Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

METODE PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM

“PERANAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN


PENYELESAIAN SETELAH MUNCULNYA LEMBAGA
OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM UPAYA MENCEGAH
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG”

DISUSUN OLEH :
AFRI KURNIATI ( 2011010462066 )

DOSEN : Dr. H. AHMAD MULIADI, SH., MH

MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
2013

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembangunan yang dilaksanakan di setiap negara, baik negara

maju, negara berkembang, maupun negara miskin, kemajuan ekonomi merupakan

suatu hal yang sangat penting. Pertumbuhan ekonomi suatu negara, ditentukan

oleh beberapa faktor yang sangat penting, yaitu :

1. Akumulasi Modal, termasuk investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan

fisik dan sumber daya manusia;

2. Perkembangan populasi, dimana terjadi pertumbuhan dalam angkatan

kerha;

3. Kemajuan teknologi1.

Modal merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan,

mengingat kesanggupan modal untuk menciptakan faktor-faktor lain yang penting

dalam pembangunan.

Dalam usaha peningkatan modal bagi pembiayaan pembangunan yang

meliputi dana investasi untuk membiayai ekspor non-migas serta investasi

nasional lainnya, pemerintah giat melakukan usaha-usaha pengerahanan dana

yang menjadi kebutuhan pembiayaan pembangunan. Sumber pembiayaan

pembangunan ini berasal dari modal yang terdiri dari modal dalam negeri yaitu

1
Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Ghalia,
1993), hlm. 140.

2
tabungan pemerintah (selisih antara penerimaan pemerintah dan pengeluaran

rutinnya) dan tabungan masyarakat, sedangkan modal luar negeri berasal dari

Penanaman Modal Asing dan bantuan luar negeri.

Di Indonesia, salah satu wadah untuk mengelola modal atau dana investasi

adalah melalui sarana Pasar Modal. Pasar Modal adalah kegiatan yang

bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya serta lembaga profesi yang

berkaitan dengan Efek2.

Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal

1 ayat (5), Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga

komersil, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak Investasi

Kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.

Pasar Modal diperlukan sebagai tempat bertemunya investor dan pihak

emiten atau perusahaan yang melakukan penawaran umum dalam rangka

mencukupi dana uang yang dibutuhkan.

Bagi emiten, dana tersebut diperlukan untuk berbagai rencana kerja yang

telah ditetapkan seperti melakukan ekspansi, pelunasan utang dan sebagainya.

Bagi investor dasar keinginan memberikan sebagian dananya untuk

melipatgandakan dananya melalui keuntungan yang diperoleh dari penyertaan

tersebut.

2
Indonesia, Undang-undang Tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995, psl 1 ayat (13).

3
Pasar Modal merupakan pasar yang sangat kompleks, dinamis dan terdapat

berbagai macam pelaku pasar atau lembaga, dimana masing-masing pelaku pasar

atau lembaga ini memiliki tugas, kewenangan, hak dan tanggung jawabnya

masing-masing.

Pelaku pasar atau lembaga yang terdapat dalam kegiatan di pasar modal

tersebut, disebutkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal. Beberapa lembaga yang terdapat dalam kegiatan pasar modal diantaranya

adalah Badan Pengawas Pasar Modal, selanjutnya disebut Bapepam. Bapepam

merupakan lembaga yang berada di bawah Departemen Keuangan. Pada awalnya

Bapepam menjalankan fungsi sebagai pengawas pasar uang dan modal dan

sebagai pelaksana bursa (1976-1990), sehingga dahulu disebut Bapepum (Badan

Pengawas Pasar Uang dan Modal)3.

Pada tahun 1990, dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 53 Tahun 1990

dan SK Menkeu Nomor 1548 Tahun 1990, Bapepam tidak lagi menjalankan

fungsi sebagai pelaksana, tetapi hanya memiliki tugas pengawasan dan pembinaan

pasar modal dan masalah mengenai pasar uang diserahkan kepada bidang

perbankan, yaitu Bank Indonesia4.

Bapepam memiliki kewenangan dan fungsinya sendiri seperti yang diatur

dalam pasal 3 dan 4 Undang-undang Pasar Modal. Kewenangan dan fungsi

Bapepam yaitu pembinaan, pengaturan dan pengawasan dengan tujuan untuk

3
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet.
1, (Jakarta: Prenada Media), hlm. 113.
4
Ibid., hlm. 115.

4
menciptakan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta memberikan

perlindungan kepada pemodal dan masyarakat5.

Lembaga lain yang terkait dalam kegiatan pasar modal yaitu Bursa Efek.

“Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan


menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan Efek diantara mereka6.

Dalam pasar modal di Indonesia terdapat 2 (dua) bursa yaitu Bursa Efek

Jakarta, selanjutnya disebut “BEJ” dan Bursa Efek Surabaya selanjutnya disebut

“BES”, namun sejak tahun 2007 kedua bursa tersebut diatas digabung menjadi

satu dengan nama Bursa Efek Indonesia, yang disingkat “BEI” atau Indonesia

Stock Exchange (IDX).

BEJ dikelola oleh PT. Bursa Efek Jakarta, yang sebelumnya pengelola

bursa adalah Bapepam. Instrumen yang diperdagangkan dalam BEJ adalah saham

(equity)7. BES didirikan pada tanggal 16 Juni 1989 yang dikelola oleh PT. Bursa

Efek Surabaya. Berbeda dengan BEJ, instrumen yang diperdagangkan di BES

lebih banyak memperdagangkan obligasi8. Sejak tanggal 1 Desember 2007, dalam

rangka efektivitas operasional dan transaksi, pemerintah memutuskan untuk

5
Ibid., hlm. 116.
6
Indonesia, Undang-undang Tentang Pasar Modal, op. cit, psl. 1 ayat 4.
7
Saham (equity) adalah bukti penyertaan modal dalam perusahaan.

8
Obligasi adalah bukti pengakuan berutang dari suatu perusahaan.

5
menggabung BEJ sebagai pasar saham dengan BES sebagai pasar obligasi dan

derivatif9.

Seperti halnya dengan Bapepam, Bursa Efek juga memiliki kewenangan

pengawasan terhadap anggota bursa. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan

2 (dua) cara, yaitu :

a. Melakukan pengawasan sebagai kontrol internal bagi sistem pembukuan

atau keuangan anggota bursa.

b. Melakukan pendeteksian dini (early warning) dalam memonitor transaksi

setiap saat di lantai bursa10.

Perusahaan Efek merupakan lembaga lainnya yang terkait dengan pasar

modal. Menurut pasal 1 ayat (21) Undang-undang Pasar Modal, Perusahaan Efek

adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek,

Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi. Untuk menjalankan

kegiatannya ini Perusahaan Efek harus mendapatkan ijin dari Bapepam.

Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan, selanjutnya disebut “UU OJK”, semua kegiatan

pengawasan dari kedua lembaga tersebut diatas, yaitu Bapepam dan Pasar Modal,

diambil alih oleh Lembaga OJK.

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU OJK, OJK adalah lembaga yang

independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,

9
AntaraNews: Menkeu: BEJ dan BES Merger Jadi Bursa Efek Indonesia.
10
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hlm. 126.

6
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.

OJK dibentuk oleh pemerintah dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di

sektor jasa keuangan :

a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan

dan stabil;

c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat11.

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan

jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor perasuransian,

Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya12.

Dalam melaksanakan tugasnya, OJK dapat berkoordinasi dengan lembaga

jasa keuangan terkait dan OJK berwenang untuk membuat peraturan di bidang

jasa keuangan terkait, sebagai contoh OJK dapat berkoordinasi dengan Bank

Indonesia dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan, atau OJK

dapat berkoordinasi dengan Bapepam dalam membuat pengawasan di bidang

Pasar Modal.

OJK berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

11
Indonesia, Undang-undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2011, psl. 4.
12
Ibid., psl. 6.

7
Selain di dalam negeri, OJK dapat melakukan kerjasama dengan otoritas

pengawas Lembaga Jasa Keuangan di negara lain serta organisasi internasional

lainnya, misalnya kerja sama dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan serta

pencegahan kejahatan di sektor keuangan. Selain melakukan kerjasama, OJK juga

dapat mejadi anggota organisasi pengawas jasa keuangan internasional13.

Seperti telah disebutkan diatas, bahwa dalam kegiatan pasar modal yang

sangat rumit terdapat beberapa pelaku usaha yang memiliki tugas, kewenangan,

hak dan tanggung jawab masing-masing, salah satunya adalah Lembaga

Penyimpanan dan Penyelesaian.

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, selanjutnya disebut LPP, adalah

pihak yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian,

Perusahaan Efek dan pihak lain14.

LPP menjalankan kegiatan usahanya di bidang kustodian yaitu jasa

penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk

menerima deviden, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan

mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya 15.

Setiap orang yang ingin menjadi nasabah LPP, sebelumnya harus

membuka rekening pada LPP dan untuk membuka rekening ini dibutuhkan dana

yang tidak sedikit. Uang atau dana tersebut dapat berasal dari cara yang sah

13
Diakses dari hukumpenanamanmodal.com.

14
Indonesia, Undang-undang Tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995, psl. 1 ayat 10.
15
Ibid., psl. 1 ayat 8.

8
ataupun cara yang tidak sah, seperti uang yang berasal dari kegiatan pidana atau

kejahatan seperti pengedaran narkoba, prostitusi, perjudian, penyelundupan dan

korupsi. Berdasarkan pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003

Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang, menyebutkan bahwa apabila uang tersebut berasal dari

kejahatan seperti yang disebutkan diatas, maka hal ini termasuk dalam ruang

lingkup Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering).

Pencucian Uang atau Money Laundering adalah :

“perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan,


membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan
hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah
menjadi Harta Kekayaan yang sah.”

Ada berbagai perumusan yang berkaitan dengan definisi pencucian uang

atau Money Laundering. Pada dasarnya perumusan itu menyangkut suatu proses

pencucian uang yang diperoleh dari kejahatan dan dicuci melalui suatu lembaga

keuangan (bank) atau penyedia jasa keuangan lainnya, sehingga pada akhirnya

uang yang sebelumnya ilegal menjadi seakan-akan sebagai uang sah sah atau

halal.

Dalam mengantisipasi kejahatan money laundering ini, Indonesia

mengeluarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang yang telah diubah oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003,

selain itu dibentuklah suatu lembaga khusus yang menangani masalah kejahatan

money laundering, yaitu Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

9
(PPATK), penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) baik di

lembaga keuangan bank maupun non perbankan serta di Pasar Modal.

LPP merupakan lembaga keuangan non perbankan yang tidak diharuskan

tetapi dapat menerapkan prinsip mengenal nasabah ini, karena seperti telah

disebutkan di atas yang menyebutkan bahwa uang hasil kejahatan dapat di “cuci”

melalui suatu lembaga keuangan perbankan dan melalui Penyedia Jasa Keuangan

dimana LPP termasuk dalam salah satu lembaga penyedia jasa keuangan, maka

tindak pidana pencucian uang mungkin saja dapat dilakukan melalui LPP.

Hal ini mungkin dapat terjadi karena tidak seperti di bank pada umumnya,

dimana sebelum seseorang menjadi nasabah dengan menempatkan dananya ke

bank, bank tersebut memiliki hak untuk mengetahui asal sumber dana dari calon

nasabah yang bersangkutan, apakah dana tersebut berasal dari sumber yang sah

atau tidak sah. Sedangkan, dalam LPP hal ini tidak dilakukan, dalam arti LPP

tidak tahu menahu mengenai sumber dana dari nasabahnya.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan pasal 1 ayat (5) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003

tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang, yang menyebutkan bahwa LPP termasuk dalam salah

satu lembaga Penyedia Jasa Keuangan, maka LPP merupakan salah satu lembaga

yang menjadi ujung tombak dalam upaya membangun sistem asnti pencucian di

Indonesia16.

10
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa LPP memiliki peranan yang

penting atau dapat dikatakan merupakan salah satu unsur strategis sebagai

pencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang.

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah :

1. Bagaimana peranan LPP dalam kegiatan pasar modal, dan jenis transaksi

yang harus dilaporkan oleh LPP kepada PPATK?

2. Bagaimanakah upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh LPP apabila

terjadi tindak pidana pencucian uang?

3. Bagaimanakah upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh OJK sebagai

pengatur dan pengawas kegiatan atau transaksi keuangan di sektor Pasar

Modal dalam mencegah tindak pidana pencucian uang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberikan pengertian dan gambaran umum mengenai peranan LPP sebagai

salah satu lembaga penunjang pasar modal dalam perekonomian di Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui peranan dan jenis-jenis transaksi yang harus

dilaporkan oleh LPP kepada PPATK.

b. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan LPP untuk

mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang.

Dorodjatun Kuntjorojakti, Siaran Pers Menteri Perekonomian, “ Menko


16

Perekonomian: Penyedia Jasa Keuangan Wajib Melaporkan Transaksi Keuangan


Mencurigakan”, 30 Maret 2004.

11
c. Untuk mengetahui sejauh mana peranan dari OJK sebagai lembaga

pengatur dan pengawas kegiatan atau transaksi keuangan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Sebagai sumbangan atau tambahan literatur bagi ilmu pengetahuan;

b. Untuk menambah wawasan dan menambah bahan pustaka;

c. Sebagai bahan bagi penelitian lebih lanjut.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai bahan informasi bagi kalangan praktisi hukum dalam

menjalankan tugasnya;

b. Sebagai informasi bagi masyarakat pengguna hukum yang memerlukan

keterangan tentang yang diteliti.

c. Sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar Magister Kenotariatan

di Pascasarjana Universitas Jayabaya.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah yang berkaitan, untuk itu

dikutipkan beberapa istilah sebagai berikut :

1. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah pihak yang

menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian,

Perusahaan efek, dan pihak lain.

12
Lembaga ini termasuk lembaga penunjang dalam kegiatan pasar modal,

karena LPP melakukan kegiatan lanjutan atas transaksi yang dilakukan dalam

pasar modal. Kegiatan lanjutan yang dilakukan LPP adalah menyediakan jasa

penyimpanan, pengurusan dan penyelesaian transaksi secara teratur, wajar

dan efisien.

2. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan:

“Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disebut OJK, adalah


lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak
lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang ini.”

3. Menurut pasal 1 ayat (5) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang:

“Penyedia Jasa Keuangan adalah setiap orang yang


menyediakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya yang
terkait dengan keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada
bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, pengelola
reksadana, kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, pedagang valuta asing, dana pensiun, perusahaan
asuransi, dan kantor pos.”

4. Menurut Pasal 1 ayat (10) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang:

“Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, yang


selanjutnya disebut PPATK adalah lembaga independen yang

13
dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana
pencucian uang.”

PPATK merupakan lembaga yang dibentuk dan ditetapkan berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

5. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang:

“Pencucian Uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,


membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau
perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.”

Dengan kata lain, Pencucian uang dapat dikatakan merupakan suatu timdak

pidana yang memungkinkan pelakunya untuk menyembunyikan asal usul

sumber dana dari kejahatan yang dilakukan sehingga nantinya si pelaku dapat

menikmati uang hasil kejahatan tersebut secara bebas seolah-olah uang

tersebut berasal dari usaha yang sah17.

17
Suyitno, “Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang Secara Tepat.’

14
6. Menurut Pasal 1 ayat (7) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang:

“Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah :


a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil,
karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang
bersangkutan;
b. Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang
bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa
Keuangan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini; atau
c. Transaksi keuangan uang dilakukan atau batal dilakukan
dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal
dari hasil tindak pidana.”

7. Prinsip Mengenal Nasabah

“Prinsip yang diterapkan Perusahaan efek, pengelola Reksadana, dan Bank

Kustodian untuk mengetahui latar belakang dan identitas nasabah, memantau

rekening dan transaksi nasabah, termasuk melaporkan transaksi yang

mencurigakan18.”

F. Metode Penelitian

Dalam menyusun penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu :

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Metode Yuridis Normatif, dimana metode penelitian ini dilakukan dengan

mempergunakan data sekunder, yaitu mempergunakan bahan-bahan

18
Badan Pengawas Pasar Modal, Peraturan No. V.D.10, Tentang Prinsip
Pengenalan Nasabah, Kep-02/PM/2003, psl. 1 huruf d.

15
kepustakaan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan,

kebijakan pemerintah, buku-buku, surat kabar, majalah, bahan-bahan

seminar serta bahan kuliah yang diberikan di Pascasarjana Universitas

Jayabaya.

2. Spesifikasi Penelitian

Bahan atau materi penelitian hukum ini didasarkan atas data

dan/atau bahan informasi yang berasal dari kasus-kasus, studi

kepustakaan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi

dokumen, dimana studi dokumen ini dilakukan untuk mendapatkan data

sekunder dengan melakukan studi kepustakaan.

Selain itu wawancara yang dilakukan kepada pihak-pihak yang

mengerti dan menguasai permasalahan untuk memperoleh data.

Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data untuk mendukung data

kepustakaan sehingga penelitian yang dilakukan menjadi lebih lengkap.

4. Metode Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data dari

hasil studi pustaka dan studi dokumen terhadap bahan hukum primer,

sekunder, maupun tertier yang dianalisis dengan menggunakan metode

kualitatif normatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

16
yaitu hal yang dinyatakan responden secara lisan atau tertulis dan

prilakunya yang nyata19.

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jakarta, dan dilaksanakan pada bulan

Juni tahun 2013.

6. Keaslian Penelitian

Penelitian ini adalah benar-benar original dan belum pernah ada

penelitian sebelumnya.

G. Rencana Sistematika Penulisan

Untuk memberikan suatu gambaran tentang hal yang akan ditulis, dibawah

ini akan dipaparkan dalam bab per bab sebagai berikut :

Bab I. Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang,

pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Merupakan bab yang membahas mengenai tinjauan umum pasar modal

Indonesia, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta Otoritas Jasa

Keuangan.

Bab III. Dalam bab ini akan dibahas mengenai tinjauan umum tentang tindak

pidana pencucian uang atau money laundering, yaitu :

19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta:UI-Press,
1986), hlm. 250.

17
Sejarah dan pengertian tindak pidana pencucian uang (money

laundering), proses tindak pidana pencucian uang (money laundering)

dan pihak-pihak yang termasuk dalam rezim anti tindak pidana pencucian

uang (money laundering) yaitu peranan dan wewenang dari Penyedia

Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia,

Kejaksaan Republik Indonesia, Lembaga Pengawas Jasa Keuangan, dan

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi keuangan (PPATK).

Bab IV. Dalam bab ini akan dibahas mengenai :

Kewajiban Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dalam rangka

pelaporan atas transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh PPATK

serta jenis-jenis transaksi yang harus dilaporkan.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan apabila terjadi tindak pidana

pencucian uang.

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Pada

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

Peranan lembaga Otoritas Jasa Keuangan dalam mencegah tindak pidana

pencucian uang.

Bab V. Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

18

Anda mungkin juga menyukai