Anda di halaman 1dari 10

Judul Buku : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia

Pengarang : Prof.H. Mohammad Daud Ali, S.H


Penerbit : PT RajaGrafindo,Jakarta
Tahun Terbit Dan ISBN : 2009/978-421-261-x
Nama/NIM/No HP dan Email : Muhammad Bintang Firdausa/7773180013/
087759912081/firdausabintang@yahoo.com

Pada ringkasan ini saya akan mengutip sebagian dari buku tersebut sebagai sebuah
gambaran. Yaitu hukum islam dalam kurikulum fakultas hukum yang isinya tentang apa
sebabnya kurikulum tentang hukum islam ada dalam kurikulum fakultas hukum? Ada
beberapa alasannya yaitu; pertama karena alasan sejarah, hukum islam atau yang mereka
sering sebut Mohammedaansch Recht diajarkan disemua sekolah tinggi (fakultas) hukum
yang didirikan oleh pemerintah Belanda zaman dahulu, akan tetapi nama tersebut tidak
tepat dengan hukum islam sebab berbeda dengan hukum- hukum lainnya. Hukum islam
adalah hukum yang bersumber dari agama islam yang berasal dari Allah Tuhan Yang Maha
Esa. Yang kedua karena alasan penduduk, menurut sensus hampir 90% penduduk Indonesia
mengaku beragama Islam ini berati mayoritas memeluk agama islam kalau dibanding
negara lain, penduduk agama islam yang terbanyank adalah di Indonesia, oleh karena itu
selalu dibekali dengan pengetahuan keislaman baik mengenai lembaga maupun hukumnya
yang tumbuh dan berkembang didalam masyarakat muslim di Indonesia. Ketiga karena
alasan Yuridis, ditanah air kita hukum islam berlaku secara normative dan secara formal
yuridis. Yang berlaku secara normative adalah hukum islam yang mempunyai sanksi
kemasyarakatan apabila norma- normanya dilanggar, sedangkan secara formal yuridis
adalah hukum islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda
dalam hubungan masyarakat. Yang ke empat alasan konstitusional, dalam bab agama
alasan ini tercantum dalam pasal 29 ayat 1 UUD 1945 dinyatakan bahwa negara republic
Indonesia berdasarkan ketuhanan yang maha esa merupakan dasar kehidupan hukum
bidang keagamaan. Yang kelima alasan ilmiah, secara ilmiah bukan halnya orang- orang
islam sendiri tetapi orang- orang non muslim juga mempelajari hukum islam.
Didalam buku ini juga mengkaji tentang islam, terlebih dahulu kita harus
mengetahui makna islam yang menjadi induk atau sumber hukum islam itu sendiri. Dalam
system hukum islam, selain dengan agama atau iman, hukum jg tidak boleh dicerai
pisahkan dari kesusilaan atau akhlak. Islam sendiri mempunyai pedoman yaitu Al-Quran,
orang yang secara bebas telah memilih untuk patuh dalam makna menyesuaikan
kehendaknya dengan kehendaknya dengan kehendak Allah disebut muslim. Sejak
diturunkan, islam terus menerus didasarkan dan memusatkan kepada perhatian Tuhan, ia
didasarkan pada tauhid (keesahan Tuhan). Hal- hal yang tidak dapat dipisahkan antara lain:
spiritual (kerohanian), material (kebendaan) religious (keagamaan) dengan provan
(keduniawian) didalam segala bidang.
Sedangkan kerangka dasar agama dan ajaran islam juga perlu dijelaskan disini, yang
perlu dipahami ialah agama islam bersumber dari wahyu (Al-Quran) dan sunah (Hadits),
ajaran islam bersumber dari ra’yu (akal pikiran). Dengan mengikuti sistematik iman, islam,
dan ihsan yang berasal dari hadits Nabi Muhammad, kerangka dasr agama islam, seperti
sudah disinggung diatas terdiri dari: akidah, syari’ah dan akhlak. Pada komponen syari’ah
dan akhlak ruang lingkupnya jelas mengenai ibadah, mu’ammalah dan sikap terhadap
khalik (Allah) serta makhluk. Pada komponen akidah ruang lingkup itu akan tampak pula
jika dihubungkan dengan iman kepada Allah dan para nabi serta rasul- Nya.
Buku ini juga membahas tentang hukum islam. Hukum islam adalah hukum yang
bersumber dari dan menjadi bagian agama islam, sebagai system hukum ia mempunyai
beberapa istilah yaitu hukum, hukm, ahkam, syariah atau syariat dan fiqih atau fikh dan
istilah- istilah lainnya.
Adapun bahasan tentang ruang lingkup Hukum Islam , yang membandingkan Hukum Islam
bidang muamalah dengan hukum barat yang membedakan tentang hukum privat (hukum
perdata) dengan hukum hukum public .
Cirri – cirri hukum islam itu sendiri adalah
1. Merupakan bagian dan bersumber dari agama islam
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau akidah
dan kesusilaan atau akhlaq islam.
3. Mempunyai dua istilah kunci yakni syariat dan fiqih
4. Terdiri dari dua bidah utama yakni ibadah dan muamalah
5. Strukturnya berlapis
6. Mendahulukan kewajiban dari hak , amal dari pahala
7. Dapat dibagi menjadi dua hukum taklifi dan hukum wadh’i
Buku ini juga membahas mengenai hukum islam dan hak asasi manusia.kalau hukum
islam dibandingkan dengan pandangan atau pemikiran barattentang hak asasi
manusia.perbedaan itu barat menmandang hak asasi manusia semata – mata antroposentris
sedangkan menurut pandangan hukum islam yang bersifat teoritis. Buku ini juga selakigus
membahas mengenai salah paham terhadap islam dan hukum islam . kesalah pahaman
terhadap islam disebabkan karena banyak hal,namun yang relevan pada kajian ini yaitu 1.
Salah memahami ruang lingkup ajaran 2. Salah menggambarkan kerangka dasar ajaran
islam 3. Salah menggunakan metode mempelajari islam.
Pada bab II membahas tentang sumber, Asas – asas hukum islam dan al- ahkam al –
khamsah. Pengertian sumber hukum islam adalah asal atau tempat pengambilan hukum
islam dari hadits Mua’z bin jabal dapat disimpulkan sumber hukumislam ada tiga yaitu Al-
Quran, As-sunnah, dan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad,
karena pengetahuan dan pengalamannya dengan menggunakan jalan atau cara antara lain
ijmak, qiyas, istidal, al-mursalih, al-mursalah, istihan, istisab dan urf. Asas- asas hukum
islam juga termasuk bahasan dalam buku ini. Pengertian asas itu sendiri adalah kebenaran
yang digunakan sebagai tumpuan dan alasan,pendapat, terutama, dalam penegakan dan
pelaksanaan hukum. Asas hukum pada umumnya berfungsi sebagai rujukan untuk
mengembalikan segala masalah yang berkenaan dengan hukum. Asas hukum islam dibagi
menjadi beberapa yaitu:
1 Asas – asas umum
Asas- asas umum hukum islam yang meliputi semua bidang dan segala lapangan
hukum islam adalah (1) asas keadilan, (2) asas kepastian kepastian hukum, dan (3)
asas kemanfaatan.
2 Asas- asas dalam lapangan hukum pidana
Asas- asas dalam lapangan hukum pidana islam antara lain adalah (1) asas legalitas,
(2) asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain, (3) asa praduga tidak
bersalah.
3 Asas- asas dalam lapangan hukum perdata
Asas- asas dalam lapangan hukum perdata islam antara lain adalah (1) asas
kebolehan atau mubah, (20 asas kemaslahatan hidup, (3) asas kebebasan dan
kesukarelaan, (4) asas menolak mudarat, mengambil manfaat (5) asas kebajikan, (6)
asas kekeluargaan, (7) asas adil dan berimbang, (8) asas mendahulukan kewajiban
dari hak, (9) asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain, (10) asas
kemampuan berbuat, (11) asas kebebasan berusaha, (12) asas mendapatkan hak
karena usaha dan jasa, (13) asas perlindungan hak, (14) asas hak milik berfungsi
social, (15) asas yang beritikad baik harus dilindungi, (16) asas resiko dibebankan
pada benda atau harta, tidak pada tenaga atau pekerja, (17) asas mengatur, sebagai
petunjuk, dan (18) asas perjanjian tertulias atau diucapkan didepan saksi. Selain
asas- asas dilapangan hukum perdata itu, khusus mengenai hukum ‘perkawinan’
asas- asasnya adalah (1) kesukarelaan, (2) persetujuan kepada kedua belah pihak,
(3) kebebasan memilih, (4) kemitraan suami-istri, (5) untuk selama- lamanya dan,
(6) monogamy terbuka, sedang mengenai hukum ‘kewarisan’ terdapat beberapa
asas, yaitu (1) ijbari (wajib melaksanaan), (2) bilateral, (3) individual, (4) keadilan
berimbang, (5) akibat kematian (Amir Syarifuddin, 1984: 18-23).
Mengenai Al- Ahkam, al- Khamsah merupakan lima macam kaidah atau lima
macam kategori penilaian mengenai benda dan tingkah laku manusia dalam islam. Menurut
system al-ahkam al-khamsah ada lima kemungkinan penilaian mengenai benda atau
perbuatan manusia. Penilaian itu, menurut Hazairin, (Hazairin, 1982, 68) mulai dari jaiz
atau mubah di lapangan kehidupan pribadi atau muamalah atau kehidupan social. Jaiz
adalah ukuran penilaian bagi perbuatan dalam kehidupan kesusilaan (akhlak atau moral)
pribadi. Kalau mengenai benda, misalnya makanan, disebut halal (bukan jaiz); sunnat dan
makruh adalah penilaian bagi hidup kesusilaan (akhlak atau moral) masyarakat, wajib dan
haram adalah ukuran penilaian atau kaidah atau norma bagi lingkungan hukum duniawi.
Pada bab III membahas pertumbuhan dan perkembangan hukum islam. Pertama
mengenai tahap- tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pada umumnya tahap
pertumbuhan dan perkembangan hukum islam adalah 5 masa berikut ini:
a Masa Nabi Muhammad (610 M – XIX M)
b Masa Khulafa Rasyidin (632 M – 662 M)
c Masa pembinaan, Pengembangan dan Pembukuan (abad VII – X M)
d Masa kelesuan Pemikiran (abad X M – XIX M)
e Masa Kebangkitan Kembali (abad XIX M sampai sekarang)
A. MASA NABI MUHAMMAD (610 M – 632 M)
Agama islam sebagai induk hukum islam muncul di semenanjung arab, di suatu
daerah tandus yang dikelilingi oleh laut pada ketiga sisinya dan lautan pasir pada sisi
keempat. Daerahini adalah daerah yang sangat panas, ditengah gurun pasir yang amat luas
yang mempengaruhi cara berpikir orang- orang Badui yang tinggal ditempat itu. Perjuangan
memperoleh air dan padang rumput merupakan sumber- sumber perselisihan antar mereka.
Dan karena itu pula mereka hidup dalam klen – klen yang disusun berdasarkan garis
patrilineal, yang saling bertentangan (Philip K. Hitti, 1970: 13-16). Klen dipimpin oleh
seorang yang diberi gelar Sayyid atau syaikh yang dipilih berdasarkan keahlian, keberanian
atau kearifannya. Kepala klen berfungsi sebagai abritatornya. Pada masa ini wanita hanya
dibebani kewajiban tanpa imbalan hak sama sekali.( Philip K. Hitti 1970:23). Karena itu
pula, kalau lahir anak perempuan dalam satu rumah tangga, seluruh keluarga menjadi malu
karena melahirkan anak yang kelak tidak bisa mempertahankan nama klennya. Demikian
rendahnya kedudukan wanita pada masa itu sehingga laki- laki dengan mudah
mengucapkan satu dua patah kata saja untuk menceraikan istrinya.sejak dahulu sampai
sekarang kedudukan kota Makkah sangat penting dalam kehidupan manusia. Disamping ia
terletak persimpangan jalan perdagangan transito seperti dikemukakan diatas, disana juga
terdapat rumah suci yang disebut Baitullah atau Ka’bah yang sengaja dibuat untuk tempat
manusia tawaf: berjalan mengelilingi ka’bah dengan tubuh bagian kiri berada di arah
ka’bah.
B. MASA KHULAFA RASYIDIN (632 M – 663 M)
Dengan wafatnya Nabi Muhammad berhentilah wahyu selama 22 tahun 2 bulan 22
hari , yang beliau trima melalui malaikat jibril baik waktu beliau masih berada dimekah
maupun setelah hijrah kemadinah. Demikian juga halnya dengan sunnah berakhir pula
meninggalnya rosulluloh itu. Kedudukan Nabi Muhammad sebagai utusan Tuhan tidak
mungkin diganti tetapi tugas beliau sebagai pemimpin masyarakat islam dan kepala negara
harus dilanjutkan oleh orang lain. Pengganti nabi Muhammad sebagai kepala negara dan
pemimpin umat islam ini disebut Khalifah, suatu kata yang dipinjam dari Al- Qur’an ( surat
2 .30 ). Pengangkatan seorang Khalifah dapat terjadi : (1). Dengan persetujuan masyarakat
sebagaimana yang terjadi dalam kasus Abu Bakar, atau dengan (2) penunjukan khalifah
sebelumnya seperti dalam kasus umar. Untuk menggantikan kedudukan Nabi Muhammad
sebagai pemimpin umat dan kepala negara, dipilah seorang pengganti yang disebut
kalangan khalifah dari kalangan sahabat nabi itu sendiri ( sahabat nabi artinya orang yang
hidup semasa dengan, menjad teman atau kawan Nabi Muhammad dalam menyebar
luaskan ajaran islam). Masa pemerintahan khulafaur rasydin ini sangat penting dilihat dari
perkembangan hukum islam dijadikan model atau contoh oleh generasi – generasi
berikutnya, terutama generasi ahli hukum islam dijaman mutakhir ini, tentang cara mereka
menemukan dan menerapkan hukum islam pada waktu itu.Ada 4 sahabat nabi yang terpilih
menjadi khulafaur rasidin yaitu:
1. Abu Bakar Sidiq. Beliau adalah ahli hukum yang tinggi mutunya, Ia memerintah dari
tahun 632 M sampai 634 M.
2. Umar bin khattab, peerintahannya berlangsung dari tahun 634 M sampai tahun 644 M.
3. Usman bin Affan, pemerintahannya berlangsung dari tahun 644 M sampai 656 M.Ali
bin Abithalib, pemerintahannya berlangsung dari tahun 656 M samapai tahun 662 M
C. MASA PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PEMBUKUAN ( abad VII - X M )
Disamping periode Nabi Muhammad dan periode Khulafaurasidin terdapat juga
periode pembinaan pengembangan dan pembukuan hukum fiqih perode tersebut
berlangsung lebih kurangnya 250 lamanya, dimulai pada bagian ke dua abad VII – X masa
ini berlangsung pada pemerintahan khalifah umayah ( 662-750) dan khalifah abasiyah ( 750
– 1258 ). Hukum Fiqih islam sebagai salah satu aspek kebudayaan islam mencapai puncak
perkembangannya dizaman khalifah abasiyah dan memerintah kurang lebih 500 tahun.
Dimasa inilah (1) lahir para ahli hukum islam yang menemukan dan merumuskan garis –
garis huum fiqih islam serta (2) muncul berbagai teori hukum yang masih dianut dan
dipergunakan oleh umat islam sampai sekarang.
D. MASA KELESUAN PEMIKIRAN ( ABAD X – XI – XIX M )
Sejak permulaan abad IV hijriah atau kea bad ke X – XI M, ilmu hukum islam
mulai berhenti berkembang terjadi diakhir pemerintahan atau dinasti abasyah, pada masa
ini para ahli hukum hanya mebatasi diri mempelajari pikiran – pikiran para ahli sebelumnya
yang telah dituangkan kedalam buku berbagai mazhab. Factor – factor yang menyebabkan
kemunduran atau kelesuan pemikiran hukum islam dimasa itu adalah sebagai berikut 1)
kesatuan wilayah islam yang luas telah retak dengan munculnay beberapa negara baru baik
diEropa,Aafrika utara, dikawasan timur tengah dan Asia. 2) ketidak stabilan politik
menyebabkan pula ketidak stabilan kebebasan berpikir 3) pecahnya kesatuan kenegaraan /
pemerintahan itu menyebabkan merosotnay pula kewibawaan dan pengendalian
perkembangan hukum. 4) Timbulah gejala kelesuan berpikir dimana – mana.
E. MASA KEBANGKITAN KEMBALI ( ABAD KE XIX – SEKARANG )
Setelah megalami kelesuan, kemunduran beberapa abad lamanya, pemikiran islam bangkit
kembali ini terjadi pada bagian kedua abad ke XIX. Kebangkitan kembali pemikiran islam
timbul sebagai reaksi terhadap sikap taklit tersebut diatas yang telah membawa
kemunduran hukum islam. Sebagai reaksi terhadap sikap taklit diatas sesungguhnya pada
periode kemunduran itu sendiri telah muncul beberapa ahli yang ingin tetap melakukan
ijtihad, untuk menanggung persoalan – persoalan dan perkembangan masyarakat. Zaman
kebangkitan pemikiran hukum islam ini dilanjutkan sekarang dengan system baru
dalam mempelajari dan menulis hukum islam. kalo dahulu studi hukum islam hanya
terbatas pada pemikiran yang terdapat pada salah satu mazhab saja, kini keadaannya telah
berubah. Diindonesia atas kerjasama mahkamah agung dengan departemen agama telah
dikomplikasikan hukum islam tentang perkawinan pewarisan dan perwakafan. Kompilasi
ini telah disetujui oleh para ulama dan ahli hukum islam pada bulan februari 1988 dan
tahun 1991 telah diberlakukan umat islam Indonesia yang menyelesaikan sengketa mereka
diperadilan agama ( salah satu unsure kekuasaan kehakiman ditanah air kita ) sebagai
hukum terapan
Selanjutnya pada BAB IV memebahas hukum islam yang ada di Indonesia. Pada
bab ini akan dibicarakan 1) Hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Barat, 2) hubungan
Hukum Adat dengan Hukum Islam, 3) Hukum Islam dalam tata Hukum Indonesia, 4)
Hukum Islam dan pembinaan Hukum Nasional 5) peradilan Agama 6) kompilasi Hukum
Islam. Keadaannya ketiga system hukum tersebut telah berlaku diindonesia, walaupun
keadaan saat berlakunya tidaklah sama. Hukum Adat telah lama berlaku di tanah air kita,
hukum islam baru dikenal di indoesia setelah agama islam disebarkan dianah air kita.
Sedangkan hukum barat diperkenalkan diindonesia bersamaan dengan kedatangan orang –
orang belanda dinusantara ini. Bentuknya pada dasarnya Hukum Adat adalah hukum yang
tidak tertulis. Yang tumbuh, berkembang dan hilang sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat.Hukum islam tidak tertulis dalam peraturan perundang –
undangan , melainkan hukum yang bersumber dan disalurkan dari hukum syriat islam yang
terdapat dalam Al-Quran dan sunnah nabi Muhammad.
Tujuannya Huku Adat untuk menyelenggarakan kehidupan masyarakat yang aman,
tentram dan sejahtera. Hukum islam bertujuan untuk mekasanakan perintah dan kehendak
Alloh serta menjauhi larangannya. Sedangkan hukum barat manusia akan mencapai
kebahagiaan hidup didunia akhirat. Sumber ketiga hukum tersebut dapat dikategorika lagi
kedalam 1) sumber pengenal, 2) sumber isi 3) sumber pengikat. Struktur, yang dimaksud
dengan struktur dalam hubungan pembicaraan ini adalah tumpukan logis lapisan – lapisan
yang ada pada system hukum yang bersangkutan. Dalam hukum adat minangkabau
misalnya ada teori struktur menurut pandangan ahli – ahli adat setempat.hukum adat dapat
dibagi menjadi 2 yaitu adat nan sabana adat ( adat yang sebenar – benarnya ) dan adat
pusaka. Lingkup masalah, ysng diatur dalam ketiga hukum tersebut berbeda, sedangkan
hukum adat dengan hukum barat pada dasarnya ruang lingkupnya mempunyai kesamaan
karena keduanya hanya mengatur hubungan antara mansia dengan manusia dan
masyarakat.sedangkan hukum islam tidak hanya manusia dengan masyarakat tetapi juga
mengatur hubungan manusia dengan Allah S.W.T.
Sedangkan mengenai pembidangan ketiga system hukum dapat dikemukakan hal –
hal berikut yaituhukum adat yang mengenal asas asas kerukuna, kepatutan, keselarasan,
dalam pergaulan dan yang bersifat religio magis, tidak mengenal pembidangan hukum
perdata dan hukum publikseperti halnya dengan hukm barat. Mengnai hak dan kewajiban ,
yang akan dibandingkan hanyalah hukum islam dengan hukum bara. Dalam system hukum
islam kewajiban telah diutamakan dari hak, sedang dalam hukum barat hak didahulukan
dari kewajiban. Adapun norma atau kaidah hukum dimanan , Dalam system hukum barat
yang berasal dari hukum romawi, dikenal tiga norma atau kaidah yaitu (1) impere
(perintah) , (2) prohibire (larangan), (3) permittere (yang dibolehkan) . dan dalam hukum
islam juga terdapat lima macam kaidah adalah (1) fard (kewajiban), (2)
sunnat (anjuran),(3) ja’iz atau mubah atau ibahah (kebolehan) (4) makruh (celaan) dan (5)
haram (larangan).
Sedangkan hubungan hukum islam dengan hukum adat sangatlah akrab artinya
hukum islam dengan hukum adat tidak dapat tidak bisa dicerai pisahkan karena erat sekali
hubungannya seperti hubungan zat dengan sifat sesuatu barang atau benda.misalnya di
minangkabau,Sulawesi selatan dan jawa yang hubungan hukum adat dan hukum islamnya
sangat erat.sementara itu perlu dicatat bahwa setelah Indonesia menrdeka, khususnya di
alam minangkabau telah berkembang pula suatu ajaran yang mengatakan hukum islam
adalah penyempurnaan hukum adat. Selain itu kedudukan hukum islam dalam tata hukum
Indonesia , sebagai akibat dari perkembangan sejarahnya bersifat majemuk.disebut seperti
itu karena sampai sekarang didalam negara republic Indonesia berlaku beberapa system
hukum yang mempunyai corak dan susunan sendiri.yang dimaksud adalah system hukum
adat, sitem hukum islam, system hukum barat, jadi kini di Indinesia : 1) hukum islam yang
disebut dan ditentukan oleh peraturan perundang – undangan dapat berlaku langsung tanpa
harus melalui hukum adat 2) Republik Indonesia dapat mengatur sesuatu masalah sesuatu
dengan hukum islam, sepanjang pengaturan itu hanya berlaku bagi pemeluk agama islam.,
3) kedudukan hukum islam dalam system hukum Indonesia adalah sama dan sederajat
dengan hukum adat dan hukum barat , karena itu 4) hukum islam juga menjadi sumber
pembentukan hukum nasional yang akan datang di samping hukum adat, hukum barat dan
hukum lainnya yang tumbuh dan berkembang dalam negara republic Indonesia.
Pada bab ke IV ini juga membahas mengenai hukum islam dan pembinaan hukum
nasional, dimana hukum islam itu sendiri adalah hukum yang bersifat universal, karena ia
merupakan bagian dari agama islam yang universal sifatnya.sedangkan untuk membangun
dan membina hukum nassional diperlukan politik hukum tertentu.politik hukum nasional
Indonesia pokok – pokoknya ditetapkan dalam garis – garis besar haluan negara, yang
dirinci lebih lanjut oleh Menteri Kehakiman Republic Indonesia. Untuk melaksankannya ,
kini didirikan satu lembaga yang disingkat BPHN ( Badan Pembinaan Hukum Nasional).
Selanjutnya dibahas pula mengenai sketsa peradilan agama.penegrtian peradilan
agama itu sendiri adalah proses pemberian keadilan berdasarkan hukum agama islam
kepada orang – orang islam yang dilakukan di pengadilan agama da peradilan tinggi
agama.disamping peraddilan umum,peradilan militer, peradilan tata usaha negara,
merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman dalam republic Indonesia.sebagai
lembaga peradian, peradilan agama dalam bentuknya sederhana berupa tahkim yaitu
lembaga penyelesaian sengketa antara oaring – orang islam yang dilakukan oleh para ahli
agama, telah lama ada dalam masyarakat Indonesia yakni sejak agama islam datang ke
Indonesia. Kemudian pada Undang – Undang Peradilan Agama yang telah disahkan dan
diundangkan itu terdiri dari VII bab, 108 pasal dengan sistematik dan garis – garis besar
isinya sebagai berikut : Bab I tentang ketentuan umum , Bab II sampai Bab III tentang
susunan peradilan agama, Bab IV tentang Hukum Acara, Bab V ketentuan – ketentuan lain,
Bab VI ketentuan peradilan dan Bab VII ketentuan penutup. Sedangkan kalau dilihat dari
susunannya diatur dalam tiga bagian di Bab II,bagian pertama dan bagian umum.dan pada
bagian Kekauasaan Peradilan Agama diatur pada Bab III dan diatur dalam pasal 49.
Kemudian dibahas pula mengenai hukumAcara Peradilan Agama diatur dalam Bab
IV. Bagian pertama mengatur hal – hal yang bersifat umum sedang pada bagiab kedua
bersifat khusus dalam undang – undang yaitu pemeriksaan sengketa perkawinan mengenai
a) cerai talak yang datang dari pihak suami b) cerai gugat yang datang dari istri atau suami
dan c) cerai karena alasan zina.Dan ketentuan ketentuan lain dibahas pada bab V
menegnai administrasi peradilan, pembagian tugas para hakim dan paniteradalam
melaksanakan pekerjaan masing – masing. Sedangkan pada ketetuan penutup pada bab VII
ditegaskan bahwa pada saat berlakunya undang – undang peradilan agama, semua perturan
– tentang peradilan agama di jawa Madura, dibagian (bekas) Residen Kalimantan selatan
dan timur , dan bagian lain wilayah Republik Indonesia, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Selanjutnya pada bab ini dibahas juga mengenai rancangan komplikasi Hukum
Islam yang terdiri dari tiga buku yaitu buku I tentang Hukum perkawinan , buku II tentang
hukum kewarisan, dan buku III tentang hukum perwakafan. Dalam bab ini juga membahas
mengenai asas- asas kewarisan islam yang disalurkan dari Al – Quran dan Al- Hadis
menurut Amir Syarifudin adalah (i) ijbari, (ii) bilateral, (iii) individual, (iv) keadilan
berimbang, dan (v) akbiat kematian.dan membahas pula mengenai komlikasi Hukum Islam
dan Fiqih Mawaris dan kodifikasi Hukum kewarisan Islam dalam rangka pembinaan
hukum nasional.

Anda mungkin juga menyukai