NPM:2003101010055
KELAS:HUKUM PERDATA 08
B. Sumber Perikatan
Sumber perikatan ada 2 (dua) yaitu perikatan yang lahir karena kontrak dan perikatan yang
lahir karena undang-undang (wet). Hal ini diatur dalam Pasal 1233 KUH Perdata.Berdasarkan Pasal
1352 KUH Perdata, perikatan yang lahir dari undang-undang adalah perikatan yang besumber dari
undang-undang saja, dan perikatan yang bersumber dari undang - undang sebagai akibat perbuatan
manusia.
Perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai akibat perbuatan manusia dibagi 2 (dua)
yaitu perikatan yang terbit dari perbuatan yang halal (rechtmatig) diatur dalam Pasal 1357
KUHPerdata dan perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) diatur dalam Pasal 1365 KUH
Perdata.
Pembentuk undang-undang menentukan figur dari perikatan yang lahir dari undang-undang
karena perbuatan manusia yang halal, antara lain perbuatan mewakili orang lain (zaakwaarneming,
Pasal 1354 KUH Perdata), pembayaran hutang yang tidak diwajibkan (onverschuldigde betaling,
Pasal 1359 ayat 1 KUHPerdata), perikatan wajar (natuurlijkeverbintenis, Pasal 1359 ayat 2 KUH
Perdata).Perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai perbuatan manusia yang melawan hukum
ditetapkan bukan saja karena salahnya orang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-
undang juga karena perbuatan dari orang tersebut bertentangan dengan hukum tidak tertulis
(unwritten law).Persyaratan perbuatan melawan hukum menurut Pasal 1365 KUHPerdata
adalah :
1. Harus terdapat perbuatan subjek hukum baik yang bersifat positif atau negatif;
2. Perbuatan itu harus bersifat melawan hukum;
3. Harus ada kerugian;
4. Harus ada hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan gantikerugian;
5. Harus ada kesalahan.
Dalam perkembangannya, perbuatan melawan hukum tersebut tidak saja melanggar ketentuan hukum
tertulis tetapi juga hukum tidak tertulis. Pada awalnya dengan arrest Juffrouw Zutphen, perbuatan
melawan hukum hanya suatu perbuatan yang bertentangan dengan Pasal 1365 KUH Perdata saja,
kemudian terjadi perubahan dengan munculnya kasus Linden baum –Cohen tahun 1919. Setelah tahun
1919 pengertian perbuatan melawan hukum diperluas yaitu melanggar kesusilaan dan kepatutan yang
terdapat dalam masyarakat serta kurang bersikap hati-hati yang menimbulkan kerugian bagi orang
lain.Jadi, kerugian yang dialami seseorang atau kelompok oleh akibat perbuatan orang lain bukan
karena diperjanjikan terlebih dahulu. Kalau diperjanjikan berarti
kesalahan itu termasuk dalam kategori wanprestasi. Untuk perikatan yang lahir dari perjanjian, diatu
dalam Pasal 1313 KUH Perdata, yaitu “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang yang lain atau lebih”.Tindakan/perbuatan (handeling) yang
menciptakan perjanjian (overeenkomst) berisi pernyataan kehendak (wilsverklaring) antara para
pihak, akan tetapi meskipun Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian adalah tindakan
atau perbuatan (handeling), tindakan yang dimaksud dalam hal ini adalah tindakan atau perbuatan
hukum (rechtshandeling), sebab tidak semua tindakan/perbuatanmempunyai akibat hukum
(rechtgevolg).
C.Macam-Macam Perikatan
1.Perikatan Bersyarat (Voorwaardelijk)
Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian di kemudian hari,
yang masih belum tentu akan atau tidak terjadi. Pertama mungkin untuk memperjanjikan, bahwa
perikatan itu barulah akan lahir, apabila kejadian yang belum tentu itu timbul.
Suatu perjanjian yang demikian itu, menggantungkan adanya suatu perikatan pada suatu syarat yang
menunda atau mempertangguhkan (opschortende voorwaarde). Contohnya apabila A berjanji pada B
untuk membeli mobilnya kalau A lulus dari ujian. Kedua, mungkin untuk memperjanjikan, bahwa
suatu perikatan yang sudah akan berlaku, akan dibatalkan apabila kejadian yang belum tentu itu
timbul.
2.Perikatan yang Digantungkan pada Suatu Ketetapan Waktu (Tijdsbepaling)
Perbedaan anatar suatu syarat dengan suatu ketetapan waktu ialah yang pertama berupa suatu kejadian
atau peristiwa yang belum tentu atau tiadak akan terlaksana, sedangkan yang kedua adalah suatu hal
yang pasti akan datang, meskipun mungkin belum dapat ditentukan kapan datangnya, misalnya
meninggalnya seseorang. Contoh-contoh suatu perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan
waktu, banyak sekali dalam praktek seperti perjanjian-perburuhan,suatu hutang wesel yang dapat
ditagih suatu waktu setelahnya dipertunjukkan dan lain sebagainya.
3.Perikatan yang Membolehkan Memilih (Alternatief)
Ini adalah suatu perikatan, dimana terdapat dua atau lebih macam prestasi, sedangkan kepada si
berhutang diserahkan yang mana ia akan lakukan. misalnya ia boleh memilih apakah ia akan
memberikan kuda atau mobilnya atau uangnya.
4.Perikatan Tanggung-Menanggung (Hoofdelijk atau Solidair)
Suatu perikatan di mana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang berhutang berhadapan
dengan satu orang yang menghutangkan, atau sebaliknya. Beberapa orang sama-sama berhak menagih
suatu piutang dari satu orang. Tetapi perikatan semacam yang belakangan ini, sedikit sekali terdapat
dalam praktek.
5.Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi (Deelbare Verbintenis)
Suatu perikatan dapat dibagi atau tidak, tergantung apda kemungkinan tidaknya membagi prestasi.
Pada hakekatnya tergantung pula dari kehendak atau maksud kedua belah pihak yang membuat suatu
perjanjian. Persoalan tentang dapat atau tidaknya dibagi suatu perikatan, barulah tampil ke muka, jika
salah satu pihak dalam perjanjian telah digantikan oleh beberapa orang lain. Hal mana biasanya terjadi
karena meninggalnya satu pihak yang menyebabkan ia digantikan dalam segala hak-haknya oleh
sekalian ahli warisnya.
6.Perikatan dengan Penetapan Hukuman (Strafbeding)
Untuk mencegah jangan samapai si berhutang dengan mudah sajua melalaikan kewajibannya,dalam
praktek banyak dipakai perjanjian dimana si berhutang dikenakan suatu hukuman, apabila ia tidak
menepati kewajibannya, dalam praktek banyak dipakai perjanjian dimana si berhutang dikenakan
suatu hukuman, apabila ia tidak menepati kewajibannya.
D.Unsur-unsur perikatan :
1. Hubungan hukum (rechtsbetrekking);
2. Kekayaan;
3. Pihak-pihak :
Kreditur
Debitur
4. Prestasi (voorwerp) :
Memberikan sesuatu (te geven);
Berbuat sesuatu (te doen);
Tidak berbuat sesuatu (of niet te doen).
H.Subjek perikatan
Subjek perikatan adalah para pihak disuatu perikatan.
- Debitur (pasif)
- Kreditur (aktif)
Syarat debitur :
I.Objek Perikatan.
Pasal 1234 KUH Perdata memberikan pengaturan tentang objek ataupun jenis perikatan. Objek dalam
perikatan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh kedua belah pihak di dalam perjanjian itu. Objek
dalam hukum perikatan lazim juga disebut sebagai prestasi dalam perikatan, yaitu:
1. Untuk memberikan sesuatu;
2. Untuk berbuat sesuatu;
3. Untuk tidak berbuat sesuatu.
Syarat objek perikatan
Harus tertentu atau ditentukan (pasal 1320 ayat (3) dan 1333 BW).
Objeknya diperkenankan (pasal 1335 dan 1337 BW).
Harus mungkin dilakukan