Anda di halaman 1dari 26

HUKUM PERJANJIAN

DAN PERIKATAN
Oleh : Dr. Anandha Budiantoro
Perjanjian dan Perikatan
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana
seorang berjanji kepada seorang lain atau di
mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum


antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan
mana pihak yang berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan itu.
Perikatan dan perjanjian

 Dilihat dari sumber lahirnya suatu perikatan


 Pasal KUHPer 1233:

Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian


maupun Undang-Undang (UU)
 Dengan demikian hubungan perikatan dengan
perjanjian adalah perjanjian menimbulkan perikatan
 perjanjian merupakan salah satu sumber yang paling
banyak menimbulkan perikatan, karena hukum
perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak. Oleh
karena itu setiap masyarakat bebas untuk mengadakan
perjanjian.
Perjanjian
 Pasal 1313 KUHPer
 Syarat sahnya perjanjian (1320 KUHPer):
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang diperbolehkan.
Syarat sahnya suatu perjanjian
 Syarat pertama dan kedua di atas
dinamakan syarat-syarat subjektif
(Perjanjian dapat dibatalkan:
Voidable / vernietigbaarheid.
 syarat ketiga dan keempat
merupakan syarat-syarat obyektif
(Perjanjian Batal demi hukum:
Void/ nietig.
HUBUNGAN
PERIKATAN DAN PERJANJIAN
Perjanjian Menggugat atas dasar hubungan
(Privity of Contract) kontraktual (wanprestasi/ ingkar
janji) ps. 1238 dinamakan pula:
Contractual Liability

Undang-Undang
Perikatan saja

Perbuatan
manusia
Undang-Undang
Asas Perjanjian
1. Asas kebebasan berkontrak
2. Asas konsensualisme
3. Asas pacta sunt servanda
4. Asas itikad baik
5. Asas personalitas
1. Asas Kebebasan berkontrak
 Pasal1338 ayat 1 KUHPerdata “semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”
 Memberikan kebebasan kepada para pihak
(dalam hal menentukan isi, bentuk, serta
macam perjanjian) untuk mengadakan
perjanjian akan tetapi isinya selain tidak
bertentangan dengan perundang-undangan,
kesusilaan, dan ketertiban umum, juga
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian
2. Asas Konsensualisme
 Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata,
Perjanjian yang dibuat lahir sejak
adanya konsensus atau kesepakatan
dari para pihak yang membuat
perjanjian.
 Perjanjian telah ada dan sah sejak
terjadinya kesepakatan
3. Asas pacta sunt servanda
 Asas kepastian hukum
 Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata
 Para pihak atau Hakim atau pihak ketiga
harus menghormati substansi perjanjian
yang dibuat oleh para pihak sebagaimana
layaknya undang-undang.
4. Asas itikad baik (Good Faith)

 Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata,


“perjanjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik”
 Para pihak harus melaksanakan subtansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh atau kemauan baik
dari para pihak.
5. Asas personalitas
 Perikatan hukum yang dilahirkan, oleh
suatu perjanjian hanya mengikat orang-
orang yang membuat perjanjian tersebut
dan tidak mengikat pihak lainnya.
Sebuah perjanjian hanya meletakkan hak
dan kewajab antara pihak yang
membuatnya
Prestasi
 Pelaksanaan dari isi kontrak yang telah
diperjanjikan menurut tata cara yang
telah disepakati bersama.
Wanprestasi (1238 KUHPer)
 Tidak dilaksanakan suatu prestasi atau kewajiban
sebagaimana yang telah disepakati bersama.
 Melakukan wanprestasi apabila:
a. Tidak memenuhi kewajibannya
b. Terlambat memenuhi kewajibannya
c. Memenuhi kewajibannya tapi tidak sebagaimana
mestinya
 Mendapatkan penyelesaian dalam kewajiban
memberikan pengantian biaya, rugi dan bunga
Risiko
 Kewajiban untuk memikul kerugian yang
merupakan akibat dari peristiwa diluar
kesalahan salah satu pihak.
 Resiko dalam perjanjian sepihak diatur dalam
pasal 1237 KUH Perdata, yakni resiko
ditanggung oleh kreditur.
 Resiko dalam perjanjian timbal balik yakni
resiko dalam jual beli, resiko dalam tukar-
menukar, dan resiko dalam sewa menyewa
Hapusnya perikatan
Perikatan itu bisa hapus jika memenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan pasal 1381
KUH Perdata. Ada beberapa cara penghapusan suatu perikatan adalah sebagai
berikut :
 Pembayaran merupakan setiap pemenuhan perjanjian secara sukarela.
 Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan.
 Pembaharuan utang.
 Perjumpaan utang atau kompensasi.
 Pembebasan utang.
 Musnahnya barang yang terutang.
 Batal/pembatalan.
 Berlakunya suatu syarat batal.
 Lewat waktu/daluwarsa.
Keadaan memaksa/ overmatch/ force majour

1. Bencana alam
2. Kehilangan
3. Keadaan diluar kemampuan
 Unsur yang harus dipenuhi:
1. Terpenuhi prestasi
2. Ada sebab yang terletak diluar kesalahan debitur
3. Faktor penyebab tidak diduga sebelumnya dan tidak
dipertanggungjawabkan kepada debitur
 Akibatnya:
1. Kreditur tidak dapat menuntut perikatan dipenuhi
2. Tidak dapat dinyataka lalai dan tidak dapat menuntut
3. Kreditur tidak dapat meminta pemutusan perjanjian
Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit merupakan, perjanjian
pinjam-meminjam uang, antara bank dengan
pihak lain (nasabah)
 Dalam praktek perbankan, guna mengamankan
pemberian kredit, perjanjian kredit
dituangkan dalam bentuk tertulis dan dalam
suatu perjanjian baku (standards contract  )
Tujuan utama Pemberian kredit

 Mencari keuntungan : Dalam hal suku bunga


 Membantu Usaha Nasabah : Modal kerja,
debitur dapat memperluas usahanya
 Membantu Pemerintah : Semakin banyak
kredit artinya, berarti adanya peningkatan
pembagunan di berbagai sector.
Pentingnya Perjanjian Kredit (PK)

 Pengaturanmengenai Hak dan


Kewajiban Para Pihak.
 Sebagaibukti adanya suatu
Perikatan Hukum antara Para Pihak
 Merupakan perjanjian pokok yang
akan melahirkan perjanjian accecoir
salah satunya berupa pengikatan
agunan
Pengertian Prestasi & Wanprestasi
 Yang berhak menuntut disebut pihak berpiutang atau
kreditur/Bank, sedang pihak yang wajib memenuhi
tuntutan tersebut disebut pihak berhutang atau
debitur . Adapun barang sesuatu yang dapat dituntut
tersebut prestasi
 Tidak dapat prestasi sebagaimana dimaksud
disebut wanprestasi.
 Yang bersangkutan tidak memenuhi kewajibannya.
 Terlambat memenuhi kewajibannya.
 Memenuhi, tetapi tidak seperti yang diperjanjikan
FIDUSIA
 Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda
yang hak kepemilikan dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda. (Pasal 1 point 1 UU Jaminan
Fidusia)
 Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud
dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi
pelunasan uang tertentu yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap
kreditur lainnya. (Pasal 1 point 2 UU Jaminan Fidusia)
Pengaturan Hak Jaminan
Fidusia
 Diatur didalam Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 168 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3889.
Subyek Fidusia
 Pemberi fidusia adalah orang perseorangan
atau korporasi pemilik benda yang menjadi
obyek jaminan fidusia (Pasal 1 point 5 UU
Jaminan Fidusia) Penerima fidusia adalah
orang perseorangan yang mempunyai
piutang yang pembayarannya dijamin
dengan jaminan fidusia (kreditor). (Pasal 1
point 6 UU Jaminan Fidusia)
Obyek Fidusia
Benda yang dapat dimiliki dan dialihkan hak
kepemilikannya, baik benda yang berwujud
maupun tidak berwujud, terdaftar maupun
tidak terdaftar, bergerak maupun tidak
bergerak yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan atau hipotek (Pasal 1 point 4 UU
Jaminan Fidusia)

Anda mungkin juga menyukai