12
KAIDAH HUKUM PERIKATAN-2
HUKUM PERIKATAN
A. Pengertian Perikatan
- Sudikno Mertokusumo
Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak yang menimbulkan hak dan kewajiban
atas suatu prestasi.
- Hofman
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah subjek hukum yang
menyebabkan seorang atau beberapa orang darinya mengikatkan dirinya untuk bersikap
menurut cara-cara tertentu terhadap pihak lain yang berhak atas sikap yang demikian.
- Salim H. S.
Hukum perikatan sebagai kaidah-kaidah hukum yang mengatur hiubungan hukum antara
subjek hukum yang satu dan subjek hukum yan lain dalam bidang harta kekayaan, yang
subjek hukum yang satu berhak atas suatu prestasi, sedangkan subjek hukum lainnya
berkewajiban untuk mematuhi prestasi.
- Pitlo
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua orang
atau lebih, atas dasar pihak yang satu sebagai penerima hak atau pemilik hak (kreditur)
dan pihak lain sebagai pemikul tanggung jawab yang berkewajiban (debitur) atas suatu
prestasi.
- KUHPerdata (BW) buku III
Perikatan adalah “Suatu hubungan hukum antara dua orang, yang memberi hak pada yang
satu menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang lainnya ini diwajibkan
memenuhi tuntutan itu.”
Perikatan masih bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu perjanjian yang isinya
memuat perikatan diantara beberapa pihak. Setiap perjanjian memuat perikatan, tetapi
tidak semua perikatan senantiasa dibuat perjanjiannya.
Dalam suatu perjanjian, terdapat perikatan, yaitu adanya saling keterikatan dalam
objek tertentu yang berakibat pada lahirnya hak dan kewajiban diantara pihak-pihak yang
melakukan perjanjian. Berdasarkan hubungan tersebut pihak yang satu berhak menuntut
sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan
itu. Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedangkan
pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang. Adapun
yang dituntut disebut prestasi. [1]
Sistem pengaturan hukum perikatan adalh bersistem “terbuka”. Artinya, setiap orang
bebasuntuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di
dalam undang-undang. Menurut ketentuan Ps 1338 ayat (1) KUHPerdata memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk:
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun;
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
4. Menentukan bentuk perjanjian.
BAB 2
Jenis-Jenis Perikatan Dan Unsur-Unsurnya
A. Jenis-Jenis Perikatan
1. Perikatan bersyarat (voorwaardelijk),
adalah perikatan yang bergantung pada suatu peristiwa yang akan dating dan masih belum
tentu akan terjadi. Perikatan bersyarat dibagi dua, yaitu: (1) perikatan dengan suatu syarat
tangguh yang terjadinya perikatan pada saat peristiwa itu terjadi; (2) perikatn dengan
suatu syarat batal, yaitu pembatalan perikatan ketika peristiwa terjadi.
2. Perikatan dengan ketepan waktu (termij),
yaitu perikatan yang tidak mengangguhkan lahirnya suatu perikatan , melainka hanya
menangguhkan lahirnya suatu perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaanya
atau menentukan lama waktu berlakunya suatu perikatan. Suatu syarat yang mengandung
peristiwa yang belum pasti akan terjadinya adalah kebalikan dari suatu ketetapan waktu
yang pasti.
3. Perikatan mana suka,
Yaitu si berutang dibebaskan jika ia menyerahkan salh satu dari dua barang yang
disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si berpiutang untuk menerima
sebagian dari barang yang satu dan sebagian dari barang yang lainnya.
4. Perikatan tanggung-menanggung,
Yaitu perikatan yang melibatkan banyak pihak terutama pada debitur, utang debitur
ditanggung oleh pihak-pihak yang terkait sehingga apabila salh satu pihak melunasinya
secara otomatis, lunaslah selurh utang utang debitur.
Yaitu perikatan yang pelaksanaan prestasinya dapat dibagi karena bentuk barang yang ama,
sedangkan perikatan yang tidak dapat dibagi adlah yang pelaksanaan prestasinya tidak
dapat dibagi.[6]
Yaitu perikatan yang menetapkan adanya perbuatan yang harus dilakukan oleh debitur
sebagai jaminannya.
