Anda di halaman 1dari 14

JAMINAN PERORANGAN

 PENGERTIAN JAMINAN PERORANGAN


 SIFAT JAMINAN PERORANGAN
 BENTUK PERJANJIAN JAMINAN PERORANGAN



SUBJEK JAMINAN PERORANGAN SERTA HAK ISTIMEWA
AKIBAT SERTA HAPUSNYA PENANGGUNGAN UTANG
 GARANSI BANK
Pengertian Jaminan Perorangan

 Istilah Jaminan Perorangan berasal dari kata borgtocht. Dalam istilah lain
dikenal dengan Personal Guaranty (Jaminan Perorangan).
 Jaminan perorangan merupakan kategori dalam bentuk jaminan immaterial,


untuk membedakan jaminan yang berupa kebendaan atau dalam bentuk
jaminan materiil.
 Jaminan Perorangan diatur dalam buku III, bab XVII mulai pasal 1820 sampai
dengan pasal 1850 KUHPerdata tentang penanggungan utang.
 Menurut Pasal 1820 KUH Perdata “Penanggungan adalah suatu persetujuan
di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.”
 Menurut Sri Soedewi Masjchoen, Jaminan Perorangan yaitu Jaminan yang
menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat
dipertahankan terhadap debitor tertentu, terhadap harta kekayaan debitor
umumnya.
 Menurut Soebekti, Jaminan Perorangan merupakan suatu perjanjian antara
seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga, yang menjamin
dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan diadakan di luar
(tanpa) sepengetahuan si berhutang tersebut.
Terhadap kewajiban si berhutang, yang dijamin pemenuhannya ialah

seluruhnya atau sampai suatu bagian tertentu, harta benda si penanggung
(penjamin) dapat disita dan dilelang menurut ketentuan perihal pelaksanaan
eksekusi putusan pengadilan.
 Dalam Jaminan Perorangan, penanggung utang (penjamin) tidak
menunjukkan benda tertentu sebagai jaminan pada kreditor, melainkan
hanya pernyataan menjamin atau kesepakatan antara penjamin dengan
kreditor yaitu mengikat diri dengan harta kekayaan yang ada untuk
memenuhi kewajiban debitor pada waktunya dengan syarat-syarat tertentu.
 Pada Jaminan Perorangan tidak memberikan kedudukan yang didahulukan
kepada kreditor atau hak preferen.
 Kedudukan kreditor hanya sebagai kreditor konkuren yaitu mempunyai hak
menagih kepada penjamin/penanggung utang secara bersaing dengan
kreditor konkuren lainnya.
 Berbeda dan kreditor yang memegang benda jaminan, dimana pemegang
jaminan kebendaan kreditor mempuyai kedudukan yang lebih baik, karena
kreditor berkedudukan sebagai kreditor preferen dalam pelunasan utang.
Sifat Jaminan Perorangan

1. Jaminan yang bersifat perorangan, yaitu adanya pihak ketiga (orang/badan


hukum) yang menjamin pemenuhan prestasi manakala debiturnya
wanprestasi. Pada jaminan yg bersifat perorangan untuk pemenuhan prestasi


hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu, yaitu Debitur
atau penanggungnya.
2. Perjanjian penanggungan bersifat accessoir (tambahan), perjanjian yang
mengikuti perjanjian pokok-nya. Perjanjian pokok-nya adalah perjanjian
credit atau meminjam antara debitor dengan kreditor. Perjanjian
penanggungan akan batal demi hukum atau hapus jika perjanjian pokok juga
batal demi hukum atau hapus.
Sifat accessoir ini memungkinkan adanya pengecualian menurut
KUHPerdata. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1821 yakni :
1) Tiada penanggungan bila tiada perikatan pokok yang sah menurut
Undang-undang.
2) Akan tetapi orang dapat mengadakan penanggungan dalam suatu
perikatan, walaupun perikatan itu dapat dibatalkan dengan sanggahan
mengenai diri pribadi debitur misalnya dalam hal belum cukup umur.
3. Besarnya penanggungan tidak akan melebihi besarnya
prestasi/perutangan pokoknya, tetapi boleh lebih kecil. Jika penanggung
lebih besar maka yang dianggap sah hanya yang sebesar utang pokok.
4. Bersifat subsidair, jika ditinjau dari sudut cara pemenuhan prestasi. Hal ini


berdasarkan Pasal 1820 KUHPerdata bahwa penanggung mengikatkan diri
untuk memenuhi perutangan debitur manakala debitur sendiri tidak
memenuhinya.
Artinya, penanggung hanya terikat secara subsidair (pengganti) karena hanya
akan melaksanakan prestasi jika debitur tidak memenuhinya, sedangkan
debitur yang harus tetap bertanggung jawab atas pelaksanaan prestasi
tersebut dan setelah penanggung melaksanakan prestasi maka ia mempunyai
hak regres (menagih) terhadap debitur.
Bentuk Perjanjian Jaminan Perorangan

Bentuk Perjanjian Jaminan Perorangan


 Perjanjian dengan jaminan perorangan (borgtocht) selama ini dibuat dalam


akta otentik atau notariil seperti bentuk perjanjian kredit pada umumnya.
Bentuk Akta Penjaminan atau Akta Borgtocht sebenarnya dapat dibuat
dengan akta di bawah tangan atau dengan akta otentik karena Undang-
undang tidak mensyaratkan atau menentukan secara formal mengenai
bentuk akta jaminan perorangan tersebut.
 Perjanjian dalam bentuk akta notariil sangat besar manfaatnya. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk lebih melindungi/menjamin dan memberikan kekuatan
hukum bagi para pihak dan dapat digunakan sebagai alat bukti yang
sempurna dalam penyelesaian setiap masalah yang muncul dikemudian hari.
 Yang termasuk dalam jenis perjanjian jaminan perorangan, antara lain :
a) Perjanjian Penanggungan (Borgtocht). Pasal 1820 KUH Perdata
mengatakan, penanggungan ialah suatu persetujuan dimana pihak ketiga
demi kepentingan kreditur mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.
b) Perjanjian Garansi. Pasal 1316 KUH Perdata mengatur tentang perjanjian
garansi, dimana pemberi garansi menjamin bahwa seorang pihak ketiga
akan berbuat sesuatu yang biasannya (tidak selalu) berupa tindakan
“menurut suatu perjanjian tertentu”. Seorang pemberi garansi
mengikatkan diri untuk memberi ganti rugi jika pihak ketiga yang

menjamin tidak melakukan perbuatan yang digaransinnya.
c) Perjanjian Tanggung Menanggung atau Tanggung Renteng. Menurut
Pasal 1278 KUH Perdata, dalam perikatan tanggung menanggung atau
tanggung renteng salah satu pihak atau masing-masing pihak lebih dari
satu orang. Dalam perikatan ini dikenal adagium: “satu untuk seluruhnya
atau seluruhnya untuk satu”.
Sebagai contoh dapat dikemukakan antara lain, Pasal 1749 KUH Perdata
yang berbunyi : Jika beberapa orang bersama-sama meminjam satu
barang, maka mereka masing-masing wajib bertanggung jawab atas
keseluruhannya kepada pemberi pinjaman. Demikian pula Pasal 1836
KUH Perdata, menyatakan: jika beberapa orang telah mengikatkan diri
sebagai penanggung untuk seorang debitur yang sama dan untuk utang
yang sama, maka masing-masing penanggung terikat untuk seluruh
utang itu.
Subjek Jaminan Perorangan Serta Hak Istimewa
A. Subjek Jaminan Perorangan
 Subjek dalam jaminan perorangan diantaranya :
1) Pihak kreditor yakni pihak yang berkedudukan sebagai pemberi kredit
atau orang berpiutang);

2) Debitur utama yaitu pihak yang berkedudukan sebagai peminjam; dan
3) Pihak ketiga yaitu pihak yang berkedudukan sebagai penjamin atau
penanggung utang. Pihak ini karena ia sendiri yang memberikan janjinya
akan membayar utang bila debitor utama tidak dapat memenuhinya.
 Syarat menjadi penjamin/penanggung utang diatur pada pasal 1827 KUH
Perdata yaitu : “seseorang yang cakap untuk mengikatkan diri dalam
perjanjian, maupun untuk memenuhi perjanjiannya dan bertempat tinggal di
Indonesia.”
 Subjek jaminan perorangan pada perjanjian pokok adalah kreditur dan
debitur utama. Debitur utama adalah pihak yang berkewajiban untuk
memenuhi perikatan yang telah dibuat dan harus bertanggung jawab atas
kewajibannya dengan seluruh harta bendanya. dalam arti kekayaannya bisa
dijual secara paksa/dieksekusi untuk diambil sebagai pelunasan utang,
sedangkan
 Subjek pada perjanjian penanggungannya adalah kreditur dan pihak ketiga,
disini pihak ketiga juga berkedudukan sebagai debitur.
B. Hak Istimewa Penjamin/Penanggung Utang
Beberapa hak istimewa penjamin dalam hubungan dengan kewajibannya
terhadap kreditur, antara lain :
1) Hak untuk menuntut lebih dahulu (vaarrecht van uitwinning) agar asset


debitur disita dan dilelang terlebih dahulu sebelum ia diminta melaksanakan
kewajibannya selaku penjamin dalam hal terjadinya wanprestasi.
Hak ini diatur dalam pasal 1831 KUH Perdata dan dalam hal permintaan
tersebut diajukan melalui persidangan di pengadilan, maka penjamin harus
mengemukakan haknya ini dalam jawaban pertamanya kepada hakim.
2) Hak untuk meminta dibaginya kewajiban yang ada diantara para penjamin
secara "pro-rata" dalam hal penjamin lebih dari satu. Pada dasarnya masing-
masing penjamin terikat untuk memenuhi seluruh jumlah kewajiban yang
telah dijaminnya bersama-sama. Prinsip ini diletakkan oleh pasal 1836 KUH
Perdata.
3) Hak untuk mempergunakan semua eksepsi atau tangkisan yang dimiliki
oleh debitur, kecuali tangkisan yang berhubungan dengan keadaan pribadi
debitur sewaktu mengadakan perjanjian pokok.
Tangkisan yang dimaksud berupa :
a) declinatoire exceptie, yaitu tangkisan tidak berwenangnya pengadilan;
b) dilatoire exceptie, yaitu tangkisan mengenai prematurnya tuntutan
misalnya karena waktu pemenuhan kewajiban belum tiba, atau kreditur
sendiri belum melaksanakan perjanjian pokoknya secara penuh atau

kreditur sendiri wanprestasi (exceptio non adimpleti contractus),
c) paremptoire exceptie, yaitu tangkisan yang didasarkan pada alasan telah
hapusnya hak kreditur untuk menuntut misalnya karena telah adanya
pembebasan atau daluwarsa atau adanya putusan pengadilan yang
inkracht van gewisjde yang menghapus hak kreditur tersebut.
4. Hak untuk membebaskan sebagai penanggung/penjamin dikarenakan
salahnya kreditur. Penanggung/penjamin dapat minta dibebaskan dari
kewajibannya sebagai penanggung apabila karena salahnya kreditur.
Perikatan yang timbul karena penanggungan. hapus karena sebab-sebab yang sama
dengan yang menyebabkan berakhirnya perikatan-perikatan lainnya” (Pasal 1845
KUHPerd).
5. Hak meminta pemecahaan terhadap utang yang ditanggung secara bersama-
sama. Dalam hal yang bertindak sebagai penjamin terdiri dari beberapa orang
atau beberapa perusahaan, para penjamin tersebut berhak meminta
pemecahaan terhadap utang yang ditanggung secara bersama-sama, sesuai
dengan proporsinya masing-masing.
Pemecahan kewajiban pemenuhan utang oleh penjamin tersebut dapat
dilakukan atas inisiatif dari kreditur (Pasal 1837-1838 KUHPerdata).
Akibat Serta Hapusnya Penanggungan Utang
A. Akibat Penanggungan Utang
1) Akibat penanggungan utang antara Kreditur dan Pihak Ketiga (Penjamin).
 Pada prinsipnya, penjamin tidak wajib membayar hutang debitur kepada

