SKRIPSI
Oleh
SITI SUFANA ADWIA
D 101 14 332
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TAD
1
2
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dapat kita kenal bahwa sejarah perjudian sudah muncul beribu-ribu
tahun yang lalu sejak di kenalnya sejara manusia. Perjudian merupakan
salah satu bentuk penyakit masyarakat yang menimbulkan banyak dampak
negative dan salah satu bentuk patologi social. Berbagai cara dilakukan
dalam penanganan perjudian yang saat ini tetap hidup dalam masyarakat.
Meski pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hokum, namun perjudian
masih menunjukan eksistensinya, dulunya hanya terjadi dikalangan orang
dewasa pria. Sekarang sudah menjalar ke berbagai elemen masyarakata
anak-anak dan remaja yang tidak lagi memandang baik pria maupun wanita.
Perjudaian membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat,
bangsa dan Negara. Meski demikian berbagai perjudian tetap berkembang
seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Macam dan bentuk
perjudian saat ini sudah merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Mengingat masalah perjudian sudah menjadi penyakit akut masyarakat,
maka perlu upaya penanggulangan yang sungguh-sungguh dan sistematis.
1
1
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Penerbit Alumni, Bandung: 2002, hlm, 4.
5
Upaya pembangunan hokum dan pembaharuan hokum harus
dilakukan secara terarah dan terpadu. Kodifikasi dan unifikasi bidang-
bidang hokum penyusunan perundang-undangan ini sangat diperlukan
untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang sesuai dengan tuntutan
pembangunan sera tingkat kesadaran hokum dan pandangan masyarakat
tentang penilaian suatu tingkah laku. 2 profesi kepolisian adalah merupakan
salah satu diantara profesi hokum, disamping profesi hakim, jaksa, dan
advokat dalam system peradilan pidana.2 Pengembangan profesi hokum
tersebut tergabung dalam catur wangsa penegak. Dalam melakukan
tugasnya seorang anggota Polisi Republik Indonesia (Polri) harus
menjunjung profesionalitas yang tinggi untuk menciptakan institusi
organisasi Polri yang handal, karea di era saat ini dibutuhkan seorang polisi
yang professional serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup
dalam menjalankan tugasnya. Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintah Negara dibidang pemeliharaan, keamanan, dan ketertiban
masyarakat, penegak hokum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat. Pelaksanaan penegakkan hokum terhadap tindak pidana
tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik itu aparat penegak hokum
terlebih lagi pada kepolisian Negara Republik Indonesia.
Hukum pidana seringkali digunakan untuk menyelesaikan masalah
social dalam kejahatan. Khususnya masalah perjudian sebagai salah satu
bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk pitologi social. Perkembangan
perjudian ini terus meningkat seiring majunya teknologi dengan
menggunakan fasilitas atau alat yang dijadikan wahana dalam melakukan
tindak pidana perjudian. Salah satu alat atau sarana perjudian tersebut
adalah dengan menggunakan mesin Ding Dong/Slc: Machine. Perjudian
jenis ini banyak dilakukan karena pelaku dapat dengan mudah mendapat
keuntungan.
2
Romli Atmasasmita, Teori dan kapita selcta kriminologi, PT. Refika Aditama, Bandung : 2005 hlm 58
6
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
demikian pesat, menunjukan kehebatan manusia dalam proses
mensejahterahkan dirinya. Kecenderungan ini membawa dampak yang
begetu besar (baik dampak yang bersifat positif maupun negative) bagi
kehidupan bermasyarakat, antara lain dapat berwujud denga bentuk
penyimpangan-penyimpangan sisoal (penyakit social) distu sisi dan
kemakmuran masyarakat disisi lain. Penyimpangan social yang dimaksud
adalah kejahatan dan pelanggaran terhadap norma-norma hokum maupun
norma-norma social lainnya, baik yang bersifat tradisional maupun yang
telah menggunakan teknologi mutakhir. 3
Dalam mengantisipasi perkembangan teknologi kejahatan yang
secara simultan berkembang dengan kepesatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dibutuhkan aparat penegak hokum yang handal, professional dan
mempunyai keterampilan yang tinggi dalam menangani setiap perkara
kejahatan dan sekaligus dapat meredamnya sejak dini. Apabila hal tersebut
dapat terwujud, maka dengan sendirinya timbul perasaan aman bagi seluruh
warga masyarakat, berikut kepercayaan masyarakat terhadap aparat hokum
sendiri. Pada gilirannya menciptakan suatu kondisi yang diidam-idamkan
yakni masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahiriah dan bathiniah.4
Dalam konteks hokum di Indonesia, maka upaya untuk meredam
kejahatan yang dimaksud merupakan tugas utama dari aparat penegak
hukum . aparat penegak hokum inilah yang oleh pemerintah Republik
Indonesia sudah mulai dibangun dan dibenahi sebagai salah satu sector
pembangunan dibidang hokum. Berbarengan dengan pembangunan di
sector – sector lain dalam lingkup pembangunan dibidang hokum, seperti
materi hokum serta sarana dan prasarana hokum. Sasaran utama yang
hendak dicapai dalam pembangunan aparatur hokum ini adalah
3
Andi Hamza, 2001. Pengatar Hukum Acara APidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Hlm, 23
4
hattps://balianzahab.wordpress.com/makatah-hukum/hukum-kepolisian/
7
profesionalisme aparat yang didukung oleh kemantapan lembaga aparatur
hukum.5
Hal tersebut diatas sejalan dengan sasaran umum pembangunan
yang dicanangkan oleh cabinet gotong royong, yakni terciptanya serta
meningkatnya kualitas sumber daya manusia, menunjukan bahwa
pembangunan dibidang hokum tertumpu pada pemangunan sector aparatur
hokum selaku sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan
pembangunan hokum itu sendiri. 6
Pembangunan aparatur hokum dilaksanakan melalui pembinaan
profesi hokum serta pemantapan seluruh organisasi dan lembaga hokum
agar aparatur hokum mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya yang
mencakup penyuluhan, penerapn dan penegakkan serta pelayanan hokum
secara professional dalam rangka pemantapan peranan dan fungsi hokum
sebagai sarana aparatur dan pengayom masyarakat.
