Anda di halaman 1dari 7

Nama: Shinta Vanessa Briggita

NPM: 200513828
Mata Kuliah:Hukum Harta Kekayaan

Tugas!
Bacalah Pasal 1820-1850 KUHPerdata mengenai Perjanjian Penanggungan, dan buatlah
resume secara individu mengenai hal-hal penting yang anda dapatkan dalam pengaturan
mengenai perjanjian penanggungan tersebut.

Perjanjian Penanggungan ( Borgtocht )

Pengertian penanggungan (vrijwaring) adalah salah satu bentuk intervensi dalam


acara penanggungan atau pembebasan, di mana salah satu pihak yang sedang bersengketa
(berutang) di persidangan pengadilan menarik pihak ketiga ke dalam sengketa tersebut.

Sifat perjanjian penanggungan utang pada perjanjian penanggungan utang diatur


dalam Pasal 1820 sampai dengan 1850 KUHPerdata. Penanggungan adalah suatu perjanjian,
di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi
perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya (Pasal 1820 KUHPerdata).
Dari rumusan yang diberikan tersebut dapat kita ketahui bahwa suatu penanggungan utang
meliputi beberapa unsur yaitu:
1. Penanggungan utang adalah suatu bentuk perjanjian, berarti sahnya penanggungan
utang tidak terlepas dari sahnya perjanjian yang diatur dalm pasal 1320 KUHperdata
2. Penanggung utang melibatkan keberadaan suatu utang yang telah terlebih dahulu ada.
Hal ini berarti tanpa keberadaan utang yang ditanggung tersebut, maka penanggungan
utang tidak pernah ada.
3. Penanggungan utang dibuat semata-mata untuk kepentingan kreditur, dan bukan
untuk kepentingan debitur
4. Penanggungan utang hanya mewajibkan penanggung memenuhi kewajibannya
kepada kreditur mana kala debitur telah terbukti tidak memenuhi kewajiban atau
prestasi atau kewajibannya.
Apabila diperhatikan definisi tersebut, maka jelaslah bahwa ada tiga pihak yang terlibat
dalam perjanjian penanggungan utang, yaitu pihak kreditur, debitur dan pihak ketiga.
Kreditur di sini berkedudukan sebagai pemberi kredit atau utang, sedangkan debitur adalah
orang yang mendapat pinjaman uang atau utang dari kreditur. Pihak ketiga adalah orang yang
akan menjadi penanggung utang debitur kepada kreditur, manakala debitur tidak memenuhi
prestasinya. Esensi penanggungan utang untuk kepentingan kreditur dipertegas kembali oleh
ketentuan pasal 1823 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa: orang dapat
mengangkat diri sebagai penanggung tanpa diminta oleh orang yang mengikatkan diri untuk
suatu utang, bahkan juga dapat tanpa setau orang itu. Dalam ayat (2) dinyatakan pula bahwa
orang dapat pula menjadi penanggung, bukan hanya untuk debitur utama melainkan juga
untuk seorang penanggung debitur utama itu.

Syarat dalam perjanjian penanggungan utang. Untuk sahnya perjanjian diperlukan


empat syarat:  Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya , Kecakapan untuk membuat
suatu perikatan , Suatu hal tertentu , Suatu sebab ynag tidak terlarang.
Keempat unsur yanng disebutkan dalam pasal 1320 KUHPdt dalm doktrin ilmu
hukum digolongkan ke dalam:
1.      Unsur subyektif
Unsur subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari para pihak
yang berjanji, dan kecakapan dari pihak-pihak yang membuat perjanjian. Maka sah tidaknya
suatu penanggungan utang juga bergantung pada terpenuhi tidaknya kedua unsur subyektif
tersebut.
2.      Unsur objektif
Unsur objektif meliputi keberadaan dari pokok persoalan yang merupakan objek yang
diperjanjikan, dan dari objek yang berupa kewajiban atau prestasi yang disepakati untuk
dilaksanakan yang harus merupakan sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan menurut
hukum.

Pada prinsipnya, penanggung utang tidak wajib membayar utang debitur kepada
kreditur, kecuali jika debiturt lalai membayar utangnya. Untuk membayar utang debitur
tersebut maka barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk
melunasi utangnya (Pasal 1831 KUHPerdata).
            Penanggung tidak dapat menuntut supaya barang milik debitur lebih dulu disita dan
dijual untuk melunasi utangnya:
a. Bila ia (penanggung utang) telah melepaswkan hak istimewanya untuk menuntut barang-
barang debitur lebih dahulu disita dan dijual
b. Bila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama secara tanggung-
menanggung dalam hal itu akibat-akibat perikatannya diatur menurut asas-asas utang
tanggung menanggung
c. Bila debitur dapat mengajukan suatu eksepsi yang hanya mengenai dirinya sendiri secara
pribadi
d. Bila debitur dalam keadaan pailit
e. Dalam hal penanggungan yang diperintahkan hakim (Pasal 1831 KUHPerdata)
Ketentuan tersebut memungkinkan kreditur untuk seketika menagih kepada
penanggung untuk melunasi semua kewajiban, prestasi atau perikatan debitur tanpa tanpa ia
perlu terlebih dahulu menyita dan menjual harta kekayaan debitur yang telah cidera janji atau
wanprestasi yang ditunjuk oleh penanggung sebagai peliunasan kewajiban debitor kepada
kreditur.

Penanggungan yang lahir dari UU yaitu diatur dalam pasal 335, pasal 472, pasal 784,
dan pasal 789 KUHPdt, dan penanggungan yang lahir dari perintah hakim , diatur dalm pasal
54 Reglement op de Rechsvordering, staatsblad 1847:52 (rv). Pasal 789 KUHPdt yang secara
lengkap berbunyi: mereka diangkat untuk mengurus barang-barang yang termasuk dalm hak,
diwajibkan sebelum memangku tugasnya, menunjuk penanggung dan barng-barang jaminan,
yang harus dikuatkan oleh hakim.

Hapusnya penanggungan utang diatur dalam pasal 1845 sampai dengan pasal 1850
KUHPerdata. Di dalam pasal 1845 KUHPerdata disebutkan bahwa perikatan yang timbul
karena penanggungan, hap8us karena sebab-sebab yang sama dengan yang menyebabkan
berakhirnya perikatan lainnya. Pasal ini menunjuk kepada pasal 1831, pasal 1408, pasal 1424,
pasal 1420, pasalk 1437, pasal 1442, pasal 1574, pasal 1846, pasal 1938, dan pasal 1984
KUHPerdata.
            Di dalam pasal 1381 KUHPerdata ditentukan 10 cara berakhirnya perjanjian
penanggungan utang, yaitu: Pembayaran, penawaran pembayaran tunai diikuti dengan
pentyimpana atau penitipan, pembaharuan utang, kompensasi, pencampuran utang,
pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, kebatalan atau pembatalan, dan
berlakunya syarat pembatalan.
Sifat perjanjian penanggungan utang adalah bersifat accesoir (tambahan), sedangkan
perjanjian pokoknya adalah perjanjian kredit atau perjanjian pinjam uang antara debitur
dengan kreditur.
Perjanjian Penanggungan (borgtocht) diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata), yaitu dalam pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 KUH
Perdata. Pasal 1820 KUH Perdata, menyebutkan penanggungan adalah suatu perjanjian
dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatan si berutang menakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.

Jadi, menurut ketentuan pasal 1820 KUH Perdata tersebut, tujuan dari diadakannya
perjanjian penanggungan adalah untuk kepentingan si berpiutang (kreditur), maksudnya
adalah untuk menjamin pemenuhan hak-hak si berpiutang apabila pihak yang berutang tidak
dapat memenuhi kewajibannya.

Perjanjian penanggungan merupakan bagian dari perjanjian jaminan, yang banyak


ditemui dalam perjanjian kredit. Jaminan kebendaan yang diberikan oleh seorang yang
berutang dalam perjanjian pinjam meminjam dapat berupa barang tetap ataupun barang
bergerak ;
a. Dalam hal jaminan itu berupa barang bergerak, maka akan menimbulkan perjanjian
gadai (pand).
b. Dalam hal jaminan itu berupa barang tetap, maka akan menimbulkan perjanjian
hipotik.
c. Dalam hal jaminan berupa orang, maka akan menimbulkan perjanjian
penanggungan (borgtocht).

Pihak penanggung (borg) tidak harus selalu orang pribadi (natuurlijke persoon).


tetapi dapat juga  suatu badan hukum (rechtspersoon). Dalam perjanjian kredit, pihak
kreditur (bank) akan meminta jaminan. Jaminan itu bisa berupa orang (jaminan persoonlijk)
atau benda (jaminan kebendaan/jaminan zakelijk). Jaminan orang, biasanya akan diminta
oleh pihak bank, apabila bank merasa perlu untuk itu, dalam arti bahwa bank membutuhkan
keyakinan lebih pada pihak debitur dalam hal pemenuhan kewajiban-kewajibannya.

Yang dimaksud dengan jaminan orang (persoonlijke zekerheid)  adalah orang ketiga


(borg) yang akan menanggung pengembalian uang pinjaman, apabila pihak peminjam tidak
sanggup mengembalikan uang tersebut. Pada umumnya, masyarakat mengenal perkataan
borg sebagai jaminan barang, padahal dalam pengertian yuridis, borg adalah jaminan berupa
orang. Dari pengertian secara yuridis inilah, maka timbul perjanjian penanggungan
atau borgtocht. Yang dapat diminta sebagai jaminan orang (borg) tidaklah sembarangan
orang, melainkan orang yang betul-betul akan sanggup membayar utang debitur, apabila
pihak debitur tidak mampu membayar utangnya. Mengenai seorang yang dapat diajukan
sebagai penanggung diatur dalam pasal 1827 KUH Perdata, yang menyebutkan bahwa : Si
berutang yang diwajibkan memberikan seorang penanggung, harus memajukan seorang
yang mempunyai kecakan untuk mengikatkan dirinya, yang cukup  mampu untuk memenuhi
perikatannya, dan yang berdiam di wilayah Indonesia.
Atau dengan kata lain, untuk menjadi seorang penanggung harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
1. Cakap untuk mengikatkan diri. Maksudnya sama seperti yang ditegaskan oleh pasal
1330 j.o 330 KUH Perdata, yaitu syarat yuridis untuk dinyatakan cakap untuk
membuat perjanjian secara umum.
2. Cukup mampu untuk memenuhi perikatannya. Merupakan syarat ekonimis bahwa
penanggung (borg) mempunyai kemampuan financial untuk membayar utang di
berutang apabila si berutang tidak sanggup melunasi hutangnya.
3. Berdiam di wilayah Indonesia. Merupakan syarat lokasi, tentunya syarat ini untuk
memudahkan bagi kreditur (bank) menagih utang tersebut.

Apabila dalam suatu perjanjian kredit, pihak debitur mengajukan kepada pihak kreditur
(bank), pihak ketiga sebagai penjamin (borg) -nya, maka dalam hal ini akan terjadi dua kali
perjanjian, yaitu :
1. Perjanjian kredit yang terjadi antara bank dengan debitur.
2. Perjanjian penanggungan (borgtocht) antara bank dan debitur dengan pihak ketiga
(borg) tersebut.

Perjanjian yang pertama, perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok (prinsipal),


sedangkan perjanjian kedua yaitu perjanjian penanggungan (borgtocht) merupakan perjanjian
tambahan atau perjanjian accessoir.

Pengertian perjanjian tambahan atau perjanjian accessoir yaitu perjanjian yang mengikuti
pada perjanjian pokoknya, apabila perjanjian pokok berakhir maka secara otomatis perjanjian
accessoir akan berakhir pula. Apabila terjadi perjanjian pokok, maka barulah perjanjian
accessoir akan ada, dan selama perjanjian pokok tidak ada maka perjanjian accessoir tidak
akan pernah ada. Demikian itu sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1821 KUH Perdata,
yang menyebutkan :

1. Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah.
2. Namun dapatlah seorang memajukan diri sebagai penanggung untuk suatu perikatan,
biarpun perikatan itu dapat dibatalkan dengan suatu tangkisan yang hanya mengenai
dirinya pribadi si berutang, misalnya dalam hal belum-dewasaan.

Pada asasnya, seorang penanggung (borg) :


a. tidak boleh mengikatkan dirinya untuk menjamin lebih atau dengan syarat-syarat yang
lebih berat dari pada perikatan si berutang. 
b. hanya diperbolehkan untuk menanggung sebagian saja dari utangnya debitur ataupun
dengan syarat-syarat yang lebih ringan dari pada perikatan yang dibuat antara kreditur
dan debitur.
c. Apabila dalam perjanjian penanggungan tersebut seorang penanggung (borg)
menanggung lebih dari utangnya debitur atau dengan syarat-syarat yang lebih berat,
maka perikatan tersebut tidak sama sekali batal, akan tetapi penanggung (borg) hanya
menanggung yang merupakan perikatan pokok saja.

Dalam perjanjian penanggungan (borgtocht) akan membawa beberapa kemungkinan


akibat pada pihak penanggung (borg) itu sendiri, yaitu :
1. Pihak penanggung (borg) tidak menggantikan kedudukan si berpiutang (kreditur).
2. Pihak penanggung (borg) menggantikan kedudukan si berpiutang (kreditur), atau
disebut subrogasi.

Mengenai berakhir atau hapusnya suatu perjanjian penanggungan (borgtocht) diatut


dalam pasal 1845 sampai dengan pasal 1850 KUH Perdata. Hal-hal yang mengakhiri
ataumenghapuskan perjanjian penanggungan (borgtocht) adalah : 
a. Hapusnya perikatan pokok yang dibuat debitur dan kreditur. 
b. Karena percampuran utang antara pribadi debitur dengan penanggung (borg).
c. Penanggung (borg) menggunakan tangkisan terhadap kreditur yang dipakai oleh
debitur. 
d. Penanggung (borg) dibebaskan karena kesalahan kreditur, tidak dapat lagi
menggantikan hak hipotik dan hak previlege (hak istimewa) kreditur. 
e. Apabila kreditur dengan sukarela menerima benda tidak bergerak atau benda lain
sebagai pembayaran utang debitur. 
f. Apabila penundaan pembayaran yang diberikan oleh kreditur kepada pihak debitur
yang kemudian membebaskan penanggung (borg) dari penanggungan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai