NPM: 200513828
Mata Kuliah:Hukum Harta Kekayaan
Tugas!
Bacalah Pasal 1820-1850 KUHPerdata mengenai Perjanjian Penanggungan, dan buatlah
resume secara individu mengenai hal-hal penting yang anda dapatkan dalam pengaturan
mengenai perjanjian penanggungan tersebut.
Pada prinsipnya, penanggung utang tidak wajib membayar utang debitur kepada
kreditur, kecuali jika debiturt lalai membayar utangnya. Untuk membayar utang debitur
tersebut maka barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk
melunasi utangnya (Pasal 1831 KUHPerdata).
Penanggung tidak dapat menuntut supaya barang milik debitur lebih dulu disita dan
dijual untuk melunasi utangnya:
a. Bila ia (penanggung utang) telah melepaswkan hak istimewanya untuk menuntut barang-
barang debitur lebih dahulu disita dan dijual
b. Bila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama secara tanggung-
menanggung dalam hal itu akibat-akibat perikatannya diatur menurut asas-asas utang
tanggung menanggung
c. Bila debitur dapat mengajukan suatu eksepsi yang hanya mengenai dirinya sendiri secara
pribadi
d. Bila debitur dalam keadaan pailit
e. Dalam hal penanggungan yang diperintahkan hakim (Pasal 1831 KUHPerdata)
Ketentuan tersebut memungkinkan kreditur untuk seketika menagih kepada
penanggung untuk melunasi semua kewajiban, prestasi atau perikatan debitur tanpa tanpa ia
perlu terlebih dahulu menyita dan menjual harta kekayaan debitur yang telah cidera janji atau
wanprestasi yang ditunjuk oleh penanggung sebagai peliunasan kewajiban debitor kepada
kreditur.
Penanggungan yang lahir dari UU yaitu diatur dalam pasal 335, pasal 472, pasal 784,
dan pasal 789 KUHPdt, dan penanggungan yang lahir dari perintah hakim , diatur dalm pasal
54 Reglement op de Rechsvordering, staatsblad 1847:52 (rv). Pasal 789 KUHPdt yang secara
lengkap berbunyi: mereka diangkat untuk mengurus barang-barang yang termasuk dalm hak,
diwajibkan sebelum memangku tugasnya, menunjuk penanggung dan barng-barang jaminan,
yang harus dikuatkan oleh hakim.
Hapusnya penanggungan utang diatur dalam pasal 1845 sampai dengan pasal 1850
KUHPerdata. Di dalam pasal 1845 KUHPerdata disebutkan bahwa perikatan yang timbul
karena penanggungan, hap8us karena sebab-sebab yang sama dengan yang menyebabkan
berakhirnya perikatan lainnya. Pasal ini menunjuk kepada pasal 1831, pasal 1408, pasal 1424,
pasal 1420, pasalk 1437, pasal 1442, pasal 1574, pasal 1846, pasal 1938, dan pasal 1984
KUHPerdata.
Di dalam pasal 1381 KUHPerdata ditentukan 10 cara berakhirnya perjanjian
penanggungan utang, yaitu: Pembayaran, penawaran pembayaran tunai diikuti dengan
pentyimpana atau penitipan, pembaharuan utang, kompensasi, pencampuran utang,
pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, kebatalan atau pembatalan, dan
berlakunya syarat pembatalan.
Sifat perjanjian penanggungan utang adalah bersifat accesoir (tambahan), sedangkan
perjanjian pokoknya adalah perjanjian kredit atau perjanjian pinjam uang antara debitur
dengan kreditur.
Perjanjian Penanggungan (borgtocht) diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata), yaitu dalam pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 KUH
Perdata. Pasal 1820 KUH Perdata, menyebutkan penanggungan adalah suatu perjanjian
dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatan si berutang menakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.
Jadi, menurut ketentuan pasal 1820 KUH Perdata tersebut, tujuan dari diadakannya
perjanjian penanggungan adalah untuk kepentingan si berpiutang (kreditur), maksudnya
adalah untuk menjamin pemenuhan hak-hak si berpiutang apabila pihak yang berutang tidak
dapat memenuhi kewajibannya.
Apabila dalam suatu perjanjian kredit, pihak debitur mengajukan kepada pihak kreditur
(bank), pihak ketiga sebagai penjamin (borg) -nya, maka dalam hal ini akan terjadi dua kali
perjanjian, yaitu :
1. Perjanjian kredit yang terjadi antara bank dengan debitur.
2. Perjanjian penanggungan (borgtocht) antara bank dan debitur dengan pihak ketiga
(borg) tersebut.
Pengertian perjanjian tambahan atau perjanjian accessoir yaitu perjanjian yang mengikuti
pada perjanjian pokoknya, apabila perjanjian pokok berakhir maka secara otomatis perjanjian
accessoir akan berakhir pula. Apabila terjadi perjanjian pokok, maka barulah perjanjian
accessoir akan ada, dan selama perjanjian pokok tidak ada maka perjanjian accessoir tidak
akan pernah ada. Demikian itu sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1821 KUH Perdata,
yang menyebutkan :
1. Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah.
2. Namun dapatlah seorang memajukan diri sebagai penanggung untuk suatu perikatan,
biarpun perikatan itu dapat dibatalkan dengan suatu tangkisan yang hanya mengenai
dirinya pribadi si berutang, misalnya dalam hal belum-dewasaan.