Disamping itu, yang menjadi sasaran pembangunan aparatur hokum
adalah kualitas dan kemampuan aparat hokum yang didalamnya melekat
pula upaya peningkatan kualitas manusia. Sebagaimana ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat No. 11/MPR/1999 tentang Garis-Garis besar
Haluan Negara menegaskan: “kualitas dan kemampuan aparat hokum harus
dikembangkan melalui peningkatan kualitas manusianya, baik tingkat
kemampuan profesionalnya maupun kesejahteraannya, serta didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Kualitas aparat hokum harus tercermin
dalam sikap yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan,
bersih, berwibawa dan bertanggungjawab dalam perilaku keteladananan”.
Jadi, kualitas aparat hokum dimaksud tercermin pada kejujuran,
kewibawaan dan tanggungjawab yang dimiliki oleh aparat hokum.
Dalam rangka penerapan dan penegakkan hokum, maka aparatur
hokum harus bersikap tegas dan lugas tetapi manusiawi berdasarkan asas
5
Kartini Kartono, 2009. Patologi Sosial, Jilid I Rajawali Press, Jakarta. Hlm, 57
6
Satjipto Raharjo, 1981. Hukum Dalam Perspekti f Sosial. Alumni,Bandung hlm 99
8
keadilan dan kebenaran demi terwujudnya ketertiban dan kepastian hokum.
Secara tegas dalam GBHN 1999 yang berbunyi sebagai berikut:
“penerapan hukum dan penegakan hokum dilaksanakan secara tegas dan lugas
tetapi manusisawi berdasarkan asa keadilan dan kebenaran dalam rangka
mewujudkan ketertiban dan kepastian hokum, meningkatkan ketertiban social dan
disiplin nasional, mendukung pembangunan serta memantapkan stabilitas nasional
yang mantap dan dinamis”.
Dalam hal ini dibutuhkan aparatur hokum yang mampu menerapkan dan
menegakan hokum demi terciptanya suasana tertib dan dinamis dalam masyarakat.
Salah satu wujud dari aparatur hukum yang menegakan dan menerapkan hukum
ditengah – tengah masyarakat adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
sering disingkat POLRI, yakni alat Negara penegak hokum yang terutama bertugas
memelihara keamanan dan ketertiban didalam negeri. Fungsi kepolisian Negara
Republik Indonesia itu sendiri menurut Undang-undang No. 28 Tahun 1997 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia telah disebutkan secara eksplisit dalam pasal
2 ayat (1) :
a. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
b. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat.
c. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari alam.
d. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat termasuk member
perlindungan dan pertolongan.
e. Mengusahakan ketaatan warga Negara dan masyarakat terhadap peraturan-
peraturan Negara.
9
“Dalam bidang peradilan mengadakan penyelidikan atas kejahatan dan pelanggaran
menurut ketentuan-ketentuan dan undang-undang hokum secara pidana dan lain-
lain peraturan Negara “.7Untuk lebih meluweskan tugas-tugas yang diembannya,
maka pihak kepolisian Negara Republik Indonesia diberikan wewenang, seperti
yang tertuang dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana No. 8 Tahun
1981, sebagai berikut :
a. Menerima pengaduan;
b. Memeriksa tanda pengenalan;
c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
d. Menangkap orang;
e. Menggeleda badan;
f. Menahan orang sementara;
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa;
h. Mendatangkan ahli;8
i. M\enggeledah halaman, rumah, gudang, alat pengangkut darat, laut dan
udara;
j. Membeslah barang untuk dijadikan bukti; dan
k. Mengambil tindakan-tindakan lain.
Disebutkan dalam pasal1 undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana, bahwa :
“1. Penyelidikan adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai
7
Adami Chazawi, 2005. Tindak Pidana Kesopanan.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hlm 158
8
https://plus.google.com/113433339776683516327/posts/hWoqg76giF5
10
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan.”
“2. Penyelidikan adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang
oleh undang-undang ini untuk melakukan penyidikan.”
Salah satu tindak pidana yang harus diatasi dan dicegah diwilayah hokum
kepolisian sector Parigi adalah kejahatan perjudian yang telah diatur dalam pasal
303 ayat 1 dan ayat 2 kitab undang-undang hokum pidana (KUHP), sebagai berikut:
1. Barangsiapa mempergunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan
melanggar peraturan 303.
2. Barangsiapa turut main judi dijalan umum atau ditempat yang dikunjugi
oleh umum kecuali atau pembesar yang berkuasa telah memberikan izin
untuk mengadakan judi itu.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan skripsi yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
11
1. Bagaimanakah peranan kepolisian wilayah hokum polsek parigi dalam
menanggulangi perjudian?
2. Bagaimana hambatan yang dialami polsek parigi dalam menanggulangi
perjudian?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahuiperanan kepolisian wilayah hokum parigi dalam
menanggulangi
kejahatan perjudian.
2. untuk mengetahui hambatan kepolisian wilayah parigi dalam
menanggulangi
kejahatan perjudian.
D. Kegunaan Penelitian
1. diharapkan dapat member masukan terhadap ilmu pengetahuan umum,
khususnya
dalam bidang kajian ilmu hokum pidana formil.
2. Agar dapat menjadi bahan masukan bagi para penegak hokum, khususnya
bagi polisi.
3. diharapkan dapat menjadi penelitian permulaan bagi peneliti-peneliti
berikutnya
dalam aspek permasalahan yang lebih mendalam.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
12
Metode penelitian merupakan proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang
digunakan untuk menelaah dan mencari jawaban atas sebuah permasalahan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode penelitian hokum empiris
yaitu merupakan penelitian yang menggambarkan hasil penelitian tentang
hokum yang berlaku dimasyarakat, menguraikan tetang ketidaksesuaian
yang terjadi antara aturan yang dirumuskan dan penerapannya
dimasyarakat.
2 Jenis dan Sumber Data
Data Primer.
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik
melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen
tidak resmi yang kemudian akan diolah oleh peneliti.
Data Sekunder.
Sumber data sekunder yaitu data-data yang dikumpulkan, diolah, dan
disajikan oleh pihak lain baik bentuk maupun isi data sekunder telah
dibentuk dan diisi oleh peneliti terdahulu sehingga peneliti selanjutnya tidak
mempunyai pengawasan terhadap pengumpulan, pengelolaan, analisa
maupun konstruksi data. Data sekunder mencakup dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, maupun hasil penelitian yang berwujud laporan
13
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
kunatitatif adalah untuk melihat bagaimana efektivitas dari penerapan sebuah
norma atau aturan hokum dimasyarakat.
BAB II
14
PENGERTIAN TENTANG KEJAHATAN PERJUDIAN SERTA
GAMBARAN UMUM POLSEK PARIGI
A. Pengertian Kejahatan
Kejahatan adalah salah satu bentuk masalah social yang dapat merugikan
anggota masyarakat lainnya. Kejahatan yang terjadi dalam diri manusia
seringkali di dasari dari proses imitasi seseorang pada pergaulan , dorongan
karena membaca berita atau Koran yang hoks, keadaan ekonomi yang
lemah, dan bentuk penyimpangan social lainnya. Oleh karena itu lah prilaku
ini setidaknya bisa dihindari. Kejahatan merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat dan merupakan peristiwa sehari-hari. Seorang Filsuf bernama
Cicero mengatakan Ubi Societas, Ibi lus, Ibi Crime yang artinya ada
masyarakat, ada hokum dan ada kejahatan. Masyarakat saling menilai,
berkomunikasi dan menjalin interaksi, sehingga tidak jarang menimbulkan
konflik atau perikatan. Satu kelompok akan menganggap kelompok lainnya
memiliki perilaku yang menyimpang apabila perilaku kelompok lain
9
tersebut tidak sesuai dengan perilaku kelompoknya. Perilaku
menyimpang ini seringkali dianggap sebgai perilaku yang jahat. Batasan
kejahatan dari sudut pandang masyarakat adalah setiap perbuatan yang
melanggar kaidah-kaidah yang hidup didalam masyarakat.10
Pengertian Kejahatan Menurut Para Ahli
Definisi para ahli, mengenai pengertian kejahatan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Sutherland
Pengertian kejahatan adalah perilaku menyimpang social masyarakat
yang keluar dari norma dan nilai social, perilaku ini menjadi penetu
dalam pelanggaran ketentuan hokum pidana, sehingga seseorang yang
9
Adami Chazawi, 2002. Pelajaran Hukum Pidana PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta. Hlm 20
10
Ahmad Ali,2011. Menguak Tabir Hukuni:Edisi Kedua, Ghalia Indonesia,Bogor hlm 110
15
melakukan kejahatan harusalah dihukum sesuai dengan keteraturan
social yang berlaku di masyarakat.
2. Soesilo
Definisi kejahatan adalah perilaku masyarakat yang melanggar UU
(Undang-Undang), perilaku ini dilihat dari sudut pandang sosiologis
menyebabkan banyak hilangnya keseimbangan, ketertiban, dan
ketentraman masyarakat sehingga haruslah dilakukan pengentasan yang
efisien melalui penegak hokum yang baik.11
Dari pengertian kejahatan di atas dapat dikatakan bahwa kejahatan adalah perilaku
menyimpang masyarakat yang dilakukan secara individu atau kelompok, untuk
mengambil hak orang lain tanpa izin, baik melalui kekerasan ataupun dilakukan
secara diam-diam (sembunyi).
11
Sadji Jono, Etika Profesi Hukum, Laksbang Meditama, Surabaya:2008 hlm 8
12
Adami Chazawi, 2005. Tindak Pidana Kesopanan.Raja Grafindo Persada,Jakarta. Hlm, 90
16
kedekatan antara pelaku dan korban. Oleh karena itulah kesempatan
yang mendorong seseorang melakukan kejahatan misalnya karena
kondisi yang sepi, barang-barang mewah, dan lain sebagainya.
3. Lemahnya Iman
Kelemahan iman yang dimiliki seseorang juga menjadi salah satu unsure
kejahatan seseorang, iman berkaitan dengan kepercayaan pada Tuhan.
Definisi iman ini haruslah diyakini dalam hati,dilakukan dengan amal
perbuatan, dan diucapkan dengan lisan. Iman yang berhubungan dengan
lembaga agama sangat memiliki keterikatan masyarakat untuk
mencegah tindakan yang melanggar hukum.
B. Pengertian Perjudian
Kata perjudian atau permainan judi, selain digunakan sebagai nama salah
satu jenis tindak pidana didalam hokum pidana, juga merupakan suatu kata
yang digunakan secara umum didalam pergaulan sehari-hari. Jadi selain
mempunyai pengertian umum atau pengertian menurut hokum pidana, juga
mempunyai pengertian umum atau pengertian sehari-hari. Untuk itu, perlu
ada untuk mengetahui tidaknya perbedaan makna diantara keduanya.13
13
Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2006. Perpolisian Masyarakat, Buku Pedoman Pelatihan untuk Anggota Polri.
Jakarta. Hlm 71
14
Sadji Jono,2008Seri Huku Kepolisian Polri dan Governance, Laksbang Meditama, Jakarta hlm 1
17
“perbuatan dan sebagainya berjudi, judi adalah perbuatan dengan memakai
uang sebagai taruhan (seperti main dadu, main kartu), itu pangkal kejahatan.
Berjudi adalah mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dan lain-lain
seperti permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan
mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar dari pada jumlah
uang atau harta semula.”
18
Demikian beberapa batasan mengenai pengertian perjudian yang terdapt
dalam kamus-kamus dan tulisan-tulisan pada sarjana. 15 Jika batasan
tersebut dihubungkan satu sama lain, maka dapatlah diperinci unsur-unsur
perjudian itu menurut pengertian umum sebagai berikut:
a. Merupakan suatu permainan.
b. Bentuk permainan itu bertentangan dengan agama dan kesusilaan.
c. Adanya suatu taruhan yang berupa uang atau harta kekayaan.
d. Mempunyai penghargaan untuk menang yang belum pasti berhasil
(bersifat untung-untungan).
e. Adanya kesadaran akan resiko kalah.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut diatas, dapatlah dirumuskan kembali
pengertian secara umum mengenai perjudian tersebut, yakni: perjudian
adalah taruhan yang menggunakan uang atau harta kekayaan dalam suatu
bentuk permainan dengan suatu pengharapan mendapatkan kemenangan
yang sifatnya untung-untungan, dan dengan kesadaran akan adanya resiko
kalah dan bertentangan dengan agama atau kesusilaan.16
15
Alam A. S. dan Ilyas Amir, 2010. Pengantar Kriminologi.PT. Pustaica Refleksi.Makasar. hlm 50
16
J. S. Ardillah. 2013. Pencmggulangan Kejahatan Perjudian Kupon Puiih di Kabupaten Soppeng.Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin,Makasar. Hlm 72
19
Redaksi pasal 303 ayat 3 diatas ternyata terdiri dari dua buah kalimat.
Kalimat pertama menyatakan bahwa: yang disebut permainan judi adalah
tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untuk
tergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih
atau lebih mahir.17 Sebenarnya kalimat pertama inilah yang merupakan
perumusan dari pengertian perjudian (permainan judi) menurut hokum
pidana tersebut.18
Selanjutnya kalimat kedua dari pasal 303 ayat 3 tersebut menyatakan bahwa
“disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau
permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang tidak
berlomba atau bermain, demikian pula segala pertaruhan lainnya.” Kalimat
ini bukanlah merupakan perumusan pengertian perjudian, melainkan hanya
meerupakan perluasan dari pengertian perjudian yang disebutkan pada
kalimat pertama diatas. Menurut ketentuan yang dituangkan dalam kalimat
kedua tersebut, dimasukkan juga ke dalam pengertian perjudian, yaitu:
1. Segala pertaruhan mengenai hasil suatu perlombaan atau permainan,
pertaruhan mana tidak diadakan diantara mereka yang turut berlomba
atau bermain, melainkan diadakan oleh orang lain yang tidak turut
dalam perlombaan atau permainan itu. Sebagai missal taruhan yang
dilakukan oleh si A dan si B atas hasil pertandingan tinju antara Mike
Tyson melawan James Buster Douglas.
2. Sebagai pertaruhan lainnya, yakni pertaruhan yang sama sekali tidak
didasarkan pada hasil suatu kejadian. Sebagai missal, pertaruhan yang
dilakukan dengan cara menebak suatu angka tertentu yang ada pada
nomor plat mobil yang akan lewat pertama didepan mereka yang
bertaruh itu.19
17
Prof. Dr. Zainal Abidin Farid,2006. Pidana I. Sinar Grafika.Bandung. hlm, 20
18
Leden Marpaung,. 2008. Asas-Teori-Praktik: HUKUM PIDANA .Sinar Grafika.Bandung hlm 105
19
https//search.yahoo.com/search;_ylt=Awr9lkyYiNFa_9QA2JdXNyoA;_ylc=X1MDMjc2NjY3OQRfcgMyBGZyA3RpZ2h0cm9
wZXRiBJdwcmlkA2h6UHBMb
20
Diatas dikemukakan rumusan pengertian perjudian menurut hokum pidana dan
menurut pengertian umum (sehari-hari) yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, akan tetapi walaupun rumusannya tersebut berbeda, namun jika diteliti
secara seksama ternyata pada hakekatnya kedua rumusan tersebut mempunyai
makna yang sama atau sekurang-kurangnya tidak kontradiktif (bertentangan) antara
satu sama lain. Adanya persamaan tersebut dapat dijelaksan dibawah ini.20
Meski didalam rumusan pengertian perjudian menurut hokum pidana itu tidak
disebutkan secara eksplisit unsure “adanya suatu taruhan yang berupa uang atau
harta kekayaan” sebagaimana yang disebutkan didalam rumusan menurut
pengertian sehari-hari namun sebenarnya unsure tersebut secara tersirat telah
tercakup dalam unsure yang kedua menurut hokum pidana tersebut.
Dalam hal ini, keuntungan (kemenangan) yang disebutkan di dalam unsure kedua
itu selamanya berarti uang atau harta kekayaan yang berupa taruhan. Demikian
pula, walaupun rumusan pengertian perjudian menurut hokum pidana tidak
menyebutkan unsur “adanya resiko kekalahan yang di sadari”, sepert pada rumusan
pengertian perjudian menurut pengertian umum, namun unsure tersebut telah
tercakup pula didalam unsure kedua rumusan menurut hokum pidana tadi, yakni
tersirat dalam kata-kata “tergantung pada peruntungan (untung-untungan)”.
20
P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang,2010. Kejahatan-Kejahatan terhadap Harta Kekayaan .Sinar Grafika, Bandung. Hlm,
121
21
“bahwa perjudian pada hakikatya bertentangan dengan agama, kesusilaan dan
moral pancasila, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan
masyarakat, Negara dan Bangsa”.
Ada hal “bertentangan dengan agama atau kesusilaan “ tersebut merupakan unsur
perjudian menurut pengertian hukum pidana, lebih lanjut dapat pula dilihat dimana
tindak pidana perjudian tersebut ditempatkan didalam bab XIV dari buku II KUHP,
dalam bab ini diberi judul “kejahatan terhadap kesusilaan”.21
Hanya saja unsur “bertentangan dengan agama atau kesusilaan” ini tidak dimasukan
didalam pasal 303 ayat 3 kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), sehingga
didalam proses peradilan, unsure tersebut tidak memerlukan pembuktian.22
1. Unsur – unsur Perjudian
Ada tiga unsure agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi yaitu
adanya unsur:
permainan/ perlombaan. Perbuatan yang dilakukan biasanya
berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata
untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu
senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif. Namun disini
para pelaku adalah penonton atau orang yang ikut bertaruh terhadap
jalannya sebuah permainan atau perlombaan
Untung-untungan . Artinya untuk memenangkan permainan atau
perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsure
spekulatif/
21
Johnson Doyle Paul, 2002. Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Gramedia jakarta.Hlm, 15
22
Moeljatno. 2002. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bumi Aksara.Jakarta hlm 108
23
hattps://arhief style87.wordpress.com/2008/04/10/judi-pengertian-dan-jenis2nya/
22
Ada taruhan. Dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan
yang dipasang oleh para pihak pemain atau Bandar. Baik dalam
bentuk uang ataupun harta benda lainnya. Bahkan kadang istripun
bisa dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada
pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini
merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan apakah
sebuah perbuatan dapat disebut sebagai judi atau bukan.
Dari uraian di atas maka jelas bahwa segala perbuatan yang
memenuhi ketiga unsur diatas, meskipun tidak disebut dalam
Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 adalah masuk
kategori judi meskipun dibungkus dengan nama-nama yang indah
sehingga Nampak seperti sumbangan, semisal PORKAS atau
SDSB. Bahkan sepakbola, pingpong, bulutangkis, voley dan catur
bisa masuk kategori judi, bila dalam prakteknya memenuhi ketiga
unsur di atas.
Kedua, perjudian di tempat keramaian yang terdiri dari lempar paser / bulu
ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran), lempar gelang,
lempar uang (Coin), kim, pancingan, menembak sasaran yang tidak
berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, pacu anjing, kailai,
mayong/macak dan erek-erek. Ketiga, perjudian yang dikaitkan dengan
23
kebiasaan yang terdiri dari adu ayam, adu sapi, adu kerbau, pacu kuda,
karapan sapi, adu domba/kambing.24
24
Satjipto Raharjo, 2006. Penegakan Hukum,suatu tinjauan sosiologis. PT Citra Aditya Bakti : Bandung hlm 215.
24
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri. (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 5 ayat (1).25
Polri yang dikenal dewasa ini adalah Kepolisian yang telah dibentuk sejak
tanggal 19 Agustus 1945, Polri mencoba memakai system kepolisian federal
membawa h di Departemen Dalam Negeri dengan kekuasaan terkotak-kotak
antar provinsi bahkan antar karasidenan. Maka mulai tanggal 1 juli 1946
Polri menganut system Kepolisian Nasional (The Indonesian National
Police). System kepolisian ini dirasa sangat pas dengan Indonesia sebagai
Negara kesatuan, karenanya dalam waktu singkat Polri dapat membentuk
komando-komandonya sampai ke tingkat sector (kecamatan). Dan system
inilah yang dipakai Polri sampai sekarang.26
Tugas kepolisian adalah merupakan bagian dari pada Tugas Negara
dan untuk mencapai keseluruhannya tugas itu, maka diadakanlah
pembagian tugas agar mudah dalam pelaksanaan dan juga koordinasi,
karena itulah dibentuk organisasi polisi yang kemudian mempunyai tujuan
untuk mengamankan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat
yang berkepentingan, terutama mereka yang melakukan suatu tindak
pidana.
D. Pengertian Peranan
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peranan. Berikut adalah penjelasan seputar pengertian peranan.
Hal – Hal Yang Mencakup Peranan dan Teori Peran.
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti
pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan maknyong,
25
https://id.wikipedia.org/wiki/polisi
26
Dedy Prasetyo,R.Z.Panca, 2006. Ilmu dan Teknologi Kepolisian. PT.Raja Grafindo,Jakarta hlm 67.
25
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
di masyarakat. Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang mempunyai suatu status. Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah
status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status tersebut.
Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama.
Status adalah seperangkat hak kewajiban dan peran adalah pemeranan dari
perangkata kewajiban dan hak-hak tersebut. Pengertian peranan menurut
Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis
kedudukan ( status ), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
peran. Peranan adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan
oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga
dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur social
masyarakat.
E. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Wailayah Parigi\
Kepolisian wilayah parigi yang bermarkas di kota Parigi Kabupaten Parigi
Moutong mempunyai posisi yang sangat strategis dalam menghadapi segala
bentuk kejahatan dan pelanggaran. Apalagi dengan kedudukan “Parigi”
dimasa-masa yang akan datang masih memerlukan strategi yang jitu untuk
mengembangkan kota Pargi, disebabkan karena akibat kerusuhan yang
melandanya. Tetapi sekarang ini sudah kembali aman atas dukungan
masyarakat setempat, disamping itu Polri dan TNI.27
Kepolisian wilayah parigi mempunyai struktur organisasi yang dipimpin
oleh kepala Kepolisian (KAPOLSEK) yang membawahi unit, yakni : (1)
unit Serse atau Intel. (2)Unit Sabhara. (3)Unit Bimbingan Masyarakat
(BIMMAS). Serta beberapa Pos Polri dan Pos KPPP.
27
Drs. P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang,2008. Tindak pidana-tindak pidana melanggar norma-norma kesusilaan dan
26
Melihat struktur organisasi kepolisian wilayah parigi tersebut diatas, maka
sudah jelas terlihat kesederhanaan organisasi yang nantinya
berkonsekwensi pada efisiennya dan efektifitas pelaksanaan tugas
dilapangan. Sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu organisasi yang
sederhana strukturnya cenderung lebih efisien dari pada struktur organisasi
yang berlampau banyak bagian job jabatan. Hal ini dikarenakan oleh
tanggung jawab yang dibebankan kepada personil yang memangku jabatan
pada organisasi tersebut lebih besar bagi struktur organisasi yang sederhana,
dan pada gilirannya dapat lebih berdaya guna dan berhasil dalam setiap
aktivitas dan kegiatannya.sedangkan bagi organisasi tidak sederhana dan
bertingkat lebih banyak, cenderung birokratis pada saat pelaksanaan
kegiatan.
Disamping struktur organisasi yang sangat sederhana, kepolisian wilayah
parigi dibantu oleh banyak personil yang setiap saat dapat diperintahkan
untuk secepat kilat mengatasi segala bentuk tidak pidana.
Berdasarkan jumlah personil polisi yang bertugas dikepolisian wilayah
parigi, secara kwantitatif masih kurang sekali disbanding dengan jumlah
penduduk yang harus diayomi. Oleh sebab itu, dalam rangka menutupi
kelemahan dari segi jumlah personil tersebut, maka pihak kepolisian
wilayah parigi banyak-banyak mengandalakn profesionalisme personil
polisi. Disamping itu terdapat dukungan konsep operasional yang
sistematis.28
dalam pelaksanaan tugas kesehariannya, kepolisian wilayah parigi
mempunyai “konsep operasional” pada masing-masing unit. Adapun
konsep operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Unit Sabhara
a. Meningkatkan patrol ditempat-tempat rawan. Ditempat-tempat
keramaian, maupun di desa-desa.
28
Peraturan kepala kepolisian Negara republic Indonesia no. pol.:18 thn 2006 pelatihan dan kurikulum satuan
pengamanan
27
b. Meningkatkan penerbitan lalu lintas, sesuai denga Undang-Undang
No. 14 Tahun 1992 tentang lalu lintas angkutan jalan.
c. Melaksanakan olahraga setiap hari jumat.
d. Melaksanakan kerja bakti bersama-sama masyarakat kota parigi
dibantu anggota PPM/AMPI yang dilaksankan setiap hari sabtu.
e. Pengamanan setiap sasaran kebutuhan.
f. Memberikan pengetahuan tentang fungsi teknis sabhara, sabtu
minggu sekali.
g. Memberikan pengumuman setiap kegiatan masyarakat.
2. Unit Intel
a. Melaksanakan deteksi setiap kasus yang belum terungkap dalam
rangka mem-back up penyidikan.
b. Melakukan penyidikan pengamanan dengan penggalangan terhadap
sasaran tertentu yang dapat memperlancar, memudahkan,
mendorong dan mendukung setiap penangkapan suatu kasus tindak
pidana.
c. Memberikan informasi dengan bahan keterampilan kepada penyidik
dalam mengungkap kasus tindak pidana.
3. Unit Reserse
a. Melaksanakan pemeriksaan, naik kepada korban, saksi dan pelaku
tindak pidana dengan berpedoman pada kitab Undang – Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) secara cepat dan terarah.
b. Meningkatkan “Crime Clerence”
28
c. Memberikan kenyamanan kepada setiap orang yang dilakukan
pemeriksaan dengan cara melayani sebaik-baiknya tanpa rasa takut.
d. Anggota reserse menemui pelanggan dengan metode 3S dengan
menanyakan keperluannya.
e. Melaksanakan pengolahan TKP secara cepat dan tepat.
f. Memberikan latihan dalam bentuk teori dan praktek tentang fungsi
reserse satu minggu satu kali.
4. Unit Bimmas
a. Meningkatkan pembinaan system keamanan lingkungan
(Siskamling).
b. Melanjutkan pelaksanaan selaku Pembina upacara di sekolah –
sekolah SLTP/SLTA
c. Memberikan penyuluhan kepada para pengemudi-pengemudi 2
minggu sekali tentang penerapan Undang-Undang No. 14 Tahun
1992.
d. Memberikan arahan kepada masyarakat setiap desa, tentang
penertiban hewan yang berkeliaran.
e. Menertibkan izin-izin meja bilyard dan memberikan arahan kepada
pemiliknya, agar olahraga bilyard jangan dijadikan tempat atau
sarana perjudian.
Untuk lebih mengefektifkan upaya penegakkan hokum tugas-tugas POLRI di
kepolisian wilayah Parigi telah membentuk jaringan komunikasi dengan instansi-
instansi terkait diwilayahnya tersebut.
F. Gambaran Wilayah Hukum Polsek Parigi
Dasar
1. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tanggal 8 januari 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. ST Kapolres Parimo Nomor:STR/24/VII/2018 tanggal 24 juli 2018
Tentang Pelaksanaan Anev Semester I Jaran Polres Parigi Moutong,
Maksud dan Tujuan
29
Memberikan gambaran tentang situasi kamtibnas yang terjadi di wilayah
hokum polsek Parigi Moutong Bulan Januari sampai Juni 2018, dan
bertujuan yaitu sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
menentukan kebijakan lebih lanjut.29
1. ASTAGATRA
a. Tri Gatra (Geografi)
Letak Posisi
Luas Wilayah : ± 565,06 Km
Batas Wilayah
- Utara : Kec. Parigi Tengah
- Selatan : Kec. Torue
- Timur : Teluk Tomini
- Barat : Kotamadya Palu
IKLIM
Iklim Tropis
- Curah Hujan : 500-1000 mm
- Suhu : 29-34°C
- KLBB Udara : 74,50%
- Tofografi : Bergunung, Pantai, Tanah Pasir, Labil Rawan
Bencana.
29
Paparan polsek parigi mouton dalam rangka Anev Semester 1. Januari-juni 2018 hlm 2
30
RATIO POLISI :1:1.197 (1 Polisi, 1.197 Masyarakat)
MATA PENCAHARIAN : Petani, Nelayan, Buruh, Pedagang, PNS
PERTANIAN:
Padi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanag dan Kacang Hijau, pada
umumnya ada diseluruh Desa di wilayah Hukum Polsek Parigi kecuali dalam kota
parigi.
PERIKANAN DAN KELAUTAN :
a. Tambak : terdapt di desa Mertasari, Desa Olaya, Desa Petapa dan Desa
Binangga.
b. Ikan, Cumi, DLL : pada umumnya terdapat di wilayah atau desa pesisir
pantai wilayah hokum polsek parigi.
PERKEBUNAN :
a. Kelapa : pada umumnya ada diseluruh desa di wilayah hokum polsek parigi.
b. Cengkeh : terdapat di desa Kayuboko dan desa Toboli.
c. Kopi : terdapat di desa Binangga, desa Pangi dan desa Toboli.
d. Lada : terdapat di desa Petapa dan desa Binangga.
e. Coklat : pada umunya ada diseluruh desa di wilayah hokum polsek parigi
kecuali dalam kota parigi.
f. Pala : terdapat di desa Kayuboko dan desa Air Panas Kec. Parigi Barat.
g. Jambu Mente : terdapat di desa Lebo, desa Petapa, desa Binangga, desa
Pangi dan desa Toboli.
h. Kapuk : terdapat di desa Toboli dan desa Avolua.
PETERNAKAN :
a. Sapi : pada umumnya ada diseluruh desa di wilayah hokum
polsek parigi
b. Kuda : terdapat di desa Olaya, desa Pombalowo, desa
Mertasari, kel.
31
Maesa, Kel. Masigi, desa Baliara Kel. Kampal dan
desa
Bambalemo.
c. Kambing : pada umumya ada diseluruh desa wilayah hukum
polsek parigi
d. Babi : terdapat di desa Pombalowo, desa Mertasari dan Kel.
Maesa.
e. Itik dan ayam : pada umumnya ada diseluruh desa wilayah hokum
polsek
parigi kecuali dalam kota parigi.
2. PANCAGATRA
a. Politik : era reformasi secara eforia kebebasan berpikir.
b. Social Budaya :
Agama :
- Islam : 54.571 Jiwa
- Kristen: 12.120 Jiwa
- Hindu : 2.266 Jiwa
- Budha : 12 Jiwa
Sarana Ibadah :
- Masjid : 53
- Musholah : 23
- Gereja : 36
- Pura :7
- Wihara :-
Orang Kesukuan :
Kaili, Bugis, Bali, Minahasa, Jawa, Toraja, Sanger, Gorontalo, Pamona, Mori, Bajo,
Bada.
c. Ekonomi : PAD, terbesar berasal dari hasil perkebunan,
perdagangan dan
32
hasil laut
d. HANKAM :
1. Kuat TNI : 14 PERS
2. Kuat POLRI (Polsek Parigi) : 45 PERS
3. Potmas terdiri dari :
-SAT POL PP : 30 PERS
-SATPAM : 50 PERS
-Dishutbun : 72 PERS
-Depkumham : 60 PERS
-TOGA,TOMAS,TODA,DLL : 179 PERS.
33
BAB III
Dalam perkara tindak pidana perjudian, upaya yang dilakukan oleh Polisi,
khususnya di Pokes Parigi ada1ah dengan menangkap dan menerapkan pasal 303
dan/atau bis KUHP kepada pelaku-pelakunya kemudian memeriksa mereka
menurut KUHP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas polisi
dalam hal ini dimulai dengan adanya laporan dari masyarakat setempat bahwa telah
terjadi suatu peristiwa yang diduga perjudian30 Setelah mendengar dan menerima
laporan tersebut, beberapa anggota polisi segera melakukan penyelidikan.
Kebanyakan laporan yang diterima oleh Polres Parigi berupa laporan lisan, dan
sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam pasal 103 ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, maka laporan tersebut kemudian dicatat oleh
penyidik dan ditandatangani oleh pelapor dan penyelidik.31
30
Waluyo, bambang.penelitian hokum dalam praktek. Sinar grafika, Jakarta . 2008 hlm 10
31
Kelsen, Hans. Teori umum tentang hokum dan Negara nusamedia: bandung, 2008. Hlm 24
34
1. Tertangkapnya seseoraug pada waktu sedang melakukan tindak pidana atau
dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan;
2. Tertangkapnya seseorang apabila sesaat kemudian ditemukan benda yang
diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang
menunjukan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau
membantu melakukan tindak pidana itu.
Segera setelah tersangka ditangkap dan barang bukti beserta saksi telah
dikumpulkan, tersangka beserta barang bukti yang ada kemudian diserahkan
kepada penyidik guna untuk kepentingan penyidikan.
Penyidikan yang dilakukan oleh pihak Polsek Parigi dalam memeriksa kasus
perjudian adalah pertama-tama dengan membuat surat pemberitahuan dimulainya
penyidikan (SPDP) dan kemudian diserahkan kepada jaksa penuntut umum. Setelah
itu, polisi segera melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan para saksi, kemudian
membuat berita acara pemeriksaan tersangka dan saksi-saksi. Setelah itu memeriksa
TKP serta membuat sketsa gambar TKP. Setelah membuat sketsa gambar TKP,
35
kemudian dilakukan penyitaan terhadap barang-barang bukti lalu membuat berita acara
penyitaan. Kemudian dalam jangka waktu 1 x24 jam setelah dibuatnya berita acara
penyitaan, dekeluarkanlah surat perintah penahanan, maksimal penahanan yang
dilakukan oleh pihak kepolisian adaiah setama 20 (dua puluh) hari, dan dapat
diperpanjang oleh jaksa penuntut unmum apabila pemeriksaan belum selesai yaitu
maksirnal selarna 40 (empat puluh) hari
36
untuk Bandar judi. Tetapi berkas antara bandar judi dan pemainnya di pisa dalam
berkas yang perkara yang berbeda
37
Berangkat dan istilah "penyidik dan penyelidik" menurut kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) tersebut diatas, maka agar lebih jelas apa
yang menjadi tugas pihak kepolisian dalam rangka penyidikan dan penyelidikan,
dibawah ini pengertian penyelidikan dan penyidikan menurut undang-undang
hukum acara pidana (KUHP) sebagai berikut:
"penyidikan adalah serangkaian tindatakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang di atur dalam undang - undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentaang tindakan pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya."
38
dalam wilayah Republik Indonesia yang telah dimerdekakan selarna 56 tahun oleh
para pendiri negara (The founding father).
Selanjutnya yang mempunyai peran dalam hal perjudian ini adalah tokoh-tokoh
agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Menurut penulis, peranan mereka ini yang
paling efektif dalam mengantisipasi dan meredam segala bentuk perjudian. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya ceramah-ceramah agama disetiap desa dan
setiap lingkungan, baik itu dimesjid-mesjid maupun dari rumah-kerumah dapat
membawa hasil yang besar ketimbang tindakan refresif yang dilakukan pihak
kepolisian sektor wilayah parigi. Mengenai peranan kepolisian polsek parigi
dalam mananggulangi kejahatan perjudian, oleh kepala polisi wilayah parigi
dikatakan:
39
Bala, Kira-Kira, Main Dadu dan Sabung Ayam. Kesemuanya diselesaikan secara
hukum menurut KUHAP."
" operasi tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat kecamatan parigi selatan,
terutama dalam menekan perjudian diwilayah ini kecamatan ini. Melalui operasi
penumpasan kejahatan ini, dengan sendirinya masyarakat akan aman dan tentram
gangguan-gangguan kejahatan."
Memang seharusnya perlu upaya penanggulangan yang serius dari pihak kepolisian
wilayah parigi dalam mengantisipasi kejahatan perjudian.
Disamping tugas yudisil yang mereka embang selaku aparat hukum, juga secara
moral masyarakat bahwa segala bentuk kejahatan yang berkewajiban mengatasinya
adalah pihak kepolisian, khususnya pihak kepolisian Polsek Wilayah Parigi.
40
pidana yang berawal dari tahap penyedikan yang pada umumnya menjadi tugas
kepolisian.
Pembebanan tugas refresif kepada pihak kepolisian dapat dilihat pada undang-
undang No.28 Tahun 1997 pasal 2 ayat (1) yakni berupa tugas mengadakan
penyidikan dalam proses peradilan umum/pidana. Sedangkan pemberian tugas secara
prefentif kepada pihak kepolisian dinyatakan dalam ayat (1) dan ayat (2). Khusus
yang menyangkut pencegahan tersebut ini, kiranya telah tercakup didalam tugas
kepolisian pada ayat (1) huruf (b) dan huruf (e).
Didalam ayat (1) huruf (b) disebutkan bahwa tugas kepolisian adalah
mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit-penyakit masyarakat menurut
penjelasan pasal (2) ayat (1) huruf (b) tersebut adalah termasuk perjudian. Begitu
pula dalam ayat (1) huruf (e) tugas kepolisian untuk mengusahakan ketaatan warga
negara masyarakat terhadap peraturan-peraturan negara. Tugas kepolisian ini
adalah bersifat prefentif pula, yakni usaha untuk mencegah warga negara dan
masyarakat melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan-peraturan
negara dimana termasuk peraturan-pearturan negara yang melarang perjudian.
41
memiliki jaringan yang kuat dan sating kait mengait antara komponen satu dengan
yang lain. Jika satu komponen tidak terpenuhi maka hasil kebudayaan menjadi tidak
sempurna.
suatu kepercayaan bahwa dalam situasi yang genting mereka selaku dikindungi
oleh roh-roh tertentu.
42
Demikian pula halnya di wilayah hukum parigi, mengenai kebudayaan
judi, sudah mengakar sejak adanya masyarakat itu. Kota parigi juga tidak lepas
dari penyakit-penyakit masyarakat yang juga didalamnya adalah kejahatan
perjudian. Lebih merebak lagi dengan keluarnya kebijaksanaan pemerintah
dalam rangka sambungan sosial dan olahraga diwaktu itu yakni porkas, SDSB
dan seidentiknya, semakin melatih masyarakat wilayah hukum parigi untuk lebih
mencintai judi.
Hal ini tebukti dengan perilaku pasca Porkas dan SDSB, semakin
mengertikan pihak. aparat hukurn untuk menanggulauginya ketimbang pada saat
sebelum adanya Porkas dan SDSB Oleh sebab itu pada akhir-akhir ini telah banyak
judi-judi terselubung yang tidak mampu lagi dideteksi oleh pihak aparat keamanan,
khususnya kepolisian polsek parigi.
43
Dalam upaya penanggulangan kejahatan atau fungsi refresh dan
prefentifNegara RI (POLRI . ) merupakan salah satu penegak hokum secara
teoritas, "Penegak Hukum" itu sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari "faktor-faktor yang mempengaruhi penegak hukum". Faktor-faktor yang
dimaksud adalah berikut :
Kelima faktor ini saling berkaitan dengan eratnya.oleh sebab itu kelima faktor
tersebut merupakan esensi dari penegak hukum, serta juga merupakan tolak ukur
(indikator) dari pada efektifitas penegak hukum.
“
kalangan tersebut mencakup mereka yang bertugas di bidang-bidang kehakima,
kejaksaan. kepolisiam kepengacaraan dan permasyarakatan.”
44
Upaya penanggulangan kejahatan yang dilakukan pihak Kepolisian Parigi
juga sangat serius dan membawa dampak hukum yang baik bagi masyarakat
diwilayah parigi. Sebagaimana yang dijelaskan Kapolsek (Kepala Kepolisian
Parigi), bahwa :
45
sendiri, akan pentingnya suasana yang aman dan tertib, termasuk upaya dalam
menanggulangi tindak pidana perjudian. 33
Namun, dalam upaya menanggulangi tindak pidana perjudian, masih ada beberapa
kendala yang dihadapi pihak kepolisian khususnya Polsek Parigi, Dari wawancara
penulis dengan Reskrim Polsek Parigi, Ali, SH kendala yang dihadapi pihak
Kepolisian adalah sebagai berikut:
Ulah para pembacking ini sangat tidak dapat ditolerir dan harus segera ditindak
demi tegaknya hukum dan terciptanya rasa aman dan tentram di masyarakat.
46
Para pembacking kejahatan ini dapat dikategorikan sebagai pelaku kejahatan
itu sendiri. Bukan hanya sekedar pembantu kejahatan. Dalam kasus perjudian, maka
pembacking dapat dipersmakan dengan para bandar judi, yang didalam KUHP
diancam pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun. Acuan ini berasal dari
pernyataan pakar hukum Indonesia, Moeljatno, yang menyatakan bahwa meskipun
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang bukan perbuatan penyelesaian, tetapi apabila
kerjasama dengan pelaku perbtiatan tersebut erat sekali, maka perbuatan orang tersebut
dapat dikategorikan sebagai pelaku tindak pidana, bukan sebagai pembantu tindak
pidana.
3. Pelaku melarikan diri Maksud dari pelaku melanian din yaitu ketika Polisi
ingin melakukan penggerebekan di warung atau rumah yang diduga sebagai tempat
dilakukannya tindak pidana perjudian, para pelaku judi ini sudah tidak berada di
tempat atau melarikan diri. Hal ini disebabkan adanya yang membocorkan atau
memberitaan para pelaku bahwa Polisi akan melakukan penggerebekan. Sehingga
dengan cepat para pelaku melarikan diri. Akan tetapi, tindakan polisi tidak sampai
disitu, polisi akan tents melakukan pengejaran sampai para pelaku ini tertangkap.
47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peranan yang dilakukan oleh Kepolisian Parigi dalam menanggulangi kejahatan
perjudian di wilayah hukun Polsek Parigi adalah dengan melakukan
penyelidikan, polisi segera terjun ke lokasi kejadian untuk mencari tahu apakah
laporan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi tindak pidana
48
perjudian itu benar atau tidak, apabila setelah melakukan pengecekan dan
pengintaian beberapa saat dilokasi kejadian, memang benar telah terjadi tindak
pidana perjudian, maka selanjutnya polisi melakukan penangkapan terhadap
orang-orang yang terlibat dalam perjudian itu dan kemudian mengumpulkan
baang-barang bukti serta para saksi.
2. Hambatan pihak Kepolisian wilayah hukum Parigi dalam menanggulangi
kejahatan perjudian ialah masyarakat lain masih tertutup dalam memberikan
informasi mengenai kejahatan perjudian, ada jugs oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab sehingga menghambat penangkapan atau penyelidikan
mengenai kejahatan perjudian dan adapula pelaku yang melarikan diri ketika
dilakukan penyergapan di tempat yang biasa dilakukanya kejahatan perjudian.
B. Saran
49
Kepolisian tegas dan berani dalam melimpahkan seluruh perkara yang ditanganinya
sesuai proses hukum yang berlaku maka pelaku dan masyarakat pada umumnya
terdorong untuk tidak melakukan tindak pidana perjudian`
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
50
Alam A. S. dan Ilyas Amir, 2010. Pengantar Kriminologi.PT. Pustaica
Refleksi.Makasar.
Dedy Prasetyo,R.Z.Panca, 2006. Ilmu dan Teknologi Kepolisian. PT.Raja
Grafindo,Jakarta.
J. S. Ardillah. 2013. Pencmggulangan Kejahatan Perjudian Kupon Puiih di
Kabupaten Soppeng.Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,Makasar.
Johnson Doyle Paul, 2002. Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Gramedia jakarta.
Grafika.Bandung.
51
Aditama,Bandung
Mediatarna, Jakarta.
B. Undang-Undang
C. Lain-Lain
Paparan Polsek Parigi Moutong Dalam Rangka Anev Semester 1. Januari-Juni 2018
D. Internet
hattps://balianzahab.wordpress.com/makatah-hukum/hukum-kepolisian/
https://plus.google.com/113433339776683516327/posts/hWoqg76giF5
https://id.wikipedia.org/wiki/polisi
52