Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TERSTRUKTUR

JAMINAN PERORANGAN
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan
Program Studi Ilmu Hukum

OLEH :
KELOMPOK 6
KELAS : VI B-1 PERDATA

HARRY PRIANZA 1806200156


HUZRAIMAHASRI AMINATITASSYA 1806200168
FARHANA NABILA PUTRI 1806200157
GALUH SABRINA RAMADHANI 1806200162
DEVI MARLINDA BR PURBA 1806200163
CHARISYA PUTRI AINI 1806200154
SITI MAYSARAH 1806200160

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, instrument jaminan perorangan ternyata mulai
banyak digunakan oleh kreditur paling tidak sebagai tambahan jaminan terhadap
klaimnya demi keamanan modal dan kepastian hukum bagi si pemberi kredit (kreditur).
Dalam hal debitur mempunyai banyak kreditur yang datang belakangan mungkin sudah
tidak mendapatkan lagi pembayaran karena harta debitur sudah habis. Hal ini sangat
tidak adil dan merugikan bagi kreditur. Maka disinilah peran penting lembaga jaminan.
Bahkan terhadap debitur-debitur yang memiliki kredibilitas yang tinggi, instumen ini
kadang lebih di pentingkan dari pada jaminan yang lainnya.
Di satu sisi, pemberian jaminan dapat dilihat sebagai suatu jaminan atas hutang.
Tetapi di sisi lain, pemberian jaminan tersebut kebanyakan sebenarnya juga merupakan
salah satu model pembayaran, yakni memberikan pembayaran seandainya ada hutang
yang tidak terbanyar. Transaksi di tuangkan dalam suatu surat jaminan hutang (letter of
guarantee).
Sebagai suatu bentuk hubungan hukum, pemberi jaminan perorangan oleh seseorang
atau perusahaan sebenarnya bukanlah suatu instrumen yang baru, karena hal ini telah
diatur dalam KUH Perdata yang merupakan salinan dari Burgerlijk Wetbook (BW) yang
telah di diberlakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1848. Dalam KUH
Perdata tersebut penjaminan diatur dalam Buku III Bab XVI, dimana penjaminan
perorangan disebut Borg.
Dalam dunia praktik hukum perdata sendiri, jaminan perorangan ataupun perusahaan,
sebenarnya tidak terlalu banyak dibicarakan, dapat dikatakan belum ada masalah-
masalah hukum yang muncul ke permukaan dari satu sengketa yang melibatkan seorang
penanggung (penjamin).
Dari beberapa kasus kredit macet yang diajukan kepengadilan salah satu penyebabnya
antara lain karena permasalahan yang terdapat di dalam hukum jaminan khususnya
jaminan perorangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri ciri atau sifat dalam jaminan perorangan?
2. Apa saja hak istimewa didalam jaminan perorangan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jaminan Perorangan


Pengertian jaminan perorangan dapat ditemui pada Kitab Undang-Undang Hukum
perdata maupun pendapat para ahli, diantaranya:
1. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1820, Jaminan Perorangan
biasa dikenal Penanggungan, yaitu suatu persetujuan dimana pihak ketiga, demi
kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila
debitur itu tidak memenuhi perikatannya.
2. Menurut Sri Soedewi M.S., mengartikan jaminan immateriil (perorangan) adalah:
“jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya
dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur
umumnya”
3. Menurut Soebekti, Jaminan Perseorangan adalah: “Suatu perjanjian antara seorang
kreditur dengan orang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si debitur. Ia
bahkan dapat diadakan di luar (tanpa) si berhutang (debitur) tersebut”.

Dasar hukum tentang Jaminan Perorangan hanya dapat ditemui dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yakni pada Pasal 1820-1863 karena suatu jaminan perorangan
adalah jaminan khusus antara para pihak yakni debitur dan kreditur.

B. Unsur Unsur Dalam Jaminan Perorangan


Adapun unsur unsur didalam jaminan perorangan, diantaranya :
1. Mempunyai hubungan langsung dengan orang orang tertentu
2. Hanya dapat dipertahankan pada orang tertentu
3. Seluruh kekayaan debitur menjadi jaminan pelunasan piutang
4. Menimbulkan hak perorangan yang mengandung asas kesamaan atau
keseimbangan
5. Jika Pailit maka harta dibagikan pada kreditur seimbang dengan besarnya piutang.
C. Ciri Ciri / Sifat Jaminan Perorangan
Terdapat ciri ciri sifat jaminan perorangan, diantaranya :
1. Jaminan yang bersifat perorangan
Adanya pihak ketiga (badan hukum) yang menjamin pemenuhan prestasi
manakala debiturnya wanprestasi. Pada jaminan yg bersifat perorangan dmk
pemenuhan prestasi hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu,
yaitu Debitur atau penanggungnya.
2. Bersifat accesoir
Perjanjian yang mengikuti perjanjian pokoknya. Perjanjian penanggungan akan
batal demi hukum atau hapus jika perjanjian pokok juga batal demi hukum atau
hapus.
3. Untuk perjanjian yang dapat dibatalkan
Perjanjian accesoirnya tidak ikut batal meskipun perjanjian pokoknya dibatalkan.
misalnya Perjanjian Pokok dibuat oleh orang yang tidak cakap, sehingga dapat
dibatalkan dan bila hal ini terjadi mk perjanjian penanggungannya dianggap tetap
sah.
4. Bersifat sepihak
Dimana hanya penanggung yang harus melaksanakan kewajiban. Tetapi
adakalanya kreditur menawarkan suatu prestasi sehingga pihak ketiga mau
menjadi penanggung dan dlm keadaan demikian perjanjian bersifat timbal balik.
5. Besarnya penanggungan tidak akan melebihi prestasi/perutangan
Pokoknya tetapi boleh lebih kecil. Jika penanggung lebih besar maka yang
dianggap sah hanya yang sebesar utang pokok (Pasal 1822 BW)
6. Bersifat subsidair
Jika ditinjau dr sudut cara pemenuhan prestasi. Hal ini berdasarkan Pasal 1820
BW bahwa penanggung mengikatkan diri untuk memenuhi perutangan debitur
manakala debitur sendiri tidak memenuhinya. Ini berarti penanggung hanya terikat
secara subsidiair karena hanya akan melaksanakan prestasi jika debitur tdk
memenuhinya sedang debitur yg harus tetap bertanggung jawab atas pelaksanaan
prestasi tsb dan stlh penanggung melaksanakan prestasi maka ia mempunyai hak
regres terhadap debitur.
7. Beban pembuktian yang ditujukan ke si berutang
Dalam batas-batas tertentu juga mengikat si penanggung
8. Penanggungan diberikan untuk menjamin pemenuhan perutangan
Yang timbul dari segala macam hubungan hukum baik yang bersifat perdata
maupun yang bersifat hukum publik, asalkan prestasi tersebut dapat dinilai dalam
bentuk uang.
D. Hak Hak Istimewa yang Dimiliki Penjamin
1. Hak untuk menuntut penjualan benda milik debitor lebih dahulu (vooorrecht van
uitwinning)
Penanggung hutang mempunyai hak menurut undang-undang untuk menuntut
supaya benda-benda debitur terlebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi
pinjaman debitur yang bersangkutan. Kecuali Penanggung/Penjamin telah
melepaskan hak istimewanya itu, hak istimewa dari Penanggung/Penjamin hilang
apabila ia telah melepaskannya dan hal itu dengan tegas dinyatakn dalam surat
jaminannya.
“Penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur kecuali debitur lalai
membayar utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan debitur harus disita
dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya” (pasal 1831 KUHPerdata).
2. Hak  untuk membagi-bagi utang (voorrecht van schuldsplitsing)
Dalam hal terdapat beberapa orang/pihak sebagai penanggung/penjamin untuk
seorang debitur dan hutang yang sama, maka menurut undang-undang mereka
terikat untuk seluruh hutang tersebut (pasal 1837 KUHPerdata). Masing-masing
penanggung/penjamin pada pertama kalinya ia digugat di muka hakim, dapat
menuntut supaya kreditur lebuh dahulu membagi piutangnya dan mengurangi
hingga bagian masing-masing penggung/penjamin yang terikat secara sah. Hak
untuk membagi hutang ini hilang apabila penanggung/penjamin telah
melepaskannya.
“Jika beberapa orang telah mengikatkan diri sebagai penanggung untuk seorang
debitur yang sama dan untuk utang yang sama, maka masing-masing penanggung
terikat untuk seluruh utang itu” (pasal 1836 KUHPerdata).
3. Hak untuk mengajukan eksepsi
Penanggung/penjamin dapat menggunakan segala tangkisan/eksepsi yang dapat
dipakai oleh debitur utama terhadap kreditur dan mengenai hutangnya yang
ditanggung itu sendiri “Terhadap kreditur itu, penanggung utang dapat
menggunakan segala tangkisan yang dapat dipakai oleh debitur utama dan
mengenai utang yang ditanggungnya sendiri. Akan tetapi, ia tidak boleh
mengajukan tangkisan yang semata-mata mengenai pribadi debitur itu” (Pasal
1847KUHPerdata).
4. Hak untuk membebaskan sebagai penanggung atau penjamin dikarenakan
salahnya kreditur
Penanggung atau penjamin dapat minta dibebaskan dari kewajibannya sebagai
penanggung apabila karena salahnya kreditur sehingga penanggung atau penjamin
tidak lagi dapat menggantikan hak haknya, hipotik hipotiknya dan hak hak
istimewanya daripada kreditur.
5. Melakukan perjumpaan utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1430
KUHPerdata
Penjamin berhak melakukan perjumpaan utang antara kreditur dan debitur.
Dengan demikian, bisa menyebabkan utang debitur kepada kreditur lunas karena
debitur punya piutang yang besarnya sama dengan utangnya kepada kreditur.
6. Atas permintaan penjamin, kreditur tidak diwajibkan menjual ataupun menyita
harta debitur (Pasal 1833 KUHPerdata)
7. Hak meminta pemecahan terhadap utang yang ditanggung secara bersama sama
Dalam hal yang bertindak sebagai penjamin terdiri dari beberapa orang atau
beberapa perusahaan, para penjamin tersebut berhak meminta pemecahaan
terhadap utang yang ditanggung secara bersama-sama, sesuai dengan proporsinya
masing-masing.

Selain itu ada pula berakhirnya jaminan perorangan. Di dalam Pasal 1381 KUH
Perdataditentukan 10 cara berakhirnya perjanjian penanggungan utang, yaitu :
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. Pembaharuan utang
4. Penjumpaan utang atau kompensasi
5. Pencampuran utang
6. Pembebasan utangnya
7. Musnahnya barang yang terutang
8. Kebatalan atau pembatalan
9. Berlakunya suatu syarat batal
10. Lewatnya waktu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya jaminan perorangan dikaitkan dengan adanya perjanjian pokok
sehingga dapat di simpulkan bahwa perjanjian penaggungan itu bersifat accesoir
sebagaimana disyaratkan dalam pasal 1821 ayat (1) KUH Perdata. Pada lembaga
jaminan perorangan yang berkedudukan sebagai jaminan selalu “orang” yaitu
orang perorangan maupun badan hukum, bahwa ia mengikatkan dirinya dan
menjamin kekayaannya yang dimiliki untuk kewajiban debitur pada suatu saat
nanti dengan syarat-syarat tertentu (pasal 1820 KUH Perdata). Seluruh harta
kekayaan penanggung baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian
hari menjadi jaminan untuk pemenuhan utang yang ditanggungnya.
Penanggung dapat menanggung pembayaran seluruh uang pokok yang dibuat
oleh debitur dan kreditur. Disamping itu penanggung juga dapat menanggung
sebagian saja dari perutangan pokok atau dengan syarat-syarat yang ringan dari
pada perutangan pokok. Penaggungan tidak dapat mengikatkan diri melebihi
perutangan pokok atau dengan syarat-syarat yang lebih berat. Jika penanggungan
diadakan melebihi atau dengan syarat-syarat yang lebih berat dari perutangan
pokok maka penanggungan itu tidak sama sekali batal melainkan hanya sah untuk
apa yang dipatuhi oleh perutangan pokok (pasal 1822 KUH Perdata) Tanggung
jawab penanggung tidak serta merta penanggung laksanakan ketika perjanjian
penanggungan itu disahkan seperti halnya debitur, namun ada suatu peristiwa
yang menjadi dasar yang membuat penanggung wajib melaksanakan prestasi atau
tanggung jawabnya.
B. Saran
Seluruh harta kekayaan penanggung baik yang telah ada maupun yang akan
ada dikemudian hari yang akan menjadi hak penanggung menjadi jaminan untuk
pemenuhan utang yang ditanggungnya. Bila setelah pailit, penanggung tersebut
ternyata berbisnis lagi dan berhasil, harta yang diperoleh dari hasil bisnis tersebut
juga dapat diambil oleh para kreditur sampai utang tersebut lunas. Oleh sebab itu
sebaiknya tidak terlalu mudah memberi keputusan sebagai penanggung jaminan
perorangan.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Subekti, S.H. 1978. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Bandung : PT Intermasa


Yani Ahmad, Gunawawidjaja, Kepailitan. Cet.4, Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2004
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan di Indonesia PokokPokok
Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Cet.4, Citra Aditya Bakti,
Yogyakarta, 2007
Idayarti. 2015. Kedudukan Penjamin Dalam Perjanjian Jaminan Perorangan Di
Tinjau Dari KUHPerdata.
Hanoraga, Tony. 2015. Jaminan Kebendaan dan Jaminan Perorangan Sebagai
Upaya Perlindungan Hukum. Volume 8 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai