak Milik
Perseorangan Dalam Penetapan No. 336/Pdt.P/2013/PN.Jr............................14

BAB III PENUTUP................................................................................................18

A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran…...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan
manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan
akan tanah terus meningkat. Kebutuhan-kebutuhan tersebut kadang-kadang
menimbulkan perselisihan kepentingan sehingga masalah pertanahan
menjadi hal yang sering dihadapi oleh masyarakat. Salah satu kebutuhan
primer dari manusia adalah memiliki rumah yang tentunya didirikan diatas
sebidang tanah. Dalam pandangan masyarakat, dengan memiliki rumah,
seseorang dianggap telah mapan secara finansial sehingga tidak
mengherankan jika setiap orang akan berupaya semaksimal mungkin
memperoleh rumah dan tanah.
Dalam perkembangannya seseorang diwajibkan memiliki sebuah
sertipikat hak milik atas tanah. Namun, ternyata masih terdapat orang yang
belum memiliki sertipikat tanah tersebut. Sejak diberlakukannya UUPA
maka eigendom verponding harus dikonversi dalam batas waktu 20 tahun.
Namun pada praktiknya masih banyak pemilik eigendom verponding yang
belum mengkonversinya menjadi hak milik sehingga timbul penguasaan
tanah oleh pihak lain tetapi pemiliknya masih memegang hak atas tanah
eigendom verponding.
Oleh karena itu, perlu kiranya bagi seseorang yang memiliki tanah
eigendom verponding untuk segera mengkonversikan tanahnya untuk
menjadi hak milik.
Makalah saya kali ini akan membahas tentang Tanah Negara Yang
Dimintakan Menjadi Hak Milik Perseorangan

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah
yang dapat diangkat adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan tanah, tanah negara, hak milik, dan
eigendom verponding?
2. Bagaimana prosedur peralihan hak atas tanah negara menjadi hak milik
perorangan?
3. Bagaimana Implementasi Prosedur peralihan hak atas tanah negara
menjadi hak milik perseorangan dalam penetapan No.
336/Pdt.P/2013/PN.Jr.?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari tanah, tanah negara, hak milik, dan
eigendom verponding.
2. Untuk mengetahui prosedur peralihan hak atas tanah negara menjadi hak
milik perseorangan.
3. Untuk mengetahui implementasi dari prosedur peralihan hak atas tanah
negara menjadi hak milik perseorangan dalam penetapan
No.336/Pdt.P/2013/PN.Jr.
D. Manfaat
Mengetahui lebih mendalam tentang prosedur peralihan hak atas tanah
negara menjadi hak milik perseorangan. Diharapkan juga bermanfaat bagi
pembaca pemula yang akan mempelajari Hukum Agraria.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanah, Tanah Negara, Hak Milik, dan Eigendom Verponding


1. Tanah
Tanah merupakan benda tidak bergerak yang dapat dimiliki oleh
seseorang sehingga sudah sepantasnya hal mengenai tanah diatur dalam
suatu undang-undang. Sebelum ketentuan di bidang pertanahan diatur
dalam suatu undang-undang, sudah di atur dalam hukum adat yang
membagi kepemilikan atas tanah berdasarkan warisan. Tanah dalam
pengertian yuridis adalah permukaan bumi, hak atas tanah adalah hak atas
sebagian tertentu dari permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua
dengan ukuran panjang dan lebar.
Tanah sendiri merupakan objek hukum yang paling mudah terkena
sengketa, baik sengketa antar individu,sengketa individu dengan badan
hukum, sengketa badan hukum dengan badan hukum, dan juga dapat terjadi
sengketa yang melibatkan pemerintah seperti BPN (Badan Pertanahan
Nasional). Salah satu landasan hukum di Indonesia yang terkait dengan
tanah adalah Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.1
Sebelumnya berlakunya UUPA yang menjadi aturan adalah UU Agraria
1870 dan UU Kehutanan 1874, 1875, dan 1897 dengan berlakunya asas
domein Negara yang menyatakan bahwa semua tanah yang tidak
mempunyai status pemilikan perseorangan sesuai dengan asas hukum Barat
akan dianggap sebagai milik Negara.2

1
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
2
Noer Fauzi Rachman, Land Reform dan Gerakan Agraria Indonesia (Yogyakarta: INSISTPress,
2017), hlm. 45. Sebagaimana dikutip dari jurnal Winanti Atik, dan Abdat Amelia Akef,
“Penyelesaian Sengketa Tanah Terhadap Eigendom Verponding Yang Dikuasai Pihak Lain”.
2020 (diakses pada Kamis, 30 September 2021)

5
2. Tanah Negara
Tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasi oleh negara.
Langsung dikuasi artinya tidak ada pihak lain yang diatas tanah tersebut.
Dengan demikian yang disebut dengan tanah negara adalah tanah-tanah
yang dilekati dengan suatu hak yakni hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai atas tanah negara, hak pengelolaan serta tanah ulayat
dan tanah wakaf. Tanah negara adalah tanah yang dikuasai oleh negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria. Tanah negara digolongkan
menjadi beberapa macam antara lain :
a. Tanah berasal dari penunjukan (yakni tanah negara) Untuk tanah ini
biasanya yang dimaksud penunjukan yaitu tanah dimana pemerintah
menunjuk sebagai ganti dari milik seseorang, karena tanah dimana
orang tersebut berada atau berdiam terkena proyek pemerintah atau
kena perencanaan kota dan dapat juga tanah pembagian dari pemerintah
untuk suatu instansi, misalnya tanah yang dibagi untuk TNI atau tanah
yang disediakan untuk aparat pemerintah, dan sebagainya. Tanah-tanah
tersebut adalah tanah negara dan jika dimohonkan sertipikat biasanya
berupa Hak Guna bangunan, namun seorang pribumi boleh minta
peningkatan statusnya menjadi sertipikat Hak Milik.
b. Tanah bekas dari orang asing, bekas milik tuan tanah pada jaman
dahulu. Tanah tersebut adalah tanah negara dan biasanya sudah ada
bangunannya dan ada juga yang berupa tanah kosong, namun
kebanyakan yang dimaksud bekas kepunyaan orang asing adalah dari
kekuasaan-kekuasaan orang asing atau warga asing yang karena
Peraturan Nomor 1 Tahun 1958 tanah tersebut menjadi tanah negara.
Tanah ini biasanya berupa sertipikat Hak Guna bangunan (HGB).
c. Tanah yang sudah bersertipikat Tanah yang sudah bersertipikat yaitu
tanah-tanah dari tanah penunjukan atau bekas tanah orang asing, tetapi
sudah keluar sertipikatnya dan untuk Hak Guna Bangunan atau
sertipikat Hak Guna Bangunan dapat juga dimohonkan menjadi Hak

6
Milik asal yang memohon adalah orang pribumi sebab warga asing
dilarang memohon hak milik. (Urip, 2010)3

Selain itu Tanah negara dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Tanah negara bebas adalah tanah negara yang langsung dibawah


penguasaan negara, diatas tanah tersebut tidak ada satupun hak yang
dipunyai oleh pihak lain selain negara.Tanah negara bebas bisa
langsung dimohonkan oleh kita kepad Negara/Pemerintah dengan
melalui suautu prosedur yang lebih pendek daripada prosedur terhadap
tanah negara tidak bebas.
b. Tanah negara tidak bebas yaitu diatasnya ada hak-hak rakyat atas tanah
atau tanah yang dikuasai atau diduduki oleh rakyat berdasarkan pada
hukum ada mereka (hak ulayat masyarakat hukum adat). Setelah
kemerdekaan, sebelum terbitnya UUPA, pengertian tanah Negara,
ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang
Penguasaan Tanah-Tanah Negara. Penjelasan umum poin 11 Peraturan
Pemerintah tersebut menjelaskan, tanah yang dikuasai oleh Negara
yaitu semua tanah yang bebas sama sekali dari pada (red-dari) hak-hak
seseorang, baik yang berdasarkan atas hukum adat asli Indonesia
maupun yang berdasarkan atas hukum Barat.4
3. Hak Milik
Hak milik merupakan hak terkuat yang dapat dimiliki seseorang Hak
milik diatur di dalam Pasal 20 UUPA, Hak milik merupakan hak turun
temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dimiliki oleh orang atau badan
hukum atas tanah. Hak milik memiliki fungsi sosial hal tersebut berkaitan

