Anda di halaman 1dari 8

BAB III

HUKUM PERJANJIAN

A. PERJANJIAN
Perjanjian merupakan peristiwa hukum dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan suatu perbuatan
tertentu dan dilakukan secara tertulis. Kegiatan perjanjian yang dilakukan karena adanya
kepentingan, tujuan dan kebutuhan para pihak, pada intinya diartikan sebagai suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal. Pada intinya suatu perjanjian diperlukan untuk menjaga para pihak
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dapat terjaga atau adanya suatu kepastian hukum. Oleh
karena itu perjanjian yang dibuat jangan dilanggar para pihak yang terlibat didalamnya, karena
apabila dilanggar maka salah satu pihak akan mendapatkan sanksi dari perjanjian tersebut,
dapat dikatakan apabila suatu perjanjian dilanggar.
1. Setiap pelanggaran perjanjian akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk
memperoleh ganti rugi;
2. Jika pelanggaran itu cukup berat, juga akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan
untuk menghentikan perjanjian dan mengakhirinya.
Hal–hal yang timbul dari aktivitas perjanjian:
1. Merupakan pertemuan antara penawaran dan penerimaan
2. Aktivitas dan perdata/pribadi
3. Dirancang sesuai dengan kesepakatan para pihak yang berkontrak.
4. Berlaku dan mengikat para pihak yang menyepakatinya
5. Tidak boleh dilakukan perubahan secara sepihak jika sudah disetujui
6. Tidak boleh disepakati melalui proses paksaan, penipuan.
7. Kalau tidak dilaksanakan akan dihukum untuk membayar biaya ganti rugi dan bunga diambil dari
harta debitur tersebut.
a. Unsur Perjanjian
1). Essentialia, artinya syarat sah perjanjian
2). Naturalia, artinya lazimnya melekat pada perjanjian
3). Accidentalia, artinya yang harus disebut tegas

1
b. Syarat suatu perjanjian
Menurut pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya suatu perjanjian–perjanjian diperlukan 4
(empat) syarat, yaitu:
1). Sepakat mereka yang mengikat dirinya
2). Kecakapan untuk mengikat suatu perikatan
3). Suatu hal tertentu
4). Suatu sebab yang halal.
Syarat pertama, kedua dan ketiga disebut syarat subjektif, sedangkan syarat keempat disebut
syarat keempat disebut syarat objektif.
Syarat Subjektif
Syarat subjektif terdiri dari adanya kesepakatan dari para pihak dan adanya suatu kecakapan
dari para pihak.
Subjektif Objektif
Syarat objektif terdiri dari: adanya objek yang jelas dan adanya sebab yang halal atau dapat
dikatakan tidak melanggar hukum.
Jenis–jenis perjanjian yang sering digunakan dalam menjalankan bisnis:
1). Perjanjian jual beli, yaitu suatu perjanjian, dimana pihak yang satu mengikatkan dirnya
untuk menyerahkan suatu keadaan, dan pihak yang lain untuk membayar harganya yang
telah diperjanjikan. Diatur dalam Pasal 1457–1546 KUH Perdata
2). Perjanjian tukar menukar, suatu perjanjian, dimana pihak kedua belah pihak mengikatkan
dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik, sebagi gantinya suatu
barang lain. Diatur dalam Pasal 1541–1546 KUH Perdata
3). Perjanjian sewa menyewa, yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang selama
suatu waktu tertentu dengan pembayaran suatu harga, yang disanggupi pebayarannya.
Diatur dalam Pasal 1548–1600 KUHPerdata
4). Perjanjian Pemburuhan, suatu persetujuan diaman pihak yang satu, diburuh, mengikatkan
dirinya dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan, untuk suatu waktu tertentu
melakukan perkejeaan dengan menerima upah. Perjanjian ini diatu dalam Pasal 1601a–
1603z KUHPPerdata dan UU No.13 Tahun 2003.
5). Persekutuan, yaitu suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungannya yang terjadi karenanya. Perjanjian in diatur dalam Pasal 1618–
1665 KUHPerdata

2
B. PRESTASI DAN WANPRESTASI
Prestasi adalah pelaksanaan dari isi kontrak yang telah diperjanjikan menurut tata cara yang
telah disepakati bersama.
Model prestasi dari suatu kontrak:
1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu
Wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban sebagaimana yang
telah disepakati bersama.
Wanprestasi dipilah–pilah sebagai berikut:
1. Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi
2. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi
3. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi
C. ASAS–ASAS KONTRAK BISNIS
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas Kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang–undang bagi mereka yang membuatnya”. Asas kebebasan berkontrak adalah suatu
asas yang emberikan kebebasan kepada para kepada para pihak untuk:
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d. Menentukan bentuknya, perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata. Dalam
pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan
kedua belah pihak.
1. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas Pacta Sunt Servenda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. Asas ini
berhubungan dengan akibat perjanjian, Asas pacta Sunt Servanda merupakan asas bahwa
hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yan dibuat para pihak,
sebagimana layaknya ebuah undang–undang.

3
2. Asas Iktikad Baik (Goede Trouw)
Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
3. Asas Kepribadian (personalitas)
Asas kepribadian merupakan asa yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan
atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja.
4. Asas Obligatoir
Yaitu suatu kontrak yang maksudnya bahwa setelah sahnya suatu kontrak tersebut sudah
mengikat tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak.
5. Overmacht
Yaitu suatu kejadian yang tak terduga dan terjadi diluar kemampuan sehingga terbebas dan
keharusan membayar ganti kerugian, atau dapat diputuskan terlepas dari tuntutan.
D. RISIKO DAN KEADAAN MEMAKSA
Dalam menjalankan bisnis manusia tidak terlepas dari suatu permasalahan atau orang sering
menyebutnya resiko, sehingga dapat dikatakan kewajiban untuk memikul kerugian yang
merupakan akibat dari peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak.
Sedangkan maksud dari Force Majeur atau Overmacht atau keadaan memaksa yaitu:
1. Bencana alam
2. Kehilangan
3. Keadaan diluar kemampuan.
Keadaan memaksa (Force majeur), tiga unsur yang harus dipenuhi;
1. Tidak penuhi prestasi
2. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur.
3. Faktor penyebab tidak diduga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada
debitur.
Akibat keadaan memaksa;
1. Kreditur tidak dapat menuntut perikatan dipenuhi
2. Tidak dapat dinyatakan dalam keadaan lalai dan tidak dapat menuntut
3. Kreditur tidak dapat meminta pemutusan perjanjian.
E. PERJANJIAN KREDIT
Dasar hukum dari suatu kredit:
1. Adanya kesepakatan anatara debitur debitur dengan kreditur yang disebut perjanjian kredit;

4
2. Adanya pihak yaitu kreditur dan debitur;
3. Adanya kesanggupan atau janji untuk membayar hutang;
4. Adanya pinjaman berupa pemberian sejumlah uang
5. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit dengan pembayaran Perjanjian kredit
dalam bisnis ini merupakan lex spesial, dengan unsurnya;
1). Kepercayaan
2). Waktu suatu masa
3). Kehati–hatian
F. FIDUSIA
Fidusia adalah pegalihan hak kepemilikan suatu benda atau dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan peiik benda.
Sifat–sifat dari jaminan fidusia yang diatur dalam ketentuan undang–undang:
1. `Fidusia bersifat accesior, yang berarti jaminan fidusia bukan hak yang berdiri sendiri
melainkan kelahiran dan keberadaanya atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokon
fidusianyasendiri
2. `Jaminan fidusia bersifat droit de suite, yang artinya berarti bahwa penerima jaminan
fidusia/kreditur hak mengikuti benda menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun
benda itu berada, dengan artinya bahwa dalam keadaan debitur lalai maka kreditur sebagai
pemegang jaminan fidusia tidak kehilangan haknya untuk mengeksekusi objek fidusia
walaupun objek tersebut telah dijual dan dikuasai oleh pihak lain.
3. `Jaminan fidusia memberikan hak jaminan priferent, yang berarti bahwa kreditur sebagai
penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan untuk mendapatkan pelunasan utang dari
hasil eksekusi benda jaminan fidusia tersebut dalam hal debitur cedera janji atau lalai
membayar hutang.

5
BAB IV
BADAN USAHA

A. FIRMA (FA)
Persekutuan Firma (fa) dalam pasal 16 KUHD ialah, tiap–tiap perserikatan yang didirikan
untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah satu nama bersama. Kekuasaan tertinggi dalam
firma adalah para sekutu semuanya, dalam hal memutuskan segala permasalahan dan
persoalan–persoalan baik yang menyangkut hubungan internal maupun eksternal. Dalam firma
tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan artinya para sekutu bertanggung jawab sampai harta
kekayaan yang ada dalam firma.
Berakhirnya persekutuan firma:
1. Lampaunya waktu;
2. Telah tercapai tujuan;
3. Adanya kehendak dari seseorang atau beberapa orang sekutu;
4. Adanya keputusan Pengadilan Negeri atas tuntutan kejaksaan.
B. PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV)
Adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu secara tanggung
menanggung bertanggung jawab untuk seharusnya pada satu pihak atau pihak lain.
Persekutuan komanditer mempunyai 2 macam sekutu:
1. Sekutu kerja Sekutu yang menjadi pengurus persekutuan
2. Sekutu tidak kerja Sekutu yang tidak mengurus persekutuan
C. PERSEROAN TERBATAS (PT)
1. Pendirian Perseroan Untuk mendirikan perseroan sesuai dengan pasal 7 UUPT ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Didirikan oleh dua orang atau lebih
b. Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian pada salah saham perseroan
didirikan.

6
Pembagian Perseroan Terbatas:
a. PT terbuka (tbk) Perseroan terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya
kepada masyarakat melalui pasar modal (go public).
b. PT tertutup Perseroan terbatas tertutup adalah perseroan terbatas yang modalnya
berasal dari kalangan tertentu.
c. PT kosong Perseroan terbatas kosong adalah perseroan terbatas yang sudah tidak aktif
menjalankan usahanya dan hanya tinggal nama saja.
2. Modal dan Saham
Untuk menjalankan usaha faktor modal memegang peranan yang sangat penting, menurut
Pasal 32 UUPT, modal dasar perseroan paling sedikit 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
Undang–undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah
minimum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana
yang tercantum ini. Paling sedikit 25 % (dua puluh lima persen) dari modal dasar tersebut
harus ditempatkan dan disetor penuh. Modal yang ditempatkan dan disetor penuh
dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah, artinya bukti setoran pemegang saham
kedalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan dan ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris
3. Organ Perusahaan
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kewenangan ini tidak dapat diberikan
kepada direksi atau komisaris dalam hal:
1). Mengangkat dan memberhentikan anggota direksi dan Komisaris;
2). Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambil alihan, atau pemisahan;
3). Menyetujui pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan pailit;
4). Menyetujui perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan;
5). Mengubah anggaran dasar
6). Membubarkan perseroan;
7). Mengumumkan pembagian laba (deviden)
b. Direksi
Direksi ditugaskan dan oleh karena itu berwenang:
1). Mengatur dan menyelenggarakan kegiatan–kegiatan usaha perseroan;
2). Mengelola kekayaan Perseroan;

7
3). Mewakili Perseroan didalam dan diluar pengadilan
c. Komisaris
Tugas utama Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan yang dilakukan Direksi demi kepentingan Perseroan.
4. Good Corporate
Dalam Undang–undang No. 40 Tahun 2007 terlihat banyak mengalami perubahan dari
undang–undang sebelumnya dalam penyelenggaraan perseroan, hal ini terlihat begitu
seriusnya peerintah dalam menjalankan penyelenggaraan melakukan usaha diindonesia.
5. Coorporate Social Responsobility (CSR)
Adalah komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan
dan menitikberatkan pada keseimbangan abtara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial
dan lingkungan. Dalam arti sempit pelaksanaan CSR telah berjalan sejak dahulu yang
dikenal dengan community development.
6. Pembubaran, Likuidasi dan Berakhirnya perseroan
Masa berakhirnya perseroan secara umum bisa saja berakhir, hal ini diatur daklam pasal
142 sampai 152;
a. Berdasarkan keputusan RUPS
b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
c. Berdasarkan penetapan keadilan;
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan peradilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit, perseroan tidak cukup untuk membayar
biaya kepailitan.
Pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan atas:
a. Permohonan kejaksaaan berdasarkan alasan perseroan melanggar kepentingan umum
atau perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang–undangan
b. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum akta
pendirian
c. Permohonan pemegang saham, Direksi atau dewan Komisaris berdasarkan alasan
perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai