Anda di halaman 1dari 20

Hukum Perjanjian/kontrak

Pengertian, subjek, objek, asas


hukum, syarat sahnya, bentuk-
bentuk, ingkar janji, perbuatan
melawan hukum
Istilah perjanjian dan
kontrak
Apakah pengertian perjanjian sama dengan
kontrak?
Bab kedua Buku III KUHperdata secara harfiah berjudul
“Perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian”,
sehingga KUHPerdata tidak pernah membedakan kedua
istilah tersebut jika digunakan secara bergantian. Juga
asas yang dikenal dalam KUHPerdata adalah asas
kebebasan berkontrak

Salim HS:
Kontrak merupakan hubungan hukum antara dua pihak
atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
akibat hukum yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk
tertulis.
Subekti :
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum
anatara dua orang atau dua pihak, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu
hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu
Perikatan ada yang lahir dari perjanjian dan ada
yang lahir dari undang-undang
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.
Subekti menyatakan bahwa hubungan
antara perikatan dan perjanjian adalah
bahwa perjanjian itu menerbitkan
perikatan.
Perjanjian adalah sumber perikatan.
Pasal 1233 KUHPerdata bahwa
perikatan lahir karena suatu
perjanjian atau karena undang-
undang.
Berdsarkan bentuknya, Perjanjian dapat
berupa perjanjian tertulis dan perjanjian
tidak tertulis (lisan). Jika perjanjian itu
sudah dituangkan dalam bentuk tertulis,
maka perjanjian itu disebut Kontrak.
Sedangkan isi dari kontrak itu sebenarnya
merupakan perjanjian itu sendiri.
Jadi perjanjian dan kontrak adalah identik
tidak perlu dibedakan dan dapat
digunakan secara bersamaan (Moch
Isnaeni)
Pasal 1313, suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain/ lebih. (perjanjian)
Unsur-unsur yang sama dalam perjanjian
dan kontrak: mengikat kedua belah pihak,
ada hak dan kewajiban untuk memenuhi
prestasi, ada akibat hukum (wan prestasi)
Subjek perjanjian
Yang termasuk dalam subjek
perjanjian adalah Orang yang
membuat perjanjian harus cakap
atau mampu melakukan
perbuatan hukum tersebut;
Badan Hukum, suatu badan atau
orang yang diakui oleh hukum
dan mempunyai hak dan
kewajiban.
Objek perjanjian
 Objek perjanjian, adalah suatu benda yang
sekarang ada dan/atau benda yang nanti
akan ada
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi objek perjanjian, antara lain:
1. Barang-barang yang dapat diperdagangkan
(pasal 1332 KUHPerdata),
2. Suatu barang yang sedikitnya dapat
ditentukan jenisnya (pasal 1333 KUHPerdata)
Tidak menjadi halangan bahwa jumlahnya
tidak tentu, asal saja jumlah itu di kemudian
hari dapat ditentukan atau dihitung.
3. Barang-barang yang akan ada dikemudian
hari (pasal 1334 ayat 2 KUHPerdata).
Asas perjanjian
1. Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)1338
KUHPerdata, “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai UU bagi mereka yang membuatnya”
2. Asas konsensualisme (1320 ayat (1) KUHPdt, “sahnya
perjanjian adanya kesepakatan kedua belah pihak”)
3. Asas pacta sunt servanda (1338 KUHPerdata,
“perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU
bagi mereka yang membuatnya”)
4. Asas itikad baik (good faith/goede trouw) 1338 ayat (3)
KUHPdt, “perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik”
5. Asas kepribadian (personality) 1315 dan1340 KUHPdt,
“seseorang yang mengadakan perjajian hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri” sebab perjanjian hanya
berlaku bagi para pihak yang membuatnya”
Prestasi dan wan prestasi
Prestasi atau yang dalam bahasa Inggris disebut
juga dengan istilah “performance” dalam hukum
kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan
hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh
pihak yang telah mengikatkan diri
Prestasi adalah seperti yang disebutkan dalam
pasal 1234 KUH Perdata, yaitu berupa :
1. Memberikan sesuatu;
2. Berbuat sesuatu;
3. Tidak berbuat sesuatu.
Wanprestasi, atau pun yang disebut juga dengan
istilah breach of
contract yang dimaksudkan adalah tidak
dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana
mestinya yang dibebankan oleh kontrak
Timbulnya wan prestasi
Wanprestasi timbul dari persetujuan
(agreement). Artinya untuk
mendalilkan suatu subjek hukum telah
wanprestasi, harus ada lebih dahulu
perjanjian antara kedua belah pihak
sebagaimana ditentukan dalam Pasal
1320 KUHPerdata:
“Supaya terjadi persetujuan yang sah,
perlu dipenuhi empat syarat:
kesepakatan mereka yang
mengikatkan dirinya; kecakapan untuk
membuat suatu perikatan; suatu
pokok persoalan tertentu; suatu sebab
yang tidak terlarang.”
Wanprestasi terjadi karena debitur
(yang dibebani kewajiban) tidak
memenuhi isi perjanjian yang
disepakati, seperti:
a. tidak dipenuhinya prestasi
sama sekali,
b. tidak tepat waktu dipenuhinya
prestasi,
c. tidak layak memenuhi prestasi
yang dijanjikan.
Perbuatan melanggar
hukum
Perbuatan melawan hukum lahir karena undang-
undang sendiri menentukan. Hal ini
sebagaimana dimaksud Pasal 1352
KUHPerdata: “Perikatan yang lahir karena
undang-undang, timbul dari undang-undang
sebagai undang-undang atau dari undang-
undang sebagai akibat perbuatan orang”.
Artinya, perbuatan melawan hukum semata-
mata berasal dari undang-undang, bukan karena
perjanjian yang berdasarkan persetujuan dan
perbuatan melawan hukum merupakan akibat
perbuatan manusia yang ditentukan sendiri oleh
undang-undang”.
Ada 2 kriteria perbuatan melawan hukum yang
merupakan akibat perbuatan manusia, yakni:
1. perbuatan manusia yang sesuai dengan
hukum (rechtmagitg, lawfull)
2. yang tidak sesuai dengan hukum
(onrechtmatig, unlawfull).
Dari 2 kriteria tersebut, kita akan
mendapatkan apakah bentuk perbuatan
melawan hukum tersebut berupa pelanggaran
pidana (factum delictum), kesalahan perdata
(law of tort) atau betindih sekaligus delik
pidana dengan kesalahan perdata. Dalam hal
terdapat kedua kesalahan (delik pidana
sekaligus kesalahan perdata) maka sekaligus
pula dapat dituntut hukuman pidana dan
pertanggung jawaban perdata (civil liability).
BENTUK
Perjanjian memberikan sesuatu
Perjanjian melakukan sesuatu
Perjanjian tidak melakukan
sesuatu
MACAM-MACAM
Perjanjian kredit uang (hutang)
Perjanjian kredit barang (leasing)
Perjanjian keagenan dan
distribusi
Perjanjian Franchising dan lisensi
Sahnya perjanjian
 KUHPerdata Pasal 1320, adalah: (1) Ada
kesepakatan dari mereka yang
mengikatkan dirinya; (2) Kecakapan untuk
membuat suatu perjanjian; (3) Mengenai
suatu hal tertentu; dan (4) Suatu sebab
yang halal/legal.
 Kedua syarat pertama disebut juga dengan
syarat subyektif  dimana apabila dilanggar
maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan
(dimintakan pembatalannya kepada hakim
melalui pengadilan). Sedangkan kedua
syarat terakhir disebut dengan syarat
objektif dimana apabila dilanggar maka
perjanjian tersebut batal demi hukum (batal
dengan sendirinya
Proses kesepakatan ini harus dilakukan
secara bebas tanpa adanya kekhilafan
atau paksaan, ataupun penipuan (Lihat
KUHPerdata Pasal 1321). Apabila
sebaliknya terjadi dimana suatu
kesepakatan diberikan secara tidak bebas
maka kesepakatan itu menjadi tidak sah
dan perjanjiannya menjadi dapat
dibatalkan (tidak terpenuhi syarat
subjektif
 KUHPerdata Pasal 1330 menyatakan bahwa orang
yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah
“orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh
di bawah pengampuan, perempuan yang telah kawin
dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan
semua orang-orang yang telah dilarang oleh undang-
undang untuk membuat perjanjian-perjanjian
tertentu“.Surat Edaran MA No. 3 tahun 1961 kedua
pasal tersebut tidak berlaku lagi. Dengan demikian maka
perempuan yang telah kawin tidak lagi masuk dalam
kategori orang yang tidak cakap dalam membuat
Perjanjian.
KUHPerdata Pasal 1332, hanya barang yang
dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi
objek perjanjian.
Selanjutnya KUHPerdata Pasal 1333
menyatakan bahwa suatu perjanjian harus
mempunyai objek berupa suatu barang yang
paling sedikit dapat ditentukan jenisnya
Pasal 1337 yang menyatakan bahwa suatu sebab
adalah tidak halal, jika sebab itu dilarang oleh
undang-undang atau bila sebab itu bertentangan
dengan kesusilaan atau dengan ketertiban
umum.

Anda mungkin juga menyukai