Anda di halaman 1dari 52

PERAN POLRI DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIHAN

DI WILAYAH HUKUM POLSEK PARIGI KABUPATEN


PARIGI MOUTONG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum Srata Satu (S1) Program Studi Ilmu Hukum Pada
Fakultas Hukum Universitas Tadulako

Oleh
SITI SUFANA ADWIA
D 101 14 332

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TAD

1
2
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dapat kita kenal bahwa sejarah perjudian sudah muncul beribu-ribu
tahun yang lalu sejak di kenalnya sejara manusia. Perjudian merupakan
salah satu bentuk penyakit masyarakat yang menimbulkan banyak dampak
negative dan salah satu bentuk patologi social. Berbagai cara dilakukan
dalam penanganan perjudian yang saat ini tetap hidup dalam masyarakat.
Meski pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hokum, namun perjudian
masih menunjukan eksistensinya, dulunya hanya terjadi dikalangan orang
dewasa pria. Sekarang sudah menjalar ke berbagai elemen masyarakata
anak-anak dan remaja yang tidak lagi memandang baik pria maupun wanita.
Perjudaian membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat,
bangsa dan Negara. Meski demikian berbagai perjudian tetap berkembang
seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Macam dan bentuk
perjudian saat ini sudah merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Mengingat masalah perjudian sudah menjadi penyakit akut masyarakat,
maka perlu upaya penanggulangan yang sungguh-sungguh dan sistematis.
1

1
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Penerbit Alumni, Bandung: 2002, hlm, 4.

5
Upaya pembangunan hokum dan pembaharuan hokum harus
dilakukan secara terarah dan terpadu. Kodifikasi dan unifikasi bidang-
bidang hokum penyusunan perundang-undangan ini sangat diperlukan
untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang sesuai dengan tuntutan
pembangunan sera tingkat kesadaran hokum dan pandangan masyarakat
tentang penilaian suatu tingkah laku. 2 profesi kepolisian adalah merupakan
salah satu diantara profesi hokum, disamping profesi hakim, jaksa, dan
advokat dalam system peradilan pidana.2 Pengembangan profesi hokum
tersebut tergabung dalam catur wangsa penegak. Dalam melakukan
tugasnya seorang anggota Polisi Republik Indonesia (Polri) harus
menjunjung profesionalitas yang tinggi untuk menciptakan institusi
organisasi Polri yang handal, karea di era saat ini dibutuhkan seorang polisi
yang professional serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup
dalam menjalankan tugasnya. Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintah Negara dibidang pemeliharaan, keamanan, dan ketertiban
masyarakat, penegak hokum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat. Pelaksanaan penegakkan hokum terhadap tindak pidana
tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik itu aparat penegak hokum
terlebih lagi pada kepolisian Negara Republik Indonesia.
Hukum pidana seringkali digunakan untuk menyelesaikan masalah
social dalam kejahatan. Khususnya masalah perjudian sebagai salah satu
bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk pitologi social. Perkembangan
perjudian ini terus meningkat seiring majunya teknologi dengan
menggunakan fasilitas atau alat yang dijadikan wahana dalam melakukan
tindak pidana perjudian. Salah satu alat atau sarana perjudian tersebut
adalah dengan menggunakan mesin Ding Dong/Slc: Machine. Perjudian
jenis ini banyak dilakukan karena pelaku dapat dengan mudah mendapat
keuntungan.

2
Romli Atmasasmita, Teori dan kapita selcta kriminologi, PT. Refika Aditama, Bandung : 2005 hlm 58

6
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
demikian pesat, menunjukan kehebatan manusia dalam proses
mensejahterahkan dirinya. Kecenderungan ini membawa dampak yang
begetu besar (baik dampak yang bersifat positif maupun negative) bagi
kehidupan bermasyarakat, antara lain dapat berwujud denga bentuk
penyimpangan-penyimpangan sisoal (penyakit social) distu sisi dan
kemakmuran masyarakat disisi lain. Penyimpangan social yang dimaksud
adalah kejahatan dan pelanggaran terhadap norma-norma hokum maupun
norma-norma social lainnya, baik yang bersifat tradisional maupun yang
telah menggunakan teknologi mutakhir. 3
Dalam mengantisipasi perkembangan teknologi kejahatan yang
secara simultan berkembang dengan kepesatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dibutuhkan aparat penegak hokum yang handal, professional dan
mempunyai keterampilan yang tinggi dalam menangani setiap perkara
kejahatan dan sekaligus dapat meredamnya sejak dini. Apabila hal tersebut
dapat terwujud, maka dengan sendirinya timbul perasaan aman bagi seluruh
warga masyarakat, berikut kepercayaan masyarakat terhadap aparat hokum
sendiri. Pada gilirannya menciptakan suatu kondisi yang diidam-idamkan
yakni masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahiriah dan bathiniah.4
Dalam konteks hokum di Indonesia, maka upaya untuk meredam
kejahatan yang dimaksud merupakan tugas utama dari aparat penegak
hukum . aparat penegak hokum inilah yang oleh pemerintah Republik
Indonesia sudah mulai dibangun dan dibenahi sebagai salah satu sector
pembangunan dibidang hokum. Berbarengan dengan pembangunan di
sector – sector lain dalam lingkup pembangunan dibidang hokum, seperti
materi hokum serta sarana dan prasarana hokum. Sasaran utama yang
hendak dicapai dalam pembangunan aparatur hokum ini adalah

3
Andi Hamza, 2001. Pengatar Hukum Acara APidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Hlm, 23
4
hattps://balianzahab.wordpress.com/makatah-hukum/hukum-kepolisian/

7
profesionalisme aparat yang didukung oleh kemantapan lembaga aparatur
hukum.5
Hal tersebut diatas sejalan dengan sasaran umum pembangunan
yang dicanangkan oleh cabinet gotong royong, yakni terciptanya serta
meningkatnya kualitas sumber daya manusia, menunjukan bahwa
pembangunan dibidang hokum tertumpu pada pemangunan sector aparatur
hokum selaku sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan
pembangunan hokum itu sendiri. 6
Pembangunan aparatur hokum dilaksanakan melalui pembinaan
profesi hokum serta pemantapan seluruh organisasi dan lembaga hokum
agar aparatur hokum mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya yang
mencakup penyuluhan, penerapn dan penegakkan serta pelayanan hokum
secara professional dalam rangka pemantapan peranan dan fungsi hokum
sebagai sarana aparatur dan pengayom masyarakat.
Disamping itu, yang menjadi sasaran pembangunan aparatur hokum
adalah kualitas dan kemampuan aparat hokum yang didalamnya melekat
pula upaya peningkatan kualitas manusia. Sebagaimana ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat No. 11/MPR/1999 tentang Garis-Garis besar
Haluan Negara menegaskan: “kualitas dan kemampuan aparat hokum harus
dikembangkan melalui peningkatan kualitas manusianya, baik tingkat
kemampuan profesionalnya maupun kesejahteraannya, serta didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Kualitas aparat hokum harus tercermin
dalam sikap yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan,
bersih, berwibawa dan bertanggungjawab dalam perilaku keteladananan”.
Jadi, kualitas aparat hokum dimaksud tercermin pada kejujuran,
kewibawaan dan tanggungjawab yang dimiliki oleh aparat hokum.
Dalam rangka penerapan dan penegakkan hokum, maka aparatur
hokum harus bersikap tegas dan lugas tetapi manusiawi berdasarkan asas

5
Kartini Kartono, 2009. Patologi Sosial, Jilid I Rajawali Press, Jakarta. Hlm, 57
6
Satjipto Raharjo, 1981. Hukum Dalam Perspekti f Sosial. Alumni,Bandung hlm 99

8
keadilan dan kebenaran demi terwujudnya ketertiban dan kepastian hokum.
Secara tegas dalam GBHN 1999 yang berbunyi sebagai berikut:

“penerapan hukum dan penegakan hokum dilaksanakan secara tegas dan lugas
tetapi manusisawi berdasarkan asa keadilan dan kebenaran dalam rangka
mewujudkan ketertiban dan kepastian hokum, meningkatkan ketertiban social dan
disiplin nasional, mendukung pembangunan serta memantapkan stabilitas nasional
yang mantap dan dinamis”.

Dalam hal ini dibutuhkan aparatur hokum yang mampu menerapkan dan
menegakan hokum demi terciptanya suasana tertib dan dinamis dalam masyarakat.

Salah satu wujud dari aparatur hukum yang menegakan dan menerapkan hukum
ditengah – tengah masyarakat adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
sering disingkat POLRI, yakni alat Negara penegak hokum yang terutama bertugas
memelihara keamanan dan ketertiban didalam negeri. Fungsi kepolisian Negara
Republik Indonesia itu sendiri menurut Undang-undang No. 28 Tahun 1997 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia telah disebutkan secara eksplisit dalam pasal
2 ayat (1) :
a. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
b. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat.
c. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari alam.
d. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat termasuk member
perlindungan dan pertolongan.
e. Mengusahakan ketaatan warga Negara dan masyarakat terhadap peraturan-
peraturan Negara.

Kemudian dalam pasal 2 ayat (2) ditegaskan bahwa :

9
“Dalam bidang peradilan mengadakan penyelidikan atas kejahatan dan pelanggaran
menurut ketentuan-ketentuan dan undang-undang hokum secara pidana dan lain-
lain peraturan Negara “.7Untuk lebih meluweskan tugas-tugas yang diembannya,
maka pihak kepolisian Negara Republik Indonesia diberikan wewenang, seperti
yang tertuang dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana No. 8 Tahun
1981, sebagai berikut :
a. Menerima pengaduan;
b. Memeriksa tanda pengenalan;
c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
d. Menangkap orang;
e. Menggeleda badan;
f. Menahan orang sementara;
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa;
h. Mendatangkan ahli;8
i. M\enggeledah halaman, rumah, gudang, alat pengangkut darat, laut dan
udara;
j. Membeslah barang untuk dijadikan bukti; dan
k. Mengambil tindakan-tindakan lain.

Demikian pula dengan tugas fungsi kewenangan kepolisian Negara


Republik Indonesia Polres Parigi, juga mempunyai bobot yang tidak lepas dari
segala tugas dan fungsi kepolisian pada umumnya, terutama dalam mewujudkan
tuntutan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, sejak dari penyelidikan
hingga penyidikan.

Disebutkan dalam pasal1 undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana, bahwa :
“1. Penyelidikan adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai

7
Adami Chazawi, 2005. Tindak Pidana Kesopanan.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hlm 158
8
https://plus.google.com/113433339776683516327/posts/hWoqg76giF5

10
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan.”

“2. Penyelidikan adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang
oleh undang-undang ini untuk melakukan penyidikan.”

Membuktikan betapa besarnya peranan pihak kepolisian dalam rangka penegakan


kitab undang-undang hukum secara pidana. Kesemuanya diemban pula oleh pihak
kepolisian parigi kabupaten parigi mouton.

Salah satu tindak pidana yang harus diatasi dan dicegah diwilayah hokum
kepolisian sector Parigi adalah kejahatan perjudian yang telah diatur dalam pasal
303 ayat 1 dan ayat 2 kitab undang-undang hokum pidana (KUHP), sebagai berikut:
1. Barangsiapa mempergunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan
melanggar peraturan 303.
2. Barangsiapa turut main judi dijalan umum atau ditempat yang dikunjugi
oleh umum kecuali atau pembesar yang berkuasa telah memberikan izin
untuk mengadakan judi itu.

Kenyataan dilapangan berdasarkan observasi awal penulis menunjukan bahwa


dalam wilayah hokum polsek parigi masih terdapat tempat-tempat perjudian yang
di legalisir oleh pihak aparat hukum maupun yang tidak diketahui sama sekali. Hal
ini yang mendorong penulis untuk mengangkat permasalahan ini kedalam sebuah
skripsi untuk dibahas secara menyeluruh dan ilmiah.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan skripsi yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:

11
1. Bagaimanakah peranan kepolisian wilayah hokum polsek parigi dalam
menanggulangi perjudian?
2. Bagaimana hambatan yang dialami polsek parigi dalam menanggulangi
perjudian?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahuiperanan kepolisian wilayah hokum parigi dalam
menanggulangi
kejahatan perjudian.
2. untuk mengetahui hambatan kepolisian wilayah parigi dalam
menanggulangi
kejahatan perjudian.

D. Kegunaan Penelitian
1. diharapkan dapat member masukan terhadap ilmu pengetahuan umum,
khususnya
dalam bidang kajian ilmu hokum pidana formil.
2. Agar dapat menjadi bahan masukan bagi para penegak hokum, khususnya
bagi polisi.
3. diharapkan dapat menjadi penelitian permulaan bagi peneliti-peneliti
berikutnya
dalam aspek permasalahan yang lebih mendalam.

E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian

12
Metode penelitian merupakan proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang
digunakan untuk menelaah dan mencari jawaban atas sebuah permasalahan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode penelitian hokum empiris
yaitu merupakan penelitian yang menggambarkan hasil penelitian tentang
hokum yang berlaku dimasyarakat, menguraikan tetang ketidaksesuaian
yang terjadi antara aturan yang dirumuskan dan penerapannya
dimasyarakat.
2 Jenis dan Sumber Data
Data Primer.
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik
melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen
tidak resmi yang kemudian akan diolah oleh peneliti.
Data Sekunder.
Sumber data sekunder yaitu data-data yang dikumpulkan, diolah, dan
disajikan oleh pihak lain baik bentuk maupun isi data sekunder telah
dibentuk dan diisi oleh peneliti terdahulu sehingga peneliti selanjutnya tidak
mempunyai pengawasan terhadap pengumpulan, pengelolaan, analisa
maupun konstruksi data. Data sekunder mencakup dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, maupun hasil penelitian yang berwujud laporan

3. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian empiris ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah non random sampling, yaitu pengambilan sampel dimana responden,
objek yang akan diteliti telah ditentukan terlebih dahulu, apaun objek
penelitian ini adalah kepolisian wilayah parigi dan pengambilan data atau
lokasi yang akan diambil peneliti adalah dipolres Parigi, yang mana peneliti
akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang menjadi
objek penelitian.
4. Teknik Analisi Data

13
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
kunatitatif adalah untuk melihat bagaimana efektivitas dari penerapan sebuah
norma atau aturan hokum dimasyarakat.

BAB II

14
PENGERTIAN TENTANG KEJAHATAN PERJUDIAN SERTA
GAMBARAN UMUM POLSEK PARIGI

A. Pengertian Kejahatan
Kejahatan adalah salah satu bentuk masalah social yang dapat merugikan
anggota masyarakat lainnya. Kejahatan yang terjadi dalam diri manusia
seringkali di dasari dari proses imitasi seseorang pada pergaulan , dorongan
karena membaca berita atau Koran yang hoks, keadaan ekonomi yang
lemah, dan bentuk penyimpangan social lainnya. Oleh karena itu lah prilaku
ini setidaknya bisa dihindari. Kejahatan merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat dan merupakan peristiwa sehari-hari. Seorang Filsuf bernama
Cicero mengatakan Ubi Societas, Ibi lus, Ibi Crime yang artinya ada
masyarakat, ada hokum dan ada kejahatan. Masyarakat saling menilai,
berkomunikasi dan menjalin interaksi, sehingga tidak jarang menimbulkan
konflik atau perikatan. Satu kelompok akan menganggap kelompok lainnya
memiliki perilaku yang menyimpang apabila perilaku kelompok lain
9
tersebut tidak sesuai dengan perilaku kelompoknya. Perilaku
menyimpang ini seringkali dianggap sebgai perilaku yang jahat. Batasan
kejahatan dari sudut pandang masyarakat adalah setiap perbuatan yang
melanggar kaidah-kaidah yang hidup didalam masyarakat.10
Pengertian Kejahatan Menurut Para Ahli
Definisi para ahli, mengenai pengertian kejahatan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Sutherland
Pengertian kejahatan adalah perilaku menyimpang social masyarakat
yang keluar dari norma dan nilai social, perilaku ini menjadi penetu
dalam pelanggaran ketentuan hokum pidana, sehingga seseorang yang

9
Adami Chazawi, 2002. Pelajaran Hukum Pidana PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta. Hlm 20

10
Ahmad Ali,2011. Menguak Tabir Hukuni:Edisi Kedua, Ghalia Indonesia,Bogor hlm 110

15
melakukan kejahatan harusalah dihukum sesuai dengan keteraturan
social yang berlaku di masyarakat.
2. Soesilo
Definisi kejahatan adalah perilaku masyarakat yang melanggar UU
(Undang-Undang), perilaku ini dilihat dari sudut pandang sosiologis
menyebabkan banyak hilangnya keseimbangan, ketertiban, dan
ketentraman masyarakat sehingga haruslah dilakukan pengentasan yang
efisien melalui penegak hokum yang baik.11

Dari pengertian kejahatan di atas dapat dikatakan bahwa kejahatan adalah perilaku
menyimpang masyarakat yang dilakukan secara individu atau kelompok, untuk
mengambil hak orang lain tanpa izin, baik melalui kekerasan ataupun dilakukan
secara diam-diam (sembunyi).

Penjelasan selanjutnya, mengenai latar belakang kejahatan dalam masyarakat bisa


terjadi karena adanya factor pendorong. Factor yang meliputi penyebab kejahatan
dalam masyarakat ini, antara lain adalah sebagai berikut ;
a. Penyebab Kejahatan
1. Keinginan
Keinginan mendapatkan hak orang lain menjadi salah satu penyebab
kejahatan.12
Keinginan ini bisa didasarkan pada psikologi manusia, yang selalu
merasa kekurangan dengan apa yang dimilikinya. Oleh karena itu jika
kejahatan dilakukan berdasarkan keinginan akan lebih sulit untuk
menyadarkannya.
2. Kesempatan
Kejahatan yang terjadi dalam masyarakat bisa didasari pada
kesempatan,. Kesempatan ini diperoleh dari adanya hubungan

11
Sadji Jono, Etika Profesi Hukum, Laksbang Meditama, Surabaya:2008 hlm 8
12
Adami Chazawi, 2005. Tindak Pidana Kesopanan.Raja Grafindo Persada,Jakarta. Hlm, 90

16
kedekatan antara pelaku dan korban. Oleh karena itulah kesempatan
yang mendorong seseorang melakukan kejahatan misalnya karena
kondisi yang sepi, barang-barang mewah, dan lain sebagainya.
3. Lemahnya Iman
Kelemahan iman yang dimiliki seseorang juga menjadi salah satu unsure
kejahatan seseorang, iman berkaitan dengan kepercayaan pada Tuhan.
Definisi iman ini haruslah diyakini dalam hati,dilakukan dengan amal
perbuatan, dan diucapkan dengan lisan. Iman yang berhubungan dengan
lembaga agama sangat memiliki keterikatan masyarakat untuk
mencegah tindakan yang melanggar hukum.
B. Pengertian Perjudian
Kata perjudian atau permainan judi, selain digunakan sebagai nama salah
satu jenis tindak pidana didalam hokum pidana, juga merupakan suatu kata
yang digunakan secara umum didalam pergaulan sehari-hari. Jadi selain
mempunyai pengertian umum atau pengertian menurut hokum pidana, juga
mempunyai pengertian umum atau pengertian sehari-hari. Untuk itu, perlu
ada untuk mengetahui tidaknya perbedaan makna diantara keduanya.13

Pertama-tama akan ditinjau pengertian umumnya atau pengertian sehari-


harinya, hal tersebut dapat ditelusuri melalui kamus-kamus atau tulisan-
tulisan dalam lapangan ilmu-ilmu social yang antara lain akan dikutip
dibawah ini.
Didalam kamus umum Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “ perbuatan
dan sebagainya berjudi, judi: permainan dengan bertaruh uang (seperti main
dadu, main kartu dan sebagainya). Berjudi, main judi: bermain (dadu, kartu
dan sebagainya) dengan bertaruh uang.”14

selanjutnya, dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa:

13
Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2006. Perpolisian Masyarakat, Buku Pedoman Pelatihan untuk Anggota Polri.

Jakarta. Hlm 71
14
Sadji Jono,2008Seri Huku Kepolisian Polri dan Governance, Laksbang Meditama, Jakarta hlm 1

17
“perbuatan dan sebagainya berjudi, judi adalah perbuatan dengan memakai
uang sebagai taruhan (seperti main dadu, main kartu), itu pangkal kejahatan.
Berjudi adalah mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dan lain-lain
seperti permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan
mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar dari pada jumlah
uang atau harta semula.”

Kemudian, dalam kamus umum Indonesia-Perancis disebutkan bahwa yang


dimaksud dengan perjudian adalah suatu permainan yang dilarang oleh
agama.

Sedangkan Moch. Anwar memberikan batasan perjudian sebagai berikut:


“adalah suatu permainan yang hasil kemenangannya hanya tergantung pada
untung-untungan.” Demikian pula dengan Kartini Kartono, mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan perjudian adalah:
“pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu
yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-
harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan pertandingan
perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya.”

Menurut B. Simanjuntak mengatakan bahwa:


“ berjudi adalah suatu taruhan dar suatu barang yang bernilai dimana
masalah resiko dapat disadari serta pengharapan untuk memperoleh
keuntungan yang belum pasti dari suatu peristiwa permainan. Sedangkan
ada kalanya peristiwa permainan itu dapat saja menjurus keakibat
kecelakaan bagi yang melakukannya. Tetapi adapula yang berhasil yang
melalui akal sehat yang dimiliknya.”

18
Demikian beberapa batasan mengenai pengertian perjudian yang terdapt
dalam kamus-kamus dan tulisan-tulisan pada sarjana. 15 Jika batasan
tersebut dihubungkan satu sama lain, maka dapatlah diperinci unsur-unsur
perjudian itu menurut pengertian umum sebagai berikut:
a. Merupakan suatu permainan.
b. Bentuk permainan itu bertentangan dengan agama dan kesusilaan.
c. Adanya suatu taruhan yang berupa uang atau harta kekayaan.
d. Mempunyai penghargaan untuk menang yang belum pasti berhasil
(bersifat untung-untungan).
e. Adanya kesadaran akan resiko kalah.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut diatas, dapatlah dirumuskan kembali
pengertian secara umum mengenai perjudian tersebut, yakni: perjudian
adalah taruhan yang menggunakan uang atau harta kekayaan dalam suatu
bentuk permainan dengan suatu pengharapan mendapatkan kemenangan
yang sifatnya untung-untungan, dan dengan kesadaran akan adanya resiko
kalah dan bertentangan dengan agama atau kesusilaan.16

Didalam lapangan hokum pidana, pengertian perjudian itu dirumuskan


didalam pasal 303 ayat 3 kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHP) yang berbunyi:
“yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada
umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan
belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu
termasuk segalanya pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau
permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan diantara mereka yang turut
berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.”

15
Alam A. S. dan Ilyas Amir, 2010. Pengantar Kriminologi.PT. Pustaica Refleksi.Makasar. hlm 50
16
J. S. Ardillah. 2013. Pencmggulangan Kejahatan Perjudian Kupon Puiih di Kabupaten Soppeng.Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin,Makasar. Hlm 72

19
Redaksi pasal 303 ayat 3 diatas ternyata terdiri dari dua buah kalimat.
Kalimat pertama menyatakan bahwa: yang disebut permainan judi adalah
tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untuk
tergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih
atau lebih mahir.17 Sebenarnya kalimat pertama inilah yang merupakan
perumusan dari pengertian perjudian (permainan judi) menurut hokum
pidana tersebut.18

Selanjutnya kalimat kedua dari pasal 303 ayat 3 tersebut menyatakan bahwa
“disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau
permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang tidak
berlomba atau bermain, demikian pula segala pertaruhan lainnya.” Kalimat
ini bukanlah merupakan perumusan pengertian perjudian, melainkan hanya
meerupakan perluasan dari pengertian perjudian yang disebutkan pada
kalimat pertama diatas. Menurut ketentuan yang dituangkan dalam kalimat
kedua tersebut, dimasukkan juga ke dalam pengertian perjudian, yaitu:
1. Segala pertaruhan mengenai hasil suatu perlombaan atau permainan,
pertaruhan mana tidak diadakan diantara mereka yang turut berlomba
atau bermain, melainkan diadakan oleh orang lain yang tidak turut
dalam perlombaan atau permainan itu. Sebagai missal taruhan yang
dilakukan oleh si A dan si B atas hasil pertandingan tinju antara Mike
Tyson melawan James Buster Douglas.
2. Sebagai pertaruhan lainnya, yakni pertaruhan yang sama sekali tidak
didasarkan pada hasil suatu kejadian. Sebagai missal, pertaruhan yang
dilakukan dengan cara menebak suatu angka tertentu yang ada pada
nomor plat mobil yang akan lewat pertama didepan mereka yang
bertaruh itu.19

17
Prof. Dr. Zainal Abidin Farid,2006. Pidana I. Sinar Grafika.Bandung. hlm, 20
18
Leden Marpaung,. 2008. Asas-Teori-Praktik: HUKUM PIDANA .Sinar Grafika.Bandung hlm 105

19
https//search.yahoo.com/search;_ylt=Awr9lkyYiNFa_9QA2JdXNyoA;_ylc=X1MDMjc2NjY3OQRfcgMyBGZyA3RpZ2h0cm9
wZXRiBJdwcmlkA2h6UHBMb

20
Diatas dikemukakan rumusan pengertian perjudian menurut hokum pidana dan
menurut pengertian umum (sehari-hari) yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, akan tetapi walaupun rumusannya tersebut berbeda, namun jika diteliti
secara seksama ternyata pada hakekatnya kedua rumusan tersebut mempunyai
makna yang sama atau sekurang-kurangnya tidak kontradiktif (bertentangan) antara
satu sama lain. Adanya persamaan tersebut dapat dijelaksan dibawah ini.20
Meski didalam rumusan pengertian perjudian menurut hokum pidana itu tidak
disebutkan secara eksplisit unsure “adanya suatu taruhan yang berupa uang atau
harta kekayaan” sebagaimana yang disebutkan didalam rumusan menurut
pengertian sehari-hari namun sebenarnya unsure tersebut secara tersirat telah
tercakup dalam unsure yang kedua menurut hokum pidana tersebut.
Dalam hal ini, keuntungan (kemenangan) yang disebutkan di dalam unsure kedua
itu selamanya berarti uang atau harta kekayaan yang berupa taruhan. Demikian
pula, walaupun rumusan pengertian perjudian menurut hokum pidana tidak
menyebutkan unsur “adanya resiko kekalahan yang di sadari”, sepert pada rumusan
pengertian perjudian menurut pengertian umum, namun unsure tersebut telah
tercakup pula didalam unsure kedua rumusan menurut hokum pidana tadi, yakni
tersirat dalam kata-kata “tergantung pada peruntungan (untung-untungan)”.

Khusus mengenai unsur “bertentangan dengan agama atau kesusilaan” yang


terdapat dalam rumusan pengertian sehari-hari, sebenarnya merupakan pula suatu
unsure didalam pengertian dari segi hokum pidana setiap perjudian senantiasa
bertentangan dengan agama atau kesusilaan. Hal ini dimaksud dapat kita lihat
didalam sub (a) bagian menimbang dari konsiderasi Undang-Undang No. 7 Tahun
1974 tentang Penerbitan Per-judian (undang-undang dimana sidatnya merubah
memperberat ancaman pidana terhadap tindak pidana perjudian yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ) yang menyatakan:

20
P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang,2010. Kejahatan-Kejahatan terhadap Harta Kekayaan .Sinar Grafika, Bandung. Hlm,

121

21
“bahwa perjudian pada hakikatya bertentangan dengan agama, kesusilaan dan
moral pancasila, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan
masyarakat, Negara dan Bangsa”.
Ada hal “bertentangan dengan agama atau kesusilaan “ tersebut merupakan unsur
perjudian menurut pengertian hukum pidana, lebih lanjut dapat pula dilihat dimana
tindak pidana perjudian tersebut ditempatkan didalam bab XIV dari buku II KUHP,
dalam bab ini diberi judul “kejahatan terhadap kesusilaan”.21
Hanya saja unsur “bertentangan dengan agama atau kesusilaan” ini tidak dimasukan
didalam pasal 303 ayat 3 kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), sehingga
didalam proses peradilan, unsure tersebut tidak memerlukan pembuktian.22
1. Unsur – unsur Perjudian
Ada tiga unsure agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi yaitu
adanya unsur:
 permainan/ perlombaan. Perbuatan yang dilakukan biasanya
berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata
untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu
senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif. Namun disini
para pelaku adalah penonton atau orang yang ikut bertaruh terhadap
jalannya sebuah permainan atau perlombaan
 Untung-untungan . Artinya untuk memenangkan permainan atau
perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsure
spekulatif/

 kebetulan atau untung-untungan. Atau factor kemenangan yang


diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah
sangat terbiasa atau terlatih.23

21
Johnson Doyle Paul, 2002. Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Gramedia jakarta.Hlm, 15
22
Moeljatno. 2002. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bumi Aksara.Jakarta hlm 108
23
hattps://arhief style87.wordpress.com/2008/04/10/judi-pengertian-dan-jenis2nya/

22
 Ada taruhan. Dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan
yang dipasang oleh para pihak pemain atau Bandar. Baik dalam
bentuk uang ataupun harta benda lainnya. Bahkan kadang istripun
bisa dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada
pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini
merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan apakah
sebuah perbuatan dapat disebut sebagai judi atau bukan.
Dari uraian di atas maka jelas bahwa segala perbuatan yang
memenuhi ketiga unsur diatas, meskipun tidak disebut dalam
Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 adalah masuk
kategori judi meskipun dibungkus dengan nama-nama yang indah
sehingga Nampak seperti sumbangan, semisal PORKAS atau
SDSB. Bahkan sepakbola, pingpong, bulutangkis, voley dan catur
bisa masuk kategori judi, bila dalam prakteknya memenuhi ketiga
unsur di atas.

2. Jenis-Jenis Perjudian Atau Bentuk-Bentuk Perjudian


Dalam PP No. 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian,
perjudian dikategorikan menjadi tiga. Pertama, perjudian di kasino yang
terdiri dari Roullete, Blackjack, Baccarat, Creps, Keno, Tombola, Super
Ping-pong, Lotto Fair, Satan, Paykyu, Slot Machine (Jackpot), Ji Si Kie, Big
Six Wheel, Chuc a Luck, Lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan
yang berputar (Paseran). Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe sarta
Kiu-Kiu.

Kedua, perjudian di tempat keramaian yang terdiri dari lempar paser / bulu
ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran), lempar gelang,
lempar uang (Coin), kim, pancingan, menembak sasaran yang tidak
berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, pacu anjing, kailai,
mayong/macak dan erek-erek. Ketiga, perjudian yang dikaitkan dengan

23
kebiasaan yang terdiri dari adu ayam, adu sapi, adu kerbau, pacu kuda,
karapan sapi, adu domba/kambing.24

Jika kita perhatikan perjudian yang berkembang dimasyarakat bisa


dibedakan berdasarkan alat / sarananya. Yaitu ada yang menggunakan
hewan, kartu, mesin ketangkasan, bola, video, internet dan berbagai jenis
permainan olah raga.

Selain yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah terebut diatas, masih


banyak perjudian yang berkembang di masyarakat. Semisal “adu doro”,
yaitu judi dengan mengadu burung merpati. Dimana pemenangnya
ditentukan oleh peserta yang merpatinya atau merpati yang dijagokannya
mencapai finish lebih awal. Yang paling marak biasanya saat piala dunia.
Baik dikampung, kantor dan café, baik tua maupun muda, sibuk bertaruh
dengan menjagokan tim favoritnya masing-masing. Bahkan bermain
caturpun kadang dijadikan judi. Sehingga benar kata orang “kalau orang
berotak judi, segala hal dapat dijadikan sarana berjudi”.

Pada umumnya masyarakat Indonesia berjudi dengan menggunakan kartu


remi, domino, rolet dan dadu. Namun cara menebak dua angka atau lebih.
Bila tebakannya tepat maka sipembeli mendapatkan hadiah beberapa ratus
atau ribu kali lipat dari jumlah uang yang dipertaruhkan. Judi ini mirip
dengan judi buntut yang berkembang pesat pada tahun delapan puluhan
sebagai akses dari SDSB/Porkas.
C. Pengertian Kepolisian
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dikatakan alat Negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hokum serta memberikan pelindungan, pengayoman, dan

24
Satjipto Raharjo, 2006. Penegakan Hukum,suatu tinjauan sosiologis. PT Citra Aditya Bakti : Bandung hlm 215.

24
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri. (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 5 ayat (1).25
Polri yang dikenal dewasa ini adalah Kepolisian yang telah dibentuk sejak
tanggal 19 Agustus 1945, Polri mencoba memakai system kepolisian federal
membawa h di Departemen Dalam Negeri dengan kekuasaan terkotak-kotak
antar provinsi bahkan antar karasidenan. Maka mulai tanggal 1 juli 1946
Polri menganut system Kepolisian Nasional (The Indonesian National
Police). System kepolisian ini dirasa sangat pas dengan Indonesia sebagai
Negara kesatuan, karenanya dalam waktu singkat Polri dapat membentuk
komando-komandonya sampai ke tingkat sector (kecamatan). Dan system
inilah yang dipakai Polri sampai sekarang.26
Tugas kepolisian adalah merupakan bagian dari pada Tugas Negara
dan untuk mencapai keseluruhannya tugas itu, maka diadakanlah
pembagian tugas agar mudah dalam pelaksanaan dan juga koordinasi,
karena itulah dibentuk organisasi polisi yang kemudian mempunyai tujuan
untuk mengamankan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat
yang berkepentingan, terutama mereka yang melakukan suatu tindak
pidana.
D. Pengertian Peranan
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peranan. Berikut adalah penjelasan seputar pengertian peranan.
Hal – Hal Yang Mencakup Peranan dan Teori Peran.
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti
pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan maknyong,

25
https://id.wikipedia.org/wiki/polisi
26
Dedy Prasetyo,R.Z.Panca, 2006. Ilmu dan Teknologi Kepolisian. PT.Raja Grafindo,Jakarta hlm 67.

25
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
di masyarakat. Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang mempunyai suatu status. Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah
status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status tersebut.
Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama.
Status adalah seperangkat hak kewajiban dan peran adalah pemeranan dari
perangkata kewajiban dan hak-hak tersebut. Pengertian peranan menurut
Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis
kedudukan ( status ), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
peran. Peranan adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan
oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga
dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur social
masyarakat.
E. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Wailayah Parigi\
Kepolisian wilayah parigi yang bermarkas di kota Parigi Kabupaten Parigi
Moutong mempunyai posisi yang sangat strategis dalam menghadapi segala
bentuk kejahatan dan pelanggaran. Apalagi dengan kedudukan “Parigi”
dimasa-masa yang akan datang masih memerlukan strategi yang jitu untuk
mengembangkan kota Pargi, disebabkan karena akibat kerusuhan yang
melandanya. Tetapi sekarang ini sudah kembali aman atas dukungan
masyarakat setempat, disamping itu Polri dan TNI.27
Kepolisian wilayah parigi mempunyai struktur organisasi yang dipimpin
oleh kepala Kepolisian (KAPOLSEK) yang membawahi unit, yakni : (1)
unit Serse atau Intel. (2)Unit Sabhara. (3)Unit Bimbingan Masyarakat
(BIMMAS). Serta beberapa Pos Polri dan Pos KPPP.

27
Drs. P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang,2008. Tindak pidana-tindak pidana melanggar norma-norma kesusilaan dan

norma-norma kepatutan raja Grafindo Jakarta hlm 424

26
Melihat struktur organisasi kepolisian wilayah parigi tersebut diatas, maka
sudah jelas terlihat kesederhanaan organisasi yang nantinya
berkonsekwensi pada efisiennya dan efektifitas pelaksanaan tugas
dilapangan. Sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu organisasi yang
sederhana strukturnya cenderung lebih efisien dari pada struktur organisasi
yang berlampau banyak bagian job jabatan. Hal ini dikarenakan oleh
tanggung jawab yang dibebankan kepada personil yang memangku jabatan
pada organisasi tersebut lebih besar bagi struktur organisasi yang sederhana,
dan pada gilirannya dapat lebih berdaya guna dan berhasil dalam setiap
aktivitas dan kegiatannya.sedangkan bagi organisasi tidak sederhana dan
bertingkat lebih banyak, cenderung birokratis pada saat pelaksanaan
kegiatan.
Disamping struktur organisasi yang sangat sederhana, kepolisian wilayah
parigi dibantu oleh banyak personil yang setiap saat dapat diperintahkan
untuk secepat kilat mengatasi segala bentuk tidak pidana.
Berdasarkan jumlah personil polisi yang bertugas dikepolisian wilayah
parigi, secara kwantitatif masih kurang sekali disbanding dengan jumlah
penduduk yang harus diayomi. Oleh sebab itu, dalam rangka menutupi
kelemahan dari segi jumlah personil tersebut, maka pihak kepolisian
wilayah parigi banyak-banyak mengandalakn profesionalisme personil
polisi. Disamping itu terdapat dukungan konsep operasional yang
sistematis.28
dalam pelaksanaan tugas kesehariannya, kepolisian wilayah parigi
mempunyai “konsep operasional” pada masing-masing unit. Adapun
konsep operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Unit Sabhara
a. Meningkatkan patrol ditempat-tempat rawan. Ditempat-tempat
keramaian, maupun di desa-desa.

28
Peraturan kepala kepolisian Negara republic Indonesia no. pol.:18 thn 2006 pelatihan dan kurikulum satuan

pengamanan

27
b. Meningkatkan penerbitan lalu lintas, sesuai denga Undang-Undang
No. 14 Tahun 1992 tentang lalu lintas angkutan jalan.
c. Melaksanakan olahraga setiap hari jumat.
d. Melaksanakan kerja bakti bersama-sama masyarakat kota parigi
dibantu anggota PPM/AMPI yang dilaksankan setiap hari sabtu.
e. Pengamanan setiap sasaran kebutuhan.
f. Memberikan pengetahuan tentang fungsi teknis sabhara, sabtu
minggu sekali.
g. Memberikan pengumuman setiap kegiatan masyarakat.
2. Unit Intel
a. Melaksanakan deteksi setiap kasus yang belum terungkap dalam
rangka mem-back up penyidikan.
b. Melakukan penyidikan pengamanan dengan penggalangan terhadap
sasaran tertentu yang dapat memperlancar, memudahkan,
mendorong dan mendukung setiap penangkapan suatu kasus tindak
pidana.
c. Memberikan informasi dengan bahan keterampilan kepada penyidik
dalam mengungkap kasus tindak pidana.

3. Unit Reserse
a. Melaksanakan pemeriksaan, naik kepada korban, saksi dan pelaku
tindak pidana dengan berpedoman pada kitab Undang – Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) secara cepat dan terarah.
b. Meningkatkan “Crime Clerence”

28
c. Memberikan kenyamanan kepada setiap orang yang dilakukan
pemeriksaan dengan cara melayani sebaik-baiknya tanpa rasa takut.
d. Anggota reserse menemui pelanggan dengan metode 3S dengan
menanyakan keperluannya.
e. Melaksanakan pengolahan TKP secara cepat dan tepat.
f. Memberikan latihan dalam bentuk teori dan praktek tentang fungsi
reserse satu minggu satu kali.
4. Unit Bimmas
a. Meningkatkan pembinaan system keamanan lingkungan
(Siskamling).
b. Melanjutkan pelaksanaan selaku Pembina upacara di sekolah –
sekolah SLTP/SLTA
c. Memberikan penyuluhan kepada para pengemudi-pengemudi 2
minggu sekali tentang penerapan Undang-Undang No. 14 Tahun
1992.
d. Memberikan arahan kepada masyarakat setiap desa, tentang
penertiban hewan yang berkeliaran.
e. Menertibkan izin-izin meja bilyard dan memberikan arahan kepada
pemiliknya, agar olahraga bilyard jangan dijadikan tempat atau
sarana perjudian.
Untuk lebih mengefektifkan upaya penegakkan hokum tugas-tugas POLRI di
kepolisian wilayah Parigi telah membentuk jaringan komunikasi dengan instansi-
instansi terkait diwilayahnya tersebut.
F. Gambaran Wilayah Hukum Polsek Parigi
Dasar
1. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tanggal 8 januari 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. ST Kapolres Parimo Nomor:STR/24/VII/2018 tanggal 24 juli 2018
Tentang Pelaksanaan Anev Semester I Jaran Polres Parigi Moutong,
Maksud dan Tujuan

29
Memberikan gambaran tentang situasi kamtibnas yang terjadi di wilayah
hokum polsek Parigi Moutong Bulan Januari sampai Juni 2018, dan
bertujuan yaitu sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
menentukan kebijakan lebih lanjut.29
1. ASTAGATRA
a. Tri Gatra (Geografi)

Letak Posisi
Luas Wilayah : ± 565,06 Km
Batas Wilayah
- Utara : Kec. Parigi Tengah
- Selatan : Kec. Torue
- Timur : Teluk Tomini
- Barat : Kotamadya Palu

IKLIM
Iklim Tropis
- Curah Hujan : 500-1000 mm
- Suhu : 29-34°C
- KLBB Udara : 74,50%
- Tofografi : Bergunung, Pantai, Tanah Pasir, Labil Rawan
Bencana.

b. Tri Gatra (Demografi)


Jumlah penduduk Wilayah Hukum Polsek Parigi yaitu 55.068 Jiwa,
terdiri dari:
a. Kec. Parigi : 26.014 Jiwa
b. Kec. Parigi Selatan : 21.715 Jiwa
c. Kec. Parigi Barat : 7.339 Jiwa

29
Paparan polsek parigi mouton dalam rangka Anev Semester 1. Januari-juni 2018 hlm 2

30
RATIO POLISI :1:1.197 (1 Polisi, 1.197 Masyarakat)
MATA PENCAHARIAN : Petani, Nelayan, Buruh, Pedagang, PNS
PERTANIAN:
Padi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanag dan Kacang Hijau, pada
umumnya ada diseluruh Desa di wilayah Hukum Polsek Parigi kecuali dalam kota
parigi.
PERIKANAN DAN KELAUTAN :
a. Tambak : terdapt di desa Mertasari, Desa Olaya, Desa Petapa dan Desa
Binangga.
b. Ikan, Cumi, DLL : pada umumnya terdapat di wilayah atau desa pesisir
pantai wilayah hokum polsek parigi.
PERKEBUNAN :
a. Kelapa : pada umumnya ada diseluruh desa di wilayah hokum polsek parigi.
b. Cengkeh : terdapat di desa Kayuboko dan desa Toboli.
c. Kopi : terdapat di desa Binangga, desa Pangi dan desa Toboli.
d. Lada : terdapat di desa Petapa dan desa Binangga.
e. Coklat : pada umunya ada diseluruh desa di wilayah hokum polsek parigi
kecuali dalam kota parigi.
f. Pala : terdapat di desa Kayuboko dan desa Air Panas Kec. Parigi Barat.
g. Jambu Mente : terdapat di desa Lebo, desa Petapa, desa Binangga, desa
Pangi dan desa Toboli.
h. Kapuk : terdapat di desa Toboli dan desa Avolua.

PETERNAKAN :
a. Sapi : pada umumnya ada diseluruh desa di wilayah hokum
polsek parigi
b. Kuda : terdapat di desa Olaya, desa Pombalowo, desa
Mertasari, kel.

31
Maesa, Kel. Masigi, desa Baliara Kel. Kampal dan
desa
Bambalemo.
c. Kambing : pada umumya ada diseluruh desa wilayah hukum
polsek parigi
d. Babi : terdapat di desa Pombalowo, desa Mertasari dan Kel.
Maesa.
e. Itik dan ayam : pada umumnya ada diseluruh desa wilayah hokum
polsek
parigi kecuali dalam kota parigi.
2. PANCAGATRA
a. Politik : era reformasi secara eforia kebebasan berpikir.
b. Social Budaya :
Agama :
- Islam : 54.571 Jiwa
- Kristen: 12.120 Jiwa
- Hindu : 2.266 Jiwa
- Budha : 12 Jiwa
Sarana Ibadah :
- Masjid : 53
- Musholah : 23
- Gereja : 36
- Pura :7
- Wihara :-

Orang Kesukuan :

Kaili, Bugis, Bali, Minahasa, Jawa, Toraja, Sanger, Gorontalo, Pamona, Mori, Bajo,
Bada.
c. Ekonomi : PAD, terbesar berasal dari hasil perkebunan,
perdagangan dan

32
hasil laut
d. HANKAM :
1. Kuat TNI : 14 PERS
2. Kuat POLRI (Polsek Parigi) : 45 PERS
3. Potmas terdiri dari :
-SAT POL PP : 30 PERS
-SATPAM : 50 PERS
-Dishutbun : 72 PERS
-Depkumham : 60 PERS
-TOGA,TOMAS,TODA,DLL : 179 PERS.

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Wilayah Hukum Polsek Parigi


NO Kecamatan Laki - Laki Perempuan Jumlah
1 Parigi 13.556 12.456 26.014
2 Parigi Selatan 11.100 10.615 21.715
3 Parigi Barat 3.897 3.442 7.339
Jumlah 28.553 26.515 55.068

33
BAB III

PERANAN POLSEK PARKA DALAM MENANGGULANGI


KEJAHATAN
PERJUDIAN DI WILAYAH PARIGI

A. Peranan Kepolisian Wilayah Hukum Polsek Parigi Dalam


Menanggulangi Kejahatan Perjudian

Dalam perkara tindak pidana perjudian, upaya yang dilakukan oleh Polisi,
khususnya di Pokes Parigi ada1ah dengan menangkap dan menerapkan pasal 303
dan/atau bis KUHP kepada pelaku-pelakunya kemudian memeriksa mereka
menurut KUHP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas polisi
dalam hal ini dimulai dengan adanya laporan dari masyarakat setempat bahwa telah
terjadi suatu peristiwa yang diduga perjudian30 Setelah mendengar dan menerima
laporan tersebut, beberapa anggota polisi segera melakukan penyelidikan.
Kebanyakan laporan yang diterima oleh Polres Parigi berupa laporan lisan, dan
sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam pasal 103 ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, maka laporan tersebut kemudian dicatat oleh
penyidik dan ditandatangani oleh pelapor dan penyelidik.31

Dalam melakukan penyelidikan, polisi segera teljun ke lokasi kejadian untuk


mencari. tahu apakah laporan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi
tindak pidana perjudian itu benar atau tidak, apabila setelail melakukan pengecekan
dan pengintaian beberapa saat dilokasi kejadian, memang benar telah terjadi tindak
pidana perjudian, maka selanjutnya polisi melakukan penangkapan terhadap orang-
orang yang terlihat dalam perjudian itu dan kemudian mengturpulkan baang-barang
bukti serta para saksi. Dalam hal ini pelaku perjudian tertangkap tangan / kedapatan
berbuat sebagaimana diatur dalam pasal 1 angka 19 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana adalah:

30
Waluyo, bambang.penelitian hokum dalam praktek. Sinar grafika, Jakarta . 2008 hlm 10
31
Kelsen, Hans. Teori umum tentang hokum dan Negara nusamedia: bandung, 2008. Hlm 24

34
1. Tertangkapnya seseoraug pada waktu sedang melakukan tindak pidana atau
dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan;
2. Tertangkapnya seseorang apabila sesaat kemudian ditemukan benda yang
diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang
menunjukan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau
membantu melakukan tindak pidana itu.

Segera setelah tersangka ditangkap dan barang bukti beserta saksi telah
dikumpulkan, tersangka beserta barang bukti yang ada kemudian diserahkan
kepada penyidik guna untuk kepentingan penyidikan.

Dari uraian tersebut diatas, dapat dilihat bahwa penyelidikan mempunyai


fungsi sebagai penyaring apakah terhadap suatu peristiwa dapat dilakukan
penyidikanatau tidak, sehingga tindakan penyidikan yang sudalt bersifat upaya
paksa terhadap seseorang dapat dihindari sedini mangkin. Dengan penyelidik
mernpunyai peran yang penting, yaitu melakukan tindakan awal dalam
rangka proes penyelesaian perkara dan tindakan-tindakan selanjutnya dalam proses
penyelesaian perkara pidana itu bergantung pada penyelidikan yang mengawalinya.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang


Kepolisian Negara, penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. Hasil penyidikan oleh polisi tersebut kernudian dapat dipakai
oleh jaksa penuntut umum sebagai dasar untuk mengajukan tersangka beserta bukti-bukti
yang ada kedepan persidangan untuk diperiksa dan diadili.

Penyidikan yang dilakukan oleh pihak Polsek Parigi dalam memeriksa kasus
perjudian adalah pertama-tama dengan membuat surat pemberitahuan dimulainya
penyidikan (SPDP) dan kemudian diserahkan kepada jaksa penuntut umum. Setelah
itu, polisi segera melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan para saksi, kemudian
membuat berita acara pemeriksaan tersangka dan saksi-saksi. Setelah itu memeriksa
TKP serta membuat sketsa gambar TKP. Setelah membuat sketsa gambar TKP,

35
kemudian dilakukan penyitaan terhadap barang-barang bukti lalu membuat berita acara
penyitaan. Kemudian dalam jangka waktu 1 x24 jam setelah dibuatnya berita acara
penyitaan, dekeluarkanlah surat perintah penahanan, maksimal penahanan yang
dilakukan oleh pihak kepolisian adaiah setama 20 (dua puluh) hari, dan dapat
diperpanjang oleh jaksa penuntut unmum apabila pemeriksaan belum selesai yaitu
maksirnal selarna 40 (empat puluh) hari

Jenis permainan judi yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di wilayah


parigi adalah judi kartu (Joker atau Domino), judi dadu kopyok, sabung ayam, dan
toto gelap (togel). jumlah taruhan dan cara bermain dari masing-masing permainan
judi itu ditentukan oleh kesepakatan para pemain. Sedangkan untuk tempat
berjudi,biasanva dilakukan di warung-warung yang letaknya di pinggir jalan
umum yang dapat diketahui oleh masyarakat. Benda-benda yang umunmya
ditemukan oleh polisi di TKP sebagai barang bukti adalah sejumlah uang taruhan,
kartu atau dadu yang dimainkan, alat tulis dan erek-erek untuk jenis judi togel,
lapak atau alasan bermain yang bergambar mata dadu, ember kecil untuk
mengocok dadu, dan bola lampu sebagai penerang apabila judi tersebut dilakukan
pada malam hari.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari tersangka, yang menjadi alasan


mereka melakukan perjudian tersebut pada umumnya adalah karena iseng-iseng
belaka, selain itu ada juga yang mengaku karena keadaan ekonomi yang lemah,
umunya pengakuan seperti ini ditemukan pada pelaku jenis togel, dimana dengan
jumlah uang taruhan yang kecil, mereka mengharapkan keuntungan yang lebih
besar.

Selain terdakwa, informasi tentang kasus perjudian tersebut juga dapat


diterima dari para saksi. Yang menjadi saksi atas kasus petjudian adalah polisi yang
melakukan penangkapan terhadap pelaku dan pelaku perjudian itu sendiri, baik
bandarnya maupun pemainnya. Untuk kesaksian dari pelaku, berlaku split perkara,
yaitu di mana pelaku sebagai tersangka sekaligus sebagai saksi. Seorang dapat
menjadisaksi untuk pemain dan sebaliknya seorang pemain dapat menjadi saksi

36
untuk Bandar judi. Tetapi berkas antara bandar judi dan pemainnya di pisa dalam
berkas yang perkara yang berbeda

Dalam hal melakukan. penyidikan, ada kalanya penyidikan itu di hentikan


karena beberapa faktor sebagaimana di sebutkan dalam pasal 109 (2) KUHAP,
yaitu

1. Tidak terdapat cukup bukti;


2. Peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana; atau
3. Penyidikan di hentikan demi hukum, disebabkan:
a. Tersangka ,meninggal dunia, kecuali terhadap tindak pidana tertentu
(penyeludupan, tindak pidana ekonomi dan tindak pidana korupsi);
b. Kadaluwarsa penuntutannya;
c. Pengaduan tindak pidana di cabut kembali;
d. Perkara tindak pidana tersebut telah di putus dengan putusan yang telah
memperbolehkan kekuatanhukum yang tetap;
e. Penyelesaian di luar sidang pengadilan
Penghentian penyidikan tersebut selanjutnya di beritahukan oleh penyidik
kepada jaksa penuntut umum, tersangka atau keluarganya.
Kitab undang — undang hukum acara pidana telah rnemberikan
kewenangan Kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan
terhadap suatu tindak pidana (terutama tindak pidana umum).
Sebagai mana dalam ketentuan pasai 1 ayat (1)
KUHP ditegaskan bahwa :

“penyidik adalah pejabat polisi negara RI yang diberi wewenang oleh

undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan”

kemudian dalam pasal 1 (4) disebutkan :

"penyelidik adalah pejabat polisi negara RI yang diberi wewenang oleh

Undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan."

37
Berangkat dan istilah "penyidik dan penyelidik" menurut kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) tersebut diatas, maka agar lebih jelas apa
yang menjadi tugas pihak kepolisian dalam rangka penyidikan dan penyelidikan,
dibawah ini pengertian penyelidikan dan penyidikan menurut undang-undang
hukum acara pidana (KUHP) sebagai berikut:

"penyidikan adalah serangkaian tindatakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang di atur dalam undang - undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentaang tindakan pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya."

( Pasal 1 ayat (2) ).

"Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan


menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan, menurut cara yang diatur dalam
undang- undang.”

Demikian pula dengan segala tindakan kepolisian selaku penyidik, diberikan


oleh KUHAP kewenangan untuk melakukan penyitaan, pengeledahan rumah,
pengeledahan badan, penangkapan dan penahanan. Kesemuanya dipertunjukan agar
pihak-pihak kepolisian mempunyai ruang gerak yang dinamis dalam mencegah dan
menangkal segala kejahatan dan terutama dalam upaya menyelesaikannya.

Disamping kewenangan yang diberikan oleh kitab undang-undang Hukum


Acara Pidana (KUHAP) juga terdapat kewenangan yang diberikan oleh undang-
undang No. 13 tahun 1961, dimana mempunyai peran ganda, yakni fungsi
polisional dan fungi yudisil kepolisian dalam rangka keamanan dan ketertiban

38
dalam wilayah Republik Indonesia yang telah dimerdekakan selarna 56 tahun oleh
para pendiri negara (The founding father).

Disamping penanggulanan yang dilakukan pihak kepolisian sektor, masalah


perjudian di wilayah parigi juga merupakan tanggung jawab dari semua instansi
pemerintah terkait, termasuk tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat.
Demikian pula dengan masyarakat mempunyai peranan yang besar dalam usaha
penanggulangannya. Akan tetapi perlu ditekankan disini bahwa peranan bersama
segenap warga masyarakat adalah kesatuan pandang, kesatuan sikap dan tanggung
jawab warga masyarakat dalam menghadapi masalah perjudian di wilayah parigi.

Sehubuugan dengan penambahan tentang peranan warga nasyarakat tersebut


diatas, maka penulis berkesimpulan bahwa bagi wilayah parigi, peranan warga
masyarakat masih sulit untuk diharapkan karena perjudian disana Nampak sudah
agak membudaya, dimana warga masyarakat yang telah dewasa yang terlibat dalam
kegiatan perjudian itu cukup besar jumlahnya (termasuk penulis sempat iseng untuk
itu), sehingga masyarakat sudah menganggap sebagai hal yang biasa terutarna
masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.

Selanjutnya yang mempunyai peran dalam hal perjudian ini adalah tokoh-tokoh
agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Menurut penulis, peranan mereka ini yang
paling efektif dalam mengantisipasi dan meredam segala bentuk perjudian. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya ceramah-ceramah agama disetiap desa dan
setiap lingkungan, baik itu dimesjid-mesjid maupun dari rumah-kerumah dapat
membawa hasil yang besar ketimbang tindakan refresif yang dilakukan pihak
kepolisian sektor wilayah parigi. Mengenai peranan kepolisian polsek parigi
dalam mananggulangi kejahatan perjudian, oleh kepala polisi wilayah parigi
dikatakan:

"kami pihak kepolisian sudah melakukan operasi bersama-sama pihak kejaksaan


negeri dan semua instansi terkait dalam hal ini sudah kami lakukan pada tahun
1994 yang lalu.. Semuanya mendapatkan hasil sebagaimana sasaran yang
dicapai, yakni dengan menghasilkan beberapa kasus perjudian, seperti QQ, Bala-

39
Bala, Kira-Kira, Main Dadu dan Sabung Ayam. Kesemuanya diselesaikan secara
hukum menurut KUHAP."

Disamping itu, terdapat tokoh-tokoh masyarakat wilayah parigi yang sempat


penulis wawancarai juga mengetahui dan mendukung operasi penanggulangan
kejahatan yang dilakukan oleh pihak kepolisian sektor wilayah parigi bersama-
sama instansi terkait lainnya, seperti kejaksaan negeri, dan sebagainya. Menurut
Bapak Amirullah, Bapak Ilham Kamila dan Bapak Drs. Ridwan Labaju dikatakan
bahwa:

" operasi tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat kecamatan parigi selatan,
terutama dalam menekan perjudian diwilayah ini kecamatan ini. Melalui operasi
penumpasan kejahatan ini, dengan sendirinya masyarakat akan aman dan tentram
gangguan-gangguan kejahatan."

Pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi penulis menunjukan bahwa


kejahatan perjudian terselubung itu masih tetap ada, terutaina dalam bentuk
permainan Domino dan Penyabung ayam. Perlu pula ditegaskan kejahatan
perjudian yang terselubung tersebut terdapat backing yang terselubung pula dan
justru backing tersebut dari pihak kepolisian tersebut.

Memang seharusnya perlu upaya penanggulangan yang serius dari pihak kepolisian
wilayah parigi dalam mengantisipasi kejahatan perjudian.

Disamping tugas yudisil yang mereka embang selaku aparat hukum, juga secara
moral masyarakat bahwa segala bentuk kejahatan yang berkewajiban mengatasinya
adalah pihak kepolisian, khususnya pihak kepolisian Polsek Wilayah Parigi.

Mengenai upaya penanggulangan perjudian, atauptut tindak. pidana pada


umumnya, sebenarnya meliputi dua hal, yakni upaya pencegahan (upaya prepentif
) dan upaya penindakan ( upaya refresif) upaya prepentif ini dilakukan sebelum
perjudian terjadi sedangkan upaya refresif dilakukan apabila perjudian telahatau
sementara terjadi secara konkrit. Upaya ( tindakan ) refresif ini ditakukan melalui
cara-cara yang ditentukan dalam undang-undang yakni melalui proses peradilan

40
pidana yang berawal dari tahap penyedikan yang pada umumnya menjadi tugas
kepolisian.

Pembebanan tugas refresif kepada pihak kepolisian dapat dilihat pada undang-
undang No.28 Tahun 1997 pasal 2 ayat (1) yakni berupa tugas mengadakan
penyidikan dalam proses peradilan umum/pidana. Sedangkan pemberian tugas secara
prefentif kepada pihak kepolisian dinyatakan dalam ayat (1) dan ayat (2). Khusus
yang menyangkut pencegahan tersebut ini, kiranya telah tercakup didalam tugas
kepolisian pada ayat (1) huruf (b) dan huruf (e).

Didalam ayat (1) huruf (b) disebutkan bahwa tugas kepolisian adalah
mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit-penyakit masyarakat menurut
penjelasan pasal (2) ayat (1) huruf (b) tersebut adalah termasuk perjudian. Begitu
pula dalam ayat (1) huruf (e) tugas kepolisian untuk mengusahakan ketaatan warga
negara masyarakat terhadap peraturan-peraturan negara. Tugas kepolisian ini
adalah bersifat prefentif pula, yakni usaha untuk mencegah warga negara dan
masyarakat melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan-peraturan
negara dimana termasuk peraturan-pearturan negara yang melarang perjudian.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kejahatan


Perjudian

Kenyatan mengungkapakan kepada kita bahwa manusia sejak lahir didunia


telah bergaul dengan manusia-mansuia lain didalam suatu wadah yang disebut
masyarakat. Keadan ini lambat laun meningkat dan membuahkan basil kebudayaan
yang tercipta dari proses interaksi seseorang dengan yang lain, kelompok dengan
kelompok dan kelompok dengan seseorang.

Tercipta suatu kebudayaan sebagai hasil dari intefaksi tersebut didasarkan 3


(tiga) komponen utama, yaitu : Cipta, Rasa dan Karsa. Dari tiga komponen ini

41
memiliki jaringan yang kuat dan sating kait mengait antara komponen satu dengan
yang lain. Jika satu komponen tidak terpenuhi maka hasil kebudayaan menjadi tidak
sempurna.

Demikian pula yang namanya "Judi" merupakan kebudayaan suatu bangsa


telah muncul sejak beberapa abad silam, bersamaan dengan kehadiran manusia dalam
dunia peradaban. Pada awalnya perjudian dianggap sebagai suatu bentuk permainan
dikalangan masyarakat yang penuh dengan kepercayaan mistik. Mereka banyak
menggantung diri pada soal nasib untung-untungan ataupun merupakan suratan akan
nasib rugi . permainan ini banyak dihubungkan dengan personafikasi dari
suatukejadian atau fakta, yaitu relasi dengan roh-roh yang baik untuk
mendapatka.keuntungan yang banyak, bangsa yang banyak memakai kondisi yang
demikian berada pada baingsa-bangsa primitif, karena ternyata pada bangsa ini
diketemukan

suatu kepercayaan bahwa dalam situasi yang genting mereka selaku dikindungi
oleh roh-roh tertentu.

Di Indonesia budaya inipun cukup mewarnai kehidupan bangsa Indonesia


yang mulanya berasal dari bangsa primitif. Pertama-tama keadaan perjudian
diwarnai dengan adu kekuatan gaib melalui roh-roh kepercayaan dengan memakai
alat yang dipergunakan dalam permaianan. Seperti beberapa suku yang berada di
Sulawesi Tengah terkenal dengan suatu ilmu, yaitu Doti. "Doti" dalam pacuan
kuda dipergunakan untuk menghentikan kuda yang sedang berlari, sehingga dalam
pertandirgan akan gagal meraih kmenangan. Mula pertama dianggap sebagai uji
coba kemenangan tetapi lama kelamaan dilakukan sebagai kekuatan untuk
melakukan pertaruhan dalam bentuk perjudian.

42
Demikian pula halnya di wilayah hukum parigi, mengenai kebudayaan
judi, sudah mengakar sejak adanya masyarakat itu. Kota parigi juga tidak lepas
dari penyakit-penyakit masyarakat yang juga didalamnya adalah kejahatan
perjudian. Lebih merebak lagi dengan keluarnya kebijaksanaan pemerintah
dalam rangka sambungan sosial dan olahraga diwaktu itu yakni porkas, SDSB
dan seidentiknya, semakin melatih masyarakat wilayah hukum parigi untuk lebih
mencintai judi.

Hal ini tebukti dengan perilaku pasca Porkas dan SDSB, semakin
mengertikan pihak. aparat hukurn untuk menanggulauginya ketimbang pada saat
sebelum adanya Porkas dan SDSB Oleh sebab itu pada akhir-akhir ini telah banyak
judi-judi terselubung yang tidak mampu lagi dideteksi oleh pihak aparat keamanan,
khususnya kepolisian polsek parigi.

Disamping faktor budaya judi masyarakat, juga yang menjadi penyebab


timbulnya kejahatan dibidang judi adalah faktor kemiskinan akibat kerusuhan.
Faktor ini cukup esensial dalam dunia perjudian, sebab dengan berjudi mereka
akan dengan secepatnya dapat keuntungan untuk menutupi segala kekurangannya
dibidang finansial (keuangan) dan ekonorni keluarganya. Namun apa dikata,
pada hakekatnya bukan mendapatkan keuntungan melainkan kerugian yang
didapatkannnya. Justru labih dan itu Para judiwark-judiwan menjadi lehih
"ketagihan" dengan untung rugi dimeja judi.

2. Upaya Penanggulangan Kejahatan Oleh Kepolisian Wilayah


Parigi

Tentang penanggulangan kejahatan, sebenarnya bukan hanya tugas


kepolisian semata. Didalamnya juga merupakan tanggung jawab masyarakat
selaku konsumen hukum dan instansi-instansi pemerintah, seperti tentara, jaksa,
prosedural, terutama kitab undang-undang hukum acara pidana telah menegaskan
dan memilah-milah tentang tugas dan kewajiban setiap aparat dalam proses
penegakan hukum acara pidana. Oleh sebab itu "Polisi" mendapat jatah sebagai
penyelidik dan sebagai peuvidik.

43
Dalam upaya penanggulangan kejahatan atau fungsi refresh dan
prefentifNegara RI (POLRI . ) merupakan salah satu penegak hokum secara
teoritas, "Penegak Hukum" itu sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari "faktor-faktor yang mempengaruhi penegak hukum". Faktor-faktor yang
dimaksud adalah berikut :

1. Faktor hukumnnya sendiri, yang dalam hal ini adalah undang-undang.


2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang
menerapkan hukum.
3. Faktor saran atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hokum tersebut berlaku atau
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup."

Kelima faktor ini saling berkaitan dengan eratnya.oleh sebab itu kelima faktor
tersebut merupakan esensi dari penegak hukum, serta juga merupakan tolak ukur
(indikator) dari pada efektifitas penegak hukum.

Keberadaan pihak kepolisian dalam lima faktor "Penegak Hukum".


Penegakhukum dimaksud adalah kalangan yang secara langsung berkecimpung
dalammg penegakan hukum yang tidak hanya mancakup "Law enforcement", akan
tetapi juga “Peace maintenance" Soerjono Soekanto menerapkan bahwa:


kalangan tersebut mencakup mereka yang bertugas di bidang-bidang kehakima,
kejaksaan. kepolisiam kepengacaraan dan permasyarakatan.”

Kepolisian sektor (POLSEK) Parigi selaku penegak hukum yang mempunyai


wilayah hukum diseluruh kecamataan parigi selatan juga mempunyai tugas yang
sama beratnya dengan para aparat penegak hukum lainnya. Sebagai bukti dapat
ailihat Panel Data Kepolisian wilayah parigi untuk semua desa dan hal ini di
tujukan sebagai basis deteksi.

44
Upaya penanggulangan kejahatan yang dilakukan pihak Kepolisian Parigi
juga sangat serius dan membawa dampak hukum yang baik bagi masyarakat
diwilayah parigi. Sebagaimana yang dijelaskan Kapolsek (Kepala Kepolisian
Parigi), bahwa :

"upaya telah dilakukan oleh Kepolisian sudah dilaksanakan berdasarkan


kemampuan yang kami miliki. Hal ini terbukti dengan adanya kesadaran hukum
diwilayah inidengan semakin menurunnya tingkat kejahatan yang pernah ditangani
pihak kepolisian wilayah parigi. Semuanya diselesaikan berdasarkan KUHAP"

Mengenai penanggulangan yang telah dilakukan oleh Kepolisian wilayah parigi


sudah dapat dikatakan berhasil, disebabkan kerja keras dan kerja sama dengan
tokoh-tokoh masyarakat setempat, disamping itu dibantu oleh masyarakat
wilayah parigi sendiri.

B. Hambatan-Hambatan Polsek Parigi Dalam Menanggulangi


Perjudian Di Wilayah Parigi

Keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan situasi yang dibutuhkan


guna mendukung pelaksanaan pembangunan dan kegiatan masyarakat, sehingga
masyarakat merasa tentram, aman dan damai. Polisi memiliki peranan penting
dalam menciptakan situasi ini. Situasi yang aman bagi masyarakat dapat
meningkatkan motivasi dan semangat hidup masyarakat, karena tidak ada rasa
takut akibat kemungkinan adanya gangguan yang menimpa. 32 Namun, unit&
mencapai dan mewujudkan situasi yang tentram, aman, dan damai ini dibutuhkan
kebersamaan antara polisi dan masyarakat, sehingga satu dengan yang lainnya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Polisi tidak akan dapat
menciptakan situasi ini tanpa adanya kemauan dan kesadaran dari masyarakat itu

45
sendiri, akan pentingnya suasana yang aman dan tertib, termasuk upaya dalam
menanggulangi tindak pidana perjudian. 33

Namun, dalam upaya menanggulangi tindak pidana perjudian, masih ada beberapa
kendala yang dihadapi pihak kepolisian khususnya Polsek Parigi, Dari wawancara
penulis dengan Reskrim Polsek Parigi, Ali, SH kendala yang dihadapi pihak
Kepolisian adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat tertutup memberikan informasi Maksud dari masyarakat tertutup


memberikan informasi yaitu ketika terjadi tindak pidana perjudian di
lingkungan masyarakat, mereka seakan tidak peduli dengan kegiatan tersebut.
Hal ini berpengaruh terhadap kurangnya laporan yang masuk di kepolisian
terkait tindak pidana perjudian. Dari keterangan beberapa warga, mereka tidak
melaporkan adanya perjudian karena adanya tekanan sosiologis, mereka takut
dibenci oleh pelaku perjudian maupun keluarga dari pelaku dan juga karena
hubungan yang dekat antar sesama warga desa sehingga untuk pelaporan kecil
kemungkinan dilakukan oleh warga setempat.
2. Adanya pembackingan dari oknum-oknum tertentu Perjudian sebagai salah
satu penyakit masyarakat haruslah ditangani dengan serius. Polisi sebagai
kekuatan utatna dalam pembinaan kamtibmas telah melakukan berbagai cara
untuk menanggulangi dan memberantas perjudian ini. Namun, keberhasilan
dalam memberantas perjudian ini akan sia-sia apabila ada pembackingan dari
oknum-oknum tertentu dengan menggunakan dan menyalahgunakan
kewenangannya. Adanya pembackingan terhadap pelaku perjudian bukanlah
hal yang baru dewasa ini, Polsek Parigi selalu saja menemukan oknum-oknum
pembackingan dalam setiap operasi mereka. Jika hal ini terjadi tidak jarang
ada oknum yang berusaha untuk berdamai dengan petugas kepolisian dengan
menawarkan sejumlah uang tunai, dan ada pula yang berusaha melawan
karena merasa selama ini tidak terjangkau dengan bukum.

Ulah para pembacking ini sangat tidak dapat ditolerir dan harus segera ditindak
demi tegaknya hukum dan terciptanya rasa aman dan tentram di masyarakat.

46
Para pembacking kejahatan ini dapat dikategorikan sebagai pelaku kejahatan
itu sendiri. Bukan hanya sekedar pembantu kejahatan. Dalam kasus perjudian, maka
pembacking dapat dipersmakan dengan para bandar judi, yang didalam KUHP
diancam pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun. Acuan ini berasal dari
pernyataan pakar hukum Indonesia, Moeljatno, yang menyatakan bahwa meskipun
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang bukan perbuatan penyelesaian, tetapi apabila
kerjasama dengan pelaku perbtiatan tersebut erat sekali, maka perbuatan orang tersebut
dapat dikategorikan sebagai pelaku tindak pidana, bukan sebagai pembantu tindak
pidana.

Untuk mengatasi masalah pembackingan ini, maka balk Kapoiri maupun


panglima TNI hendaknya dapat memberikan ultimatum yang tegas bagi oknum-oknum
yang menyalahgunakan kewenangannya untuk membacking kejahatan, termasuk
perjudian, sehinggadengan demikian Polisi sebagai aparat penegak hukum dan
kekuatan utama pembinaan kamtibmas tidak lagi menemui hambatan dalam mencegah
dan menanggulangi praktik perjudian di masyarakat.

3. Pelaku melarikan diri Maksud dari pelaku melanian din yaitu ketika Polisi
ingin melakukan penggerebekan di warung atau rumah yang diduga sebagai tempat
dilakukannya tindak pidana perjudian, para pelaku judi ini sudah tidak berada di
tempat atau melarikan diri. Hal ini disebabkan adanya yang membocorkan atau
memberitaan para pelaku bahwa Polisi akan melakukan penggerebekan. Sehingga
dengan cepat para pelaku melarikan diri. Akan tetapi, tindakan polisi tidak sampai
disitu, polisi akan tents melakukan pengejaran sampai para pelaku ini tertangkap.

47
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Peranan yang dilakukan oleh Kepolisian Parigi dalam menanggulangi kejahatan
perjudian di wilayah hukun Polsek Parigi adalah dengan melakukan
penyelidikan, polisi segera terjun ke lokasi kejadian untuk mencari tahu apakah
laporan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi tindak pidana

48
perjudian itu benar atau tidak, apabila setelah melakukan pengecekan dan
pengintaian beberapa saat dilokasi kejadian, memang benar telah terjadi tindak
pidana perjudian, maka selanjutnya polisi melakukan penangkapan terhadap
orang-orang yang terlibat dalam perjudian itu dan kemudian mengumpulkan
baang-barang bukti serta para saksi.
2. Hambatan pihak Kepolisian wilayah hukum Parigi dalam menanggulangi
kejahatan perjudian ialah masyarakat lain masih tertutup dalam memberikan
informasi mengenai kejahatan perjudian, ada jugs oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab sehingga menghambat penangkapan atau penyelidikan
mengenai kejahatan perjudian dan adapula pelaku yang melarikan diri ketika
dilakukan penyergapan di tempat yang biasa dilakukanya kejahatan perjudian.

B. Saran

1. Kepolisian hendaknya lebih transparan lagi terkait pelimpahan perkara perjudian


ke Kejaksaan, karena jumlah perkara yang ditangani dan dilimpahkan itu berbeda.
Disini perlu adanya keterbukaan mengapa beberapa perkara tidak sampai
diteruskan ke Kejaksaan. Jika hal ini terus dibiarkan maka pelaku yang perkaranya
tidak sampai diteruskan ke Kejaksaan maupun masyarakat yang mengetahui hal
tersebut menjadi tidak takut lagi akan sanksi dari perjudian. Sebaliknya jika

49
Kepolisian tegas dan berani dalam melimpahkan seluruh perkara yang ditanganinya
sesuai proses hukum yang berlaku maka pelaku dan masyarakat pada umumnya
terdorong untuk tidak melakukan tindak pidana perjudian`

2. Untuk menanggulangi tindak pidana perjudian, tidak hanya dengan


mengandalkan peran Kepolisian, tetapi juga perlu adanya partisipasi dari
masyarakat. Masyarakat hendaknya tidak tertutup dan lebih terbuka dalam
memberikan informasi serta laporan kepada Kepolisian terkait tindak pidana
perjudian yang terjadi di sekitar wilayah tempat tinggalnya, sehingga Kepolisian
dapat segera bertindak guna meminimalisir terjadinya tindak pidana perjudian demi
terciptanya lingkungan masyarakat yang aman, damai dan tentram.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Andi Hainzah,2001.Pengantar Hukum Acara Pidana Inclonesia,Ghalia


Indonesia.Jakarta.
Adami Chazawi, 2005. Tindak Pidana Kesopanan.Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Ahmad Ali,2011. Menguak Tabir Hukuni:Edisi Kedua, Ghalia Indonesia,Bogor

50
Alam A. S. dan Ilyas Amir, 2010. Pengantar Kriminologi.PT. Pustaica
Refleksi.Makasar.
Dedy Prasetyo,R.Z.Panca, 2006. Ilmu dan Teknologi Kepolisian. PT.Raja
Grafindo,Jakarta.
J. S. Ardillah. 2013. Pencmggulangan Kejahatan Perjudian Kupon Puiih di
Kabupaten Soppeng.Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,Makasar.
Johnson Doyle Paul, 2002. Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Gramedia jakarta.

Kartini Kartono, 2009. Patologi Sosial, Jilid I Rajawali Press, Jakarta.

Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2006. Perpolisian Masyarakat, Buku


Pedoman Pelatihan untuk Anggota Polri. Jakarta.
Leden Marpaung,. 2008. Asas-Teori-Praktik: HUKUM PIDANA .Sinar

Grafika.Bandung.

Moeljatno. 2002. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bumi Aksara.Jakarta.

Prof. Dr. Zainal Abidin Farid,2006. Pidana I. Sinar Grafika.Bandung.

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang,2010. Kejahatan-Kejahatan terhadap Harta

Kekayaan .Sinar Grafika, Bandung.

2008, Tindak Pidana-Tindak Pidana


Melanggar

Norma-Norma Kesusilaan dan Norma-Norma Kepatuhan .Raja Grafindo, Jakarta.

Romli Atmasasmita,2005. Teori dan Kapita &lekta Kriminologi, PT.Refika

51
Aditama,Bandung

Satjipto Raharjo, 1981. Hukum Dalam Perspekti f Sosial.Alumni,Bandung

2008. Seri Hukum KepolOan, Polri dan Good


Governance.Laksbang

Mediatarna, Jakarta.

B. Undang-Undang

Undang-Undang Dasar 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

C. Lain-Lain

Wawancara dengan Kapolsek Parigi, 21 Agustus 2018

Wawancara dengan Reskrim Polsek Parigi, 22 Agustus 2018

Paparan Polsek Parigi Moutong Dalam Rangka Anev Semester 1. Januari-Juni 2018

D. Internet

hattps://balianzahab.wordpress.com/makatah-hukum/hukum-kepolisian/
https://plus.google.com/113433339776683516327/posts/hWoqg76giF5
https://id.wikipedia.org/wiki/polisi

52

Anda mungkin juga menyukai