Anda di halaman 1dari 28

Hukum PERJANJIAN

RAHADYAN WIDARSADHIKA WISNUMURTI,S.H.,M.H.


PERIKATAN
▪“Perikatan (Verbintenis)” > “Perjanjian”

▪Hukum Perikatan → Buku III BW

▪Buku III BW → sistem terbuka

→peraturan2 dlm buku III BW


= “hukum pelengkap” (aanvullend recht)
Definisi Perikatan

→ suatu hubungan hukum (mengenai


harta kekayaan) antara dua pihak, yg
memberi hak pada pihak yg satu untuk
menuntut sesuatu dan pihak yang lain
diwajibkan untuk memenuhi tuntutan
itu. (Subekti)
Sumber Perikatan

Sumber perikatan : Ps. 1233 BW

▪ Lahir dari Perjanjian (Persetujuan)


▪ Lahir dari Undang-undang
Perikatan yang lahir dari UU(1)

Perikatan yg lahir dari UU dibagi 2:


1. Perikatan yg lahir dari UU saja

2. Perikatan yg lahir dari UU karena perbuatan seseorang, ada 2:


a. perbuatan yg diperbolehkan;
b. perbuatan yg melanggar hukum
(onrechtmatig)
Perikatan yang lahir dari UU (2)

1. Perikatan yg lahir dari UU saja


→ adl perikatan2 yg timbul oleh hubungan
kekeluargaan
Mis: kewajiban2 kekeluargaan (Buku I BW)

2. Perikatan yg lahir dari UU karena perbuatan yg


diperbolehkan
a. timbul jika seseorang melakukan suatu
pembayaran yg tidak diwajibkan (Ps.1359 ayat (1)
BW)
b. Zaakwaarneming (Ps.1354 BW) → jika seseorang
dg sukarela (tanpa diminta) mengurus
kepentingan2 orang lain
Perikatan yang lahir dari UU(3)

3. Perikatan yg lahir dari UU karena perbuatan yg melanggar hukum


▪ Ps.1365 BW
= “perbuatan yg melanggar hukum; hak orang lain; dan kepatutan dlm masy
thd pribadi / benda orang lain”
Intinya→ timbul kerugian akibat perbuatan itu

▪ Ps.1366, 1367 BW
HAPUSNYA PERIKATAN (Ps 1381 BW)
UU menentukan ada 10 cara hapusnya
perikatan :
1. Pembayaran.
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan barang yg
hendak dibayarkan itu di suatu tempat.
3. Pembaharuan hutang.
4. Kompensasi atau perhitungan hutang sebelah-menyebelah.
5. Percampuran hutang.
6. Pembebasan hutang.
7. Hapusnya barang dimaksudkan dlm perjanjian.
8. Pembatalan perjanjian.
9. Akibat berlakunya suatu syarat pembayaran.
10. Lewatnya waktu.
Perjanjian

Pengertian Perjanjian :
“Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada seseorang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.”
Perjanjian
Syarat sahnya perjanjian = Ps.1320 BW

Bila suatu perjanjian tidak memenuhi


unsur dalam Pasal 1320 BW dianggap
tidak sah di depan hukum sehingga
dianggap tidak memiliki akibat hukum.
Perjanjian
Syarat sahnya perjanjian = Ps.1320 BW

Meliputi :
1. Kesepakatan
2. Kecakapan (bersikap tindak dalam hukum)
→ Syarat no. 1 dan 2 = Syarat Subyektif

3. Suatu hal yang tertentu (obyek tertentu)


4. Merupakan suatu kausa yang halal /
diperbolehkan
→ Syarat no. 3 dan 4 = Syarat Obyektif
Syarat Sahnya Perjanjian (1)
1. Kesepakatan (disebut juga sbg Asas Konsensualisme)
→ Harus berasal dari kehendak bebas

Syarat ini tidak terpenuhi bila ada :


a. Paksaan (Dwang);
b. Kekhilafan (Dwaling);
c. Penipuan (Bedrog)

Tambahan:
d. Penyalahgunaan keadaan
Syarat Sahnya Perjanjian (2)
2. Kecakapan
→ untuk melakukan perbuatan hukum
→ Pasal 1330 BW
1. Usia dewasa
→ 21 atau 18 ?
- Pasal 330 BW
- Pasal 47 ayat (1) UU 1/1974 (UU ttg Perkawinan)
- Pasal 1 ayat (1) UU 23/2002 jo UU No 35 Tahun 2014 ttg
Perlindungan Anak.
- Pasal 39 ayat (1) UU 30/2004 (Administrasi Pemerintah)

2. Tidak di bawah pengampuan (khusus orang


dewasa)
→ pasal 433 BW
Syarat Sahnya Perjanjian (3)
Tidak dipenuhinya syarat subyektif
(kesepakatan dan kecakapan)

→ Berakibat perjanjian dapat dibatalkan


(pasal 1454-1456 BW)
Syarat Sahnya Perjanjian (4)
3. Suatu hal yang tertentu
→ obyeknya perjanjian harus jelas / tertentu

4. Suatu kausa yg halal/diperbolehkan


→ Isi perjanjian tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan dan ketertiban
umum (Ps.1337 BW)
→ Ps. 1335 BW

Tidak dipenuhinya syarat obyektif


(suatu hal tertentu dan kausa yang halal)
→ Perjanjian batal demi hukum
Asas Dalam Perjanjian
1. Asas Kebebasan Berkontrak.
2. Asas Konsensualisme.
3. Asas Kepercayaan.
4. Asas Pacta Sunt Servanda.
5. Asas Kepastian Hukum.
6. Asas Keseimbangan (terkait hak dan
kewajiban terhadap para pihak).
Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini memberikan kebebasan bagi para pihak
untuk :
1.Membuat atau tidak membuat perjanjian
dengan siapapun;
2.Mengadakan perjanjian dengan siapapun;
3.Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan
persyaratannya;
4.Menentukan bentuk perjanjian, apakah lisan
ataupun tulisan.
Batasannya :tidak melanggar ketentuan
perundang-undangan, kesusilaan, serta
ketertiban umum.
Asas Konsensualisme

Diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata.

Perjanjian dianggap telah lahir sejak tercapainya


kesepakatan diantara para pihak.

Tidak harus dinyatakan tertulis, kecuali undang-


undang atau atas kesepakatan para pihak
dituangkan secara terulis.
Asas Kepercayaan

Asas ini menekankan adanya kepercayaan (trust)


antara satu pihak dengan pihak lain yang
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian.

Tanpa adanya rasa percaya, tentu seseorang


tidak mau bersepakat untuk terikat dengan pihak
lain.
Asas Pacta Sunt Servanda

Ps. 1338 ayat (1) BW


“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.”

Perjanjian yg dibuat secara sah mengikat kedua belah


pihak

Dikenal juga sebagai Asas Pacta Sunt Servanda


Asas Kepastian Hukum

Pasal 1338 ayat (2) Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata.
“Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali
selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau
karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.”
Suatu perjanjian yang telah disepakati oleh para
pihak, tidak bisa dimintakan pembatalan secara
sepihak oleh pihak tersebut.
Prestasi

Benda/sesuatu yg dapat dituntut


=“Prestasi”

Prestasi dapat berupa (Ps.1234 BW):


a. Menyerahkan suatu barang;
b. Melakukan suatu perbuatan;
c. Tidak melakukan suatu perbuatan
Wanprestasi
Tindakan wanprestasi dapat diklasifikasi menjadi
empat macam, yaitu:
a. tidak melaksanakan apa yg disanggupi akan dilaksanakan;
b. melaksanakan apa yg diperjanjikan tidak sebagaimana mestinya;
c. melakukan apa yg diperjanjikan tetapi terlambat;
d. melakukan sesuatu yg menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Wanprestasi
Bagaimana Debitur mengetahui bahwa ia
telah melakukan wanprestasi?
a. dalam Perjanjian memang sudah
ditetapkan kapan/bilamana terjadi
wanprestasi;
b. telah lampau waktu untuk pemenuhan
perjanjian;
c. Somasi tertulis dari kreditur kepada debitur
(Ps.1238 BW)
Wanprestasi
Apabila terjadi wanprestasi, pihak yang
dirugikan dapat meminta (Ps.1267 BW):
1. Pemenuhan perjanjian (meskipun terlambat);
2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti
rugi;
3. Ganti rugi saja;
4. Pembatalan perjanjian;
5. Pembatalan disertai ganti rugi
Force Majeur / Overmacht
Misal: Ps.1237; 1545, 1553 BW:
keadaan memaksa yg mutlak (absolut):
→ perjanjian sama sekali tdk dapat dilaksanakan lagi
keadaan memaksa yg tdk mutlak(relatif)
→ perjanjian masih dapat dilaksanakan, tp dg kerugian besar bagi
debitur

Hakim ikut memutuskan sejauh mana


overmacht ini bisa mempengaruhi
hak/kewajiban pihak2
Ganti Kerugian
Ps.1243; 1246 BW:
Ganti Kerugian terdiri atas unsur2:
- Biaya (termasuk biaya perkara)
- Rugi
1. Dapat diduga sepatutnya.
2. Sebagai akibat langsung dari wanprestasi.
- Bunga (interessen = juga kehilangan
keuntungan yg diharapkan akan didapat)

Moratoire Interessen (bunga kelalaian)


= 6% / tahun
Eksekusi oleh Kreditur
Parate Executie
→ Kreditur mengeksekusi sendiri (benda
jaminan) tanpa perantaraan hakim
mis: gadai, hipotik

Reele Executie
→ bila putusan hakim memberi kekuasaan
kepada kreditur untuk mewujudkan
sendiri haknya
mis: Ps.1240, 1241 BW

Anda mungkin juga menyukai