Anda di halaman 1dari 30

FILSAFAT HUKUM

Pokok Bahasan :

1. Sejarah Filsafat
2. Perkembangan Filsafat dan Filsafat Hukum
3. Pengertian Filsafat dan Filsafat Hukum
4. Obyek, Tujuan dan Permasalahan Filsafat Hukum
5. Fungsi dan Kegunaan Filsafat Hukum
6. Penemuan dan Pembentukan Hukum
7. Aplikasi Filsafat Hukum
Sumber Bacaan :

1. Carl Joachim Frederich  Filsafat Hukum


2. Gerard Beeckman  Filsafat, Para Filsuf berfilsafat
3. Hans Kelsen  Teori Hukum Murni
4. J.A. Pontier  Penemuan Hukum
5. H.L.A. Hart  Konsep Hukum
6. Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi
 Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum
7. Satjipto Raharjo  Ilmu Hukum
8. Soejono Koesoemo Sisworo
 Beberapa Pemikiran Tentang Filsafat Hukum
9.Teguh Prasetyo dan Abd Halim Barkatullah
Ilmu Hukum & Filsafat Hukum
10. Satya Arinanto  Memahami Hukum
11. Roberto M Unger ., Teori Hukum Kritis dan Gerakan
Studi Hukum Kritis
12. Andre Ata Ujan, MA., Ph.D ., Filsafat Hukum
13. Satjipto Rahardjo :
Lapisan2 Dalam Studi Hukum dan
Negara Hukum yg Membahagiakan Rakyatnya
14. Prof. Darji Darmodihardjo, SH, Pokok-Pokok Filsafat
Hukum
15. Prof. Dr. Otje Salman S., SH., Filsafat Hukum
(Perkembangan dan Dinamika Masalah)
SEJARAH FILSAFAT

 Pengetahuan yg diperoleh melalui indera manusia


disebut Pengetahuan Indera (pengetahuan biasa)
 Pengetahuan yg diperoleh berdasarkan metode dan
sistem tertentu, bersifat universal disebut Pengetahuan
ilmiah
 Pengetahuan yg diperoleh melalui perenungan
sedalam-dalamnya (kontemplasi) sampai pada
hakikatnya berdasarkan metode dan sistem tertentu
dgn menggunakan indera manusia disebut
Pengetahuan Filsafat
 Harry Hamersma : Filsafat datang sebelum dan
sesudah ilmu
 Filsafat datang sebelum ilmu karena semua ilmu
sesungguhnya berawal dari filsafat
 Filsafat datang sesudah ilmu karena semua ilmu
menghadapi pertanyaan-pertanyaan yg melewati
batas-batas spesialisasi mereka kemudian ditampung
oleh filsafat
 Ahli filsafat sekaligus jg sbg ilmuwan : Aristoteles,
Rene Descrates, Auguste Comte, Hegel, Pascal,
Immanuel Kant, Leibniz, Einstein
Harry Hamersma :
 Filsafat adalah tempat lahirnya pertanyaan-2 utk
dikumpulkan, diterangkan dan diteruskan
 Jika filsafat berhasil memberikan jawaban atas
pertanyaan bukan berarti pekerjaan filsafat menjadi
selesai (berhenti) akan tetapi terus berjalan
 Filsafat : philosophy (Inggris), philosophie (Perancis
dan Belanda), philosophia (Latin), falsafah (Arab),
philos-sophia (Yunani)  philos = cinta (arti luas) dan
sophia = kebijaksanaan)
PERKEMBANGAN FILSAFAT

Magnis Suseno :
 Jawaban filsafat tidak akan pernah abadi, karena
filsafat tidak pernah selesai dan tidak pernah sampai
pada akhir sebuah masalah (selama kehidupan
manusia masih ada)
 Filsafat tidak menyelidiki salah satu segi kenyataan
kehidupan saja melainkan menyangkut berbagai aspek
kehidupan di alam semesta
 Sifat dasar dari filsafat adalah ia tidak akan pernah
berhenti selama kehidupan manusia masih ada
Harry Hamersma tentang Ilmu Pengetahuan dg Filsafat :
 Ilmu Pengetahuan :
Pengetahuan yg metodis, sistematis dan koheren
(bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari
kenyataan
 Filsafat :
Pengetahuan yg metodis, sistematis dan koheren
tentang seluruh kenyataan atau dengan kata lain
“filsafat” adalah “ilmu tanpa batas”
OBYEK FILSAFAT
 Obyek materia filsafat adalah sesuatu yg ada dan
mungkin ada (Poedjawiatna)
 Anshari : Obyek materia filsafat dibedakan menjadi tiga
macam : 1. Hakikat Tuhan, 2. Hakikat Alam, 3. Hakikat
Manusia
 Obyek forma filsafat adalah sudut pandangnya yg
tidak membatasi diri, hendak mencari keterangan
sampai sedalam-2nya (sampai kepada hakikat
sesuatu)
 Jadi filsafat adalah ilmu tanpa batas
TUJUAN FILSAFAT
Filsafat sebagai interpretasi tentang hidup manusia
yang mempunyai tugas meneliti dan menentukan
semua fakta konkrit sampai pada akarnya yang
mendalam, karena dimana Ilmu Pengetahuan berakhir,
disitulah dimulainya Filsafat. Suatu pemikiran manusia
dalam usahanya mencari dan menemukan kebenaran
yang sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya yang
dilakukan secara radikal, sistematis dan universal.
Tujuan Filsafat : Mengumpulkan pengetahuan
manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik, menilai
pengetahuan dan menemukan hakekat kebenaran.
PENGERTIAN FILSAFAT

1. Plato  Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat


mencapai kebenaran yang asli.

2. Aristoteles  Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang


terkandung didalamnya ilmu-ilmu matematika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

3. Al-Farabi  Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang


alam maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya.

4. Descrates  Filsafat adalah kumpulan segala


pengetahuan dimana Tuhan, Alam dan Manusia menjadi
pokok penyelidikan.
5. Immanuel Kant  Filsafat adalah ilmu pengetahauan
yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan
yang tercakup didalamnya 4 persoalan :
a) apakah yang dapat kita ketahui ?  metafisika
b) apakah yang seharusnya kita kerjakan ?  etika
c) sampai dimanakah harapan kita ?  agama
d) apakah yang dinamakan manusia ?  antropologi

6. Soejono Koesoemo Sisworo  Filsafat adalah hasil


gerak pemikiran manusia yang metodis sistematis dan
radikal mengenai asal dan tujuan hidup (sangkan paraning
dumadi) dan kedudukan manusia baik sebagai pribadi
maupun sebagai makhluk sosial (zoonpoliticon) dalam
kelompok jagad raya
PERMASALAHAN FILSAFAT

1. Kelompok problema tentang kasus nyata : metafisika


tentang manusia, alam dan hal-hal lain
2. Kelompok problema tentang pengetahuan mengenai
“Wissenschaftslehre” yakni teori tentang kebenaran
pengetahuan dan logika.
3. Kelompok problema tentang nilai yang bersangkutan
dengan etika, estetika dan nilai keagamaan.

 dari ketiga permasalahan tersebut sesungguhnya


mewajahkan dua dunia bagian dari satu alam semesta
yaitu dunia realita dan dunia nilai.
Universum menurut ajaran filsafat nilai yang dikembangkan oleh
‘Heinrich Rickert’ bahwa didalam dirinya harus mengandung satu
pokok hakekat pengertian yang mencakup segala sesuatu yang
dapat dijangkau oleh fikir manusia dalam segala gradasinya yang
disebut : oberster welt all begriff.

 Dunia nilai menuntut pengakuan dan berlaku secara transenden,


mutlak universal dan abadi.

 Dunia realita dipagari oleh ruang dan waktu.

 Gabriel Marcel, menyatakan : obyek filsafat bukanlah problema-


problema tetapi misteri-misteri.

 Untuk problema, pada suatu waktu tertentu, manusia dapat


menentukan jawaban pemecahannya.

 Untuk misteri, manusia hanya mempu menetapkan persoalannya


namun tidak pernah mewujudkan kepastian dan ketuntasan
penyelesaiannya.
 Immanuel Kant, berpendapat bahwa pengamatan/ pengenalan
tanpa pengertian adalah buta, sebaliknay pengertian tanpa
pengamatan/ pengenalan adalah kosong.

 Akal budi murni teoritis yang bersubstraat logos dikuasai oleh


hukum kasunyatan/ das sein.

 Akal budi praktis yang substraatnya adalah ethos dikuasai oleh


hukum keharusan / das sollen.

 Antara akal dan kehendak, antara das sein dan das sollen
seringkali berselisih, oleh karenanya perlu diserasikan.

 Tugas menghadirkan keserasian ada dipundak perasaan yaitu


aspek jiwa yang menjadi substraat dari seni budaya (oleh Kant
menyebutnya “Ulteirskraft = kemampuan timbang rasa”).
 Cabang filsafat, oleh Aristoteles dibagi menjadi 4 yaitu :

1) Filsafat Logika
2) Filsafat teoritis (fisika, matematika, metafisika)
3) Filsafat praktis (etika, ekonomi, politik)
4) Filsafat poetika (seni budaya)

Mutakhir filsafat dibagi 2 yaitu :


1) Teoritis : logika, ontologi (metafisika), kosmologi (filsfat alam),
antropologi
2) Praktis : etika, agama, kebudayaan

Momentum filsafat dibagi 3 yaitu :


1) pendahuluan filsafat  logika
2) persoalan filsafat  metafisika
3) tujuan filsafat  etika
FILSAFAT HUKUM

 Pemikiran penggarapan hukum terdiri dari teoritis dan


praktis. Pemikiran Teoritis, melahirkan ilmu hukum,
teori hukum dan filsafat hukum. Pemikiran Praktis,
melahirkan pembuatan hukum, penemuan hukum dan
perbantuan hukum. Teori hukum  adalah ilmu dan
ajaran tentang pengertian dasar atau kategori hukum
yang bersifat logis a priori.
 Filsafat hukum adalah :
ilmu dan ajaran tentang asas-asas hukum, nilai-nilai
dasar hukum yg mengkaji secara mendalam,
sistematis dan universal tujuan pokok dari hukum yaitu
mencari dan menemukan hakekat kebenaran,
keadilan dan kemanfaatan hukum bagi kepentingan
masyarakat
 Penggarapan hukum Teori ada 3 :
1) Ilmu hukum
 obyeknya pada “Rechtstaatsache”
(kenyataan hukum yang normatif maupun
empiris)
2) Teori Hukum
 obyeknya pada “Rechtskategorie”
(kategori hukum yang logis a priori)
3) Filsafat Hukum
 obyeknya pada “Rechtswert” (nilai dasar
hukum)

Penggarapan hukum Praktis berpusat pada Politik


Hukum dalam arti luas yaitu ilmu dan ajaran tentang
upaya untuk melaksanakan dan mewujudkan nilai dan
postulat hukum dengan bantuan ilmu dan teori hukum.
Filsafat Hukum menurut :
1) Langemeyer
 Pembahasan secara filosofi tentang hukum
2) Satjipto Rahardjo
 mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat dasar dari hukum meliputi hakekat
hukum, dasar kekuatan mengikat dari hukum.
3) Soejono Koesoemo Sisworo
 hasil pemikiran yang metodis, sistematis dan
radikal mengenai hakekat dan hal-hal
fundamental dan marginal dari hukum dalam
segala aspeknya, yang berpusat pada 4 hal
pokok yaitu :
a) hakekat pengertian hukum
b) cita dan tujuan hukum
c) berlakunya hukum
d) pelaksanaan hukum
G. Del Vecchio, bukunya “Lezioni di Filosofia del
deretto” (Italia) atau “Lehbruch der
Rechtsphilosophie” (Jerman), membagi fungsi
filsafat hukum menjadi 3 yaitu :

1) Fungsi transendental logis


 menyusun pengertian hukum yang fundamental
2) Fungsi fenomenologis
 meneliti sejarah universil dari hukum sebagai
bentuk pengejawantahan dari cita hukum lestari
3) Fungsi de-ontologis
 meneliti cita hukum, dalam hal ini keadilan atau
hukum kodrat, sebagai ukuran idiil dan umum bagi
keadilan hukum positif.
 Soejono Koesoemosisworo, membagi 4
fungsi filsafat hukum atau “Catur
Mancala” yaitu :

1) Fungsi transendental logis


2) Fungsi fenomenologis
3) Fungsi de-ontologis
4) Fungsi ontologis  mencari dan menciptakan landasan
hukum yang ideal dari keseluruhan bangunan dan sistem
hukum yang berdiri diatasnya.
PENEMUAN HUKUM

Pengembangan hukum praktikal (secara nyata) dibagi


kedalam 3 bentuk yaitu :
1) Pembentukan Hukum
2) Penemuan Hukum
3) Perbantuan Hukum

Ad.1) Pembentukan hukum  merupakan penciptaan


hukum baru dalam arti umum dengan cara
melakukan perumusan aturan-aturan umum berupa
penambahan atau perubahan aturan-aturan yang
sudah ada  spt perumusan per-UU-an
Ad. 2) Penemuan hukum  proses pengambilan keputusan yuridis dan
konkrit oleh para yurist/ ahli hukum yang secara langsung menimbulkan
akibat hukum bagi individu atau masyarakat, spt putusan hakim,
pembuatan akta oleh notaris, dsb.

Penemuan hukum merupakan pencerminan dari pembentukan hukum.

Arti penemuan hukum ada 2 :


1) Arti umum, yaitu :
Keseluruhan proses berfikir yang dilakukan oleh yuris/ ahli
hukum dengan menggunakan metode interpretasi (penafsiran)
menuju pada pengembangan dan pertumbuhan hukum.

Metode interpretasi dalam penemuan hukum meliputi :


a) interpretasi gramatikal  berdasarkan pada bunyi
ketentuan UU
b) interpretasi sahih/ autentik  berdasarkan arti kata-kata
yang diberikan oleh pembentuk UU
c) interpretasi historis  berdasarkan sejarah terjadinya
hukum
d) interpretasi sistematis  berdasarkan pada susunan yang
berhubungan dengan bunyi pasal-pasal dalam UU
e) interpretasi teleologis  berdasarkan maksud dan tujuan
UU menurut masanya
f) interpretasi ekstensif  memperluas arti kata-kata dalam
per-UU-an
g) interpretasi restriktif  mempersempit arti kata-kata dalam
per-UU-an
h) interpretasi a contario  perlawanan pengertian antara
permasalahan yang dihadapi dengan permasalahan yang
diatur dalam per-UU-an

2) Arti Khusus, yaitu :


 proses dan karya yang dilakukan oleh hakim untuk menetapkan
benar atau tidak benar menurut hukum dalam suatu situasi
konkrit yang diujikan kepada hati nurani dan bersifat intelektual
rasional, logis, dan intuitif.
 Intelektual rasional  subyek penemu hukum
mengenal dan memahami kenyataan kejadiannya dan
peraturan hukumnya yang berlaku.
 Intelektual logis  penerapan peraturan hukum
normatif terhadap kasus posisinya dengan
mengindahkan hukum logika baik formil dan materiil.
 Intelektual Intuitif  perasaan halus, murni yang
mendampingi rasio dan logika untuk bersama-
sama mewujudkan rasa keadilan.
Penemuan Hukum dalam arti Khusus  Fungsi HAKIM
Ada 3 fungsi Hakim dalam melakukan penemuan hukum :
=> G.J. Wiarda disebut “Tipologi Penemuan Hukum”
=> Soejono Koesoemo Sisworo disebut “Tri Matra” yaitu :
1) Hakim sebagai corong UU
2) Hakim sebagai penterjemah UU
3) Hakim yang memeriksa, menimbang dan
memutuskan perkara demi kebenaran dan
keadilan.
Makna teori kebenaran dan keadilan ada 3, yaitu :
1) Teori korespondensi  benar apabila apa yang
dinyatakan sesuai dengan kenyataan yang riil-materiil.
2) Teori koherensi  kebenaran yang bercorak
subyektivisme.
3) Teori pragmatisme  kebenaran yang memberikan
akibat praktis dan berguna bagi manusia untuk
bertindak dalam kehidupannya.
Unsur-unsur Trilogi Hukum (Tri mata Dunia Hukum)
meliputi :
a) Faktisitas  bentuk dan gerak yang nyata dalam
kehidupan masyarakat yang tidak selalu sesuai
dengan normativitas dan idealitas
b) Normativitas  bentuk hukum yang normatif
c) Idealitas  bentuk hukum yang ideal

White (penulis Amerika)  Setiap kali hakim memeriksa


dan mengadili suatu perkara, maka pada waktu yang
bersamaan sekaligus hakim berkedudukan sebagai
seorang tertuduh yang sedang diperiksa dan diadili oleh
masyarakat dan negara.
Tujuan Peradilan ada 2 :
1) mempengaruhi perilaku manusia sebagai subyek
hukum kearah yang benar
2) menyelesaikan konflik dalam masyarakat untuk
mendapatkan haknya masing-masing yang
bersengketa secara adil.

Fungsi dan karya hakim (“ars aequi et boni” = seni


tentang yang adil dan baik) dalam melakukan penemuan
hukum yang besifat khusus adalah  mewujudkan
relasi dan relevansi antara yang lahir dan yang bathin,
fana dan abadi, das sein dan das sollen.
Hugo Zeinsheimer, bukunya “Dee Taak Der Rechtssociologie”
melihat dunia hukum (“Welt des Rechts”) menjadi 3 kawasan :
1) Kawasan Hukum Normatif bersumber pada UU
2) Kawasan Hukum Idiil (rechtsideaal)  bersumber
pada cita dan hati nurani manusia
3) Kawasan Hukum Riil (rechtelijk werkelijheid) 
bersumber pada kenyataan dalam masyarakat

Hakim sebagai Law Maker (Pelaku Hukum)  melayani dan


memutuskan segala macam permasalahan hukum menurut
UU bahkan sampai pada melakukan penciptaan hukum
sebagai pembentuk UU.

Yosef Esser  Penemuan hukum lewat peradilan yang


dilakukan oleh hakim berdasarkan keputusan hatinuraninya
dengan menggunakan metode ontologis, struktural dan
fungsional akan mewujudkan hasil yang memenuhi
persyaratan fundamental dari suatu yang ideal yakni adil dan
konsisten (gesetzkonform).
Rumusan unsur konstitutif dari nilai
keadilan ontologis adlh :
a) Kebenaran formiil, materiil,
substansiil, essensial
b) Melibatkan faktor-faktor lahir dan
bathin, faktisitas dan dealitas.
c) Pengakuan adanya nilai-nilai dan
kepentingan saling berlawanan
yang dirukunkan berdasarkan asas
proporsionalitas dan subsidiaritas.
d. Dsr dan ruang gerak utk kebebasan
yang ber-Tjwb

Anda mungkin juga menyukai