kreditur, kecuali jika debitur lalai membayar hutangnya. (Pasal 1831)
 Namun sesuai Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan, “Segala barang-
barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada
maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan
perorangan debitur itu.”
Hal ini menegaskan bila debitur utama lalai, maka segala benda miliknya
harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya sbelum
penjamin membayar utang debitur utama kepada kreditur.
 Penanggung tidak dapat menuntut supaya barang milik debitur lebih
dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya : (Pasal 1832)
a. bila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut barang-
barang debitur lebih dahulu disita dan dijual;
b. bila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur
terutama secara tanggung menanggung, dalam hal itu, akibat-akibat
perikatannya diatur menurut asas-asas yang ditetapkan untuk utang-
utang tanggung-menanggung;
c. jika debitur dapat mengajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai
dirinya sendiri secara pribadi;
d. jika debitur berada keadaan pailit;
e. dalam hal penanggungan yang diperintahkan oleh Hakim.


2) Akibat penanggungan utang antara Debitur dan Pihak Ketiga (Penjamin).
 Hubungan hukum antara debitur dan penjamin saling berkaitan dan saling
memiliki ikatan hak dan kewajiban utamanya pada saat telah dipenuhinya
hutang debitur kepada kreditur oleh si penjamin.
 Penjamin
 Penjamin yang telah melunasi hutang debitur kepada kreditur akan
menggantikan kedudukan kreditur, yakni berhak menuntut pembayaran dari
debitur atas apa yang telah dilunaskan oleh penjamin, seperti diantaranya :
a. Pokok dan bunga;
b. Penggantian biaya, kerugian dan bunga.
Dengan demikian, terjadi subrogasi menurut Undang-undang (Pasal 1840 jo.
Pasal 1402 KUH Perdata).
3) Hapusnya Penanggungan Utang
 Berakhirnya atau dihapuskannya penanggungan utang diatur pada Pasal 1845
sampai dengan 1850 KUHPerdata.
 Di Pasal 1845 menyebutkan “Perikatan yang timbul karena penanggungan,
hapus karena sebab-sebab yang sama dengan yang menyebabkan berakhirnya
perikatan-perikatan Iainnya.”

 Terhapusnya penanggungan utang seperti halnya perikatan lain di uraikan di
Pasal 1381 KUHPerdata, serta diantaranya karena :
a. Percampuran utang, yang menurut Pasal 1846 KUH Perdata apabila antara
pribadi debitor utama dan pihak ketiga (pribadi penanggung) menjadi
satu, maka hapuslah penanggungan antara debitor utama dan pihak
ketiga/ penanggung kepada hak dan kewajiban berkumpul dalam satu
tangan; akan tetapi apabila penanggung I dan penanggung II menjadi satu
karena percampuran utang, maka penanggung ke dua tetap dapat
dimintai tanggung jawab kreditornya.
b. Pihak ketiga/penanggung menggunakan tangkisan, yang menurut Pasal
1847 penanggung dapat menggunakan tangkisan-tangkisan terhadap
kreditor yang dapat dikemukakan oleh debitor utama mengenai utang
yang bersangkutan, akan tetapi is tidak dapat menggunakan tangkisan
yang melekat pada pribadi debitor, misalnya ketidakcakapan untuk
melakukan perbuatan hukum.
c. Perbuatan kreditor, menurut Pasal 1848 KUH Perdata pihak
ketiga/penanggung dibebaskan karena perbuatan kreditor yang
menyebabkan penanggung tidak dapat lagi menggantikan hak-hak,
hipotek-hipotek dan hak-hak istimewa dari kreditor. Dalam hal ini berarti
penanggung kehilangan hak subrogasi.


d. Kreditor secara sukarela menerima pembayaran (Pasal 1849 KUH Perdata)
apabila kreditor telah dengan sukarela menerima pembayaran berupa
benda bergerak ataupun benda tidak bergerak sebagai pembayaran utang
pokok; dengan diterimanya benda bergerak ataupun benda tidak bergerak
tadi berarti kreditor telah menerima pembayaran utang pokok dan dengan
dibayarnya utang pokok, maka penanggungannyapun berakhir pula.
Apabila dikemudian hari ternyata benda yang digunakan sebagai
pembayaran tadi karena putusan hakim harus.

Anda mungkin juga menyukai