3
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah (Jakarta: Kencana,2010). sebagaimana
dikutip dari jurnal Mulyanti Sullam, Jarot, “Proses Pembuatan Sertipikat Atas Tanah
Negara Menjadi Hak Milik Akibat Peralihan Jual Beli Di Kantor Pertanahan Kota Jakarta
Barat”. 2011
4
http://www.indonesiakoran.com, Op, Cit, diakses pada 27 Januari 2020 Pukul 12:37 WIB
sebagaimana dikutip dari Budiman Arief, Jurnal Hukum dan Kenotariatan Vol.4, tanggal 2
Agustus 2020 “Pensertifikatan Tanah Negara Oleh Masyarakat Menjadi tanah Hak Milik”.
2020 (diakses pada 30 September 2021)

7
dengan sifat hak milik yang terkuat dan terpenuh, artinya seorang atau
badan hukum yang memiliki hak milik bebas melakukan atas lahan tanah
yang dimilikinya, wewenang yang dapat dilakukan oleh pemegang hak
milik antara lain menghibahkan, menjual, menyewakan, dan mewariskan.
4. Eigendom Verponding
Eigendom Verponding yaitu hak atas tanah yang berasal dari hak-
hak barat yang diterbitkan semasa zaman belanda untuk Warga Negara
Indonesia. Secara harfiah diartikan bahwa eigendom adalah hak milik tetap
atas tanah dan verponding adalah surat tagihan pajak atas tanah atau tanah
dan bangunan dimaksud. Verponding tersebut berubah manjadi surat
pemberitahuan pajak terhutang pajak bumi dan bangunan (SPPT-PBB).5
Setelah UUPA diberlakukan yaitu tanggal 24 Sepetember 1960 hak-
hak barat yang berada dalam KUHPerdata tersebut tidak berlaku lagi,
kecuali mengenai hak hipotek masih tetap berlaku. UUPA berfungsi untuk
mengatur dan menyediakan berbagai macam hak atas tanah sebagai
landasan hukum untuk penguasaan dan penggunaan tanah yang diperlukan
meliputi Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Guna Usaha, serta Hak
Milik.17Maka untuk memberikan kepastian hukum dikeluarkan ketentuan
konversi yang terdapat dalam bagian kedua UUPA tentang ketentuan-
ketentuan konversi. Istilah eigendom verponding sedikit asing untuk
didengar, karena dalam UUPA lebih sering disebut hak eigendom.
Verponding sendiri merupakan suatu pajak atas harta tetap disebutkan
dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1953 tentang Penetapan
“Undang-Undang Darurat Nomor 15 Tahun 1952 untuk Pemungutan Pajak
Verponding Tahun-Tahun 1953 dan Berikutnya”. Dalam Surat Departemen
Agraria No. 1/7/39 menyatakan bahwa tanggal kewarganegaraan WNI itu

5
Muhlizar, “Eigendom Verponding Sebagai Alas Hak Dalam Persfektif Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria” sebagaimana dikutip dari
jurnal Winanti Atik, dan Abdat Amelia Akef, “Penyelesaian Sengketa Tanah Terhadap
Eigendom Verponding Yang Dikuasai Pihak Lain”. 2020(diakses pada Kamis, 30 September
2021)

8
dilihat per 24 September 1960. Bila Warga Negara Indonesia hak atas tanah
eigendom verponding dalam waktu 6 bulan wajib datang kepada Kepala
Kantor Pendaftaran Tanah (KKPT) untuk dikonversi menjadi hak milik.
Namun apabila dalam jangka waktu 6 bulan pemilik hak atas tanah
eigendom verponding tidak datang ke KKPT atau tidak dapat membuktikan
maka hak eigendom verponding dikonversi menjadi Hak Guna Bangunan
dengan jangka waktu 20 tahun sampai tanggal 24 September 1980. Namun
apabila haknya telah dikonversi menjadi Hak Guna Bangunan maka pemilik
hak atas tanah tersebut masih dapat mengubahnya menjadi hak milik.
Sedangkan bagi Warga Negara Asing hak atas tanah eigendom verponding
dikonversi menjadi Hak Guna Bagunan. Apabila setelah 20 tahun UUPA
diberlakukan akan tetapi pemilik hak atas tanah eigendom verponding tidak
mendaftarkan tanahnya maka tanah tersebut menjadi milik negara.

B. Prosedur Peralihan Hak Atas Tanah Negara Menjadi Hak Milik


Perorangan
Syarat syarat permohonan hak milik adalah sebagai berikut:
1. Hak milik dapat diberikan kepada :
a. Warga Negara Indonesia (WNI)
b. Badan Hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai ketentuan yang
berlaku yaitu bank pemerintah, badan keagamaan dan badan sosial yang
ditunjuk oleh pemerintah.
2. Permohonan untuk memperoleh hak milik atas tanah negara sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata cara Pemberian dan
Pembatalan hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, permohonan
untuk memperoleh hak haruslah di tempuh sebagai berikut:
a. Permohonan hak milik atas tanah negara diajukan secara tertulis.
b. Permohonan hak milik atas tanah negara memuat :
1) Keterangan mengenai pemohon, apabila perorangan nama, umur,
kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaannya.

9
2) Apabila badan hukum, nama, tempat kedudukan, akta pendirian,
tanggal dan nomor surat keputusan pengesahan oleh pejabat yang
berwenang tentang penunjukkannya sebagai badan hukum yang
dapat mempunyai hak milik berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik :
a. Dasar penguasaan atau alas haknya dapat berupa sertipikat, girik, surat
kapling, surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan
rumah, dan atau tanah yang telah dibeli dari Pemerintah, putusan
pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti
perolehan tanah lainnya;
b. Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada Surat Ukur atau Gambar Situasi
sebutkan tanggal dan nomornya);
c. Jenis tanah (pertanian/nonpertanian);
d. Rencana Penggunaan tanah;
e. Status tanahnya (tanah hak atau tanah negara).
4. Lain-lain :
a. Keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-tanah yang
dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimohon;
b. Keterangan lain yang dianggap perlu.

Syarat permohonan hak milik atas tanah negara sesuai Standard


Prosedur Operasional Pengaturan Pelayanan (SPOPP) Pertanahan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota :

1) Keterangan mengenai pemohon : Fotocopy identitas pemohon atau


kuasanya (KTP, Surat Keterangan Domisili, dan SIM) yang telah
ditunjukkan aslinya di hadapan Kasubag Tata Usaha/Petugas yang
ditunjuk dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
2) Keterangan mengenai data fisik.
3) Keterangan mengenai data yuridis.

10
Setelah syarat-syarat di atas tersebut telah terpenuhi dan dalam kasus ini saya
mengambil dari Penetapan No. 336/Pdt.P/2013/PN.Jr yang telah dikabulkan
permohonannya oleh hakim Pengadilan Negeri Jember Adi Hernomo Yulianto,
S.H., M.H. sehingga permohonan hak milik atas tanah eigendom verponding
dapat dilakukan dengan mendaftarkan hak atas tanahnya menjadi hak milik ke
Badan Pertanahan Nasional dengan Prosedur Pendaftaran Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 sebagai berikut:

a. Pendaftaran tanah secara sporadik dilakukan atas permintaan pihak


yang berkepentingan.
Pihak yang berkepentingan adalah pihak yang berhak atas bidang tanah
yang bersangkutan atau kuasanya.6 Pendaftaran tanah secara sporadik
dapat dilakukan secara individual (perseorangan) atau massal (kolektif)
dari pemegang hak atas bidang tanah atau kuasanya.
b. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran.
Wilayah-wilayah yang belum ditunjuk sebagai wilayah pendaftaran
tanah secara sistematik oleh Badan Pertanahan Nasional di usahakan
tersedianya peta dasar pendaftaran untuk keperluan pendaftaran tanah
secara sporadik. Untuk keperluan pembuatan peta dasar pendaftaran,
Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan pemasangan,
pengukuran, pemetaan, dan pemeliharaan titik-titik dasar teknik
nasional di setiap kabupaten/kota.7
c. Penetapan Batas Bidang-bidang Tanah.
Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah.
Bidang-bidang tanah yang akan dipetakan akan diukur, setelah
ditetapkan letaknya, batas-batasnya dan menurut keperluannya di
tempatkan tanda-tanda batas di setiap sudut bidang tanah yang

Pasal 13 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.
7
Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

11
bersangkutan. Penetapan batas bidang tanah diupayakan penataan batas
berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan.8
d. Pengukuran dan pemetaan Bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran. Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya
diukur dan selanjutnya ditetapkan dalam peta dasar pendaftaran. Jika
dalam wilayah pendaftaran tanah secara sporadik belum ada peta dasar
pendaftaran, dapat digunakan peta lain, sepanjang peta tersebut
memenuhi syarat untuk pembuatan peta pendaftaran.9
e. Pembuatan Daftar tanah.
Bidang atau bidang tanah yang sudah dipetakan atau dibubuhkan nomor
pendaftarannya pada peta pendaftaran di bukukan dalam daftar tanah.10
f. Pembuatan Surat Ukur.
Bagi bidang-bidang tanah yang sudah diukur serta dipetakan dalam peta
pendaftaran, dibuatkan surat ukur untuk keperluan pendaftaran haknya.
Untuk wilayah-wilayah pendaftaran tanah secara sporadik yang belum
tersedia peta pendaftaran, surat ukur dibuat dari hasil pengukuran
bidangbidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya.11
g. Pembuktian hak baru
h. Pembuktian hak lama
Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari
konversi hak hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai
adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi
dan/atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar sebenarnya oleh
Kepala Kantor Pertahanan kabupaten/kota setempat yang cukup

8
Pasal 17 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah
Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.
10
Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
11
Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

12
mendaftar hak, pemegang hak dan pihakpihak lain yang
membebaninya.12
i. Pengumuman data yuridis dan hasil pengukuran
Hasil pengumuman dan penelitian data yuridis beserta peta bidang atau
bidang-bidang tanah yang bersangkutan sebagai hasil pengukuran
diumumkan selama 60 hari untuk memberikan kesempatan kepada
pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan pengumuman
dilakukan di Kantor Pertanahan kabupaten/kota setempat dan Kantor
Kepala Desa/Kelurahan letak tanah yang bersangkutan serta ditempat
lain yang dianggap perlu.13
j. Pengesahan hasil pengumuman penelitian data fisik dan data yuridis
Pengesahan dilakukan dengan catatan mengenai hal-hal yang belum
lengkap dan/atau keberatan yang belum diselesaikan. Berita acara
pengesahan menjadi dasar untuk:
1) Pembukuan hak atas tanah yang bersangkutan dalam buku tanah,
2) Pengakuan hak atas tanah,
3) Pemberian hak atas tanah.
k. Pembukuan hak
Hak atas tanah , hak pengelolaan, tanah wakaf, dan hak milik atas satuan
rumah susun didaftar dengan membukukannya dalam buku tanah yang
memuat data yuridis dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan, dan
sepanjang ada surat ada surat ukurnya dicatat ukur secara hukum telah
didaftar.

12
Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.
13
Urip Santoso,Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah (Jakarta: Kencana,2010), hlm. 180.
Sebagaimana dikutip dari jurnal Winanti Atik, dan Abdat Amelia Akef, “Penyelesaian
Sengketa Tanah Terhadap Eigendom Verponding Yang Dikuasai Pihak Lain”. 2020 (diakses
pada 30 September 2021)

13
C. Implementasi Prosedur Peralihan Hak Atas Tanah Negara Menjadi Hak
Milik Perseorangan Dalam Penetapan No. 336/Pdt.P/2013/PN.Jr.

Pada Penetapan No. 336/Pdt.P/2013/PN.Jr bahwa adapun tanah hak milik bekas
tanah eigendom tersebut terletak di Dusun Curahrejo,Desa Cangkring,
Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember, luas ±14.870 M²,dengan batas-
batas:

• Utara : Jalan Desa ;


• Timur : Tanah Darat Syamsuri;
• Selatan : Jalan PUD ;
• Barat : Tanah darat Maryam;

Bahwa tanah tersebut dikusai oleh H.Abdul Manan. H.Abdul Manan telah
meninggal dunia di tahun 1950, semasa hidupnya telah menikah dengan Alm.
Rayunan dan telah dikaruniai 8 (delapan ) anak yaitu : Rasmi, Milan, Yusuf,
Kasmilah, Nafsiyah, Mukri, Siti Aisyah, dan Sapora. Sejak lama H.Abdul
Manan selama hidupnya menguasai tanah hak milik bekas tanah Eigendom
Verponding No. 4473, luas ± 14.870 M² tersebut mulai tahun 1930, kemudian
dilanjutkan olehahli waris yang bernama Mislan, kemudian dilanjutkan ahli
waris selanjutnya yang bernama Bambang Hermanto Anak dari Putra ketiga
H.Abdul Manan yang bernama Yusuf.

Dikarenakan Bambang Hermanto telah menguasai sejak lama secara turun


temurun, Bambang Hermanto berniat hendak mengajukan permohonan untuk
mendapatkan Prioritas menjadi Hak Milik agar tanah pekarangan tersebut dapat
berfungsi social yang termaktub dalam pasal 6 UU No.5 Tahun 1960 tentang
UUPA. Bambang Hermanto mempunyai tanah hak milik bekas tanah eigendom
dan surat-suratnya: Keterangan garap tanggal 05 Agustus 1935, surat ketetapan
tanah hakmilik bekas tanah eigendom Verponding No.4473, luas ± 14.780 M²
tertanggal. 10 Oktober 1955.

Maka dari itu, Bambang Hermanto hendak melaporkan dan mendaftarkan,


permohonan untuk mendapatkan prioritas Hak Milik ini ke Kantor Badan

14
Pertanahan Nasional Kabupaten Jember yang telah dikuasai oleh negara karena
sejak 1935 sampai dengan dimohonkan tidak ada gangguan atau gugatan dari
pihak lain dan selama itu pula di tempat oleh Alm.H.Abdul Manan. Dengan
demikian hakim menimbang berdasarkan ketentuan dalam Pasal I, III dan V
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria Juncto Pasal I ayat (I) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979
tentang Pokok-pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas
Tanah Asal Konversi Hak Barat, pada saat berakhirnya hak yang bersangkutan,
yakni pada tanggal 19 Agustus 2005, tanah tersebut secara yuridis statusnya
berubah menjadi tanah yang dikuasai oleh negara, sehingga kewenangan
terkaitdengan kebijaksanaan dalam rangka pemberian hak baru atas tanah yang
berasal dari konversi hak Barat tersebut beralih ke Negara, dalam hal ini Badan
Pertanahan Nasional cq. Kantor Pertanahan Kabupaten Jember.

Berdasarkan penetapan tersebut melihat dari segi prosedur telah memenuhi,


seperti:

1) Hak milik dapat diberikan kepada Warga Negara Indonesia (WNI)


2) Permohonan untuk memperoleh hak milik atas tanah negara sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata cara Pemberian dan
Pembatalan hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
3) Permohonan hak milik atas tanah negara diajukan secara tertulis.
4) Permohonan hak milik atas tanah negara memuat : keterangan mengenai
pemohon, apabila perorangan nama, umur, kewarganegaraan, tempat
tinggal dan pekerjaannya. Dalam hal ini atas:
Nama : Bambang Hermanto, AM
Pekerjaan : Swasta,
Alamat : Dusun Curah Kates, Rt.003, Rw.002, Desa Klompangan,
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember

15
5) Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik
yaitu :
Tanah yang terletak di Dusun Curahrejo,Desa Cangkring, Kecamatan
Jenggawah, Kabupaten Jember, luas ±14.870 M² ,dengan batas-batas:
• Utara : Jalan Desa ;
• Timur : Tanah Darat Syamsuri;
• Selatan : Jalan PUD ;
• Barat : Tanah darat Maryam

6) Keterangan lain yang dianggap perlu seperti :


a) Foto copy Surat Pelaporan Pemakaian Tanah Tanpa Idin Pemiliknya
atau Kuasanya , tertanggal. 10 Oktober 1959.
b) Foto copy surat Keterangan Garap , tertanggal. 05 Maret 1935.
c) Foto copy Soerat Padjek, tahun 1946 Atas nama Orang yang kena Pajak
H.Abdoel Manan,
d) Foto copy Surat Ketetepan Pajak Tahun 1955
e) Foto copy Silsilah Bani dari H.Abdul Manan dengan Rayunan,
trtanggal. 16 Mei 2013
f) Foto copy Surat Pernyataan dari Ahli Waris, tertanggal. 20 April 2013
g) Foto copy Gambar Situasi tanah Verponding No. 4473, Luas ± 14.870
M²,

Dan setelah pertimbangan penyerahan kewenangan terkait dengan


kebijaksanaan dalam rangka pemberian hak baru atas tanah yang berasal dari
konversi hak Barat tersebut beralih ke Negara, dalam hal ini Badan Pertanahan
Nasional cq. Kantor Pertanahan Kabupaten Jember, yang nantinya harus
mengumpulkan beberapa berkas yang diperlukan untuk mendaftarkan Hak Milik
atas tanah eigendom verponding menjadi hak milik dengan berkas seperti:

1) Keterangan mengenai pemohon : Fotocopy identitas pemohon atau


kuasanya (KTP, Surat Keterangan Domisili, dan SIM) yang telah

16
ditunjukkan aslinya di hadapan Kasubag Tata Usaha/Petugas yang
ditunjuk dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
2) Keterangan mengenai data fisik.
3) Keterangan mengenai data yuridis.

Setelah semua prosedur dilaksanakan dan sudah membayar biaya perkara, serta
telah mendaftarkan tanah tersebut kepada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Jember. Maka setelah itu akan diterbikan sertipikat hak milik atas tanah yang
bernama Bambang Hermanto.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan di atas telah dijelaskan mengenai definisi dari Tanah,
Tanah Negara, Hak Milik, Eigendom Verponding. Mengenai permohonan Tanah
negara menjadi hak milik perseorangan dapat dilakukan melalui prosedur yang
sudah dijelaskan di atas. Dalam kasus tersebut Bambang Hermanto mengajukan
Permohonan hak milik atas tanah eigendom verponding menjadi hak milik. Pada
kasus tersebut hakim yang bertugas menetapkan bahwa mengabulkan permohonan
dari Bambang Hermanto karena telah memenuhi prosedur dan telah menguasai dan
menempati tanah eigendom verponding dengan membuktikan kepemilikan dengan
bukti surat keterangan garap tanah eigendom verponding tercatat Surat Ketetapan
Tanah Milik bekas Tanah Eigendom Verponding No. 4473, luas ± 14.870 M²
terletak di Dusun Curahrejo, Desa Cangkring, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten
Jember, serta menghadirkan saki-saksi dan bukti batas tanah tersebut. Sehingga
hakim pada kasus tersebut mengabulkan permohonan dari Bambang Hermanto.
Setelah permohonan dikabulkan oleh Hakim yang selanjutnya dilakukan oleh
Bambang Hermanto yaitu mendaftarkan hak milik atas tanah eigendom verponding
kepada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Jember dengan itu maka
Bambang Hermanto akan memiliki sertipikat hak milik atas tanah tersebut.
B. Saran
1. Diharapkan kepada masyarakat yang belum mempunyai sertipikat hak milik
untuk segera mengurus bukti kepemilikan tadi yaitu sertipikat hak milik.
2. Hendaknya pemerintah mengadakan pemberian sertipikat hak milik secara
massal agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama kalangan
masyarakat yang rentan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Urip Santoso,Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah (Jakarta: Kencana,2010),
hlm. 180.
Noer Fauzi Rachman, Land Reform dan Gerakan Agraria Indonesia (Yogyakarta:
INSISTPress, 2017), hlm. 45
Budiman Arief, Jurnal Hukum dan Kenotariatan Vol.4, tanggal 2 Agustus 2020
“Pensertifikatan Tanah Negara Oleh Masyarakat Menjadi tanah Hak Milik”.
2020.http://riset.unisma.ac.id/index.php/hukeno/article/download/8635/pdf
(diakses pada 30 September 2021)
Winanti Atik, dan Abdat Amelia Akef, “Penyelesaian Sengketa Tanah Terhadap
Eigendom Verponding Yang Dikuasai Pihak Lain”. 2020.
http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/bolrev/article/view/1979/0 (diakses
pada Kamis, 30 September 2021)
Endah Rimadani, Kirana. 2020. “Perubahan Status Tanah Hak Guna Usaha Menjadi
Hak Milik(Studi Kasus Jenggawah Di Desa Ajung-Gayasan, Kabupaten
Jember,” Skripsi. Jember: Universitas Jember.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/102179 (diakses pada 30
September 2021)
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok
Agraria
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Penetapan No. 336/Pdt.P/2013/PN.Jr putusan.mahkamahagung.go.id (diakses pada
30 September 2021)

19

Anda mungkin juga menyukai