(2) Perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan orang terdiri atas perbuatan
yang menurut hukum dan perbuatan yang melawan hukum. Perikatan yang timbul dari
perbuatan yang sesuai dengan hukum ada dua, yaitu
a. wakil tanpa kuasa (zaakwaarneming) adalah suatu perbuatan seseorang yang secar
sukarela mengurus kepentingan orang lain dengan sepengetahuan maupun tanpa
sepengetahuan dari yang diurus kepentingannya.
b. Pembayaran tanpa utang (onversschulddigde betalin) yaitu seseorang membayar utang,
sementara ia tidak berutang.
8. Perikatan bebas adalah perikatan yang berdasarkan kewajiban-kewajiban kesusilaan dan
kepatutan yang mendesak yang member hak kepada kreditur atas pelaksanaanya yang
tanpa aksi.
9. Perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian, yaitu perikatan yang secar otomatis lahir
karena dilakukannya perjanjian.
10. Beberapa perjanjian khusus, terdiri batas:
a. Persekutuan (maatschap)
b. Penyuruhan (lastgeving)
c. Perjanjian pinjam
d. Penanggungan utang
e. Perjanjian perdamaian
f. Perjanjian kerja
Yaitu suatu perbuatan ketika satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lebih.
b. naturalia
c. aksidentalia[7]
BAB 3
Prestasi, Wanprestasi, dan Keadaan Memaksa
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam perikatan.
Bentuk-bentuk prestasi menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata adalah:
a. memberikan sesuatu;
b. berbuat sesuatu;
b. Sesuatu yang mungkin dapat dilakukan oleh debitur, artinya perbuatan yang dilakukan
oleh debitur sangat wajar dan mudah untuk dilakukan.[8]
c. Sesuatu yang diperbolehkan oleh undang-undang, ketentuan kesusilaan, aturan agama, dan
tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
d. Sesuatu yang memberikan manfaat untuk kreditur, manfaat dalam arti zat maupun sifat
dari benda dan jasanya sehingga kreditur dapat menggunakan, memberdayakan,
menikmati, dan mengambil hasilnya.
Wanprestasi. Artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan, seperti yang telah
ditetapkan dalam perikatan. tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur disebabkan dua
kemungkinan alas an, yaitu:
a. Karena kesalahan tersebut debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun
karena kelalaian.
b. Karena keadaan memakasa (overmach), force majeure, artinya di luar kemampuan debitur.
Ovemacht atau keadaan memaksa, yaitu suatu keadan yang dialami oleh debitur yang
berada di luar kekuasaan dan kekuatannya sehingga ia tidak mampu melaksanakan
prestasinya, misalnya karena terjadinya gempa bumi, banjir, kebakaran dahsyat. Karena
peristiwa yang dialami oleh debitur, prestasinya tidak dapat dipenuhi.
Risiko dalam teori hukum disebut dengan istilah resicoleer (ajaran pihak atau salah
satu pihak yang melakukan kesalahan dan menyimpang dari perjanjian tanpa adanya unsur
kesengajaan. Misalnya, telah terjadi kerja sama usaha bagi hasil dalam pertanian padi.
Apabila hasil panennya bagus, kedua belah pihak menerima keuntungan. Sebaliknya, jika
panennya jelek atau gagal, kedua belah pihak menanggung risikonya.
Somasi atau penetapan lalai adalah suatu proses yang dilakukan oleh kreditur
sehingga sampai pada keputusan dan ketetapan bahwa debitur telah lalai. Somasi berupa
surat teguran dari Pengadilan Negeri atau ingebreke steling, yaitu surat teguran dari
kreditur tidak melaui Pengadilan Negeri.
a. Harus ada perbuatan yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat positif
maupun yang bersifat negative, artinya seetiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat;
c. Ada kerugian;
d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian;
Ganti rugi adalah suatu yang harus dipenuhi oleh debitur karenanya telah
melakukan wanprestasi. Dengan demikian, ganti rugi merupakan sanksi hukum bagi pelaku
wanprestasi.
BAB 4
Perbedaan Perikatan dengan Perjanjian
Perjanjian adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh para pihak untuk saling
berjanji dan mengikatkan diri dalam melakukan perbuatan tertentu atau tidak melakukan
perbuatan tertentu.
Dalam suatu perjanjian, terdapat dua pihak atau lebih yang saling berjanji,
melakukan consensus, melakukan tindakan dengan tujuan tertentu atas objek perjanjian
yang merupakan harta benda. Perjanjian adalah ikatan antara debitur dengan kreditur.
Suatu perjanjian dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu perjanjian yang dilakukan
dengan tertulis dan perjanjian yang dilakukan secara lisan. Untuk kedua bentuk tersebut
memiliki kekuatan yang sama kedudukannya untuk dapat dilaksanakan oleh para pihak.
Perjanjian tertulis dapat dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan apabila terjadi
perselisihan.
Syarat pertama dan syarat kedua menyangkut subjek, sedangkan syarat ketiga dan
keempat mengenai objek. Syarat pertama dan syarat kedua termasuk dalam syart subjektif,
yaitu kesepakatan dan kecakapan. Akibat hukum tidak dipenuhinya syarat subjektif, yaitu
perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Adapun syarat ketiga dan syarat keempat adalah
syarat objektif. Yang termasuk ke dalam syarat objektif adalah suatu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal. Tidak dipenuhinya syarat objektif dalam suatu perjanjian mengakibatkan
perjanjian tersebut batal demi hukum.
Perjanjian ada dua bagian, yaitu bagian inti atau pokok dan bagian yang bukan
pokok. Bagian pokok disebut essensialia dan bagian yang tidak pokok disebut naturalia
serta aksidentalia.
Subjek perjanjian sama dengan subjek perikatan, yaitu kreditur dan debitur yang
merupakan subjek aktif dan subjek pasif. Adapun kreditur maupun debitur tersebut dapat
perseorangan maupun badan hukum.
Ada tiga golongan berlakunya perjanjian, yaitu: (1) perjanjian berlaku bagi para
pihak yang membuat perjanjian; (2) perjanjian berlaku bagi ahli waris dan mereka yang
mendapat hak; (3) perjanjian berlaku bagi pihak ketiga.
Untuk menentukan timbulnya hak pihak ketiga dengan adanya perjanjian bagi pihak
ketiga terdapat beberapa pandangan atau teori, yaitu:
a. teori penawara;
Cacat kehendak, meliputi empat hal, tiga hal masuk dalam KUHPerdata dan satu hal
lagi diluar KUHPerdata. Cacat kehendak yang ada dalam KUHPerdata, yaitu sesuai dalam
pasal 1321 KUHPerdata, yaitu kesesatan atau kekhilafan, paksaan, dan penipuan. Dalam
ketentuan di luar KUHPerdata, yaitu penyalahgunaan keadaan (undue influence) dan khilaf
atau sesat mengenai orangnya.
Paksaan dibedakan oleh ketentuan dalam Pasal 1324 KUHPerdata, yaitu berupa:
a. paksaan mutlak (absolute), artinya atas adanya paksaan tersebut tidak ada pilihan lain
atau tidak ada alternatif berpikir untuk menyetujui perjanjian yang diserahkan atau tidak;
b. paksaan relative, yaitu salah satu yang dipaksa masih memiliki kesempatan untuk
mempertimbangkan menerima atau menolak perjanjian tersebut. Di samping itu, ada pula
bentuk paksaan yang bersifat: (1) paksaan psikis, yaitu suatu paksaan yang mengarah pada
jasmani; (2) paksaan psikhis, yaitu suatu paksaan yang mengarah pada ketentraman batin
atau kejiwaan (rohani). Yang dimaksud dengan paksaan adalah kekerasan jasmani atau
ancaman mempengaruhi kejiwaan menimbulkan ketakutan pada orang lain sehingga
dengan sangat terpaksa membuat suatu perjanjian.
b. asas konsensualisme;
c. asas kepercayaan;
f. asas keseimbangan;
h. asa moral;
j. asas kebiasaan.
BAB 5
Perikatan dalam Hukum Kontrak dan Macam-macamnya
c. dilihat dari keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara
dua pihak;
d. dilihat dari perbuatan sebelumnya yang mencakup tahap pracontractual dan past
contractual:
1) kaidah dalam hukum kontrak adalah yang tertulis dan tidak tertulis;
3) prestasi adalah hak kreditur dan kewajiban debitur, yaitu memberikan sesuatu, berbuat
sesuatu;
5) akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan dan
kewajiban adalah suatu beban.[13]
Kesamaan antara hukum kontrak dengan hukum perjanjian terletak pada: (1)
tempat pengaturan hukum kontrak; (2) system pengaturan hukum kontrak yang bersifat
terbuka; (3) asas-asas hukum kontrak; dan (4) sumber hukum kontrak, baik sumber
hukum materiil maupun sumber hukm formal.
Pelaksanaan hukum adat yang berkaitan dengan kontrak telah diakui para pakar
hukum sebagai bagian dari sejarah dan proses terbentuknya hukm tertulis.
a. subjektif, meliputi kecakapan untuk membuat kontarak (dewasa dan tidak sakit ingatan),
dan adanya kesepakatan di antara dua pihak;
b. objektif, meliputi satu hal (objek) tertentu dan sesuatu sebab yang halal (kausa)
b. perjanjian leasing;
BAB 6
Penyalahgunaan Hak dan Hapusnya Perikatan
Penyalahgunaan hak (bahasa Belanda, misbruik van recht) adalah menjalankan hak
yang mengakibatkan kerugian terhadap orang lain atau berbuat sesuatu yang bukan
merupakan haknya atau menggunakan haknya bukan pada tempatnya sehingga orang lain
menanggung akibatnya.
Hapusnya perikatan dalam kontrk yang timbul dari persetujuan maupun dari
undang-undang di atur dalam baab IV buku III KUHPerdata, yaitu dalam pasal 1381. [15]
Dalam pasal tersebut, terdapat beberapa cara hapusnya perikatan, yaitu:
1. pembayaran;
5. percampuran utang;
6. pembebasan utang;
2. pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan, asalakan bertindak atas nama debitur
dan untuk melunasi utang debitur atau pihak ketiga bertindak atas namanya sendiri,
asalkan ia tidak menggantika hak-hak kreditur.
1. Orang yang membayarkan harus pemilik mutlak dari benda yang diserahkan.
4. Dalam tiga hal pembayaran yang tidak ditujukan kepada kreditur atau kuasanya tetap
dianggap sah, yaitu: (1) kreditur menyetujuinya; (2) kreditur mendapatkan manfaat; (3)
debitur membayarkan dengan iktikad baik (Pasal 1386 KUHPerdata).
Dalam undang-undang pembayaran, dibedakan atas hal-hal:
3. utang uang;
4. subrogasi.[16]
2. apabila debitur meminjam uang untuk melunasi utangnya, dan menetapkan orang yang
meminjami uang akan menggantikan hak-hak si berpiutang.
Subrogasi yang terjadi demi undang-undang diatur dalam Pasal 1402 sebagai berikut.
1. Untuk seorang yang berpiutang, melunasi seorang berpiutang lain berdasarkan hak-hak
istimewanya atau hipotik.
2. Untuk seorang pembeli suatu benda tidak bergerak, yang telah memakai uang harga benda
tersebut untuk melunasi orang-orang berpiutang kepada siapa benda itu diperikatkan
dalam hipotik.
3. Untuk seorang yang bersama-sama dengan orang lain, atau untuk orang-orang lain,
diwajibkan membayar suatu utang, berkepentingan untuk meluansi hutang tersebut.
4. Untuk seorang ahli waris yang seang menerima suatu warisan dengan hak istimewa untuk
mengadakan pencatatan tentang keadaan harga peninggalan, telah membayar utang-utang
warisan dengan uangnya sendiri.
6. penawaran pembayaran dilakukan di tempat yang telah ditetapkan atau di tempat yang
telah disetujui;
7. penawaran pembayaran dilakukan oleh notaries atau jurusita disertai dua orang saksi.[17]
1. barang atau uang yang akan dibayarkan ditawarkan secara resmi oleh seorang notaries
atau jurusita pengadilan;
2. notaris atau seorang jurusita membuat perincian barang-barang atau uang yang akan
dibayarkan;
3. notaris mendatangi tempat tinggal atau tempat pembayaran kreditur sesuai perjanjian;
5. notaris atau jurusita sudah menyediakan suatu proses-perbal atau berita acara
pembayaran, artinya pihak kreditur menerima atau menolak penawaran pembayaran akan
ditulis dalam beriata acara yang dimaksudkan.
Novasi adalah suatu persetujuan yang menyebabkan hapusnya suatu perikatan dan
pada saat yang bersamaan timbul perikatan lainnya yang ditempatkan sebagai pengganti
perikatan semula.
Dalam pembaruan utang atau novasi dapat terjadi dalam beberapa hal, yaitu:
1. hapusnya perjanjian lama oleh perjanjian yang baru;
5. hapusnya hak dan kewajiban yang lama oleh hak dan kewajiban yang baru;
1. novasi objektif, yaitu perikatan yang telah ada diganti dengan perikatan lain.
3. novasi subjektif aktif, yaitu apabila krediturnya diganti oleh kreditur lain.
d. Percampuran utang
e. Pembebasan utang
Pembebasan utang dapat terjadi apabila kreiditur dengan tegas menyatakan tidak
mengkhendaki lagi prestasi dari debitur dan melepaskan haknya perikatan di antar kedua
belah pihak.
1. barang yang terutang musnah karena adanya peristiwa yang terjadi di luar kekuasaan
debitur;
2. barang yang musnah tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Batalnya kontrak atau hapusnya perjanjian dapat disebabkan batal hukum dan batal
karena dapat dibatalkan. Disebut batal demi hukum karena pembantalannya terjadi
berdasarkan undang-undang. Batal karena dapat dibatalkan mempunyai akibat setelah ada
putusan hakim yang membatalkan perbuatan tersebut.
Syarat adalah ketentuan isi perjanjian yang disetujui oleh kedua belah pihak, syarat
yang jika dipenuhi mengakibatkan perikatan batal (nietig, void) sehingga perikatan
menjadi hapus. Syarat batal pada asasnya selalu berlaku surut, yaitu sejak perikatan
dilahirkan. Syarat batal mengakibat suatu konsekuensi kedua belah pihak tidak pernah
melakukan kontrak atau perjanjian.
i. Kedaluwarsa
Kedaluwarsa adalah upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang.[19]
5. pembatalan dapat dilakukan dengan jalan perang apabila pihak lain mendahului
penyerangan dan pengkhianatan terhadap perjanjian.[20]
Teknik pengucapan atau metode dalam berijab dan Kabul ada beberap cara, yaitu:
Subjek akad adalah al-aqid, yaitu orang-orang yang melakukan akad. Orang kesatu
dan orang kedua sebagai pihak-pihak yang akan melakukan perserikatan.
Orang yang ahli dalam berakad dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. ahli wajib;
b. ahli’ada.
a. asli (al-asliyah) orang yang akad memiliki kekuasaan berakad untuk dirinya. Orang ini
disyaratkan harus balig, berakal, dan normal;
b. pengganti (an-niyabah), seseorang divberikan kekuasaan oleh orang lain atau mengurusi
urusan orang lain. Pengganti terbagi dua, yaitu:
(2) paksaan (al-ijbariyah).[21]
Prinsip utama dalam berakad adalah saling merelakan dan kebebasan dalam
berakad. Jika dilihat dari sifatnya, akad dibagi menjadi dua macam, yaitu akad
bersyarat dan akad tanpa syarat.
Akad bersyarat atau akad ghair munjiz ada tiga macam, yaitu ta’liq syarat, taqyid
syarat, dan syarat idhafah;
Ijarah adalah akd atas manfaat barang atau jasa yang dilakukan oleh pihak pemilik
barang atau jasa dengan pihak penyewa menurut syarat-syarat yang dibenarkan oleh syara’.
b. Shighat akad;
d. syarat lazim.
Dalam sewa-menyewa jas atau perburuhan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
a. orang yang disewa adalah orang yang telah dewasa dan memiliki keahlian yang jelas;
b. orang yang disewa menyanggupi permintaan penyewa dan penyewa menyanggupi besaran
upahnya;
a. ijarah benda atau barang yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya; dan
b. ijarah jasa atau keahlian dan tenaga, baik manusia maupun hewan, yang disebut dengan
perburuhan.
a. pihak yang berakad, yaitu penjual dan pembeli harus cakap hukum atau balig (dewasa)
dan saling meridai;
b. khususnya untuk barang dagangan persyaratan adalah harus jelas dari segi sifat, jumlah,
jenis akan ditransaksikan, dan tidak termasuk dala, kataegori yang haram, serta harus
mengandung manfaat yang jelas sehingga penyerahannya dari penjual kepada pembeli
dapat dilakukan karena barang merupakan hak milik seppenuhnaya pihak yang berakad;
d. jangka waktu.
Jual beli adalah pertukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan
atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya melalui cara yang diperbolehkan.
Dalam memelihara dan menjaga sikap ‘antaradhin dapat dilakukan beberapa hal
yang berkatan dengan pproses ijab kabul dalam jual beli, yaitu:
a. lafazh dalam jual beli, sebagai bentuk ijab kabul harus dapat dipahami kedua belah pihak;
b. barang yang diperjualbelikan harus dikenal dengan baik dari manfaat dan harganya.
Apabila barang tersebut merupakam kebutuhan pokok, harga pasarannya harus jelas;
c. cara penjualannya tidak mengandung unsure penipuan, spekulasi, dan riba;
d. barang yang dijual adalah milik penjual sendiri atau mendapat kuasa dari pemilik barang;
e. tidak membeli barang yang sedang ditawar oleh orang lain dan tidak menjual barang
dengan dua harga;
f. membayar harga barang setelah ada ijab kabul di tempat berlangsungnya transaksi;
g. tidak membeli barang dengan cara menghadang di jalanan atau dengan cara tengkulak;
c. tidak mengaitkan barang dengan syarat tertentu, misalnya aku jual barang jika ayahku
telah meninggal dunia;
d. tidak dibatasi dengan waktu, misalnya menjual barang unytuk sebulan saja.
Syirkah, artinya bersekutu atau bekerja sama dalam konteks bisnis yang
landasannya adanya percampuran modal dari kedua belah pihak.
a. syirkah amlak adalah lebih dari satu orang memiliki sesuatu jenis barang tanpa akad;
b. syirkah ‘uqud adalah dua orang aatau lebih melakukan akad untuk bergabung dalam suatu
kepentingan harta dan hasilnya berupa keuntungan;
c. syirkah ‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu
porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua belah pihak saling
berbagi dalam keuntungan dan kerugian secara sama;
d. syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap
pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
BAB 8
Kontrak Nominaat, Kontrak Dagang Elektronik, dan Kontrak Baku
nominaat adalah kontrak yang bernama yang diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata
yang menyebutkan, “Semua perjanjian, baik yang mempunya nama khusus, maupun yang
tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat
dalam bab ini dan bab yang lalu.”
a. jual beli;
b. tukar-menukar;
c. sewa-menyewa;
e. persekutuan perdata;
f. badan hukum;[25]
g. hibah;
h. penitipann barang;
i. pinjam pakai;
k. pemberian kuasa;
m. perjanjian untung-untungan;
Kontrak innominaat adalah kontrak yang timbul, tumbuh dan hidup dalam
masyarakat dan kontrak ini belum dikenal pada saat KUHPerata diundangkan. Hukum
kontrak yang innominaat (spesialis) merupakan bagian dari hukum kontrak (generalis).
Beberapa jenis kontrak innominaat, yaitu:
a. kontrak dagang;
a. Kelebihannya adalah:
b. Kekurangannya adalah:
Kontrak baku adalah suatu bentuk kontrak yang memuat syarat-syarat tertentu dan
dibuat hanya oleh satu puhak. Kontrak baku artinya sama dengan perjanjian adhesi yang
sifatnya bergantung kepada satu pihak apakah berminat melakukan kontrak atau
membatalkannya.
b. syarat kuasa yang halal terutama apabila terdapat pengaruh yang tidak pantas; dan
c. syarat kesepakatan kehendak, terutama apabila ada keterpaksaan atau ketidakjelasan dari
salah satu pihak.
Asas-asas yang digunakan dalam kontrak baku adalah: